jdjjkadjkajdksjsk
Dosen Pembimbing :
Ibu Indri Ganarsih M, Si.
Ibu Etyn Yunita M, Si.
Kelompok : 4 (Empat)
Kelas : Biologi 5 A
Ayu Septiawan (1110095000004)
M Fazri Hikmatyar (1110095000010)
Mutia Widi Riani (1110095000016)
Rachma Fauziah (1110095000025)
Hartadi Wiryawan (11100950000xx)
1.3 Tujuan
1. Menentukan Lethal Dose Cadmium Sulfat / LD50 CdSO4 pada Mus musculus.
2. Mengetahui tingkat toksisitas CdSO4 berdasarkan konsentrasi tertentu.
3. Mengetahui efek toksisitas akut sebagai akibat dari pendedahan jangka pendek dengan
dosis tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji toksisitas adalah untuk menentukan sifat akut atau kronik limbah. Pengujian toksisitas
bertujuan untuk menilai efek racun terhadap organisme, menganalisis secara obyektif resiko
yang dihadapi akibat adanya racun di lingkungan. Toksisitas akut terjadi pada dosis tinggi, waktu
pemaparan pendek dengan efek parah dan mendadak dimana organ absorpsi dan eksresi terkena.
Sedangkan toksisitas kronis terjadi pada dosis tidak tinggi pemaparan menahun, gejala tidak
mendadak atau gradual, intensitas efek dapat parah/ tidak.Jenis uji yang digunakan tergantung
pada penggunaan zat kimia dan manusia yang terpapar.
Uji toksisitas akut dilakukan dengan memberikan zat kimia yang diuji sebanyak satu kali,
atau beberapa kali dalam waktu 24 jam. Terdapat beberapa macam cara untuk pengujian
toksisitas akut, yaitu oral, parenteral, inhalasi, kulit dan mata. Suatu indeks untuk mendefinisikan
toksisitas akut dikenal dengan istilah LD50. Pengertian dari LD50 adalah dosis tunggal dari
suatu zat, yang diturunkan secara statistik, yang menyebabkan kematian 50% hewan uji. Uji
toksisitas akut bertujuan untuk menyelidiki intrinsik dari suatu bahan kimia, untuk menilai jenis
hewan yang peka, menyeleksi tingkat dosis dalam penelitian lebih lanjut, dan untuk memperoleh
informasi mengenai dampak merugikan yang dapat muncul pada organ.
2.3. Uji Toksisitas CdSO4 terhadap Hewan dan Tumbuhan
Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan dengan dosis, waktu dan
cara pemberian tertentu telah banyak dilaporkan menyebabkan kelambatan perkembangan dan
embrio abnormal. Selain efek tersebut bahan-bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya
penurunan indeks mitosis pada sel, baik sel tubuh ataupun sel embrio (blastomer) serta
menyebabkan terjadinya aberasi kromosom. Penurunan indeks mitosis berarti telah terjadi
kelambatan pembelahan sel, jika waktu pembelahan sel lambat maka akan menyebabkan
kelambatan perkembangan suatu organisme.
Cd termasuk dalam logam berat non-esensial, dalam jumlah yang berlebih menyebabkan
toksisitas pada manusia, hewan dan tumbuhan. Akumulasi pada tumbuhan dapat memicu
perubahan ekspresi protein. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil protein bayam cabut
(Amaranthus tricolor, L.) pada cekaman Kadmium (Cd) dilaksanakan di Laboratorium Botani
Biologi ITS, secara deskriptif eskperimental dengan metode elektroforesis SDS-PAGE. daun
bayam cabut (Amaranthus tricolor, L.) diperlakukan CdSO4 dengan konsentrasi 0 ppm (kontrol),
1, 2, dan 3 ppm. Analisis dengan elektroforesis SDS-PAGE menunjukkan bahwa dengan
perlakuan konsentrasi 1, 2 membentuk 18 pita protein dan 3 ppm 17 pita protein. Pita protein
yang terlihat pada perlakuan 1, 2 dan 3 ppm yang berbeda dengan kontrol di duga sebagai
fitokelatin mempunyai berat molekul 15.9 kDa, 39.2 kDa, 21 kDa dan 64.28 kDa. Protein
fitokelatin pada tumbuhan diketahui berperan sebagai protein pertahanan dan pengikat logam
cadmium (Cd).
