Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Aktiva (Harta) adalah suatu sumber daya ekonomi perusahaan yang juga meliputi

ialah biaya-biaya yang terjadi akibat dari transaksi sebelumnya serta juga memiliki mafaat di
masa yang akan datang.
H(harta)=U(utang)+M(modal)
Harta adalah suatu kekayaan yang dipunyai oleh perusahaan untuk dapat menjalankan
usahanya. Harta perusahaan itu juga dapat di bedakan dari kelancaran (likuiditas), yakni
hartalancar, investasi jangka panjang, harta tetap, harta tak berwujud, serta juga harta-
harta lainnya.

1. Aktifa Lancar (current assets)


aktiva yang diharapkan tersebut dapat dicairkan (diuangkan) tidak lebih dari 1 tahun atau 1
siklus akuntansi. Current assets tersebut terdiri dari :

Kas (cash)
semua aktiva yang tersedia didalam kas perusahaan ataupun juga setara kas yang disimpan di
bank yang bisa di ambil setiap saat.
Surat Berharga (marketable securities) :
pemilikan saham atau juga obligasi perusahaan lain yang mempunyai sifat sementar, yang
sewaktu-waktu bisa dijual kembali.
Piutang dagang (accounts receivable) :
tagihan pada perusahaan kepada pihak lain(debitur) disebabkan karena penjualan barang atau
jasa secara kredit.
Piutang wesel (notes receivable) :
adalah surat perintah penagihan pada seseorang atau juga badan untuk dapat membayar
sejumlah uang di tanggal yang telah ditentukan sebelumnya , pada orang yang namanya
sudah disebut didalam surat.
Piutang pendapatan atau juga Pendapatan yang masih harus diterima (accrued
revenue) : Pendapatan yang sudah menjadi hak, namun tetapi belum diterima
pembayarannya.
Persekot beban atau juga beban dibayar dimuka (prepaid expenses) :
pembayaran beban yang dibayar diawal, namun tetapi belum menjadi suatu kewajiban pada
periode yang bersangkutan.

Perlengkapan (supplies) :
seluruh perlengkapan yang dipakai demi suatu kelancaran usaha, yang bersifat habis pakai.

Persediaan barang dagang (merchandise inventory) :

barang yang di beli ialah dengan tujuan dijual kembali dengan mengharapkan mendapatkan
suatu laba.
2. Investasi jangka panjang (long term investment)
adalah suatu penanaman modal didalam perusahaan lain didalam jangka waktu yang panjang.
Selain itu juga untuk memperoleh laba untuk mengontrol perusahaan tersebut.

3. Aktiva Tetap (fixed assets)


adalah suatu kekayaan yang dipunyai perusahaan yang pemakaiannya(umur ekonomis), lebih
dari satu tahun, digunakan untuk dapat operasi, serta juga tidak untuk dijual. Contoh fixed
assets antara lain :

1. Tanah(land)
2. Gedung atau bangunan (building)
3. Mesin(machinery)
4. Peralatan toko (store equipment)
5. Alat angkut ( delivery equipment)
6. Peralatan kantor (office equipment)

4. Aktiva tetap tak berwujud (intagible fixed assets)


Adalah suatu hak istimewa yang dipunyai suatu perusahaan serta juga memiliki nilai namun
tetapi tidak memiliki bentuk fisik. Yang termasuk didalam intagible fixed assets atau aktiva
tetap tak berwujud , antara lain sebagai berikut :

Good will : nilai lebih yang dipunyai perusahaan dikarenakan keistimewaan tertentu.
Hak Paten : adalah hak tunggan yang diberikan oleh pemerintah kepada seseorang atau juga
badan dikarenakan penemuan tertentu.
Hak Cipta : adalah hak tunggal yang diberikan oleh pemerintah kepada seseorang atau juga
badan dikarenakan adanya hasil karya seni atau tulisan atau juga karya intelektual.
Merek dagang : adalah hak yang diberikan oleh pemerintah kepada suatu badan untuk dapat
menggunakan nama dan juga lambang bagi usahanya.
Hak sewa : adalah hak untuk dapat menggunakan aktiva tetap pihak lain didalam waktu yang
panjang sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.
Franchise : adalah suatu hak istimewa yang diterima oleh seseorang atau juga suatu badan
dari pihak lain untuk dapat mengkomersilkan formula,teknik, atau juga produk tertentu.

