Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

Uji Toksisitas Akut pada Mus Musculus

jdjjkadjkajdksjsk

Dosen Pembimbing :
Ibu Indri Ganarsih M, Si.
Ibu Etyn Yunita M, Si.

Kelompok : 4 (Empat)
Kelas : Biologi 5 A
Ayu Septiawan (1110095000004)
M Fazri Hikmatyar (1110095000010)
Mutia Widi Riani (1110095000016)
Rachma Fauziah (1110095000025)
Hartadi Wiryawan (11100950000xx)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Efek toksik dari bahan pencemar yang berasal dari logam berat dapat mengakibatkan
kerusakan organ-organ atau bahkan bahkan kematian pada makhluk hidup. Salah satu logam
berat yang dapat memberikan efek toksin adalah Cd (Cadmium). Cadmium merupakan salah
satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh
darah. Cadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat
terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Zat beracun tersebut dapat masuk ke
tubuh manusia elalui sistem pencernaan dan sistem pernapasan. Keracunan logam kadmium
terdiri dari 15-50% penyerapan melalui sistem pernapasan dan 2-7% melalui sistem
pencernaan. Target organ adalah hati, plasenta, ginjal, paru-paru, otak, dan tulang.
Uji toksisitas akut dilakukan untuk mengetahui efek dari logam Cd (Cadmium) didalam
larutan kadmium sulfat (CdSO4). Penggunaan larutan kadmium sulfat (CdSO4) bertujuan
untuk memudahkan pendedahan yang dilakukan secara intraperitoneal terhadap mencit. Uji
toksisitas akut ini dilakukan untuk memperkirakan LD 50 sehingga dapat diketahui besarnya
dosis zat toksik yang mangakibatkan kematian 50% hewan uji untuk selanjutnya dapat
dikonversi ke manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengaruh dosis logam berat CdSO4 terhadap kondisi Mus musculus betina.
2. Pengaruh pemaparan CdSO4 yang dibandingkan dengan kontrol terhadap organ visceral
Mus musculus betina.

1.3 Tujuan
1. Menentukan Lethal Dose Cadmium Sulfat / LD50 CdSO4 pada Mus musculus.
2. Mengetahui tingkat toksisitas CdSO4 berdasarkan konsentrasi tertentu.
3. Mengetahui efek toksisitas akut sebagai akibat dari pendedahan jangka pendek dengan
dosis tertentu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hewan Percobaan


Pemilihan spesies hewan coba yang lazim digunakan pada uji toksisitas akut adalah tikus,
mencit, marmut, kelinci, babi, anjing, dan monyet. Pertimbangan dalam memilih hewan coba
biasanya didasarkan pada avaibilitas, harga, dan kemudahan dalam perawatan. Namun seiring
perkembangan zaman, tipe metabolisme, farmakokinetik, dan perbandingan catatan atau sejarah
avaibilitas juga ikut dipertimbangkan. Hewan yang paling sering dipakai adalah mencit dengan
mempertimbangkan faktor ukuran, kemudahan perawatan, harga, dan hasil yang cukup konsisten
dan relevan. Hewan percobaan yang digunakan dalam praktikum kali ini memiliki klasifikasi
sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : M. musculus
Hewan mencit atau Mus musculus adalah tikus rumah yang termasuk ke dalam ordo
rodentia dan family Muridae. Mencit dewasa biasa memiliki berat antara 25-40gram dan
mempunyai berbagai macam warna. Mayoritas mencit laboratorium adalah strain albino yang
mempunyai warna bulu putih dan mata merah muda (Hrapkiewicz etal, 1998).
Mencit merupakan hewan yang tidak mempunyai kelenjar keringat, jantung terdiri dari
empat ruang dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Percobaan
dalam menangani hewan yang akan diuji cenderung memiliki karakteristik yang berbeda, seperti
mencit lebih penakut dan fotofobik, cenderung sembunyi dan berkumpul dengan sesama, mudah
ditangani, lebih aktif pada malam hari (nocturnal), aktivitas terganggu dengan adanya manusia,
suhu normal 37,40 C, lajurespirasi 163/menit sedangkan pada hewan tikus sangat cerdas, mudah
ditangani, tidak bersifat fotofobik, lebih resisten terhadap infeksi, kecenderungan berkumpul
dengan sesama sangat kurang, jika makanan kurang atau diperlakukan secara kasar akan menjadi
liar dan galak, suhu normal 37,50 C, laju respirasi 210/menit pada mencit dan tikus
persamaannya gigi seri pada keduanya sering digunakan untuk mengerat /menggigit benda-benda
yang keras.