2.3. Efek Toksisitas CdSO4 terhadap Sistem Organ Manusia
Cadmium ditemukan dalam pembuatan baterai, plastik PVC, pigmen cat, pupuk, rokok,
dan kerang yang berada di sekitar lingkungan pabrik. Logam berat ini bergabung bersama timbal
(Pb) dan merkuri sebagai the big three heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada
kesehatan manusia. Cadmium di alam biasanya berikatan dengan sulfat membentuk senyawa
CdSO4. Walaupun kadar logam dalam tanah, air, dan udara rendah, namun dapat meningkat
apabila manusia menggunakan produk-produk dan peralatan yang mengandung logam, pabrik-
pabrik yang menggunakan logam, pertambangan logamdan pemurnian logam.
Efek Kadmium Terhadap Ginjal
Logam Cd dapat menimbulkan gangguan dan bahkan mampu menimbulkan kerusakan pada
sistem yang bekerja di ginjal. Kerusakan yang terjadi pada sistem ginjal dapat dideteksi dari
tingkat jumlah atau jumlah kandungan protein yang terdapat dalam urine. Petunjuk kerusakan
yang dapat terjadi pada ginjal akibat logam kadmium yaitu terjadinya asam amniouria dan
glokosuria, dan ketidaknormalan kandungan asam urat kalsium dan fosfor dalam urine.
Efek Kadmium Terhadap Paru
Keracunan yang disebabkan oleh peristiwa terhirupnya uap dan atau debu kadmium juga
mengakibatkan kerusakan terhadap organ respirasi paru-paru. Kerusakan paru-paru tersebut
dapat terjadi sebagai akibat dari keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd.
BAB IV
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini mengenai uji toksisitas akut logam berat CdSO4 yang dilakukan
dengan menggunakan hewan coba mencit (Mus musculus) betina. Logam berat CdSO4
didedahkan secara intraperitoneal dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang berbeda.
Penggunaan larutan CdSO4 untuk mengetahui efek toksik logam berat Cd dalam praktikum kali
ini disebabkan unsur logam berat Cd bukan merupakan unsur bebas yang ada di alam. Sehingga
digunakan senyawa dalam bentuk CdSO4.
Pengaruh pendedahan logam berat CdSO4 dilakukan dengan mengamati berbagai
parameter, diantaranya adalah perubahan berat badan mencit, berat feses, pengamatan fisik, dan
berat organ visceral. Berdasarkan hasil pengamatan perubahan berat badan mencit selama 10
hari, di dapatkan hasil sebagai berikut :
30
25
1
20 2
Berat badan (g)
3
15 4
5
10 6
7
8
5
9
10
0
0 2.5 4 6.3 10
Dosis (mg/ml bb)
4
H
3.5 1
H
Berat Feses Mencit (gram)
3 2
2.5 H
3
2 H
4
1.5 H
5
1 H
0.5 6
H
0 7
0 2.5 4 6.3 10 H
8
Dosis mg/Kg bb.
0 10 6.3 4 2,5
Paparan logam Cd pada mencit dapat terlihat pengaruhnya melalui pengamatan fisik.
Secara umum yang terlihat pengaruh adanya paparan Cd dalam tubuh mencit yaitu terjadinya
kerontokan pada rambut mencit dan juga membuat rambut menjadi berdiri serta adanya tanda-
tanda mata yang menjadi menyipit merupakan suatu respon terhadap adanya racun didalam
tubuh. Pada pengamatan 1, 2, 4 jam setelah pendedahan terlihat adanya perubahan fisik mencit.
Kelompok perlakuan dosis 10 mg/Kg bb., 6,3 mg/Kg bb., 4 mg/Kg bb., dan 2,5 mg/Kg bb., rata-
rata mengalami tremor, letargi, nafas yang sedikit terengah-engah, mata menyipit dan rambut
berdiri. Hal ini terjadi dapat dikarenakan dosis yang didedahkan langsung terabsorbsi dan
bereaksi ke organ-organ tertentu yang menyebabkan abnormalitas organ mencit terlihat pada
kondisi fisiknya. Namun hal ini tidak berlangsung lama karena adanya mekanisme utuk
detoksifikasi dalam tubuh mencit untuk merespon adanya inhibitor seperti logam Cd yang
didedahkan pada mencit tersebut.
Mencit juga mengalami homeostasis untuk mengembalikan keadaan tubuhnya kembali
seperti semula. Efek dari Cd yang terdedah kedalam tubuh akan membuat jantung bekerja lebih
keras dan lebih cepat untuk menyesuaikan diri, sehingga membuat nafas terengah-engah.
Menurut Gourge, 2006, mamalia memiliki suatu aparatus untuk meningkatkan ketebalan rambut.
