PENDAHULUAN
1
nilai tekanan intraokuler 15,8 mmHg dengan SD 2,6 mmHg serta dari penelitian
Goldmann pada 400 populasi dengan menggunakan tonometer aplanasi mendapatkan
nilai tekanan intraokuler rata-rata 15,4 mmHg dengan SD 2,5 mmHg.
Tekanan intraokular sangat bervariasi pada orang normal demikian juga pada
penderita myopia. Myopia merupakan suatu kelainan refraksi yang relatif banyak
menyebabkan gangguan penglihatan, myopia merupakan salah satu dari lima besar
penyebab kebutaan. Dikatakan bahwa pada penderita myopia, tekanan intraokular
mempunyai keterkaitan yang cenderung meninggi pada tingkat keparahan myopia.
Nilai tekanan intraokuler pada setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain: usia, jenis kelamin, musim, variasi diurnal, ras, kelainan refraksi, latihan,
obat-obat anastesi, alkohol . Pada beberapa penelitian dijumpai korelasi antara tekanan
intraokuler dengan usia, dimana dengan bertambahnya usia cenderung terjadi
peningkatan tekanan intraokuler, yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor
kardiovaskular, demikian juga yang berhubungan dengan jenis kelamin dimana dari
penelitian Armalys (1965) dengan menggunakan tonometer applanasi mendapatkan
tekanan intraokuler pada wanita berusia lebih dari 40 tahun lebih tinggi dari pria yang
mungkin disebabkan oleh faktor-faktor hormonal (menstruasi).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui system kerja dari intraocular
2. Mengetahi tentang tekanan intraocular
3. Mengetahui contoh obat untuk mengobati penyakit glucoma
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
dan elastik yang dibungkus oleh sel-sel trabekular, membentuk suatu saringan
dengan ukuran pori-pori yang semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis
Schlemm.Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam anyaman
trabekular memperbesar ukuran pori-pori di anyaman tersebut sehingga
kecepatan drainase humor aquous juga meningkat.Aliran humor aquous ke
dalam kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran
transelular siklik di lapisan endotel.Saluran eferen dari kanalis Schlemm
(sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aquous) menyalurkan cairan ke
dalam system vena.Sekitar 20% humor aquous keluar lewat jalur yang kedua
yaitu jalur uveosklera. Humor aquous mengalir melewati korpus siliaris
menuju ke ruang suprakhoroid untuk kemudian akan ditarik keluar oleh
sirkulasi vena yang ada di korpus siliaris, khoroid dan sklera. Tahanan utama
aliran keluar humor aquous dari bilik mata depan adalah jaringan
jukstakanalisikular yang berbatasan dengan lapisan endotel kanalis Schlemm,
dan bukan sistem vena. Tekanan di jaringan vena episklera menentukan nilai
minimum tekanan intraokuler yang dapat dicapai oleh terapi medis. Faktor
yang mempengaruhi aliran humor aquous adalah usia, hormon kortikosteroid,
faktor genetik, miopia, diabetes mellitus, otot siliaris, dan obat- obatan.
4
posisi tubuh (duduk, berdiri, atau berbaring), kehamilan, terpapar air dingin,
inhalasi oksigen, hipotermi, dan α-adrenergic agonis merupakan faktor-faktor
yang menaikkan atau menurunkan TIO.
Tekanan vena episklera relatif stabil, hal yang mempengaruhi tekanan
vena episklera adalah posisi tubuh dan penyakit bola mata. Kenaikan yang
abnormal dari tekanan vena episklera dapat menyebabkan kanalisis Schlemm
kolaps dan meningkatnya hambatan aliran humor aquous.
5
3) Variasi diurnal
Pada individu normal, TIO bervariasi antara 2-6 mmHg selama 24 jam
sebagai hasil dari produksi humor aquous dan pergantian alirannya.Tekanan
intraokuler yang tinggi berkaitan dengan fluktuasi yang tinggi dan fluktuasi
variasi diurnal yang lebih besar dari 10 mmHg dapat menimbulkan
glaukoma.Puncak TIO tertinggi pada masing-masing individu sangat
beragam, namun sebagian besar individu mengalami puncak TIO tertinggi
pada saat pagi hari.
Hubungan antara tekanan darah dan TIO sangat penting pada
terjadinya kerusakan saraf mata.Hipotensi sistemik, terutama selama tidur
dapat menyebabkan penurunan perfusi saraf mata yang dapat menyebabkan
kerusakan saraf mata.