Pengertian Pasiva
Pengertian Aktiva dan Pasiva Terlengkap - Pengertian Pasiva adalah suatu pengorbanan
ekonomi yang harus dapat dilakukan oleh suatu perusahaan dimasa yang mendatang.
Pengorbanan untuk masa yang mendatang ini terjadi diakibat oleh kegiatan usaha kewajiban
tersebut dibedakan menjadi utang lancar dan juga utang jangka panjang.

Pasiva (liabilities) adalah suatu kewajiban oleh perusahaan yang harus dibayar padapihak
ketiga (kreditur).Termasuk juga di dalam pasiva (kewajiban yang harus dibayar) adalah suatu
Modal.
Pasiva (liabilities) juga sesuai dengan jangka waktu atau juga umurnya dibagi dalam:

 Utang jangka pendek (current liabilities)


 Utang jangka panjang (long term liabilities)

Utang jangka pendek


adalah suatu utang yang harus segera untuk dilunasi, paling lambat umur dari utang jangka
pendek adalah satu tahun. Yang termasuk didalam kriteria utang jangka pendek di antaranya
adalah sebagai berikut:

Utang Wesel atau Wesel Bayar: adalah wesel yang harus kita bayar pada pihak lain yang
sebelumnya pernah kita berikan kepadanya. Biasanya umur utang wesel tersebut adalah 30
hari, 60 hari, atau juga 90 hari.
Utang Dagang (Account Payable): adalah utang kepada rekanan (suplier) yakni utang dalam
rangka kegiatan atau aktivitas perusahaan, atau utang tersebut terjadi disebabkan karena
membeli barang yang belum dibayar.
Biaya-biaya yang harus dibayar: adalah suatu biaya-biaya yang belum kita lunasi didalam
periode pembukuan tertentu. Misalnya adalah utang gaji, utang upah serta juga utang-utang
biaya lainnya.
Utang Jangka Panjang

yang termasuk utang jangka panjang adalah semua utang yang pembayarannya itu relatif
lama atau panjang. Seperti contohnya utang obligasi (bond payable), utang hipotek (mortage
payable), dan lain sebagainya.

Komponen terakhir dari pasiva adalah suatu modal (capital). Modal atau juga capital itu
diperoleh dari selisih atau juga nilai lebih assets dengan liabilities. Nilai lebih tersebut adalah
hak dari si pemilik perusahaan.

Secara teknis urutan dalam penyusunan Neraca antara lain sebagai berikut:

1. Menuliskan nama perusahaan.


2. Menuliskan jenis laporan, didalam hal ini Neraca.
3. Menuliskan juga saat keadaan keuangan perusahaan itu sudah dilaporkan, misalnya
tanggal, bulan serta juga tahun tertentu.
4. Menyajikan aktiva, kewajiban serta juga modal disusun sesuai dengan ketentuan, serta juga
prinsip-prinsip akuntansi Indonesia.

Penyusunan dalam Neraca tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara antara lain:

1. Bentuk laporan (Staffel)


2. Bentuk Scontro

Sumber penyusunan Neraca tersebut diambil dari kertas kerja lajur Neraca dengan ketentuan
antara lain yaitu:

 untuk aktiva tersebut berada di lajur Neraca sebelah debet.


 untuk kewajiban datanya tersebut di lajur Neraca sebelah kredit.
 untuk modal tersebut diambil dari modal akhir hasil laporan perubahan suatu modal.
share knowledge through simple words

 Home
 About
 contact

Tag Archives: akuisisi


Menilai Keberhasilan Merger dan Akuisisi Berdasarkan
Performansi Perusahaan
Posted on June 22, 2011 by Dr. Mulyani

