Anda di halaman 1dari 12

I.

MAKSUD DAN TUJUAN

I.1 MAKSUD

Praktikum analisa butir kerakal dimaksudkan agar para praktikan lebih memahami
mengenai butir kerakal yang merupakan parameter dasar yang hampir selalu disebutkan pada
analisis sedimen ataupun batuan sedimen. Dan juga mengenai klasifikasi dari bentuk-bentuk
sedimen kerakal yang nantinya akan berfungsi dalam menganalisa proses proses yang telah
terjadi pada kerakal tersebut. Beberapa hal penting dalam menganalisis butir kerakal adalah
bentuk butir, roundness, dan sphericity `

I.2 TUJUAN

Sedangkan tujuan dari praktikum ukuran butir sendiri adalah agar praktikan dapat
mengetahui proses-proses geologi yang berperan terhadap pembentukan dan deposisi sedimen
serta lamanya waktu transportasi dilihat dari variasi butirnya.

II. DASAR TEORI

Dalam pengamatan morfologi butir kerakal, diperlukan beberapa parameter khusus.


Tucker (1991) menjelaskan bahwa dalam menganalisa butir kerakal diperlukan aspek-aspek yang
meliputi derajat kebolaan (sphericity), derajat kebundaran (roundness) dan juga bentuk (form).
Sementara itu, Pettijohn (1975) dan Boggs (1992) menekankan bahwa aspek morfologi luar
suatu butir meliputi bentuk (form), kebundaran (roundness) dan tekstur permukaan. Pettijohn dan
Boggs mengeluarkan sphericity dari salah satu aspek, karena menurut mereka sphericity
merupakan suatu metode dalam menetukan bentuk suatu butir. Sementara itu, pengamatan pada
tekstur permukan butir masih jarang dilakukan,dikarenakanpengamatan memerlukan peralatan
khusus untuk mengamatinya.

Bentuk butir, memiliki pengertian kesuluruhan kenampakan partikel secara tiga dimensi
yang berkaitan dengan perbandingan antara ukuran panjang sumbu panjang, menengah , dan
pendeknya. Dikenal beberapa cara untuk mendefinisikan bentuk butir, cara yang paling
sederhana dikenalkan oleh Zingg (1935) dengan cara menggunaka perbandingan b/a dan c/b
untuk menjelaskan butir dalam empat bentuk yaitu oblate, prolate, blade, dan equant. Dalam hal
ini, a panjang (sumbu terpanjang), b : lebar (sumbu menengah), dan c : tebal/tinggi (sumbu
terpendek).

Sumber : tryfor3.wordpress.com

Sphericity (), secara sederhana didefinisikan sebagai ukuran bagaimana suatu butiran
mendekati bentuk bola. Dengan demikian, semakin tinggi nilai suatu sphericity maka suatu
butiran akan memiliki bentuk semakin menyerupai bola. Wadell (1932) mendefinisikan
sphericity yang sebenarnya sebagai luas permukaan butir dibagi dengan luas permukaan sebuah
bolah yang keduanya mempunyai volume sama. Namun demikian, Lewis dan McConchie (1994)
mengatakan bahwa dalam penerapannya, rumusan ini cukup sulit untuk dilakukan. Sebagai
pendekatan, perbandingan luas permukaan tersebut dianggap sebanding dengan perbandingan
volume, sehingga rumus sphericity menurut Wadell (1932) adalah :

3 𝑉𝑝
 = √𝑉𝑐𝑠
Dimana Vp = volume butiran yang diukur dan Vcs = volume terkecil suatu bola yang melingkupi
partikel tersebut.