4) Ras
Keterkaitan antara ras tertentu dengan TIO telah diperkuat dengan
adanya laporan yang menyatakan bahwa orang kulit hitam mempunyai TIO
lebih tinggi dibandingkan kulit putih.
5) Genetik
TIO pada populasi umum ada kaitannya dengan keturunan, keadaan
ini dibuktikan dengan terdapatnya kecenderungan TIO yang lebih tinggi pada
sejumlah keluarga penderita glaukoma.
6) Penyakit Sistemik
Penyakit yang terkait dengan glaukoma adalah miopia, diabetes
mellitus, hipertensi sistemik, dan oklusi vena retina sentral.Beaver Dam
EyeStudy dan Rotterdam follow up study mengatakan bahwa miopia
merupakanfaktor risiko signifikan untuk glaukoma.
Diabetes mellitus hingga saat ini masih diperdebatkan sebagai faktor
risiko glaukoma sudut terbuka primer.Beaver Dam Eye Study, Blue
MountainsEye Study, Los Angeles Latino Eye Study mengatakan bahwa
terdapathubungan antara diabetes mellitus dan glaukoma sudut terbuka
primer. Akan tetapi, Framingham Study, Baltimore Eye Survey, Barbados Eye
Study, dan Rotterdam Study mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikanantara diabetes mellitus dan glaukoma sudut terbuka primer.
6
Baltimore Eye Study mengatakan bahwa hipertensi
sistemikberhubungan dengan penurunan risiko adanya glaukoma pada pasien
yang berusia <65 tahun dan peningkatan risiko glaukoma pada pasien yang
berusia lebih tua. Hipotesis dari penelitian ini adalah pada pasien yang lebih
muda, tekanan darah yang lebih tinggi berhubungan dengan peningkatan
perfusi pada nervus optikus, tetapi dengan usia tua, terdapat efek negatif dari
hipertensi kronik pada mikrosirkulasi nerus optikus sehingga meningkatkan
kerentanan nervus terhadap perkembangan neuropati optik glaukomatosa.
Sebaliknya, Barbados Eye Studies menunjukan bahwa risiko relatif terjadinya
glaucomapada pasien yang menderita hipertensi sistemik <1,0 pada seluruh
kelompok umur, termasuk yang berusia 70 tahun ke atas.
Pasien dengan oklusi vena retina sentral dapat disertai peningkatan TIO
dan glaukoma. Pasien tersebut dapat memiliki glaukoma sudut terbuka primer
atau tipe glaukoma lain sebelumnya. Setelah terjadinya oklusi vena retina
sentral, dapat terjadi glaukoma sudut tertutup atau pada tahap lanjut terjadi
glaukoma neovaskuler.Glaukoma dan hipertensi okuler merupakan faktor
risiko terjadinya oklusi vena retina sentral.
7) Obat-obatan
Pilokarpin dan obat kolinergik meningkatkan aliran humor
aquous.Epinefrin/dipivefrin/agonis β-adrenergik meningkatkan aliran humor
aquous.Beta blockers, carbonic anhydrase inhibitors dan α-agonist
menurunkanproduksi humor aquous. Prostaglandin meningkatkan aliran
keluar humor aquous.
8) Latihan/ Olahraga
Latihan yang berat dapat menghasilkan penurunan TIO sementara.Hal
ini disebabkan oleh asidosis dan perubahan osmolalitas serum.Secara umum
individu yang sehat mempunyai TIO rendah.Pada olahraga berat dan ekstrim
yang menyebabkan mengejan seperti angkat beban dapat meningkatkan
TIO.Kemungkinan hal ini disebabkan adanya valsava atau kenaikan tekanan
intrakranial yang dihubungkan dengan sistem vena periokuler.Menahan nafas
pada saat mengangkat beban dapat menaikkan TIO.Tipe olahraga yang
berbeda memiliki pengaruh yang berbeda pula pada TIO.Olahraga yang
dinamik seperti jogging menyebabkan peningkatan aktivitas isotonik otot
7
secara predominan sehingga metabolismenya berupa metabolism aerobik.