2.2. Uji Toksisitas Akut

Uji toksisitas adalah untuk menentukan sifat akut atau kronik limbah. Pengujian toksisitas
bertujuan untuk menilai efek racun terhadap organisme, menganalisis secara obyektif resiko
yang dihadapi akibat adanya racun di lingkungan. Toksisitas akut terjadi pada dosis tinggi, waktu
pemaparan pendek dengan efek parah dan mendadak dimana organ absorpsi dan eksresi terkena.
Sedangkan toksisitas kronis terjadi pada dosis tidak tinggi pemaparan menahun, gejala tidak
mendadak atau gradual, intensitas efek dapat parah/ tidak.Jenis uji yang digunakan tergantung
pada penggunaan zat kimia dan manusia yang terpapar.
Uji toksisitas akut dilakukan dengan memberikan zat kimia yang diuji sebanyak satu kali,
atau beberapa kali dalam waktu 24 jam. Terdapat beberapa macam cara untuk pengujian
toksisitas akut, yaitu oral, parenteral, inhalasi, kulit dan mata. Suatu indeks untuk mendefinisikan
toksisitas akut dikenal dengan istilah LD50. Pengertian dari LD50 adalah dosis tunggal dari
suatu zat, yang diturunkan secara statistik, yang menyebabkan kematian 50% hewan uji. Uji
toksisitas akut bertujuan untuk menyelidiki intrinsik dari suatu bahan kimia, untuk menilai jenis
hewan yang peka, menyeleksi tingkat dosis dalam penelitian lebih lanjut, dan untuk memperoleh
informasi mengenai dampak merugikan yang dapat muncul pada organ.
2.3. Uji Toksisitas CdSO4 terhadap Hewan dan Tumbuhan
Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan dengan dosis, waktu dan
cara pemberian tertentu telah banyak dilaporkan menyebabkan kelambatan perkembangan dan
embrio abnormal. Selain efek tersebut bahan-bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya
penurunan indeks mitosis pada sel, baik sel tubuh ataupun sel embrio (blastomer) serta
menyebabkan terjadinya aberasi kromosom. Penurunan indeks mitosis berarti telah terjadi
kelambatan pembelahan sel, jika waktu pembelahan sel lambat maka akan menyebabkan
kelambatan perkembangan suatu organisme.
Cd termasuk dalam logam berat non-esensial, dalam jumlah yang berlebih menyebabkan
toksisitas pada manusia, hewan dan tumbuhan. Akumulasi pada tumbuhan dapat memicu
perubahan ekspresi protein. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil protein bayam cabut
(Amaranthus tricolor, L.) pada cekaman Kadmium (Cd) dilaksanakan di Laboratorium Botani
Biologi ITS, secara deskriptif eskperimental dengan metode elektroforesis SDS-PAGE. daun
bayam cabut (Amaranthus tricolor, L.) diperlakukan CdSO4 dengan konsentrasi 0 ppm (kontrol),
1, 2, dan 3 ppm. Analisis dengan elektroforesis SDS-PAGE menunjukkan bahwa dengan
perlakuan konsentrasi 1, 2 membentuk 18 pita protein dan 3 ppm 17 pita protein. Pita protein
yang terlihat pada perlakuan 1, 2 dan 3 ppm yang berbeda dengan kontrol di duga sebagai
fitokelatin mempunyai berat molekul 15.9 kDa, 39.2 kDa, 21 kDa dan 64.28 kDa. Protein
fitokelatin pada tumbuhan diketahui berperan sebagai protein pertahanan dan pengikat logam
cadmium (Cd).
2.3. Efek Toksisitas CdSO4 terhadap Sistem Organ Manusia
Cadmium ditemukan dalam pembuatan baterai, plastik PVC, pigmen cat, pupuk, rokok,
dan kerang yang berada di sekitar lingkungan pabrik. Logam berat ini bergabung bersama timbal
(Pb) dan merkuri sebagai the big three heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada
kesehatan manusia. Cadmium di alam biasanya berikatan dengan sulfat membentuk senyawa
CdSO4. Walaupun kadar logam dalam tanah, air, dan udara rendah, namun dapat meningkat
apabila manusia menggunakan produk-produk dan peralatan yang mengandung logam, pabrik-
pabrik yang menggunakan logam, pertambangan logamdan pemurnian logam.
 Efek Kadmium Terhadap Ginjal
Logam Cd dapat menimbulkan gangguan dan bahkan mampu menimbulkan kerusakan pada
sistem yang bekerja di ginjal. Kerusakan yang terjadi pada sistem ginjal dapat dideteksi dari
tingkat jumlah atau jumlah kandungan protein yang terdapat dalam urine. Petunjuk kerusakan
yang dapat terjadi pada ginjal akibat logam kadmium yaitu terjadinya asam amniouria dan
glokosuria, dan ketidaknormalan kandungan asam urat kalsium dan fosfor dalam urine.
 Efek Kadmium Terhadap Paru
Keracunan yang disebabkan oleh peristiwa terhirupnya uap dan atau debu kadmium juga
mengakibatkan kerusakan terhadap organ respirasi paru-paru. Kerusakan paru-paru tersebut
dapat terjadi sebagai akibat dari keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd.

