PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gula kelapa yang dikenal juga dengan nama gula jawa atau gula merah adalah
salah satu bahan pemanis untuk pangan yang berasal dari pengolahan nira kelapa.
padat dengan bangun geometri yang bervariasi tergantung tempat mencetak yang
digunakan pada saat pembuatannya. Gula kelapa bisa dikonsumsi sebagai bahan
pemanis untuk makanan ataupun minuman sebagaimana bahan pemanis yang lain
seperti gula pasir, gula aren, gula siwalan, dan sebagainya, namun juga digunakan
sebagai bahan baku pada beberapa industri pangan antara lain kecap dan minuman
instan. Olahan lain dari gula kelapa adalah gula kristal. Gula kristal kelapa
dengan pemasakan dan pencampuran gula merah cair sampai terbentuk gula kristal.
Masalah yang terjadi pada pembuatan gula kristal yang dilakukan oleh pengrajin
rumah tangga diantaranya adalah warna yang terlalu coklat atau terjadi
penggosongan yang disebabkan oleh tidak terkontrolnya suhu pada saat pemasakan
serta pH nira yang asam. Selain itu kandungan air yang terdapat pada gula kristal
yang masih tinggi. Faktor yang mempengaruhi kandungan air pada gula kristal yang
dihasilkan adalah suhu pemasakan yang terlalu rendah dan proses kristalisasi yang
kurang sempurna. Nira yang digunakan sebagai bahan baku utama kualitasnya
sangat menentukan kualitas gula kristal yang dihasilkan, yang dipengaruhi oleh pH
nira aren dan nira yang masih segar yang mempunyai pH sekitar 6-7. Bahan
penolong yang digunakan adalah kapur yang juga berfungsi sebagai larutan
penyangga untuk mempertahankan pH sekitar 6-7, sebab nira dikatakan rusak jika
pH kurang dari 6 ditandai rasa yang masam. Biasanya nira yang dipanen sore hari
B. Tujuan Praktikum
Nira merupakan cairan bening yang terdapat di dalam mayang atau manggar
dari tumbuhan jenis palma yang masih tertutup, dari mayang atau manggar rata-rata
dapat diperoleh 0,5-1 Liter nira perhari (Balai Penelitian Tanaman Palma, 2010).
Nira yang digunakan sebagai bahan baku utama kualitasnya sangat menentukan
kualitas gula kristal yang dihasilkan, yang dipengaruhi oleh pH nira aren dan nira
yang masih segar yang mempunyai pH sekitar 6-7. Nira dikatakan rusak jika pH
kurang dari 6 ditandai rasa yang masam. Biasanya nira yang dipanen sore hari akan
Menurut Ningtyas et al. (2012), Gula kelapa pada awalnya dibuat dalam
bentuk padatan yang dicetak dengan tempurung kelapa atau bambu sehingga gula
inovasi baru dari gula aren adalah gula dalam bentuk serbuk atau gula kristal.
Bentuk akhir gula kristal ini adalah serbuk, sehingga menjadikan gula kristal ini
lebih praktis untuk digunakan. Pengolahan gula kristal lebih lama dibanding gula
merah hal ini menyebabkan harga jual gula kristal lebih tinggi.
Gula kristal kelapa merupakan gula merah versi bubuk. Gula kristal kelapa
memiliki keunggulan yang lebih banyak, hal ini karena produk gula kristal kelapa
lebih mudah larut karena berbentuk kristal, daya simpan yang lebih lama,
bentuknya lebih menarik, pengemasan dan pengangkutan lebih mudah, rasa dan
aromanya lebih khas. Pemanfaatan gula kristal sama dengan gula pasir (tebu) yaitu
dapat digunakan sebagai penyedap masakan, pemanis makanan (roti, kue dan
makanan kecil lainnya) untuk minuman (teh, kopi, susu) dan keperluan industri
makanan seperti kecap, bandrek, es krim dan lain – lain (Mustaufik dan Karseno,
2004).