I. PENDAHULUAN

Adanya globalisasi membuat persaingan dunia bisnis menjadi semakin ketat. Persaingan yang
terjadi bukan lagi hanya berasal dari industri yang sama dalam satu negara tetapi menjadi
semakin luas dengan terlibatnya berbagai perusahaan, baik industri yang sama atau berlainan
dari dalam dan luar negeri. Hal ini didukung dengan adanya perjanjian WTO. Perjanjian
yang disepakati bersama dalam putaran Uruguayatau lebih dikenal dengan nama WTO
(World Trade Organization) telah memaksa banyak negara untuk membuka pintu seluas-
luasnya bagi negara lain untuk membuka usaha di negara tersebut. Perjanjian WTO inilah
yang menjadi tonggak resmi berlakunya globalisasi, khususnya sektor perdagangan antar
negara dan antar wilayah[1]. persaingan global membuat perusahaan harus memikirkan
alternatif stategi untuk bertahan hidup salah satunya adalah dengan melakukan merger dan
Aquisisi.

aktivitas merger Di Amerika Serikat, sudah merupakan hal yang biasa terjadi. di era 1980an
telah terjadi kira-kira 55.000 aktivitas sehingga tahun 1980an sering disebut sebagai dekade
merger mania (Hitt, 2001). Sementara di Indonesia aktivitas merger dan akuisisi mulai marak
dilakukan seiring dengan majunya pasar modal di Indonesia. Beberapa contoh perusahaan di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang melakukan merger diantaranya adalah PT Semen Gresik yang
mengakuisisi PT Semen Padang, PT Gudang Garam merger dengan PT Surya Pamenang dan
PT Nutricia yang mengakuisisi PT Sari Husada.

II. MERGER DAN AKUISISI

1) Definisi Merger

Merger merupakan suatu strategi bisnis yang diterapkan dengan menggabungkan antara dua
atau lebih perusahaan yang setuju menyatukan kegiatan operasionalnya dengan basis yang
relatif seimbang, karena mereka memiliki sumber daya dan kapabilitas yang secara bersama-
sama dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang lebih kuat, (Hitt, et.al., 2001)[2].
Sedangkan menurut Brian Coyle (2000)[3] merger dapat diartikan secara luas maupun secara
sempit. Dalam pengertian yang luas, merger juga menunjuk pada setiap bentuk
pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya, pada saat kegiatan usaha dari
kedua perusahaan tersebut disatukan. Pengertian yang lebih sempit merujuk pada dua
perusahaan dengan ekuitas hampir sama, menggabungkan sumber-sumber daya yang ada
pada kedua perusahaan menjadi satu bentuk usaha. Pemegang saham atau pemilik dari kedua
perusahaan sebelum merger menjadi pemilik dari saham perusahaan hasil merger, dan top
manajemen dari kedua perusahaan tetap menduduki posisi senior dalam perusahaan setelah
merger.

Merger menurut Morris (2000)[4], adalah “the absorption of one corporation into another
corporation,….. Usually but not always, the selling corporation’s shareholders receive stock
in the buying corporation” . Bagi Morris merger dapat dengan mudah dimengerti sebagai
suatu bentuk yang secara struktural serupa dengan pengambilalihan saham. Semua hak dan
kewajiban dari perusahaan yang merger dialihkan demi hukum kepada perusahaan yang
mengambil alih tersebut. Dalam suatu transaksi merger yang sebenarnya terjadi adalah
pengalihan hak dan kewajiban dari perusahaan yang diambil alih ke perusahaan yang
mengambil alih. Pada pengambilalihan saham biasa, hak dan kewajiban dari perusahaan yang
diambil alih tetap dipisahkan dalam suatu perusahaan independen yang berbeda dari
perusahaan yang mengambil alih tersebut. Agar tidak merugikan kepentingan dari perusahaan
yang mengakuisisi, dalam merger, maka diciptakanlah triangular merger, dimana perusahaan
yang mengambil alih mendirikan satu perusahaan baru yang akan mengabsorbsi seluruh hak
dan kewajiban dari perusahaan yang diambil alih tersebut.