 Efek Kadmium Terhadap Tulang


Efek keracunan kadmium juga dapat mebgakibatkan kerapuhan pada tulang. Gejala rasa sakit
pada tulang sehingga menyulitkan untuk berjalan. Terjadi pada pekerja yang bekerja pada
industri yang menggunakan kadmium. Penyakit tersebut dinamakan “itai-itai”.
 Efek Kadmium Terhadap Sistem Reproduksi
Daya racun yang dimiliki oleh kadmium juga mempengaruhi sistem reproduksi dan organ-
organya. Pada konsentrasi tertentu kadmium dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-
laki. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa akibat terpapar oleh uap logam cadmium dapat
mengakibatkan impotensi.
2.4. Jalur-jalur Pendedahan dan Penjelasannya
Cara pendedahan zat pada hewan percobaan harus dilakukan secara tepat. Hal ini
dikarenakan pendedahan hewan dilakukan dengan tujuan untuk meneliti anatomi dan fisiologi
hewan percobaan tersebut. Jika cara pendedahan yang dilakukan tidak sesuai prosedur, maka
hewan percobaan akan cacat atau bahkan mati ketika kita memerlukan data-data untuk proses
penelitian.
Jalur pendedahan melalui kulit adalah yang paling mudah. Cukup hanya dengan
mengoleskan zat pada bagian kulit yang diinginkan. Pendedahan melalui saluran pernapasan juga
cukup mudah untuk dilakukan, yaitu dengan cara memaksa hewan menghisap zat yang ingin kita
masukkan.
Oral gavage merupakan metode yang banyak dilakukan di kalangan ilmuan. Untuk
mengurangi resiko yang tidak baik dalam penggunaanya, penting untuk dianjurkan bahwa
ketrampilan merupakan hal yang harus dimiliki orang yang melakukan pendedahan secara oral
gavage. Menurut Zhang (2012) sebagai alternatif gavage, beberapa bahan bisa dimakan secara
sukarela pada campuran yang enak. Pemberian secara oral gavage dilakukan melalui saluran
pencernaan, oleh karena itu penting untuk membuat mencit agar tidak stress. Volume maksimal
pendedahan secara oral gavage adalah 0,1 mL.
Injeksi secara subkutan biasanya paling tidak menyakitkan diantara metode injeksi yang
lain. Injeksi ini dilakukan dengan cara memasukkan zat ke dalam lapisan kulit menggunakan
jarum suntik. Meskipun demikian, metode ini hanya digunakan untuk beberapa maksud
penelitian saja. Jika ingin meneliti sistem pencernaan, maka metode ini tidak tepat digunakan
(anonim, 2012). Volume maksimal zat yang dapat dimasukkan melalui metode subkutan adalah
0,05 sampai 0,2 mL bergantung pada berat hewan.
Injeksi intravena merupakan metode injeksi yang cukup sulit dilakukan oleh orang yang
kurang berpengalaman. Untuk melakukan injeksi intravena dapat menyebabkan masalah pada
mencit bila terjadi kesalahan saat dilakukan injeksi (Institute of Animal Technology, 2012).
Injeksi intravena langsung memasukkan zat ke aliran darah melalui ekor (pada mencit). Injeksi
ini digunakan untuk meneliti penyakit-penyakit atau gangguan kesehatan yang membutuhkan
penedahan zat langsung ke aliran darah. Volume maksimal zat yang dapat dimasukkan melalui
metode subkutan adalah 0,1 sampai 0,25 mL bergantung pada berat hewan.

Injeksi intraperitonial dilakukan dengan cara memasukkan zat ke rongga abdomen.


Menurut tim dari Procedures with care (2010), injeksi intraperitonial meskipun sering dilakukan
sebagai salah satu metode untuk injeksi zat seperti anestesi, tingkat kegagalannya cukup tinggi,
oleh karena itu disarankan untuk beralih ke injeksi subkutan atau oral gavage jika hanya untuk
memasukkan zat anestesi. Volume maksimal zat yang dapat dimasukkan melalui metode
subkutan adalah 0,25 sampai 1,5 mL bergantung pada berat hewan.
BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu dan Lokasi