Krumbein (1941) menyempurnakan persamaan tersebut dengan memberikan nilai volume


bola dengan /6D3, dimana D merupakan nilai dari diameter bola. Dengan berasumsi bahwa
butiran dapat diukur secara tida dimensi, maka diameter butiran dijabarkan dalam bentuk DL, DI,
DS. Dimana L menunjukkan sumbu terpanjan, I sumbu mengah, dan S sumbu terpendek. Setelah
dimasukkan dlam persamaan, maka rumus dari Krumbein dapat dituliskan sebagai berikut :

3 𝜋6𝐷𝐿𝐷𝐼𝐷𝑆 3 𝐷𝐼𝐷𝑆
I = √ = √𝐷𝐿^2
𝜋6𝐷𝐿^3

Sneed dan Folk (1958) menganggap rumus dari Krumbein kurang bisa menyatakan
secara tepat perilaku butiran ketika diendapkan. Untuk itu, mereka mengusulkan rumus tersendiri
yang dikenal dengan sphericity proyeksi maksimum.

3 𝐷𝑆^2
P = √𝐷𝐿𝐷𝐼

Hasil dari perhitungan tersebut dapat dimasukkan ke dalam table klsifikasi sebagai
berikut :

Hitungan Matematis Kelas


< 0.60 very elongate
0.60 – 0.63 elongate
0.63 – 0.66 subelongate
0.66 – 0.69 intermediate shape
0.69 - 0.72 subsequent
0.72 – 0.75 equent
>0.75 very equent

Roundness, merupakan morfologi butir yang berkaitan dengan ketajaman pinggir dan
sudut suatu partikel sedimen klastik. Secara matematis Wadell (1932) mendefinisikan roundess
sebagai berikut :
r
∑ ( ) ∑ (r)
R
Rw = =
𝑁 𝑅𝑁

R adalah jari – jari maksimum bola yang dapat masuk dalam butir, r adalah jari-jari kurva setiap
sudut, dan N adalah banyaknya sudut yang diukur.

Sumber : geomacnews.com

Menurut Folk (1968) pengukuran sudut-sudut tersebut hampir tidak mungkin. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka penentuan roundness butiran dilakukan dengan cara
membandingkan kenampakan antara kerakal dengan table visual secara sketsa (Krumbein, 1941).

Sumber : geomacnews.com
III. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

- Butir kerakal dari 3 lokasi pengamatan berbeda


- Penggaris
- Kalkulator
- Alat tulis
- HVS secukupnya

IV. LANGKAH KERJA

Penentuan bentuk butir

- Pilih 25 butir dengan ukuran yang hampir sama


- Ukur masing-masing sumbu panjang, menengah, dan pendek
- Hitung perbandingan b/a dan c/b
- Plotkan table ke dalam table bentuk butir

Penentuan nilai sphericity

- Gunankan hasil pengukuran sumbu-sumbu pada penentuan bentuk butir


- Gunakan rumus Krumbein dan rumus Sneed & Folk untuk menentukan nilai sphericity
- Tentukan nilai sphericity masing-masing rumus dengan klasifikasi sphericity menurut Folk

Penentuan roundness

- Gunakan data 25 kerakal yang telah ditentukan bentuk dan sphericity-nya di atas
- Lakukan pengamatan secara visual dan bandingkan dengan sketsan dari Krumbein.
Tentukan kelas roundnessnya
- Lakukan pemotretan kerakal tersebut untuk membuat dokumentasi dan laporan
- Lakukan sketsa masing-masing butir kerakal untuk menunjukkan kenampakan 3 dimensi
- Lakukan pengamatan dengn membandingkan hasil sketsa dengan table visual Krumbein
V. ANALISIS DATA

Bentuk butir

Berikut adalah hasil dari pengamatan bentuk butir dimana angka yang didapatkan dari penghitungan b/a
maupun c/b diplot ke dalam table klasifikasi oleh Zingg.