2) Definisi Akuisisi

Akuisisi dalam terminologi bisnis diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau


pengendalian atas saham atau asset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam
peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan
hukum yang terpisah. (Abdul Moin, 2004)[5].

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998[6] tentang Penggabungan,


Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas mendefinisikan akuisisi sebagai
perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk
mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan
beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.

3) Macam-macam Merger dan Akuisisi

Merger dan Akuisisi berdasarkan aktivitas ekonomik dapat diklasifikasikan dalam limatipe[7]
:

Merger Horisontal

Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam
industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama
lain dalam pasar/industri yang sama. Salah satu tujuan utama merger dan akuisisi horisontal
adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui
penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan
fasilitas administrasi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin terkonsentrasinya
struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka
struktur pasar bisa mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah pada monopoli.

Merger Vertikal
Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak
dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Merger dan akuisisi tipe ini dilakukan
jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya.
Merger dan akuisisi vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk
mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka
stabilisasi pasokan dan pengguna. Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang
lengkap mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan
input berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan
pemasok. Merger dan akuisisi vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi ke
belakang atau ke bawah (backward/downward integration) dan integrasi ke depan atau ke
atas (forward/upward integration).

Merger Konglomerat

Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak
dalam industri yang tidak terkait. Merger dan akuisisi konglomerat terjadi apabila sebuah
perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang
berbeda sama sekali dengan bisnis semula. Apabila merger dan akuisisi konglomerat ini
dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi.
Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang
berbeda.

Merger Ekstensi Pasar

Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk
secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger dan akuisisi ini terutama untuk
memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan. Merger dan akusisi
ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-perusahan lintas Negara dalam rangka
ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri
dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan
dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor
karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri.

Merger Ekstensi Produk

Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk
memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan
menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang
lebih luas. Merger dan akuisisi ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen
riset dan pengembangan masing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas riset
sehingga lebih produktif dalam inovasi.

Pola adalah sistem bisnis yang diimplementasikan oleh sebuah perusahaan dan dalam hal ini
pola merger adalah sistem bisnis yang akan diadopsi atau yang akan dijadikan acuan oleh
perusahaan hasil merger. Klasifikasi berdasarkan pola merger terbagi dalam dua kategori
yaitu :

a. Mothership Merger
Mothership merger adalah pengadopsian satu pola atau sistem untuk dijadikan pola atau
sistem pada perusahaan hasil merger. Biasanya perusahaan yang dipertahankan hidup adalah
perusahaan yang dominan dan sistem pola bisnis perusahaan yang dominan inilah yang
diadopsi.

b. Platform Merger

Jika dalam mothership merger hanya satu sistem yang diadopsi, maka dalam platform merger
hardware dan software yang menjadi kekuatan masing-masing perusahaan tetap
dipertahankan dan dioptimalkan. Artinya adalah semua system atau pola bisnis, sepanjang itu
baik, akan diadopsi oleh perusahaan hasil merger.

Klasifikasi berdasarkan obyek yang diakuisisi dibedakan atas akuisisi saham dan akuisisi
asset, yaitu :

Akuisisi Saham

Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual beli perusahaan, dan
transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual kepada
pembeli. Karena perusahaan didirikan atas saham-saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik
saham menjual saham-saham mereka kepada pembeli/pengakuisisi.

Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang paling umum ditemui dalam
hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisisi tersebut dapat dilakukan dengan cara membeli
seluruh atau sebagian saham-saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan maupun dengan
atau tanpa melakukan penyetoran atas sebagian maupun seluruh saham yang belum dan akan
dikeluarkan perseroan yang mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham perseroan oleh
perusahaan yang melakukan akuisisi tersebut, yang akan membawa ke arah penguasaan
manajemen dan jalannya perseroan.