Termasuk diantaranya adalah piloereksi, berdirinya rambut-rambut tunggal akibat kontraksi otot-
otot piloerektor dibagian dasar masing-masing rambut. Baik temperatur dingin maupun reaksi
emosional semacam perasaan takut memicu piloereksi. Jika penyesuaian perilaku, penggerakan
aliran darah ke permukaan kulit dan piloereksi ternyata tidak cukup, sebuah respon yang unik
bisa dirangsang agar terjadi menggigil. Hal ini juga terjadi pada mencit, sehingga mencit
mengalami tremor dan letargi.
Organ viseral mencit perlu diamati untuk dapat mengetahui seberapa besar dampak
pendedahan CdSO4 terhadap organ-organ serta menganalisis dampak pendedahan terhadap organ
tersebut. Berikut merupakan grafik berat organ viseral mencit.
0.18
0.16
Proporsi Berat Organ Viseral Mencit (gram)
0.14
0.12 Pulmo
0.1 Cor
Limpa
0.08 Pankreas
0.06 Hepar
Ren
0.04 Intestinum
Gastrum
0.02
0
0 2.5 4 6.3 10
Dosis mg/Kg bb.
Tabel 2. . Menunjukkan hampir keseluruhan telah terjadi perubahan kondisi fisik organ
viseral mencit yang telah didedahkan CdSO4. Organ limpha pada dosis pendedahan 2,5 dan 4
mg/kg bb mengalami perubahan warna dari control yang berwarna merah bata menjadi warna
merah kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan limpha akibat Cd.
Pemberian Cd dapat menyebabkan penurunan jumlah anti bodi pada mencit sehingga daya tahan
terhadap virus dan bakteri berkurang (Pool,1981).. Pengamatan makroskopis organ pancreas
menunjukkan perubahan warna pada dosis pendedahan CdSO 4 4 mg/kg bb dari warna krem
menjadi kepucatan. Keracunan Cd dapat menyebabkan penurunan fungsi pancreas. Efek
pemberian Cd pada hewan mempengaruhi metabolisme karbohidrat.
Pengamatan makroskopis Organ sistem pencernaan yang terdiri dari gastrum dan
intestinum menunjukkan telah terjadi perubahan warna. Organ gastrum pada dosis 4 dan 6,3
mg/kg bb dari warna krem menjadi kepucatan, sedangkan intestinum mengalami perubahan
warna pada dosisi 2,5, 4, dan 6,3 mg/kg bb dari warna kuning kehijauan menjadi kuning pucat.
kerusakan organ sistem pencernaan dapat mempengaruhi proses pencernaan mencit, sehingga
tidak dapat menyerap nutrisi yang terdapat dalam makanan secara maksimal.
Organ sistem ekskresi mencit merupakan organ-organ yang mempunyai dampak yang
paling parah. Hal ini dikarenakan organ-organ ini sangat berperan dalam pengeluaran senyawa-
senyawa toksik yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh serta organ pada sistem ekskresi
merupakan target organ yang paling banyak menyerap Cd (Pool,1981). Sistem organ ekskresi
terdiri dari pulmo, ren dan hepar. Organ hepar menunjukkan perubahan warna pada dosis 4
mg/kg bb menjadi lebih pucat dan pada dosis 6,3 mg/kg bb menjadi kehitaman. Menurut
Peerebom (1981) Cd yang terserap dalam tubuh sebanyak 64 % akan ditimbun di dalam hati
dalam waktu 4 jam, kemudian Cd akan disebarluaskan diantara sel-sel hati. Organ ren
menunjukkan perubahan warna pada dosis 2,5 dan 6,3 mg/kg bb menjadi lebih pucat serta pada
dosis 4 mg/kg bb menjadi lebih kehitaman. Menurut Benard et al (1981) cadmium yang
tertimbun di dalam ginjal akan menyebabkan proteinria yang merupakan awal dari lesio pada
ren. Pengamatan makroskopis terhadap organ pulmo menunjukkan perubahan warna menjadi
lebih pucat pada dosis 6,3 mg/kg bb. Pendedahan Cd dengan dosis tinggi akan meenyebabkan
emphysema pulmonum. Hal ini disebabkan karena Cd dapat mengakibatkan pecahnya dinding
alveoli paru-paru (Anon, 1982).
Pengamatan terhadap cor menunjukkan perubahan warna menjadi merah pucat pada dosis
4 mg/kg bb dan merah hitam pucat pada dosis 6,3 mg/kg bb. Cor merupakan salah satu organ
penyusun sistem sirkulasi. Pendedahan Cd dalam dosis tinggi pada jantung dapat menyebabkan
terjadinya hipertropi cor. Hipertropi adalah peningkatan volume organ atau jaringan akibat
pembesaran komponen sel (Anon, 1982).