Gula kristal dapat dibuat dengan dua cara yaitu dengan mengeringkan dan
membuat gula merah balok menjadi tepung, yang kedua dengan memanaskan nira
dengan pengadukan yang intensif. Cara tersebut umum digunakan karena hampir
sama dengan pembuatan gula merah, perbedaan yang terjadi di tahap pengadukan
akhir setelah pemanasan selesai yang harus dilakukan secara terus – menerus agar
memperoleh kepekatan gula yang tinggi dimana nantinya akan dihasilkan tingat
pengadukan yang memakai alat seperti garpu yang terbuat dari kayu atau dengan
(Zuliana, 2016).
saringan yang berukuran 150 mesh, nira yang digunakan harus dicek terlebih
dahulu, nira yang baik utuk bahan baku pembuatan gula kristal mempunyai nilai
pH 6,5-7,0. Kemudian nira dipanaskan di atas wajan berbahan stainless steel sambil
diaduk hingga nira mengental. Setelah suhu pemanasan mencapai 120oC (ditandai
dengan munculnya buih atau gelembung kecil) pengadukan dipercepat. Ketika pada
suhu 125oC (bagian pinggir wajan sudah terbentuk kristal) api dikecilkan dan tetap
dilakukan pengadukan yang cepat. Setelah itu proses pemanasan dihentikan dengan
mengangkat wajan dari atas kompor. Pengadukan cepat tetap dilakukan secara terus
dengan ukuran 18 mesh. Setelah didapatkan gula kristal dengan ukuran yang
dinginkan dilakukan pengeringan dengan suhu 60oC selama 2 jam sampai kadar air
Gula kristal memiliki standar mutu yang diatur dalam Standar Nasional Indonesia
End point merupakan suhu akhir pemasakan, dimana nira sudah mulai kental
dan meletup-letup. Akhir pemasakan juga dapat diketahui secara visual, yaitu nira
yang dipanaskan akan menggumpal (memadat dan mengeras) dan tidak bercampur
dengan air jika dituang kedalam air dingin. Penentuan end point dapat dilakukan
dengan cara memasukkan beberapa tetes masakan ke dalam gelas yang berisi air.
End point sudah tercapai apabila masakan tidak larut dalam air (mengendap).
Selanjutnya nira kental dalam wajan segera diangkat dan didinginkan untuk proses
dari bagian pinggir ke bagian tengah wajan. Setelah adonan berbentuk kristal maka
biarkan dulu selama beberapa menit supaya agak dingin. Kristal yang terbentuk
kemudian disaring menggunakan ayakan dari stainles steel ukuran sekitar 60-80
mesh.
III. METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah thermometer raksa, pH strip,
gelas ukur 1 liter dan 0,5 liter, gelas ukur 25 ml, wajan pemasak, tempurung kelapa,
plastik, ayakan 16 mesh, form uji sensori, saringan, kain saring, refraktometer,
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah nira kelapa dan bubuk
kopi.
B. Prosedur Kerja
Dicatat suhu pada saat nira mendidih dan saat foaming. Lakukan
defoaming pada saat suhu nira 102oC
Kopi bubuk ditakar sejumlah 8% terhadap total nira dengan brix nira
20
Dicatat suhu pada saat nira mendidih dan saat foaming. Lakukan
defoaming pada saat suhu nira 102oC
Gula kelapa granulasi atau biasanya dikenal dengan sebutan gula semut
adalah sebagian produk turunan yang dihasilkan dari pohon aren dan kelapa.
Penamaan gula semut karena bentuknya yang menyerupai sarang semut di tanah.
Gula semut memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan dengan gula merah
versi cetakan. Menurut Mustaufik dan Karseno (2004) di dalam Pargita (2010)
beberapa keunggulan gula semut adalah aroma yang khas, umur penyimpanan yang
panjang dengan kadar air 2-3%, mudah larut dalam air dingin atau panas,
Gula semut adalah gula kelapa berbentuk bubuk yang dapat dibuat dari nira
palmae, yaitu suatu larutan gula cetak yang telah dilebur kembali dengan
penambahan air pada konsentrasi tertentu. Hasil gula semut sangat ditentukan oleh
bahan baku utamanya yaitu gula kelapa (Suroso dan Suyitno,2014). Bentuk gula
semut yang serbuk menyebabkan gula mudah larut sehingga praktis dalam
penyajian, mudah dikemas dan dibawa, serta daya simpan yang lama karena
pada bahan baku sangat menentukan keberhasilan proses kristalisasi. Menurut SNI
(SII 0268-85), gula semut dengan mutu baik mengandung minimal gula total 80%
dan maksimal gula reduksi 6%. Pada gula merah kelapa bermutu rendah, jumlah
sukrosa yang terkandung cukup rendah, sedangkan kadar gula reduksi tinggi.