STA 7 LP 1

No a(mm) b(mm) c(mm) b/a c/b Bentuk


1 50 40 20 0,8 0,5 oblate
2 52 50 18 0,96 0,36 oblate
3 49 40 30 0,81 0,75 equant
4 45 35 30 0,77 0,85 equant
5 40 30 25 0,75 0,83 equant
6 47 37 23 0,78 0,62 oblate
7 45 42 15 0,93 0,35 oblate
8 45 40 20 0,89 0,5 oblate
9 45 40 25 0,89 0,63 oblate
10 50 45 31 0,9 0,69 equant
11 55 50 35 0,91 0,7 equant
12 50 45 33 0,9 0,73 equant
13 50 40 20 0,8 0,5 oblate
14 53 36 35 0,67 0,97 equent
15 61 35 32 0,57 0,91 prolate
16 55 38 23 0,69 0,61 equent
17 51 39 28 0,76 0,71 equent
18 51 41 40 0,80 0,98 equent
19 47 36 28 0,76 0,77 equent
20 57 43 28 0,75 0,65 equent
21 56 39 27 0,69 0,69 equent
22 48 30 30 0,63 1 prolate
23 46 36 28 0,78 0,77 equent
24 51 36 29 0,71 0,81 equent
25 58 45 28 0,78 0,62 oblate
STA 7 LP 3

No a(mm) b(mm) c(mm) b/a c/b Bentuk


1 54 50 32 0,9 0,64 equant
2 65 45 25 0,7 0,56 oblate
3 60 40 30 0,67 0,75 equant
4 45 40 22 0,89 0,55 oblate
5 52 43 29 0,82 0,67 equant
6 57 40 27 0,70 0,68 equant
7 53 39 36 0,74 0,92 equant
8 45 40 28 0,89 0,7 equant
9 47 37 20 0,78 0,54 oblate
10 60 40 30 0,67 0,75 equant
11 40 37 27 0,93 0,73 equant
12 45 34 13 0,76 0,38 oblate
13 49 40 28 0,81 0,7 equant
14 68 44 32 0,65 0,73 prolate
15 52 39 34 0,75 0,87 equant
16 50 48 30 0,96 0,63 equent
17 46 33 26 0,72 0,79 equent
18 60 55 32 0,92 0,58 oblate
19 66 48 20 0,73 0,42 oblate
20 52 35 25 0,67 0,71 equent
21 45 35 25 0,78 0,71 equent
22 55 30 28 0,55 0,93 prolate
23 64 45 33 0,70 0,73 equent
24 49 45 31 0,92 0,69 equent
25 65 50 38 0,77 0,76 oblate
STA 7 LP 4

No. a (mm) b (mm) c (mm) b/a c/b Bentuk

0.73 0.76
1 45 33 25 Equant
0.94 0.74
2 50 47 35 Oblate
0.87 0.63
3 47 41 26 Equant
0.47 0.68
4 53 25 17 Oblate
0.76 0.70
5 49 37 26 Equant
0.81 0.59
6 48 39 23 Equant
0.81 0.64
7 58 47 30 Equant
0.73 0.82
8 45 33 27 Equant
0.82 0.67
9 55 45 30 Oblate
0.89 0.50
10 45 40 20 Equant
0.67 0.75
11 60 40 30 Equant
0.75 0.78
12 60 45 35 Oblate
0.90 0.89
13 50 45 40 Equant
0.80 0.63
14 50 40 25 Prolate
0.77 0.40
15 65 50 20 Equant
0.75 0.67
16 60 45 30 Equant
0.73 0.50
17 55 40 20 Equant
0.60 0.83
18 50 30 25 Oblate
0.80 0.75
19 50 40 30 Oblate
0.89 0.25
20 45 40 10 Equant
0.78 0.71
21 45 35 25 Equant
0.73 0.25
22 55 40 10 Prolate
0.55 0.83
23 55 30 25 Equant
0.60 0.83
24 50 30 25 Equant
0.67 0.63
25 60 40 25 Oblate