Praktikum dimulai pada 18 Oktober – 1 November 2012. Praktikum ini dilakukan selama
4 hari untuk aklimasi, dan 10 hari untuk waktu pengamatan setelah pendedahan. Lokasi di Pusat
Laboratorium Terpadu Lantai 4 Lab. Biologi Dasar.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kandang mencit, tempat makan mencit,
tempat untuk air minum mencit, timbangan analitik, timbangan presisi, pinset, wadah plastik,
cawan petri, syrinx, spatula, gelas beaker, batang pengaduk atau magnetic stirrer, botol larutan,
gunting bedah, pisau bedah, jarum pentul, papan bedah, dan kamera
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah mencit (Mus muscullus), sarung
tangan, aquabidestilata, CdSO4, alumunium foil, aquadest, pelet anak babi, kertas, plastik, label,
tisu, dan sabun pencuci tangan.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Pemilihan hewan uji
Hewan uji yang dipakai adalah Mus musculus dimana kondisi fisiknya harus sehat.
Sebelum digunakan untuk pengujian Mus musculus sudah diaklimatisasi terlebih dahulu
(penyesuaian dengan kondisi laboratorium) selama satu minggu. Umur reproduksi Mus musculus
sudah cukup (dewasa) dimana untuk Mus musculus jantan umurnya adalah 12 minggu dan untuk
Mus musculus betina umurnya adalah 10 minggu. Distribusi dari berat badan Mus musculus
harus merata dengan range persentase 10-20% dan jumlah ulangan perdosis adalah (n-1) (t-1)
≥15.
3.3.2 Penentuan jumlah dosis yang digunakan untuk mencit (Mus musculus)
Sebelum membuat larutan CdSO4 yang diperlukan adalah jumlah dosis untuk LD50. Dosis
tertinggi CdSO4 diperoleh dari studi literatur penelitian sebelumnya dimana didapat sebesar dosis
tertinggi = 10 mg/Kg b.b. Dosis terendah = 2,5 mg/Kg b.b dan jumlah kelompok perlakuan ada
4. Perhitungan dosis menggunakan rumus Laurence & Bacharah (1964) yaitu F= √r I .
Setelah nilai F sudah didapat maka dosis tertinggi dibagi dengan nilai F tersebut. Hasil
pembagian tersebut dibagi lagi dengan nilai F sampai batas dosis terendah.
3.3.3 Pembuatan Larutan CdSO4
Setelah perhitungan jumlah dosis didapat, dosis-dosis tersebut dikonversikan kedalam 0,1
mL/ 10 gram b.b. dan satuan hasil konversinya adalah mg/10 mL. Setelah itu praktikan harus
membuat larutan stok CdSO4 yang dosisnya 10 lipat lebih pekat dari dari zat uji dengan dosis
tertinggi. Pembuatan larutan stok untuk menghindari penguapan berlebih dari zat. Langkah
pertama pembuatan larutan stok CdSO4 yaitu padatan CdSO4 diambil dengan menggunakan
spatula dan ditimbang menggunakan timbangan analitik digital dengan memberi alas alumunium
foil. Padatan CdSO4 dibungkus menggunkan alumunium foil yang sebelumnya menjadi alas pada
saat penimbangan. Setelah itu CdSO4 dipindahkan dari kertas alumunium foil kedalam gelas
beaker. Tuangakan akuabidestilata sesuai dengan volume hasil perhitungan sekaligus dengan
membilas alumunium foil pembungkus CdSO4 untuk menghindari CdSO4 yang tersisa. Larutan
tersebut diaduk dengan meggunakan batang pengaduk atau magnetic stirrer hingga terlarut
dengan sempurna. Larutan stok tersebut dipindahkan kedalam botol larutan yang gelap atau
ditutup alumunium foil untuk menghindari pengaruh cahaya. Larutan stok yang sudah jadi diberi
label tanggal pembutan dan nama pembuat. Larutan stok disimpan didalam lemari es serta untuk
menghindari ketidakakuratan konsentrasi sebaiknya jangan digunakan lebih dari satu bulan.
Setelah larutan stok dibuat langkah selanjutnya adalah membuat larutan dengan berbagai macam
dosis. Pembuatannya dilakukan dengan cara pengenceran menggunakan rumus
V1 x M1 = V2 x M2.
3.3.4 Pendedahan dan pengamatan kondisi pada mencit (Mus muscullus).
Pendedahan dilakukan dengan cara intraperitoneal pada Mus muscullus. Pemegangan
Mus muscullus harus tepat sehingga apabila disuntik Mus muscullus tidak bisa bergerak.
Pemegangan Mus muscullus diusap kulitnya dari bagian dorsal sampai bagian leher lalu Mus
muscullus digenggam bagian dorsalnya sampai Mus muscullus tidak bisa bergerak lagi.
Penyuntikan dengan cara intraperitoneal diarahkan kebagian rongga perut dengan derajat
kemiringan syrinx yaitu 450 . Tepatnya daerah penyuntikkan ditandai dengan lancarnya jarum
syrinx saat masuk ke rongga perut. Pendedahan hanya dilakukan 1 kali. Setelah Mus muscullus
disuntikan larutan CdSO4 lakukan pengamatan kondisi fisik Mus muscullus. Pengamatan
kematian dilakukan pada jam 1, 2, 4,24, 48, 72, 96 dan pengamatan kondisi fisik setiap hari
dilakukan selama 10 hari. Parameter yang diamati adalah: Kulit, rambut, mata, pernafasan,
tingkah laku, motorik, tremor, salivasi, letargi, sistem saraf otonom, berat badan mencit dan berat
feses. Penimbangan berat badan mencit menggunakan timbangan presisi dan penimbangan berat
feses mencit menggunakan timbangan analitik digital. Penimbangan dilakukan rutin setiap hari
dan dicatat hasilnya sampai 10 hari. Setiap hari alas kandang harus diganti dan mencit diberi
makan yaitu pelet anak babi dan diberi minum air.
3.3.5 Pembedahan dan pengamatan organ viseral mencit (Mus muscullus)
Sebelum pembedahan mencit harus dimatikan terlebih dahulu dengan cara dislokasi pada
bagian leher mencit yaitu menggunakan alat tumpul untuk menekan bagian leher dan bagian
ekor mencit ditarik sampai mencit tidak bergerak atau mati. Setelah mencit mati dilakukan
pembedahan dengan menggunakan gunting bedah dimulai dari bagian anus. Organ viseral yang
diamati adalah limpa, ren, gastrum, pulmo, cor, intestinum, pankreas dan hepar. Organ tersebut
dialas alumunium foil yang telah ditimbang beratnya dengan menggunakan timbangan analitik
lalu diletakkan organ yang akan ditimbang. Setelah ditimbang amati secara makroskopis organ
viseral tersebut. Organ viseral dibandingkan dengan kontrol yaitu dilihat dari warna organ,
tekstur membengkak, mengkerut atau mengeras. Foto organ viseral kontrol dengan organ viseral
yang terdedah CdSO4.
3.3.6 Penentuan LD50 pada mencit (Mus muscullus)
Penentuan LD50 dapat dihitung dengan menggunakan analisa probit dilihat dari jumlah
individu yang mati dan koreksi % kematian. Nilai probit didapat dari perhitungan koreksi %
kematian dan nilai probit dilihat menggunakan tabel probit. Selanjutnya dibuat pada microsoft
excel grafik regesi linear dengan sumbu X= log 10 dosis dan sumbu Y= nilai probit. Rumus yang
didapat digunakan untuk mendapatkan nilai X. Setelah nilai X dapat maka hasil harus di antilog
terlebih dahulu itulah nilai dari LD50.
3.4 Analisis data
3.4.1 Distribusi berat badan mencit
X = Berat rata-rata seluruh mencit
Jumlah seluruh mencit
Hasil X digunakan untuk distribusi berat badan mencit. Range persentase dari X adalah sebesar
10-20%.

3.4.2 Jumlah ulangan perdosis


( n - 1) ( t – 1 ) ≥ 15

3.4.3 Menentukan jumlah dosis


Berdasarkan Laurence & Bacharah (1964)
F = √r I
Keterangan: F = nilai koefisien
I = nilai dosis tertinggi per dosis terendah
r = jumlah kelompok perlakuan yang akan diuji (tidak termasuk kontrol) – 1
Dosis tertinggi zat x dibagi dengan nilai F sampai menemukan beberapa dosis dan sampai
batas nilai dosis terendah.

3.4.4 Menentukan LD50/LC50


Koreksi % kematian:
% kematian yang teramati- % kematian kontrol x 100 %
100- % kematian kontrol
Hasil dari koreksi % kematian digunakan untuk melihat nilai probit pada tabel probit.