Rendemen gula kelapa granulasi dihitung dari berat (gram) akhir gula kelapa
granulasi setelah pengayakan 16 mesh ditambah berat gula kelapa granulasi kasar
dibagi dengan berat (gram) bahan baku awal yaitu nira kelapa yang digunakan
dikalikan 100%. Hasil analisis rerata rendemen gula semut kelapa yang dihasilkan
pada perlakuan suhu end point 119°C yaitu sebesar 19,25%. Hasil tersebut sesuai
dengan Swardana (2006) yang menyatakan adanya rendemen yang tidak tinggi
disebabkan karena gula semut kelapa cukup sulit mengkristal sehingga cukup
banyak gula kelapa yang tertinggal pada tempat kristalisasi. Padatan yang tertinggal
pada tempat kristalisasi tidak dapat dikategorikan sebagai produk gula semut karena
tidak terjadi proses kristalisasi. Sulitnya gula semut kelapa mengkristal disebabkan
oleh tingginya gula reduksi pada gula semut tersebut. Semakin tinggi kadar gula
reduksi pada produk gula semut kelapa, maka semakin tinggi pula kadar airnya,
sehigga rendemen yang dihasilkan semakin rendah. Selain itu, faktor pengayakan
juga merupakan salah satu yang mempengaruhi nilai produk. Gula semut yang tidak
b. Aroma
Keterangan:
Grafik Parameter Skor Aroma:
Aroma Gula Granul 1 : Sangat tidak kuat
5
2 : Tidak kuat
4
3 : Agak kuat
3 Grafik 4 : Kuat
Parameter
2 Aroma Gula 5 : Amat sangat kuat
Granul
1
0
Gula Granul A Gula Granul B
dihasilkan berkisar antara 2,93 – 4 dapat dilihat pada Gambar 2. Pada gula granul
119oC beraroma agak kuat dan gula granul 121oC beraroma kuat. Hal ini sesuai
dengan Winarno (2004), Aroma yang timbul pada gula kelapa granulasi karena
adanya proses karamelisasi dan reaksi Maillard yang mengahasilkan flavor gula.
Komponen gula yang dipanaskan pada saat proses pemasakan gula kelapa akan
Tetapi saat uji sensori pada produk gula kelapa granulasi, panelis tidak
menyukai flavor karamel yang teralu berlebih, selain tidak terlalu bedanya aroma
pada produk gula kelapa granulasi sehingga panelis kurang bisa membedakan yang
c. Rasa Manis
Keterangan:
Grafik Parameter Rasa
Skor Rasa Manis:
Gula granul
4.2 1 : Sangat tidak manis
4.1 2 : Tidak manis
4 3 : Agak manis
Grafik
3.9 Parameter 4 : Manis
Rasa Gula
3.8 5 : Amat sangat manis
granul
3.7
3.6
Gula granul A gula granul B
memiliki rata-rata yang berada pada kisaran 3,18 – 4,13 dapat dilihat ada Gambar
3. Pada gula granul 119oC berasa manis dan 121 oC berasa manis. Hal ini dapat
disebabkan karena jumlah penggunaan nira kelapa yang ditambahkan cukup banyak
sehingga panelis dapat mendeteksi rasa manis dari gula kelapa granulasi yang
dihasilkan. Semakin banyak penggunaan nira kelapa, maka produk yang dihasilkan
dapat cenderung terasa manis dan rasa dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu
senyawa kimia, suhu, konsentras dan interaksi dengan komponen rasa yang lain
d. Warna
Keterangan:
Grafik Parameter
Skor Warna:
Warna Gula Granul
3.5 1 : Sangat tidak coklat
3
2 : Tidak coklat
2.5
2 Grafik 3 : Agak coklat
Parameter
1.5 Warna Gula
Granul
4 : Coklat
1
0.5 5 : Amat sangat coklat
0
Gula granul A Gula Granul B
Hasil analisis rerata kesukaan panelis terhadap gula kelapa granulasi dengan
perlakuan suhu end point yang berbeda berada pada kisaran 1,13 - 3,06, dapat
