“SEPSIS”
oleh:
Amildya Dwi Arisanti
NIM. 140070300011155
3. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya sepsis menurut beberapa penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Umur
- Pasien yang berusia kurang dari 1 tahun dan lebih dari
65 tahun
2. Pemasangan alat invasive
- Venous catheter
- Arterial lines
- Pulmonary artery catheters
- Endotracheal tube
- Tracheostomy tubes
- Intracranial monitoring catheters
- Urinary catheter
3. Prosedur invasive
- Cystoscopic
- Pembedahan
4. Medikasi/Therapeutic Regimens
- Terapi radiasi
- Corticosteroids
- Oncologic chemotherapy
- Immunosuppressive drugs
- Extensive antibiotic use
5. Underlying Conditions
- Poor state of health
- Malnutrition
- Chronic Alcoholism
- Pregnancy
- Diabetes Melitus
- Cancer
- Major organ disease – cardiac, hepatic, or renal
dysfunction
4. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi Kardiovaskular
i. Perubahan sirkulasi
Karakteristik hemodinamik utama dari syok septic
adalah rendahnya tahanan vaskular sitemik (TVS)
,sebagian besar karena vasodilatasi yang terjadi
Sekunder terhadap efek-efek berbagai mediator (
prostaglandin, kinin, histamine dan endorphin).
Mediator-mediator yang sama tersebut juga dapat
menyebabkan meningkatnya permeabelitas kapiler,
mengakibatkan berkurangnya volume intravascular
menembus membrane yang bocor, dengan demikian
mengurangi volume sirkulasi yang efektif. Dalam
berespon terhadap penurunan TVS dan volume yang
bersirkulasi, curah jantung (CJ), biasanya tinggi
tetapi tidak mencukupi untuk mempertahankan perfusi
jaringan dan organ. Aliran darah yang tidak mencukupi
sebagian dimanifestasikan oleh terjadinya asidemia
laktat.
Dalam hubungnnya dengan vasodilatasi dan TVS yang
rendah, terjadi maldistribusi aliran darah. Mediator-
mediator vasoaktif yang dilepaskan oleh sistemik
menyebabkan vasodilatasi tertentu dan vasokonstriksi
dari jaringan vascular tertentu, mengarah pada aliran
yang tidak mencukupi ke beberapa jaringan sedangkan
jaringan lainnya menerima aliran yang berlebihan.
Selain itu terjadi respon inflamasi massif pada
jaringan, mengakibatkan sumbatan kapiler karena adanya
agregasi leukosit dan penimbunan fibrin, dan berakibat
kerusakan organ dan endotel yang tidak dapat pulih.
ii. Perubahan miokardial
Kinerja miokardial mengalami gangguan, dalam bentuk
penurunan fraksi ejeksi ventricular dan juga gangguan
kontraktilitas. Factor depresan miokardial, yang
berasal dari jaringan pankreatik iskemik, adalah salah
satu penyebabnya. Terganggunya fungsi jantung juga
diakibatkan oleh keadaan metabolic abnormal yang
diakibatkan oleh syok, yaitu adanya asidosis laktat,
yang menurunkan responsivitas terhadap katekolamin.
Dua bentuk pola disfungsi jantung yang berbeda
terdapat pada syok septic. Bentuk pertama dicirikan
dengan curah jantung yang tinggi dan TVS yang rendah,
kondisi ini disebut dengan syok hiperdinamik. Bentuk
kedua ditandai dengan curah jantung yang rendah dan
peningkatan TVS disebut sebagai syok hipodinamik.
Gambar 2. Cardiovascular changes associated with septic shock
and the effects of fluid resuscitation.
A.Fungsi normal kardiovaskular, B. respon kardiovaskular
pada syok septic, C.kompensasi resusitasi cairan. (Sumber :
Dellinger RP: Cardiovascular management of septic shock.
Crit Care Med 2003;31:946-955.)
2. Manifestasi Hematologi
Bakteri dan toksinnya menyebabkan aktivasi komplemen.
Karena sepsis melibatkan respon inflamasi global, aktivasi
komplemen dapat menunjang respon-respon yang akhirnya
menjadi keadaan yang lebih buruk ketimbang melindungi.
Komplemen menyebabkan sel-sel mast melepaskan
histamine. Histamine merangsang vasodilatasi dan
meningkatnya permeabelitas kapiler. Proses ini selanjutnya
menyebabkan perubahan sirkulasi dalam volume serta
timbulnya edema interstisial.