Contoh hasil rumus regresi linear menggunakan Ms. Excel:


Y = 5,045X – 4,2501
Dengan Y = nilai probit
X = log10
LD50 adalah antilog dari nilai X.

3.4.5 Pembuatan dosis larutan CdSO4


V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan : V1 = Volume larutan 1
M1 = Konsentrasi larutan 1
V2 = Volume larutan 2
M2 = Konsentrasi larutan 2

BAB IV
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini mengenai uji toksisitas akut logam berat CdSO4 yang dilakukan
dengan menggunakan hewan coba mencit (Mus musculus) betina. Logam berat CdSO4
didedahkan secara intraperitoneal dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang berbeda.
Penggunaan larutan CdSO4 untuk mengetahui efek toksik logam berat Cd dalam praktikum kali
ini disebabkan unsur logam berat Cd bukan merupakan unsur bebas yang ada di alam. Sehingga
digunakan senyawa dalam bentuk CdSO4.
Pengaruh pendedahan logam berat CdSO4 dilakukan dengan mengamati berbagai
parameter, diantaranya adalah perubahan berat badan mencit, berat feses, pengamatan fisik, dan
berat organ visceral. Berdasarkan hasil pengamatan perubahan berat badan mencit selama 10
hari, di dapatkan hasil sebagai berikut :
30

25
1
20 2
Berat badan (g)

3
15 4
5
10 6
7
8
5
9
10
0
0 2.5 4 6.3 10
Dosis (mg/ml bb)

Gambar 1. Perubahan Berat Badan Mencit


Grafik 1 memperlihatkan adanya perubahan berat badan pada masing-masing kelompok
dosis yang didedahkan. Grafik 1 menunjukkan nilai yang berbeda-beda selama 10 pengamatan
setelah didedahkan CdSO4. Secara umum pada dosis 2,5 mg/Kg bb. dan 6,3 mg/Kg bb. terjadi
penurunan berat badan mencit, sedangkan pada dosis 4 mg/Kg bb. dan 10 mg/Kg bb. terjadi
peningkatan berat badan mencit. Hal ini terjadi karena perbedaan nafsu makan akibat pengaruh
dosis yang didedahkan yang berpengaruh pada organ pencernaan yang mengakibatkan kerusakan
pada organ pencernaan mencit sehingga terjadi kemapuan penyerapan makanan oleh mencit.

4
H
3.5 1
H
Berat Feses Mencit (gram)

3 2
2.5 H
3
2 H
4
1.5 H
5
1 H
0.5 6
H
0 7
0 2.5 4 6.3 10 H
8
Dosis mg/Kg bb.

Gambar 2. Perubahan Berat Feses Mencit


Grafik 2 menunjukkan terjadinya perubahan secara fluktuatis berat feses tiap hari antar
kelompok dosis yang didedahkan. Pada dosis 0 mg/Kg bb. (kontrol), terlihat terjadi peningkatan
berat feses secara signifikan pada hari ke-4 dan seterusnya. Hal ini karena mencit kelompok
kontrol memiliki nafsu makan yang tinggi sehingga feses/hasil buangan metabolismenya pun
juga meningkat. Sedangkan pada mencit kelompok dosis yang lain mengalami gangguan pada
organ pencernaan sehingga menurunkan nafsu makan mengakibatkan feses yang dihasilkan lebih
sedikit,sehingga jauh berbeda dari kontrol.
Perbedaan berat feses juga terjadi akibat tigkat toksisitas yang dihasilkan pada masing-
asing konsentrasi mengakibatkan terganggunya metabolisme yang terjadi pada tubuh mencit.
Pengukuran berat feses juga dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
antara CdSO4 dengan fungsi pencernaan. Cadmium tidak diabsorpsi dengan baik, yaitu sekitar 5-
8%. Namun, itu tetap lebih tinggi dibandingkan absorpsi mineraldan sulit dieliminasi dari dalam
tubuh sehingga akan dideposit di dalam tubuh. Cadmium diabsorpsi dan diakumulasi. Ekskresi
Cd terjadi melalui urin dan feses (Widowati,2008).
Berat feses juga berpengaruh terhadap berat badan, makin banyak feses yang
dikeluarkan, maka berat badan akan semakin berkurang karena hanya sedikit makanan yang
diserap akibat terganggunya system pencernaan akibat pendedahan. Begitu pula sebaliknya,
semakin kecil berat feses yang dikeluarkan maka semakin bertambah berat badannya. Hal ini
dikarenakan penyerapan makanan oleh tubuh dapat diserap secara optimal.
Pengamatan fisik mencit dilakukan selama 10 hari. Pengamatan fisik ini dilakukan untuk
mengatahui efek pemberian berbagai dosis CdSO 4 terhadap mencit. Berikut merupakan tabel
pengamatan fisik mencit.
Tabel 1. Pengamatan Fisik
Parameter Kelompok dosis (mg/kg bb)

0 10 6.3 4 2,5

Kulit&rambu Normal Berdiri Rontok Berdiri Normal


t

Mata Normal Menyipit Menyipit Menyipit Menyipit

Pernafasan Normal Normal Normal Normal Normal

Tingkah laku Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif


Motorik Respon Respon Respon Respon Respon
positif positif positif Positif positif
Tremor Normal Normal Normal Normal Normal