dilihat pada Gambar 4. Pada gula granul 119oC memiliki warna sangat tidak coklat
dan gula granul 121oC memiliki warna agak coklat. Hal tersebut disebabkan oleh
fisik dan kimianya bahan pangan yang telah mengalami perubahan oleh pemanasan
e. Flavor
Keterangan:
Grafik Parameter
Skor Flavor:
Flavor Gula Granul
4.2 1 : Sangat tidak enak
4 Grafik
3 : Agak enak
Parameter
3.9 Flavor Gula
Granul 4 : Enak
3.8
5 : Amat sangat enak
3.7
Gula granul A Gula granul B
Gambar 5. Flavor Gula Ganul
memiliki rata-rata yang berada pada kisaran 3,87 – 4,13 dapat dilihat ada Gambar
5. Pada gula granul 119oC memiliki flavor enak dan gula granul 121oC memiliki
flavor enak. Hal ini dikarena flavor caramel akan meningkat tingkat kesukaan
Keterangan:
Grafik Parameter
Skor Tekstur:
Tekstur Gula Granul
4.1 1 : Sangat tidak halus
4
3.9 2 : Tidak halus
3.8
3.7 Grafik 3 : Agak halus
Parameter
3.6
Tekstur Gula
3.5 Granul
4 : Halus
3.4
3.3 5 : Amat sangat halus
3.2
Gula Granul AGula Granul B
Rerata kesukaan panelis terhadap tektur gula kelapa granulasi berada pada
kisaran 3,5 - 4 dapat dilihat pada Gambar 6. Pada gula granul 119oC bertekstur halus
dan gula granul 121oC bertekstur agak halus. Hal ini disebabkan oleh Penambahan
minyak sayur akan mempengaruhi tekstur yang terbentuk pada gula kelapa
produk karena adanya gas CO2 pada asam lemak bebas (Sandrasari, 2014). Tetapi
panelis diduga sukar membedakan tekstur karena gula granul memiliki tekstur yang
a. rendemen
𝐵𝑟𝑖𝑥 𝑛𝑖𝑟𝑎
𝐺𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑝𝑖 = 𝑥 % 𝑘𝑜𝑝𝑖 𝑥 𝑚𝑙 𝑛𝑖𝑟𝑎
𝐵𝑟𝑖𝑥 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
19
= 𝑥 8% 𝑥 2000 𝑚𝑙 = 152 𝑔𝑟𝑎𝑚
20
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑢𝑙𝑎 ℎ𝑎𝑙𝑢𝑠 + 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑛𝑖𝑟𝑎
414 + 119
= 𝑥 100% = 26,65%
2000
𝐵𝑟𝑖𝑥 𝑛𝑖𝑟𝑎
𝐺𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑝𝑖 = 𝑥 % 𝑘𝑜𝑝𝑖 𝑥 𝑚𝑙 𝑛𝑖𝑟𝑎
𝐵𝑟𝑖𝑥 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
18
= 𝑥 8% 𝑥 2000 𝑚𝑙 = 144 𝑔𝑟𝑎𝑚
20
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑢𝑙𝑎 ℎ𝑎𝑙𝑢𝑠 + 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑛𝑖𝑟𝑎
444 + 61
= 𝑥 100% = 25,25%
2000
26.5
26
Rendemen Gula
25.5
Granul (%)
25
24.5
Kopi Mix Gula Kopi Mix Gula
118 C 119 C
granulasi setelah pengayakan 16 mesh ditambah berat gula kelapa granulasi kasar
dibagi dengan berat (gram) bahan baku awal yaitu nira kelapa yang digunakan
dikalikan 100%. Hasil analisis rerata rendemen gula semut kelapa yang dihasilkan
Dari grafik diatas dapat diketahu hasil rendemen yang lebih tinggi terdapat
pada perlakuan suhu end point 118°C yaitu sebesar 26,26%. Hasil tersebut sesuai
dengan Swardana (2006) yang menyatakan adanya rendemen yang tidak tinggi
disebabkan karena gula semut kelapa cukup sulit mengkristal sehingga cukup
banyak gula kelapa yang tertinggal pada tempat kristalisasi. Padatan yang tertinggal
pada tempat kristalisasi tidak dapat dikategorikan sebagai produk gula semut karena
tidak terjadi proses kristalisasi. Sulitnya gula semut kelapa mengkristal disebabkan
oleh tingginya gula reduksi pada gula semut tersebut. Semakin tinggi kadar gula
reduksi pada produk gula semut kelapa, maka semakin tinggi pula kadar airnya,
sehigga rendemen yang dihasilkan semakin rendah. Selain itu, faktor pengayakan