Selama olahraga dinamik TIO turun dan setelah istirahat 1 jam TIO akan
kembali ke tekanan awal. Hal tersebut telah dicobakan pada dewasa muda
yang sehat, orang tua, orang yang aktivitasnya minimal atau tidak
beraktivitas, atlet terlatih, dan pada subjek dengan peningkatan TIO atau
glaukoma.
Penurunan TIO lebih besar pada individu yang terlatih dibandingkan
individu yang tidak melakukan aktivitas apapun.Penurunan TIO lebih
berhubungan dengan intensitas olahraga dibandingkan dengan durasi
olahraga.Olahraga dinamik meningkatkan tekanan koloid dimana hal tersebut
berhubungan erat dengan penurunan TIO dan merupakan faktor determinan
yang penting dalam penurunan TIO.
Olahraga yang statis seperti handgripping menyebabkan aktivitas
isometrik otot yang lebih dominan dan metabolism selnya berupa metabolism
anaerobik. Selama kontraksi otot berlangsung maka selama itu pula
peningkatan TIO dapat terjadi dan pada saat relaksasi TIO akan turun secara
perlahan-lahan kembali ke TIO awal dalam waktu beberapa menit. Jika
dibandingkan secara langsung penurunan TIO pada olahraga statis lebih
sedikit dibandingkan dengan olahraga dinamik, hal ini berhubungan dengan
intensitas olahraga atau energi yang dikeluarkan (expenditure
energy).Mekanisme penurunan TIO setelah olahraga statis tidak diketahui
secara pasti dan hubungan antara TIO dengan tekanan osmotik koloid tidak
berhubungan secara bermakna pada olahraga statis.
Penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa dengan program
pelatihan yang intensif dapat menurunkan TIO istirahat akan tetapi kejadian
tersebut ditemukan pada sebagian kecil subjek dan juga ditemukan pada
subjek yang tidak menjalankan pelatihan secara lengkap. Pada penelitian
lainnya menyebutkan dengan menjalankan olahraga rutin selama 6 bulan,
didapatkan TIO menurun pada kelompok yang mendapatkan dan tidak
mendapatkan pelatihan.Suatu penelitian melakukan pemeriksaan TIO
terhadap subjek setelah penghentian pelatihan, dimana ditemukan bahwa TIO
istirahat kembali menjadi TIO sebelum melakukan pelatihan dalam kurun
8
waktu 3 minggu. Tidak terdapat adanya bukti yang kuat bahwa dengan
melakukan pelatihan akan memberikan pengaruh terhadap nilai TIO istirahat.
Terkadang dengan berolahraga dapat meningkatkan TIO saat
beraktivitas. Tekanan intraokuler akan meningkat pada saat melakukan
olahraga angkat beban. Aktivitas lain yang dapat meningkatkan tekanan
intravena telah dilaporkan dapat meningkatkan TIO, seperti memainkan alat
musik pukul atau yoga pada saat headstand. Aktivitas ini tidak
direkomendasikan pada pasien glaukoma karena terkadang hal ini dapat
menyebabkan ekskavasasi glaukomatosa.
9) Perubahan postur
Ketika individu normal melakukan gerakan dari duduk kemudian
posisi supinasi (tidur) TIO naik sebanyak 6 mmHg.Tekanan intraokuler naik
lebih tinggi pada penderita glaukoma sudut terbuka.Pada sebuah penelitian
individu normal yang ditempatkan pada posisi terbalik (kepala berada di
bawah) terdapat kenaikan TIO secara tajam, dari rata-rata 16.8 mmHg
menjadi 32.9 mmHg.Kenaikan bisa lebih tinggi pada penderita
glaukoma.Kenaikan TIO terjadi sangat cepat mungkin disebabkan karena
perubahan tekanan arteri dan vena.
Kenaikan TIO yang singkat bukan merupakan hal yang berbahaya
pada individu normal, namun dapat berbahaya apabila hal tersebut terjadi
pada penderita glaukoma.
9
kornea..Pemeriksaan ini untuk memeriksa fluktuasi bola mata. Didapat
kesan berapa ringannya bola mata dapat ditekan. Penilaian dilakukan
dengan pengalaman sebelumnya, yaitu :
N : normal
N+1 : agak tinggi
N+2 : untuk tekanan lebih tinggi
N+3 : untuk tekanan yang sangat tinggi
N-1 : tekanan lebih rendah dari normal
N-2 : lebih rendah lagi dan seterusnya.