Akuisisi Aset

Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia dapat membeli
sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain tersebut. Jika pembelian tersebut hanya
sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan akusisi parsial.

Akuisisi asset secara sederhana dapat dikatakan merupakan :

1. Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset (sebagai pihak pembeli) dengan
pihak yang diakuisisi asetnya (sebagai pihak penjual), jika akuisisi dilakukan dengan
pembayaran uang tunai. Dalam hal ini segala formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu
jual beli harus diberlakukan, termasuk jual beli atas hak atas tanah yang harus dilakukan
dihadapan Pejabat Pembuatan Akta Tanah.
2. Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan suatu kebendaan lain milik dan
pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi tidak dilakukan dengan cara tunai. Dan jika
kebendaan yang dipertukarkan dengan aset merupakan saham-saham, maka akuisisi
tersebut dikenal dengan nama assets for share exchange, dengan akibat hukum bahwa
perseroan yang diakuisisi tersebut menjadi pemegang saham dan perseroan yang diakuisisi.
Untuk melakukan akuisisi, Morris (2000)[8] mengemukakan adanya beberapa hal yang perlu
diketahui terlebih dahulu :

1. Characteristics and size of industry and company


2. Size of market and expected market growth
3. Share of market held by the candidate (to be acquired)
4. Barriers to entry by the new competition
5. State of the acquisition candidate’s technology and easy with which it could be duplicated by
the acquirer or by a competitior
6. Competitive advantage of the acquisition candidate’s product or service
7. Amount of the investment required by the acquirer and the projected return rates
8. Existence of in place management, technical personnel and other key personnel
9. Ability of the acquirer to acquire and retain the acquisition candidate’s business
10. Size and price range

Akuisisi dapat terjadi dalam keseluruhan ataupun secara sebagian. Akuisisi keseluruhan
terjadi jika terjadi pengambilalihan 100% saham perusahaan, sedangkan akuisisi disebut
akuisisi sebagian jika akuisisi dilakukan dengan mengambil alih lebih dari 50% kepemilikan
saham tetapi kurang dari 100%[9].

Akuisisi juga dapat dilakukan dengan cara pembayaran tunai, penerbitan surat-surat
berharga, berbentuk saham (share swap), obligasi,suratutang, dan surat-surat berharga
lainnya, dan Campuran bentuk pembayaran tunai dansuratberharga,

Menurut Coyle[10], Akuisisi dalam prakteknya dapat berbentuk agresive, defensive, dan
negotiated. Akuisisi dikatakan bersifat aggressive, jika akuisisi dilakukan dengan paksa, yang
pada umumnya memperoleh tentangan yang sangat dari manajemen perusahaan yang akan
diambil alih, sehingga seringkali disebut juga dengan hostile take over. Bentuk akuisisi yang
berlawanan dari aggressive acquisition ini adalah negotiated take over. Sedangkan suatu
akuisisi disebut dengan defensif, jika terjadi keadaan tawar menawar antara manajemen
perusahaan yang diambil alih mengenai pihak mana yang disetujui untuk melakukan
pengambilalihan. Defensive acquisition ini pada umumnya terjadi sebagai reaksi dari
aggressive take over. sedikitnya ada lima alasan pokok perusahaan melakukan merger dan
akuisisi[11] yaitu : Faster growt, Vertical integration, Acquisition of intangibles and
personnel, Portfolio investment, Change in industries

4) Manfaat dan Resiko Merger dan Akuisisi

Dalam banyak literature manajemen strategi ditemukan bahwa merger dan akuisisi
memberikan banyak manfaat. Beberapa manfaat yang mungkin dihasilkan dari proses merger
dan akuisisi menurut David (1998)[12] antara lain :

1. Meningkatkan efisiensi melalui sinergi yang tercipta diantara perusahaan yang dimerger
atau diakuisisi.
2. Memperluas portfolio jasa yang ditawarkan yang akan berakibat pada bertambahnya
sumber pendapatan bagi perusahaan.
3. Memperkuat daya saing perusahaan, dan lain sebagainya.
Namun selain manfaat yang mungkin dihasilkan, menurut David (1998) perlu juga
diperhatikan kemungkinan risiko yang akan muncul sebagai hasil dari merger dan akuisisi,
yaitu :