juga merupakan salah satu yang mempengaruhi nilai produk. Gula semut yang tidak
Keterangan:
Grafik Parameter
Skor Aroma:
Aroma Kopi Mix
5 1 : Sangat tidak kuat
4
2 : Tidak kuat
3 Grafik
Parameter 3 : Agak kuat
2 Aroma Kopi
Mix 4 : Kuat
1
Rerata kesukaan panelis terhadap aroma gula kelapa kopi mix yang
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 8. Pada gula kopi mix 118oC beraroma kuat
dan gula kopi mix 119oC beraroma agak kuat. Hal ini sesuai dengan Winarno
(2004), Aroma yang timbul pada gula kelapa granulasi karena adanya proses
karamelisasi dan reaksi Maillard yang mengahasilkan flavor gula. Komponen gula
yang dipanaskan pada saat proses pemasakan gula kelapa akan membentuk
karamel. Flavor karamel akan meningkatkan tingkat kesukaan terhadap bau. Aroma
Tetapi saat uji sensori pada produk gula kelapa granulasi, panelis tidak
menyukai flavor karamel yang teralu berlebih, selain tidak terlalu bedanya aroma
pada produk gula kelapa granulasi sehingga panelis kurang bisa membedakan yang
Keterangan:
Grafik Parameter
Skor Flavor:
Flavor Kopi Mix
3.3 1 : Sangat tidak enak
3.2
2 : Tidak enak
3.1
Grafik
3 3 : Agak enak
Parameter
2.9 Flavor Kopi Mix
2.8 4 : Enak
2.7
Kopi Mix A Kopi Mix B 5 : Amat sangat enak
dapat dilihat ada Gambar 9. Pada gula granul 118oC memiliki flavor agak enak dan
gula granul 119oC memiliki flavor agak enak. Hal ini dikarena flavor caramel akan
d. Rasa Manis
Keterangan:
Grafik Parameter Rasa
Skor Rasa Manis:
Manis Kopi Mix
2.62 1 : Sangat tidak manis
2.6
2.58 2 : Tidak manis
2.56 Grafik
2.54 Parameter Rasa 3 : Agak manis
2.52 Manis Kopi Mix
2.5
2.48
Kopi Mix A kopi Mix B
Gambar 10.Rasa Manis Kopi Mix 4 : Manis
Kesukaan panelis terhadap rasa manis gula kelapa granulasi yang dihasilkan
dapat dilihat ada Gambar 10. Pada gula granul 118oC berasa agak manis dan 119
o
C berasa agak manis. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah penggunaan nira
kelapa yang ditambahkan cukup banyak sehingga panelis dapat mendeteksi rasa
manis dari gula kelapa granulasi yang dihasilkan. Semakin banyak penggunaan nira
kelapa, maka produk yang dihasilkan dapat cenderung terasa manis dan rasa
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu senyawa kimia, suhu, konsentras dan
e. Rasa Pahit
Keterangan:
Grafik Parameter Rasa
Skor Rasa Pahit:
Pahit Kopi Mix
3.55 1 : Sangat tidak Pahit
memiliki rasa agak pahit dan kopi mix 119oC memiliki rasa pahit. Hal ini
disebabkan, rasa dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu senyawa kimia, suhu,
konsentras dan interaksi dengan komponen rasa yang lain (Setyaningsih el al,
2010). Hal ini juga disebabkan adanya serbuk kopi yang ditambahkan pada gula
yang memiliki rasa yang pahit dan juga karena adanya proses pemangganan/panas
Keterangan:
Grafik Parameter
Skor Tekstur:
Tekstur Kopi Mix
4 1 : Sangat tidak halus
3 2 : Tidak halus
Grafik
2 Parameter 3 : Agak halus
Tekstur Kopi
1 Mix 4 : Halus
0
5 : Amat sangat halus
Kopi Mix A kopi Mix B
Rerata kesukaan panelis terhadap tektur gula kelapa kopi mix dapat dilihat
pada Gambar 12. Pada gula kopi mix 118oC bertekstur agak halus dan gula kopi
mix 119oC bertekstur agak halus. Hal ini disebabkan oleh Penambahan minyak