Abnormalitas platelet juga terjadi pada syok septic
karena endotoksin secara tidak langsung menyebabkan
agregasi platelet dan selanjutnya pelepasan lebih banyak
bahan-bahan vasoaktif (serotonin, tromboksan A). platelet
teragregasi yang bersirkulasi telah diidentifikasi pada
mikrovaskular, menyebabkan sumbatan aliran darah dan
melemahnya metabolism selular. Selain itu endotoksin juga
mengaktivasi system koagulasi, dan selanjutnya dengan
menipisnya factor-faktor penggumpalan, koagulapati
berpotensi untuk menjadi koagulasi intravaskular
disemanata.
3. Manifestasi Metabolik
Gangguan metabolic yang luas terlihat pada syok septic.
Tubuh menunjukkan ketidakmampuan progresif untuk
menggunakan glukosa, protein, dan lemak sebagai sumber
energy. Hiperglikemia sering dijumpai pada pada awal syok
karena peningkatan glukoneogenesis dan resisten insulin,
yang menghalangi ambilan glukosa ke dalam sel. Dalam
berkembangnya syok, terjadi hipoglikemia karena persedian
glikogen menipis dan suplai protein dan lemak perifer
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh.
Pemecahan protein terjadi pada syok septic, ditunjukkan
oleh tingginya eksresi nitrogen urine. Protein otot
dipecah menjadi asam-asam amino, yang sebagian digunakan
untuk oksidasi dsan sebagian lain dibawa ke hepar untuk
digunakan pada proses glukoneogenesis. Pada syok tahap
akhir, hepar tidak mampu menggunakan asam-asam amino
karena disfungsi metaboliknya, dan selanjutnya asam amino
tersebut terakumulasi dalam darah.
Dengan keadaan syok berkembang terus, jaringan adipose
dipecah untuk menyediakan lipid bagi hepar untuk
memproduksi energi, metabolism lipid menghasilkan
keton,yang kemudian digunakan pada siklus kreb (metabolism
oksidatif), dengan demikian menyebabkan pembentukan
laktat.
Pengaruh dari pada kekacauan metabolik ini menyebabkan
sel menjadi kekurangan energi. Deficit energi menyebabkan
timbulnya kegagalan banyak organ Pada keadaan multiple
organ failure terjadi koagulasi, respiratory distress
syndrome, payah ginjal akut, disfungsi hepatobiller, dan
disfungsi susunan saraf pusat seperti terlihat pada tabel
3 (Dobb, 1991).
Pada penelitian para ahli didapatkan bahwa tambah
banyak disfungsi organ akanmeningkatkan angka mortalitas
akibat sepsis. Pada susunan saraf pusat karena
terganggunya permeabelitas kapiler menyebabkan terjadinya
odem otak peninggian tekanan intrakranial akan menyebabkan
terjadinya destruksi seluler atau nekrosis jaringan otak
(Plum, 1983). Tetapi defisit neurologik fokal dapat
terjadi akibatmeningkatnya aggregasi platelet dan
eritrosit sehingga menyumbat aliran darah serebral.
Sedangkan DIC dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan
intra serebral.
Variabel inflamasi
WBC >12000,<4000 mm
C reaktif protein meningkat
Procalcitonin plasma meningkat
Variabel heodinamik
Sistolik BP <90 mmHg/
MAP < 70 mmHg
SVO2 > 70 %
4. Manifestasi Pulmonal
Endotoxin mempengaruhi paaru-paru baik langsung maupun
tidak langsung. Respon pulmonal awal adalah
bronkokonstriksi, mengakibatkan hipertensi pulmonal dan
peningkatan kerja pernapasan. Neutrofil teraktifasi dan
menginviltrasi jaringan pulmonal dan vaskulatur,
menyebabkan akumulasi air ekstravaskular paru-paru (edema
pulmonal). Neutrofil yang teraktivasi menghasilkan bahan-
bahan lain yang mengubah integritas sel-sel parenkim
pulmonal, mengakibatkan peningkatan permeabelitas. Dengan
terkumpulnya cairan di interstisium, komplians paru
berkurang, terjadinya gangguan pertukaran gas dan terjadi
hipoksemia.
5. PATOFISIOLOGI
terlampir
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kultur (luka, sputum, urine, darah) untuk
mengindentifikasi organisme penyebab sepsis.