Sphericity

STA 7 LP 1

No. 1 kelas p kelas

1 0.68 intermediate shape 0.58 very elongate


2 0.69 sub equent 0.50 very elongate
3 0.79 very equent 0.77 very equent
4 0.80 very equent 0.83 very equent
5 0.78 very equent 0.80 very equent
6 0.73 equent 0.67 intermediate shape
7 0.68 intermediate shape 0.49 very elongate
8 0.73 equent 0.61 elongate
9 0.79 very elongate 0.70 sub equent
10 0.82 very equent 0.75 very equent
11 0.83 very equent 0.76 very equent
12 0.84 very equent 0.79 very equent
13 0.68 intermediate shape 0.58 very elongate
14 0.77 equent 0.86 very equent
15 0.67 sub equent 0.78 sub equent
16 0.66 sub equent 0.63 sub elongate
17 0.75 equent 0.73 equent
18 0.86 very equent 0.91 very equent
19 0.77 very equent 0.77 very equent
20 0.72 sub equent 0.68 sub equent
21 0.70 sub equent 0.69 sub equent
22 0.73 equent 0.85 very equent
23 0.78 very equent 0.78 very equent
24 0.74 equent 0.77 very equent
25 0.72 sub equent 0.67 intermediate shape
STA 7 LP 3

No. 1 kelas p kelas

1 0.82 very equent 0.72 equent


2 0.64 sub elongate 0.60 elongate
3 0.69 sub equent 0.72 equent
4 0.76 very equent 0.65 sub elongate
5 0.77 very equent 0.72 equent
6 0.69 sub equent 0.68 intermediate shape
7 0.79 very equent 0.86 very equent
8 0.82 very equent 0.76 very equent
9 0.69 sub equent 0.61 elongate
10 0.69 sub equent 0.72 equent
11 0.85 very equent 0.79 very equent
12 0.60 elongate 0.48 very elongate
13 0.78 equent 0.74 equent
14 0.67 intermediate shape 0.70 intermediate shape
15 0.79 very equent 0.83 very equent
16 0.83 equent 0.72 equent
17 0.74 equent 0.76 equent
18 0.79 very equent 0.68 intermediate shape
19 0.60 elongate 0.50 very elongate
20 0.69 sub equent 0.70 sub equent
21 0.76 sub equent 0.73 very equent
22 0.65 sub elongate 0.78 very equent
23 0.71 sub equent 0.72 equent
24 0.83 very equent 0.76 very equent
25 0.72 intermediate shape 0.67 sub elongate
STA 7 LP 4

No. 1 kelas p kelas

1 0.74 equent 0.75 equent


2 0.87 very equent 0.80 very equent
3 0.78 very equent 0.71 sub equent
4 0.53 equent 0.60 elongate
5 0.74 equent 0.72 sub equent
6 0.73 equent 0.66 sub elongate
7 0.75 equent 0.69 sub equent
8 0.76 very equent 0.79 very equent
9 0.76 very equent 0.71 equent
10 0.73 equent 0.61 elongate
11 0.69 sub equent 0.72 equent
12 0.76 very equent 0.77 very equent
13 0.90 very equent 0.89 very equent
14 0.74 equent 0.68 intermediate shape
15 0.62 elongate 0.50 very elongate
16 0.72 equent 0.69 sub equent
17 0.64 sub elongate 0.57 very elongate
18 0.67 intermediate shape 0.75 equent
19 0.78 very equent 0.77 very equent
20 0.58 very elongate 0.38 equent
21 0.76 very equent 0.73 equent
22 0.51 very elongate 0.36 very elongate
23 0.63 sub elongate 0.72 equent
24 0.67 intermediate shape 0.75 equent
25 0.65 sub elongate 0.64 sub elongate
VI. PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

LP 4

Lokasi pengamatan 4 terletak di aliran sungai code yang terletak di selatan ring road utara atau
berjarak 250 m dari LP 3. Dari 25 sampel kerakal, didapatkan 10 sampel equent, 10 sampel oblate, dan 5
sampel berbentuk prolate

Anda mungkin juga menyukai