sayur akan mempengaruhi tekstur yang terbentuk pada gula kelapa granulasi yang
adanya gas CO2 pada asam lemak bebas (Sandrasari, 2014). Tetapi panelis diduga
sukar membedakan tekstur karena gula granul memiliki tekstur yang hamper mirip
Keterangan:
Grafik Parameter
Skor Warna:
Warna Kopi Mix
4 1 : Sangat tidak hitam
3.5 2 : Tidak hitam
3 3 : Agak hitam
2.5 4 : Hitam
Grafik
2 Parameter
5 : Amat sangat hitam
1.5 Warna Kopi
1 Mix
0.5
0
Kopi Mix A Kopi Mix B
Hasil analisis rerata kesukaan panelis terhadap gula kelapa kopi mix dapat
dilihat pada Gambar 4. Pada gula granul 118oC memiliki warna agak hitam dan
gula granul 119oC memiliki warna agak hitam. Hal tersebut disebabkan oleh proses
pemanasan dan penggorengan bahan pangan akan mempengaruhi kualitas fisik dan
kimianya bahan pangan yang telah mengalami perubahan oleh pemanasan dapat
A. Kesimpulan
Setelah dilakukannya praktikum pengolahan gula kelapa dari bahan baku nira
kelapa menjadi gula kelapa granulasi dan kopi mix gula kelapa dapat disimpulkan
bahwa proses pengolahan kedua produk tersebut dimulai dari proses penyaringan,
penambahan bubuk kopi untuk produk kopi mix gula kelapa saat suhu 108°C,
granulasi yaitu sebesar 19,25% (suhu end point 119°C) dan 16,95% (suhu end point
121°C) serta rendemen gula kopi mix yaitu sebesar 26,65% (suhu end point 118oC)
dan 25,25% (suhu endpoint 119oC). Hasil uji organoleptik gula kelapa rata-rata
B. Saran
pasir karena saat proses kristalisasi gula kelapa sulit mengkristal sehingga bisa
Dewan Standarisasi Nasional, 1995. SNI: Gula Kelapa Kristal SII 0268-85. Dewan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Febrianto, Arie.M . 2011. Studi Kelayakan Pendirian Unit Pengolahan Gula Semut
dengan Pengolaha Sistem Reprocessing pada Skala Industri Menengah di
Kabupaten Blitar. Processing Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi
Keluarga Tani untuk Pengentasan Kemiskinan.
Mustaufik and P. Haryanti. 2006. Evaluasi Mutu Gula Kelapa Kristal yang Dibuat
dari Bahan Baku Nira dan Gula Kelapa Cetak. Laporan Penelitian. Peneliti
Muda Dikti Jakarta. Jurusan Teknologi Pertanian Unsoed, Purwokerto.
Pragita, T.E. 2010. Evaluasi Keragaman dan Penyimpangan Mutu Gula Kelapa
Kristal (Gula Semut) di Kawasan Home Industri Gula Kelapa Kabupaten
Banyumas. [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto.
Setyaningsih, D.A., Apriyanto.A dan Sari M.P. 2010. Analisis Sensori untuk
Industri Pangan dan Agro. IPB Press. Bogor.
SNI 01-3743-2005. Uji Standar Gula Merah Yang Sehat Untuk Dikonsumsi.
Suroso dan Suyitno. 2014. Pembuatan Gula Semut Dari Bahan Baku Gula Kelapa
Cetak dengan Suhu Akhir Pemasakan Terhadap Kualitas Produk yang
Dihasilkan. Skripsi. Jurusa THP. Fakultas Teknolologi Pertanian. Instiper.
Yogyakarta.
Swardana, Pria Yudha. 2006. Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat dan Lama
Penyadapan Nira Kelapa Terhadapa Kualitas Gula Semut. Skripsi. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas
Brawijaya. Malang.
Zuliana. 2016. Pembuatan Gula Kristal Kelapa (Kajian pH Gula Kelapa dan
Konsentrasi Natrium Bikarbonat). Teknologi Hasil Pertanian. Universitas
Brawijaya, Malang.
LAPORAN PRAKTIKUM
ACARA
GULA KELAPA
Oleh :
Muhamad Wildan Firdaus NIM A1F015055