1. Seluruh kewajiban masing-masing perusahaan akan menjadi tanggungan perusahaan hasil


merger atau akuisisi, termasuk kewajiban pembayaran dan penyerahan produk kepada
vendor yang masih terhutang.
2. Beban operasional, terutama dalam jangka pendek, akan semakin meningkat sebagai akibat
dari proses penggabungan usaha.
3. Perbedaan budaya (corporate culture), sistem dan prosedur yang diterapkan dimasing-
masing perusahaan selama ini akan memerlukan penyesuaian dengan waktu yang relatif
lama, dan sebagainya.

5) Faktor Keberhasilan Merger dan Akuisisi

Keberhasilan suatu merger dan akuisisi sangat bergantung pada ketepatan analisis dan
penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras atau kompatibilitas antara
organisasi yang akan bergabung. Neil M. Kay (1997)[13], dalam bukunya Pattern in
Corporate Evolution, mengungkapkan bahwa merger dan akuisisi akan berlangsung sukses
apabila diantara perusahaan yang akan bergabung memiliki market link dan technological
link. Sementara Robins (2000)[14], dalam Organizational Behavior, menambahkan bahwa
kompatibilitas budaya organisasi yang akan bergabung dalam sebuah merger seringkali
menjadi faktor non ekonomi yang krusial dalam mendukung keberhasilan sebuah proses
merger. Sedangkan Pringle dan Harris (1987)[15], dalam bukunya Esentials of Managerial
Finance memandang bahwa kinerja keuangan pada perusahaan hasil merger merupakan
faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih akan bergabung.

1. Faktor Pasar dan Pemasaran

Menurut Neil Kay (1997), perusahaan dapat berhasil dalam melakukan merger dan akuisisi
apabila terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal pasar yang ia sebut sebagai
market linkages. Salah satu hasil yang diharapkan dari merger dan akuisisi adalah sinergi
yang dihasilkan oleh meningkatnya akses perusahaan ke pasar baru yang selama ini tidak
tersentuh.

Sumber-sumber potensial yang dalam hal ini menggabungkan kesempatan pasar dengan
saling berbagi pasar yang ditekuni masing-masing selama ini (cross marketing). Dengan lini
produk yang lebih luas, setiap perusahaan dapat menjual lebih banyak produk kepada
pelanggannya dari yang selama ini telah dilakukannya. Cross-marketing ini memungkinkan
secara cepat masing-masing perusahaan untuk meningkatkan pendapatannya dengan sangat
cepat. Sehingga memungkinkan terjadinya cross selling yang akan meningkatkan pendapatan
perusahaan hasil merger dan akuisisi. Sebagai contoh sarana cross-marketing adalah
kekuatan merk salah satu produk akan memberikan efek kepada produk yang lain yang
didapat dari hasil merger dan akuisisi.

Sustainability perusahaan sangat tergantung pada respon pasar yang positif terhadap apa yang
mereka tawarkan. Meskipun memiliki kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa yang
berkualitas namun bila pasar tidak memberikan respon yang positif maka perusahaan tidak
akan memperoleh profit. Sementara profit merupakan dasar bagi keberlangsungan sebuah
perusahaan.
2. Faktor Teknologi

Menurut Neil Kay (1997)[16], perusahaan dapat melakukan merger dan akuisisi apabila
terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal sumber daya teknologi dan produksi
yang ia sebut sebagai technological linkages. Technological linkages ini dapat meliputi
penggabungan proses produksi karena proses yang sama seperti halnya yang terjadi pada
horizontal merger.