Sangat baik bila tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai,
seperti pada sikatrik kornea, kornea ireguler dan infeksi kornea. Tetapi
pemeriksaan ini memerlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat
faktor subjektif.
2. Tonometri Schiotz
Pemeriksaan dengan tonometer Schiotz, menekan permukaan
kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Benda
yang ditaruh pada kornea akan menekan bola mata kedalam dan
mendapat perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea. Pembacaan
skala dikonfersi pada tabel untuk mengetahui bola mata dalam mmHg.
Pemeriksaan kurang akurat, karena dipengaruhi oleh ketegangan sklera
seperti pada myopia dan penyakit tiroid.
10
3. Tonometri Aplanasi
Pemeriksaan ini untuk mendapatkan tekanan intra okuler dengan
menghilangkan pengaruh kekakuan sklera dengan mendatarkan
permukaan kornea. Dengan tonometer aplanasi tekanan bola mata lebih
dari 20 mmHg dianggap menderita glaukoma.
11
2.4 Daftar Gejala Peningkatan Tekanan Intraokular
1. Kebutaan malam.
2. Aktif maju kerusakan penglihatan.
3. Bidang pandang sangat berkurang.mata
4. Lelah terlalu cepat.
5. Ada mata merah.
6. Sakit kepala intens di lengkungan nadlobnyh, mata dan daerah temporal.
7. Melintas midge atau lingkaran warna-warni di depan mata ketika Anda
melihat cahaya.
8. Ketidaknyamanan saat membaca, menonton TV atau menggunakan
komputer.
12
BAB III
PENGOBATAN
13
3.2 Contoh Obat Yang Digunakan
Tentang Pilocarpine
Dosis Pilocarpine
Untuk pasien anak-anak, sesuaikan dosis dengan anjuran dokter. Sedangkan untuk
pasien dewasa, berikut ini dosis yang disarankan:
Kondisi Dosis
Untuk mengatasi kasus darurat glaukoma akut Dosis yang biasanya direkomendasikan adalah 1
sudut tertutup tetes setiap 5 menit sekali.
14
sebanyak 4 kali sehari. Jika belum merespons
pengobatan, dosis bisa ditingkatkan menjadi
30 mg per hari.
Hentikan pengobatan dengan pilocarpine tablet apabila dalam jangka waktu 2-3 bulan,
kondisi pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya.
Usahakan untuk mengonsumsi pilocarpine pada jam yang sama tiap hari untuk
memaksimalisasi efeknya.
Jika Anda ingin mengombinasikan pilocarpine tetes dengan obat tetes mata lain, berikan
masing-masing jeda waktu 10 menit.
15
BAB 1V
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Tekanan intraocular adalah tekanan cairan di dalam bola mata yang nilainya
ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous humor dan tahanan terhadap aliran
keluarnya dari mata.Peningkatan tekanan intraokular dapat terjadi akibat peningkatan
produksi ataupun gangguan aliran keluar dari aqueous humor tersebut.Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi tekanan intraokular adalah faktor genetik, ras, jenis kelamin,
tekanan darah, dan penggunaan kortikosteroid.
Pengukuran tekanan intraokular merupakanpemeriksaan rutin yang penting
pada mata dan merupakan salah satu tanda untuk mengetahui kondisi mata seseorang
dalam menilai dinamika humor aquos. Tekanan intarokular terutama diatur oleh
dinamika cairan humor aquos termasuk diantaranya, produksi cairan aquos, aliran
cairan, dan pembuangan humor aquos.
3.2 Saran
Untuk menghindari ketidaknyamanan pada tubuh mata harus menghindari stres
dan terlalu banyak pekerjaan.Jika Anda ingin menghabiskan banyak waktu di depan
layar monitor, Anda harus membuat setiap jam istirahat lima menit.Menutup matanya,
Anda perlu untuk memijat kelopak mata dan berjalan di sekitar ruangan.
DAFTAR PUSTAKA
16
1. PERDAMI. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-2, cet.I, Sagung Seto, Jakarta, 2002,
239–245.
2. Sidarta Ilyas. Dasar Tekhnik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata, FKUI,
Jakarta, 2000, hal. 3, 117-119.
3. Sidarta Ilyas. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi), Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Balai Penerbit FKUI Jakarta, 1997, hal. 7.
4. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Balai Penerbit FKUI Jakarta, 1997; hal 72–73.
17