Salivasi Normal Normal Normal Normal Normal

Letargi Normal Normal Normal Normal Normal

Sistem saraf Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif


otonom

Paparan logam Cd pada mencit dapat terlihat pengaruhnya melalui pengamatan fisik.
Secara umum yang terlihat pengaruh adanya paparan Cd dalam tubuh mencit yaitu terjadinya
kerontokan pada rambut mencit dan juga membuat rambut menjadi berdiri serta adanya tanda-
tanda mata yang menjadi menyipit merupakan suatu respon terhadap adanya racun didalam
tubuh. Pada pengamatan 1, 2, 4 jam setelah pendedahan terlihat adanya perubahan fisik mencit.
Kelompok perlakuan dosis 10 mg/Kg bb., 6,3 mg/Kg bb., 4 mg/Kg bb., dan 2,5 mg/Kg bb., rata-
rata mengalami tremor, letargi, nafas yang sedikit terengah-engah, mata menyipit dan rambut
berdiri. Hal ini terjadi dapat dikarenakan dosis yang didedahkan langsung terabsorbsi dan
bereaksi ke organ-organ tertentu yang menyebabkan abnormalitas organ mencit terlihat pada
kondisi fisiknya. Namun hal ini tidak berlangsung lama karena adanya mekanisme utuk
detoksifikasi dalam tubuh mencit untuk merespon adanya inhibitor seperti logam Cd yang
didedahkan pada mencit tersebut.
Mencit juga mengalami homeostasis untuk mengembalikan keadaan tubuhnya kembali
seperti semula. Efek dari Cd yang terdedah kedalam tubuh akan membuat jantung bekerja lebih
keras dan lebih cepat untuk menyesuaikan diri, sehingga membuat nafas terengah-engah.
Menurut Gourge, 2006, mamalia memiliki suatu aparatus untuk meningkatkan ketebalan rambut.
Termasuk diantaranya adalah piloereksi, berdirinya rambut-rambut tunggal akibat kontraksi otot-
otot piloerektor dibagian dasar masing-masing rambut. Baik temperatur dingin maupun reaksi
emosional semacam perasaan takut memicu piloereksi. Jika penyesuaian perilaku, penggerakan
aliran darah ke permukaan kulit dan piloereksi ternyata tidak cukup, sebuah respon yang unik
bisa dirangsang agar terjadi menggigil. Hal ini juga terjadi pada mencit, sehingga mencit
mengalami tremor dan letargi.
Organ viseral mencit perlu diamati untuk dapat mengetahui seberapa besar dampak
pendedahan CdSO4 terhadap organ-organ serta menganalisis dampak pendedahan terhadap organ
tersebut. Berikut merupakan grafik berat organ viseral mencit.
0.18

0.16
Proporsi Berat Organ Viseral Mencit (gram)

0.14

0.12 Pulmo
0.1 Cor
Limpa
0.08 Pankreas
0.06 Hepar
Ren
0.04 Intestinum
Gastrum
0.02

0
0 2.5 4 6.3 10
Dosis mg/Kg bb.

Gambar 3. Proporsi Berat Organ visceral


Proporsi berat organ visceral pada gambar 1. Menunjukkan secara keseluruhan adanya
fluktuasi proporsi berat organ visceral pada mencit akibat pemberian dosis CdSO 4. Gambar 1.
Juga menunjukkan bahwa berat organ visceral tidak mengalami penurunan secara signifikan
seiring kenaikan dosis CdSO4 yang didedahkan. Berat masing-masing organ visceral pada dosis
pendedahan 2,5 mg/kg bb CdSO4 mengalami penurunan secara keseluruhan dari kontrol.
Penurunan ini disebabkan oleh penimbunan Cd di dalam berbagai macam-macam organ tubuh
terutama ren, hepar, dan pulmo, tetapi dapat juga ditimbun di dalam pankreas, jantung, limpa,
dan jaringan adiposa (Peereboom, 1981) . Penimbunan Cd pada berbagai macam organ ini akan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel yang menyusun organ-organ sehingga berat keseluruhan
organ menurun.
Berat organ visceral pada dosis pendedahan CdSO 4 4 mg/kg bb terlihat bahwa ada
fluktuasi jika dibandingkan dengan control maupun dosis pendedahan sebelumnya. Organ hepar,
ren, intestinum, cor, pancreas, limpha mengalami kenaikan berat sedangkan organ lain beratnya
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan dosis 2,5 mg/kg bb. Kenaikan berat organ
intestinum dapat dikarenakan adanya variasi pemberian jenis pakan, dan pemberian pakan yang
berbeda juga dapat menyebabkan kenaikan berat organ intestinum, sedangkan kenaikan berat
organ limpha menurut Yamada et al (1981) dikarenakan secara histopatologis pulpa putih akan
berkurang sedangkan dalam pulpa merah terjadi infiltrasi sel leukosit berinti polimorf dan sel-sel
myeloid. Berat seluruh organ visceral pada dosis pendedahan CdSO 4 6,3 mg/kg bb mengalami
penurunan dari berat control dan berat dosis 2,5 dan 4 mg/kg bb. Penurunan berat badan ini
diakibatkan oleh sama halnya dengan penurunan berat organ visceral pada dosis pendedahan 2,5
mg/kg bb. Pendedahan CdSO4 dosis 10 mg/kg bb menyebabkan kematian individu mencit
seluruhnya, sehingga tidak ada berat organ viseralnya.
Organ-organ viseral selain ditimbang juga diamati secara makroskopis agar dapat
mengetahui pengaruh pendedahan CdSO4 terhadap organ viseral yang lebih spesifik. Berikut
merupakan tabel pengamatan makroskopis organ viseral mencit pada masing-masing dosis
pendedahan.
Tabel 2. Pengamatan Makroskopis Organ viseral
Dosis (mg/kg bb)
Organ
0 2,5 4 6,3
Merah Merah Merah
Limpha Merah bata
bata kehitaman kehitaman
Warna
Pankreas Krem Krem lebih pucat Krem
dari kontrol
Warna
Warna
Gastrum Krem Krem lebih pucat
putih pucat
dari kontrol
Kuning Kuning Kuning Kuning
Intestinum
kehijauan pucat pucat pucat
Merah tua Merah Merah tua
Cor Merah tua
segar pucat pucat
Merah
Merah Merah Merah
Pulmo muda
muda muda muda pucat
segar
Warna lebih
Merah tua Merah tua hitam dari
Hepar Merah
segar pucat kontrol
pucat
Ren Merah tua Merah Merah Merah
segar kehitaman pucat kehitaman