Proses pengembangan produk juga dapat menjadi sarana terjadinya sinergi teknologi
informasi dalam satu organisasi. Ketika teknologi yang digunakan sama maka potensi sinergi
dapat diciptakan. Dengan melakukan proses merger dan akuisisi secara sehat dan suka rela,
potensi sinergi akan menghasilkan skala dan ruang lingkup ekonomi (economy of scale and
scope) yang bermanfaat. Teknologi dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan produksi
dan inovasi yang dimiliki oleh perusahaan yang tercermin dari kualifikasi sumber daya
manusia, skill dan keahlian yang mereka miliki, jenis produk yang mereka tawarkan serta
peralatan barang modal yang mereka gunakan.

Disinilah para pengambil kebijakan juga mesti berhati-hati. Jangan sampai perusahaan hasil
merger dan akuisisi malah menjadi tidak produktif dikarenakan adanya kesenjangan
teknologi.

3. Faktor Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan salah satu aspek non ekonomis yang sangat penting untuk
dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih melakukan merger dan akuisis. Dalam
banyak kasus merger dan akuisisi diberbagai perusahaan, masalah budaya seringkali menjadi
masalah yang sangat krusial. Latar belakang budaya yang sangat berbeda diantara karyawan
dapat menyebabkan karyawan enggan untuk melakukan kerja sama, masing-masing berusaha
melakukan sesuatu berdasarkan cara metode yang selama ini telah mereka lakukan
diperusahaan lama mereka, untuk bisa beradaptasi seringkali membutuhkan waktu yang lama.

Budaya organisasi didefinisikan oleh Robins (2000)[17] sebagai suatu persepsi bersama yang
dianut anggota-anggota organisasi tersebut. Schein (1997)[18], menyebutkan bahwa budaya
organisasi mengacu kepada suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota
yang membedakan organisasi itu dari organisasi lainnya. Sementara Kotter dan Heskett
(1992)[19] menjelaskan bahwa dalam organisasi, budaya mempresentasikan value dan cara
yang dimiliki bersama oleh orang-orang yang terlibat dalam organisasi. Value sendiri
dipandang sebagai keyakinan dasar tentang apa yang seharusnya atau tidak seharusnya
dilakukan dan apa yang penting dan apa yang tidak penting untuk organisasi.

Perbedaan budaya ini dapat menyebabkan konflik. Akibatnya kerja sama tidak mudah
terbangun, kohesivitas organisasi lemah, sinergi tidak tercipta, akhirnya produktivitas
perusahaan hasil merger dan akuisisi juga menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Perbedaan budaya organisasi tentu dapat diselesaikan. Karena memang budaya sendiri adalah
sesuatu yang dapat berubah. Namun hal tersebut membutuhkan waktu dan kemampuan
mengelola perubahan yang baik. Karenanya sebelum merger dan akuisisi dilakukan kiranya
perlu dipersiapkan model transisi budaya yang bisa diterima dan diikuti oleh segenap
komponen dalam masing-masing perusahaan yang akan merger dan akuisisi
4. Faktor Keuangan

Salah satu alasan mengapa merger dan akuisisi dilakukan adalah harapan akan terjadinya
sinergi melalui penggabungan sumber daya beberapa perusahaan.

Dari sisi finansial[20], sinergi ini bermakna kemampuan menghasilkan laba perusahaan hasil
merger dan akuisisi yang lebih besar dari kemampuan laba masing-masing perusahaan
sebelum merger dan akuisisi. Sinergi inilah yang menjadi syarat awal terjadinya sebuah
merger. Sinergi ini kemudian memungkinkan perusahaan hasil merger dan akuisisi dapat
membiayai proses merger dan akuisisi serta mampu memberikan deviden yang premium
kepada pemilik modal perusahaan.

Efek sinergi dari sebuah merger dan akuisisi bersumber pada dua aktivitas yaitu sinergi
dalam hal operasional dan sinergi dalam hal finansial. Sinergi operasional dapat terjadi
berupa peningkatan pendapatan (revenue enhancement) dan pengurangan biaya (cost
reduction).