Sensitivitas menentukan pilihan obat-obatan yang paling
efektif. Ujung jalur kateterintravaskuler mungkin
diperlukan untuk memindahkan dan memelihara jika tidak
diketahui cara memasukannya.
b. SDP : Ht mungkinmeningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leukopenia (penurunan SDP) terjadi
sebelumnya, dikuti oleh pengulangan leukositosis (15.000
– 30.000) dengan peningkatan pita (berpiondah ke kiri)
yang mempublikasikan produksi SDP tak matur dalam jumlah
besar.
c. Elektrolit serum ; berbagai ketidak seimbangan mungkin
terjadi dan menyebabkan asidosis, perpindahan cairan,
dan perubahan fungsi ginjal.
d. Pemeriksaan pembekuan : Trombosit terjadi penurunan
(trombositopenia) dapat terjadi karena agregasi
trombosit. PT/PTT mungkin memanjang mengindentifikasikan
koagulopati yang diasosiasikan dengan iskemia hati atau
sirkulasi toksin atau status syok.
e. Laktat serum meningkat dalam asidosis
metabolic,disfungsi hati, syok.
f. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi
menunjukan glukoneo-genesis dan
glikogenolisis di dalam
hati sebagai respon dari perubahan selulaer dalam
metabolisme.
g. BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan
dehidrasi , ketidakseimbangan /
gagalan hati.
h. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat
terjadi sebelumnya dalam tahap
lanjut hioksemia,
asidosis respiratorik dan asidosis metabolic terjadi
karena kegagalan
mekanismekompensasi.
i. Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi.
Seringkali muncul protein dan SDM.
j. Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang
mengindentifikasikan udara bebas
didalam abdomen dapat
menunjukan infeksi karena perforasi abdomen / organ
pelvis.
k. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T
dan disritmia yang
menyerupai infark miokard.
7. PENATALAKSANAAN
RAPID ASSESSMENT
I. Immediate Question
a. Survey Primer
Cek Airway, Breathing, Circulation
- Airway: clear
- Breathing:
Tidak terdapat masalah pada fase awal syok septik
Gangguan pada breathing ditemukan bila ada
gangguan lanjut setelah adanya gagal sirkulasi.
Biasanya ditemukan pada suara nafas crackles (+),
Respirasi rate > 30 x/menit. Pernafasan kusmaul.
- Circulation:
Gangguan sirkulasi jelas tampak terlihat pada
fase awal (hiperdinamik): akral teraba hangat
karena suhu tubuh yang meningkat.
Pada fase lanjut yaitu fase hipodinamik ditandai
dengan penurunan tekanan darah/hipotensi,
penurunan perfusi ke jaringan ditandai dengan
akral yang dingin, CRT lebih dari 2 detik, urin
output < 2 cc/kgbb/jam. Nadi teraba lemah dengan
frekuensi > 100 x/menit
b. Bagaimana status mental dan vital sign ?
Status mental pasien pada fase awal masih baik
perlahan terjadi penurunan status mental seiring
dengan gangguan sirkulasi yang semakin berat. Vital
sign pada fase hiperdinamik terdapat peningkatan
suhu, tekanan darah masih tergolong pada rentang
normal, nadi cepat >100 x/menit. Pada fase
hipodinamik terjadi penurunan suhu tubuh < 37 C,
tekanan darah dan nadi semakin lemah dan cepat.
c. Bagaimana tanda dan gejala secara umum ?
hipertherma/hipotermia, takikardia, takipnea,
hiperperfusi perifer (hangat), hipotensi, ekstremitas
dingin, bingung, crt > 2 detik, penurunan urin output
d. Riwayat penyakit ?
1. Pulmonal . batuk, dispnea, takipnea,nyeri dada
pleuritik, produksi sputum, hemoptysis
2. Genitourinary. Disuria, frekuensi,
urgensi,hematuri, nyeri abdomen,muntah, riwayat
penggunaan katete folley, riwayat penyakit
prostat, riwayat nyeri panggul, nyeri perineal
atau testicular, aborsi.
3. CNS. Sakit kepala, meningismus, kebingungan,
koma, riwayat autitis media / sinusitis.
4. GI/Intra abdomen. Nyeri abdomen, muntah,
anoreksia, jaundice,
5. Kulit. Luka bakar, injuri karena trauma,
cellulitis, abses, ulkus dekubitus, riwayat
drakius,
6. Cardiovaskular. Nyeri dada, emboli perifer,
perdarahan, kelainan congenital.
7. Muskuloskeletal. Bengkak terlokalisasi, nyeri dan
hangat pada daerah persendian, otot atau tulang.
Riwayat trauma terutama fraktur terbuka, riwayat
pembedahan,
e. Riwayat penyakit masa lalu? Riwayat penyakit
Imunosupresi ( HIV, diabetes, gangguan autoimun,
kanker).
f. Medikasi? Obat-obatan imunosupresi (corticosteroids,
kemoterapi).