Tabel 2. . Menunjukkan hampir keseluruhan telah terjadi perubahan kondisi fisik organ
viseral mencit yang telah didedahkan CdSO4. Organ limpha pada dosis pendedahan 2,5 dan 4
mg/kg bb mengalami perubahan warna dari control yang berwarna merah bata menjadi warna
merah kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan limpha akibat Cd.
Pemberian Cd dapat menyebabkan penurunan jumlah anti bodi pada mencit sehingga daya tahan
terhadap virus dan bakteri berkurang (Pool,1981).. Pengamatan makroskopis organ pancreas
menunjukkan perubahan warna pada dosis pendedahan CdSO 4 4 mg/kg bb dari warna krem
menjadi kepucatan. Keracunan Cd dapat menyebabkan penurunan fungsi pancreas. Efek
pemberian Cd pada hewan mempengaruhi metabolisme karbohidrat.
Pengamatan makroskopis Organ sistem pencernaan yang terdiri dari gastrum dan
intestinum menunjukkan telah terjadi perubahan warna. Organ gastrum pada dosis 4 dan 6,3
mg/kg bb dari warna krem menjadi kepucatan, sedangkan intestinum mengalami perubahan
warna pada dosisi 2,5, 4, dan 6,3 mg/kg bb dari warna kuning kehijauan menjadi kuning pucat.
kerusakan organ sistem pencernaan dapat mempengaruhi proses pencernaan mencit, sehingga
tidak dapat menyerap nutrisi yang terdapat dalam makanan secara maksimal.
Organ sistem ekskresi mencit merupakan organ-organ yang mempunyai dampak yang
paling parah. Hal ini dikarenakan organ-organ ini sangat berperan dalam pengeluaran senyawa-
senyawa toksik yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh serta organ pada sistem ekskresi
merupakan target organ yang paling banyak menyerap Cd (Pool,1981). Sistem organ ekskresi
terdiri dari pulmo, ren dan hepar. Organ hepar menunjukkan perubahan warna pada dosis 4
mg/kg bb menjadi lebih pucat dan pada dosis 6,3 mg/kg bb menjadi kehitaman. Menurut
Peerebom (1981) Cd yang terserap dalam tubuh sebanyak 64 % akan ditimbun di dalam hati
dalam waktu 4 jam, kemudian Cd akan disebarluaskan diantara sel-sel hati. Organ ren
menunjukkan perubahan warna pada dosis 2,5 dan 6,3 mg/kg bb menjadi lebih pucat serta pada
dosis 4 mg/kg bb menjadi lebih kehitaman. Menurut Benard et al (1981) cadmium yang
tertimbun di dalam ginjal akan menyebabkan proteinria yang merupakan awal dari lesio pada
ren. Pengamatan makroskopis terhadap organ pulmo menunjukkan perubahan warna menjadi
lebih pucat pada dosis 6,3 mg/kg bb. Pendedahan Cd dengan dosis tinggi akan meenyebabkan
emphysema pulmonum. Hal ini disebabkan karena Cd dapat mengakibatkan pecahnya dinding
alveoli paru-paru (Anon, 1982).
Pengamatan terhadap cor menunjukkan perubahan warna menjadi merah pucat pada dosis
4 mg/kg bb dan merah hitam pucat pada dosis 6,3 mg/kg bb. Cor merupakan salah satu organ
penyusun sistem sirkulasi. Pendedahan Cd dalam dosis tinggi pada jantung dapat menyebabkan
terjadinya hipertropi cor. Hipertropi adalah peningkatan volume organ atau jaringan akibat
pembesaran komponen sel (Anon, 1982).
Langkah selanjutnya setelah pengamatan organ viseral ialah penentuan LD 50 CdSO4. LD50
merupakan dosis yang menyebabkan 50% kematian dari populasi. Berikut merupakan tabel
kematian mencit pada saat 96 jam setelah penyuntikan.

Tabel 3. Penentuan LD50 pada saat 96 jam pengamatan


Dosis CdSO4 Jumlah
Jumlah Individu Mati setelah 96 jam
(mg/ml.bb) Individu
0 3 0
2,5 3 0
4 3 1
6,3 3 0
10 3 2

Tabel 2. Menunjukkan individu mencit yang mengalami kematian pada saat 96 jam
setelah pendedahan. Individu mencit yang mengalami kematian terdapat pada pendedahan dosis
CdSO4 4 dan 10 mg/kg bb masing masing sebanyak 1 dan 2 individu mencit. Individu mencit
yang didedahkan CdSO4 0, 2,5 dan 6,3 mg/kg bb tidak mengalami kematian. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa adanya efek CdSO4 sesuai dengan dosis yang didedahkan. Semakin tinggi
CdSO4 yang didedahkan maka efek terhadap tubuh mencit akan semakin besar, hal ini
dikarenakan seluruh organ-organ mempunyai batasan maksimum terhadap zat beracun seperti
Cd, ketika zat toksik tersebut tidak dapat ditoleransi oleh berbagai organ tubuh, maka zat tersebut
dapat merusak suatu unit struktural sel pada organ-organ penyusun tubuh mencit.