Langkah selanjutnya setelah pengamatan organ viseral ialah penentuan LD 50 CdSO4. LD50
merupakan dosis yang menyebabkan 50% kematian dari populasi. Berikut merupakan tabel
kematian mencit pada saat 96 jam setelah penyuntikan.
Tabel 2. Menunjukkan individu mencit yang mengalami kematian pada saat 96 jam
setelah pendedahan. Individu mencit yang mengalami kematian terdapat pada pendedahan dosis
CdSO4 4 dan 10 mg/kg bb masing masing sebanyak 1 dan 2 individu mencit. Individu mencit
yang didedahkan CdSO4 0, 2,5 dan 6,3 mg/kg bb tidak mengalami kematian. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa adanya efek CdSO4 sesuai dengan dosis yang didedahkan. Semakin tinggi
CdSO4 yang didedahkan maka efek terhadap tubuh mencit akan semakin besar, hal ini
dikarenakan seluruh organ-organ mempunyai batasan maksimum terhadap zat beracun seperti
Cd, ketika zat toksik tersebut tidak dapat ditoleransi oleh berbagai organ tubuh, maka zat tersebut
dapat merusak suatu unit struktural sel pada organ-organ penyusun tubuh mencit.
Tabel 2 diatas merupakan tabel nilai probit yang dapat dihitung dari % kematian pada
mencit di masing-masing dosis. Pada dosis 4 mg/kg bb dan 10 mg/kg bb memiliki % kematian
sebesar 33 % dan 67 %. Kematian dari koreksi % kematian dapat menghasilkan nilai besarnya
nilai probit. Pada koreksi % kematian 67 % maka nilai probitnya adalah 5.44, sedangkan pada
koreksi % kematian 33 % maka nilai probitnya adalah 4,56. Analisis probit digunakan dalam
pengujian biologis untuk mengetahui respon subyek yang diteliti oleh adanya stimuli dalam hal
ini CdSO4 dengan mengetahui respon berupa mortalitas. (Negara, 2003 ).
Selanjutnya, dengan membuat grafik regresi linier dengan sumbu x = log 10 dan sumbu y =
nilai probit. Sehingga didapatkan grafik sebagai berikut.
6
4
f(x) = 4.37x - 0.44
nilai probit
3 R² = 0.37
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
log10 dosis
5.1. Kesimpulan
1. Nilai Lethal Dose Cadmium Sulfat (CdSO4)/ LD50 sebesar 17.37 mg/Kg bb
2. Ada perubahan berat badan, kondisi fisik, serta organ visceral pada mencit di
masing-masing kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol.
3. Perbedaan dosis sangat mempengaruhi berat organ viseral dan pengamatan
makroskopiss
DAFTAR PUSTAKA
Anon, B.R. 1982. Acute Cadmium Pneumonitis. Ind. Med., 39 (4) : 411-412.
Bernard, A. 1981. Characteristic of Proteinuria by Prolonged Oral Administration of Cadmium
in Female Rats. Tox. Let., 20 (4) : 411-412
Hrapkiewicz, K., Medina, L. and Holmes, D.D. (1998). Clinical Medicine of Small Mammals
and Primates, pp. 3–30. lowa State University Press.
Lu, F. C., 1991. Toksikologi Dasar Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko, diterjemahkan
oleh Nugroho,E., Edisi Kedua. UI Press. Jakarta
Negara, Abdi. 2003. Penggunaan Analisis Probit Untuk Pendugaan Tingkat Kepekaan
Spodoptera exigua Terhadap Deltametrin Di Daerah Istimewa Jogjakarta. Sulawesi
Tengah : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Peerebom, J.W. 1981. Exposure and Toxic Effects of Cadmium Part 2. Toxic Effect of Cadmium
to Animals and Man. Tox Environ. Health Perspect., 4 : 107-178
Pool, M.L. 1981. Exposure and Health Effects of Cadmium on Enzymes Activaties., Tox.
Environ, Chemist. Rev., 4 : 179-203
Sulastry, feni. 2009. Uji Toskisitas Akut yang Diukur Dengan Penentuan LD50 Ekstrak Daun
Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) Terhadap Mencit BALB/C. Semarang: UNDIP
LAMPIRAN
1. Perhitungan Koreksi % kematian diperoleh dari :
Dosis 4 mg/kg.bb
kematian yang teramati− kematian kontrol
Koreksi kematian= × 100
100− kematian kontrol
33,33−0
¿ × 100 =33,33
100−0
Dosis 10 mg/kg.bb
kematian yang teramati− kematian kontrol
Koreksi kematian= × 100
100− kematian kontrol
67−0
¿ × 100 =67
100−0