II. Database
A. Poin utama pengkajian fisik
1. Mental Status
2. Vital sign
3. Kulit. Eteki, luka terinfeksi, cellulitis.
4. Heent. Sinusitis, otitis media
5. Leher. Lympha denopathy, nuchal rigidity
6. Suara paru. Wheezing, rhonchi, rales, takipnea, ards,
batuk,
7. Suara jantung. Takikardi, murmur.
8. Abdomen. Abdominal tenderness
9. Genitourinary. Suprapubik atau panggul tenderness,
pendarahan/ discharge vagina.
10. Muskuloskeletal. Vocal redness, swelling,
tenderness, krepitasi.
11. Neurologic. Perubahan status mental ; kebingungan,
delirium, koma.
III. Laboratory data
1. Darah. Test kimia, kultur, ABG, CBC.
2. Urin. Kultur.
3. CSF. Kultur,
4. Sputum. Kultur.
5. Drainase luka. Kultur.
IV. Radiographic dan pengkajian diagnosis lainnya
B. Pengkajian
Umum
1. Aktifitas: Gejala : Malaise
2. Sirkulasi
Tanda :
Tekanan darah normal atau sedikit dibawah normal
(selama hasil curah jantung tetap meningkat).
Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik):
lemah/lembut/mudah hilang, takikardi ekstrem (syok).
Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3 dapat
mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari asidosis
atau ketidak seimbangan elektrolit.
Kulit hangat, kering, bercahaya (vasodilatasi),
pucat,lembab,burik (vasokontriksi).
3. Eliminasi
Gejala : Diare
4. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, Mual, Muntah: Penurunan haluaran,
konsentrasi urine, perkembangan ke arah
oliguri,anuria.
5. Nyeri/Kenyamanan
: Kejang abdominal,lakalisasi rasa
sakit atau ketidak nyamanan, urtikaria,pruritus.
6. Pernafasan
Tanda: Takipnea dengan penurunan kedalaman
pernapasan,pengguna-an kortikosteroid, infeksi baru,
penyakit viral.
Suhu : umumnya meningkat (37,9°C atau lebih) tetapi
mungkin normal pada lansia atau mengganggu pasien,
kadang subnormal.
Luka yang sulit atau lama sembuh, drainase
purulen,lokalisasi eritema. Ruam eritema macular
7. Seksualitas
Gejala : Pruritus perineal.
Tanda : Maserasi vulva, pengeringan vaginal purulen.
8. Pendidikan kesehatan
Gejala : Masalah kesehatan kronis atau melemah,
misalnya hati,ginjal,sakitjantung, kanker,DM,
kecanduan alcohol.
Riwayat splenektomi: Baru saja menjalani operasi /
prosedur invasive, luka traumatic.
Penggunaan
antibiotic ( baru saja atau jangka panjang )
C. Analisis Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS: Infasi mikroba Risiko Infeksi
Pasien atau
keluarga pasien Pelepasan
mengatakan pasien endotoksin atau
menderita sakit eksotoksin
kronis, demam
Respon sistemik
DO (f.risiko): tubuh terhadap
adanya penyakit infeksi
kronis
penekanan sistem SEPSIS
imun
Stimulasi sel imun
pertahanan
tubuh
primer yang
tidak adekuat
produksi sitokin
(luka, trauma
proinflamasi
jaringan kulit)
berlebih
pertahanan
sekunder Risiko infeksi
inadekuat (Hb
turun,
leukopenia)
prosedur infasif
malnutrisi
DS: Infasi mikroba Ketidakefektifan
Perubahan sensasi perfusi jaringan
Pelepasan perifer
DO: endotoksin atau
TD eksotoksin
turun/hipotensi Respon sistemik
RR meningkat tubuh terhadap
CRT >2 detik infeksi
akral
SEPSIS
ekstremitas
dingin
Efek berbagai
kulit pucat mediator inflamasi
edema (protaglandin,
ekstremitas kinin, histamin)
nadi lemah
respon inflamasi
masif di jaringan
vaskuler
agregasi leukosit
dan penimbunan
fibrin
penyumbatan kapiler
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
DO (f.risiko): Pelepasan
hipotensi endotoksin atau
hipovolemia eksotoksin
hipoksemia
Respon sistemik
hipoksia tubuh terhadap
infeksi infeksi
sepsis
SEPSIS
Efek berbagai
mediator inflamasi
(protaglandin,
kinin, histamin)
Vasodilatasi,
peningkatan
permeabilitas
kapiler
Volume
intravaskuler
Volume sirkulasi
efektif
TVS
CO meningkat u/
kompensasi
Asedemia laktat
responsivitas
terhadap
katekolamin
fs. jantung
terganggu
(fraksi ejeksi
ventrikel turun,
gangguan
kontraktilitas)
risiko syok
akumulasi cairan
ekstravaskuler di
paru
edema pulmonal
kompliance paru