Tabel 4. Penentuan Nilai Probit


Dosis Log10 Jumlah Jumlah % Koreksi % Nilai
CdSO4 Dosis Individu Individu kematian Kematian Probit
(mg/ml.bb) Mati
0 - 3 0 0 0 -
2,5 0,397 3 0 0 0 -
4 0,602 3 1 33 33 4,56
6,3 0,799 3 0 0 0 -
10 1 3 2 67 67 5,44

Tabel 2 diatas merupakan tabel nilai probit yang dapat dihitung dari % kematian pada
mencit di masing-masing dosis. Pada dosis 4 mg/kg bb dan 10 mg/kg bb memiliki % kematian
sebesar 33 % dan 67 %. Kematian dari koreksi % kematian dapat menghasilkan nilai besarnya
nilai probit. Pada koreksi % kematian 67 % maka nilai probitnya adalah 5.44, sedangkan pada
koreksi % kematian 33 % maka nilai probitnya adalah 4,56. Analisis probit digunakan dalam
pengujian biologis untuk mengetahui respon subyek yang diteliti oleh adanya stimuli dalam hal
ini CdSO4 dengan mengetahui respon berupa mortalitas. (Negara, 2003 ).
Selanjutnya, dengan membuat grafik regresi linier dengan sumbu x = log 10 dan sumbu y =
nilai probit. Sehingga didapatkan grafik sebagai berikut.
6

4
f(x) = 4.37x - 0.44
nilai probit

3 R² = 0.37

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
log10 dosis

Gambar 4. Grafik regresi linear dengan

Pada grafik dapat diperoleh rumus :


Y = 4.3687 X – 0.4447
Dengan Y = nilai probit
X = log10 dosis
Untuk LD50 berarti kematian 50% maka nilai probitnya adalah 5
Maka Y = 4.3687 X – 0.4447
5 = 4.3687 X – 0.4447
X = 1.24
Maka dosis LD50 adalah antilog X = antilog 1.24 = 17.37 mg/Kg bb
Grafik 1 telah diperoleh rumus y = 4.3687 X – 0.4447 . Sehingga dari hasil tersebut dapat
diperoleh nilai LD50 (kematian 50%) sebesar 17.37 mg/kg bb. Nilai LD50 ini menurut Lu (1991)
termasuk ke dalam kriteria amat sangat toksik karena nilainya diantara 1-50 mg/kg bb.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Nilai Lethal Dose Cadmium Sulfat (CdSO4)/ LD50 sebesar 17.37 mg/Kg bb
2. Ada perubahan berat badan, kondisi fisik, serta organ visceral pada mencit di
masing-masing kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol.
3. Perbedaan dosis sangat mempengaruhi berat organ viseral dan pengamatan
makroskopiss
DAFTAR PUSTAKA

Anon, B.R. 1982. Acute Cadmium Pneumonitis. Ind. Med., 39 (4) : 411-412.
Bernard, A. 1981. Characteristic of Proteinuria by Prolonged Oral Administration of Cadmium
in Female Rats. Tox. Let., 20 (4) : 411-412
Hrapkiewicz, K., Medina, L. and Holmes, D.D. (1998). Clinical Medicine of Small Mammals
and Primates, pp. 3–30. lowa State University Press.
Lu, F. C., 1991. Toksikologi Dasar Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko, diterjemahkan
oleh Nugroho,E., Edisi Kedua. UI Press. Jakarta
Negara, Abdi. 2003. Penggunaan Analisis Probit Untuk Pendugaan Tingkat Kepekaan
Spodoptera exigua Terhadap Deltametrin Di Daerah Istimewa Jogjakarta. Sulawesi
Tengah : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Peerebom, J.W. 1981. Exposure and Toxic Effects of Cadmium Part 2. Toxic Effect of Cadmium
to Animals and Man. Tox Environ. Health Perspect., 4 : 107-178
Pool, M.L. 1981. Exposure and Health Effects of Cadmium on Enzymes Activaties., Tox.
Environ, Chemist. Rev., 4 : 179-203
Sulastry, feni. 2009. Uji Toskisitas Akut yang Diukur Dengan Penentuan LD50 Ekstrak Daun
Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) Terhadap Mencit BALB/C. Semarang: UNDIP

Wisaksono, Satmoko. Efek Toksik dan Cara Menentukan Toksisitas Bahan


Kimia.DirektoratPengawasan Nazaba, Ditjen POM, Departemen Kesehatan RI Jakarta.
Yamada,Y.K. 198. Thymus Atrophy on Mice Caused by Administrated Cadmium., Tox. Let ., B
(1-2) : 49-55
Zhang, Lei. 2011. Voluntary oral administration of drugs in mice, Protocol Exchange,. doi:
10.1038/protex.2011.236. Published online 11 May 2011

LAMPIRAN
1. Perhitungan Koreksi % kematian diperoleh dari :
Dosis 4 mg/kg.bb
kematian yang teramati− kematian kontrol
Koreksi kematian= × 100
100− kematian kontrol
33,33−0
¿ × 100 =33,33
100−0
Dosis 10 mg/kg.bb
kematian yang teramati− kematian kontrol
Koreksi kematian= × 100
100− kematian kontrol
67−0
¿ × 100 =67
100−0

2. Berdasarkan grafik regresi linear dapat diperoleh rumus :


Y = 4.368x – 0.444
Untuk LD50 berarti kematian 50%
maka nilai probitnya adalah 5
Maka Y = 4.368x – 0.444
5 = 4.368x – 0.444
X = 1.24
Maka dosis LD50 adalah
antilog X = antilog 1.24 = 17.37 g/Kg.bb

3. Foto Organ Visceral


Kontrol Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

Anda mungkin juga menyukai