ANTARA
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT
DENGAN
PEMERINTAH KABUPATEN SOLOK
DAN
PEMERINTAH KOTA SOLOK
TENTANG
PENGELOLAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH
REGIONAL
PROVINSI SUMATERA BARAT
Pada hari ini, Kamis, Tanggal Dua Puluh Tiga Bulan Oktober Tahun Dua
Ribu Empat Belas, yang bertanda tangan dibawah ini:
I. IRWAN PRAYITNO : Gubernur Sumatera Barat berkedudukan di Jalan
Jenderal Sudirman No. 51 Padang, dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama Pemerintah
Provinsi Sumatera Barat, selanjutnya disebut
PIHAK PERTAMA.
I. SYAMSU RAHIM : Bupati Solok, berkedudukan di Jalan Raya Solok-
Padang KM 20 Kayu Aro, dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten
Solok
II IRZAL ILYAS : Walikota Solok, berkedudukan di Jalan Lubuk
. Sikarah Nomor 89 Kota Solok, dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kota
Solok
Selanjutnya disebutkan PIHAK KEDUA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 4
Pasal 5
Untuk 2 (dua) bulan pertama PIHAK KEDUA tidak dikenakan tarif jasa
pemrosesan
BAB IV
PELAKSANAAN
Pasal 6
BAB V
JANGKA WAKTU KERJASAMA
Pasal 7
BAB VI
PENGAKHIRAN PERJANJIAN KERJASAMA
Pasal 8
BAB VII
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
Pasal 9
(1). Peristiwa force majeure adalah setiap tindakan, peristiwa atau keadaan
yang berada diluar kendali yang wajar dari pihak yang bersangkutan
dan yang tidak dapat dicegah. Dihindarkan, atau dijauhi melalui
tindakan ketekunan yang wajar oleh PARA PIHAK tersebut. Peristiwa
force majeure meliputi namun tidak terbatas pada keadaan-keadaan:
a. setiap bentuk perang (baik diumumkan maupun tidak diumumkan),
tindakan teroris, sipil, militer atau polisi atau pemberontakan;
b. keributan umum, kerusakan, blokade, sabotase, aksi vandalisme,
kerusuhan, huru-hara, konflik keagamaan, gangguan sipil atau unjuk
rasa umum;
c. perubahan peraturan perundang-undangan sepanjang perubahan
tersebut mencegah, menghalangi, atau menunda kinerja salah satu
pihak berdasarkan Perjanjian ini;
d. ledakan, kebakaran, banjir, gempa bumi, tanah longsor, kekeringan,
badai, letusan gunung berapi, angin topan, angin siklon, kondisi cuaca
ekstrim, penyakit epidemik, wabah penyakit, atau bencana alam lain
atau act of god;
e. pemogokan, pelarangan pegawai masuk kerja, larangan kerja atau
tindakan industri lain termasuk tindakan buruh atau pegawai PIHAK
KEDUA atau dari salah atau semua subkontraktornya;
f. kerusakan yang tidak disengaja atau kerusakan terhadap fasilitas
atau perlengkapan lainnya;
g. pengambilan, penyitaan, nasionalisasi, mobilisasi, atau
pengambilalihan seluruh atau sebagian besar proyek atau tindakan
dari atau tidak dilakukannya tindakan oleh instansi Pemerintah tanpa
alasan yang dapat dibenarkan, termaduk penghentian, penarikan,
penundaan dalam memberikan atau memperbaharui perjanjian dan
setiap keterlambatan dalam pengimporan perlengkapan atau
persediaan PIHAK KEDUA;
h. setiap kelangkaan bahan-bahan, bahan kimia atau utilitas lainnya;
i. kegagalan atau kelangkaan atau gangguan penyediaan air baku
pada sumber air baku untuk sebab apapun;
j. gangguan penyediaan tenaga listrik yang berkepanjangan terhadap
fasilitas yang disebabkan oleh kegagalan yang berarti atau
kelangkaan penyediaan listrik untuk fasilitas;
k. keadaan yang secara wajar tidak dapat diperkirakan misalnya
amblasnya bagian bawah permukaan tanah pada lokasi fasilitasi; dan
l. kebijakan moneter pemerintahan yang berpengaruh terhadap
keberlangsungan usaha PIHAK KEDUA.
(2). Jika terjadi force majeure, maka UPTD TPA SAMPAH REGIONAL
PROVINSI SUMATERA BARAT harus memberitahukan secara
tertulis kepada PARA PIHAK dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari
kalender sejak terjadinya force majeure.
(3). Bilamana terjadinya peristiwa force majeure PARA PIHAK dengan ini
menyetujui UPTD TPA SAMPAH REGIONAL SUMATERA BARAT
untuk melakukan pekerjaan rehabilitasi dan /atau melakukan
pekerjaan pembangunan kembali untuk mengembalikan TPA Sampah
Regional pada kondisi sebelum terjadinya keadaan force majeure.
BAB VIII
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 10
BAB IX
PEMBIAYAAN
Pasal 11
BAB X
EVALUASI
Pasal 12
PENUTUP
Pasal 13
(1). Ketentuan yang belum diatur dalam perjanjian ini, akan diatur dalam
addendum perjanjian yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari perjanjian kerjasama ini.
(2). Perjanjian kerjasama ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga), ini masing-
masing bermaterai cukup, 1 (satu) rangkap untuk PIHAK PERTAMA
dan rangkap lainnya untuk PIHAK KEDUA dan masing-masing
mempunyai kekuatan hukum yang sama.
dto dto
Pihak Kedua
WALIKOTA SOLOK
dto
IRZAL ILYAS