Dalam prakteknya, usaha peningkatan pendapatan ini lebih sulit dibanding usaha mengurangi
biaya produksi. Hal ini karena yang kedua lebih kasat mata dan terukur sehingga lebih mudah
diidentifikasi. Sementara sinergi dalam hal finansial berhubungan dengan kemungkinan lebih
rendahnya biaya memperoleh modal bagi perusahaan hasil merger dan akuisisi dibanding
biaya bagi perusahaan sebelum merger dan akuisisi.

Para perencana merger dan akuisisi cenderung melihat pengurangan biaya sebagai sumber
utama sinergi operasional. Pengurangan biaya ini lebih banyak bersumber dari skala ekonomi
yaitu penurunan biaya per unit produk yang dihasilkan oleh peningkatan volume produksi
atau skala operasional perusahaan. Biaya per unit produk yang tinggi muncul akibat biaya
tetap operasional yang hanya menghasilkan output yang sedikit. Proses yang meningkatkan
jumlah output yang kemudian berakibat penurunan biaya per unit ini biasa disebut spreading
overhead. Sumber lain yang dapat mengurangi biaya adalah peningkatan spesialisasi tenaga
kerja dan manajemen, serta penggunaan barang modal yang lebih efisien, yang tidak mungkin
terjadi pada tingkat output yang rendah.

III. Merger -Akuisisi dan performansi perusahaan

Merger dan Akuisisi, dipandang sebagai sebuah strategi, tentunya diharapkan dapat
memberikan feedback yang positif bagi perusahaan. Feedback positif bagi perusahaan ini,
dapat dipandang melalui berbagai hal diantaranya adalah meningkatnya performansi
perusahaan. Merger dan akuisisi sebagai sebuah strategi, akan dianggap sebagai pilihan yang
tepat jika melalui penerapannya mampu membawa perusahaan menuju performansi yang
diharapkan. pada kenyataannya, merger dan akuisisi, tidak selalu membawa perusahaan pada
keberhasilan (mencapai tujuannya untuk meningkatkan performansi).

Allen&Israel[21] menyatakan bahwa merger pada umumnya menghasilkan performansi yang


biasa-biasa saja. Hal ini salah satu dipengaruhi oleh motif dari merger itu sendiri. Perusahaan
melakukan merger dan akuisisi, dibarengi oleh pertimbangan dan tujuan tertentu. Perusahaan
yang melakukan merger dan akuisisi tersebut tidak selalu memiliki motif meningkatkan
performansi perusahaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Raj Kumar di
India, dimana perusahaan memiliki motifasi tersendiri untuk melakukan merger dan akuisisi,
bahkan mungkin diiringi oleh motif tersembunyi[22].
Berdasarkan penelitian Raj Kumar terhadap merger yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan di India pada periode 1999-2002, diketahui bahwa pada periode tersebut, merger
dan akuisisi yang berlangsung tidaklah menghasilkan peningkatan dan performance secara
finansial. Merger dan akuisisi yang terjadi di India, ternyata tidak didasarkan pada motif
untuk meningkatkan performansi secara finansial atau untuk meningkatkan profit. ”The
decision of mergers may have been inspired by the motive of empire building, market
consolidation, and aquiring bigger size”[23].

IV. PENUTUP

Merger dan akuisisi merupakan strategi yang dapat digunakan perusahaan untuk mencapai
tujuan dari perusahaan. tujuan perusahaan melakukan merger dan akuisisi ini tidak selalu
untuk meningkatkan performansi perusahaan tersebut. tujuan melakukan merger dan akuisisi
dapat beragam yang didasari oleh motif-motif tertentu.

Merger dan akuisisi ini sebagai sebuah strategi, pada akhirnya merupakan sebuah sarana yang
digunakan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Keberhasilan dan kegagalan dari merger
dan akuisisi ini, tidak dapat dinilai hanya berdasarkan pada pencapaian performansi
perusahaan, tetapi disesuaikan dengan tujuan awal perusahaan ketika mereka memutuskan
untuk melakukan merger dan akuisisi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai