Master SGD 10 LBM 2 THT
Master SGD 10 LBM 2 THT
STEP 1
STEP 2
STEP 3
Fisiologi :
Krista ampularis : pelebaran dari duktus semisirkularis, di dalam ada
cupula dan makula. Disitu terdapat sel2 rambut keseimbangan
Vestibular
Akselerasi linear otolit di makula sakulus dan utrikulus ada sel
rambut sterosilia dan kinosilia massa gelatinosa digerakkan o/
perilimfe tip link tertarik membuka kanal ion kalium masuk ,
depolarisasi membuka kanal Ca merangsang vesikel neurotransmiter
di sel (glutamat) di teruskan ke serabut saraf (n. Vestibular)
Akselerasi rotasi crista ampularis pada ampula di canalis semisirkularis
Dilihat bentuk CS :
Anterior vertikal
Lateral horizontal
Posterior miring
Neurofisiologi
Transduksi :
Impuls luar bioelektrik saraf aferen
Transmisi
n. vestibularis, n. Optikus, n. Vestibulosereberalis
Modulasi
Hipotalamus >>> pusat muntah
Formatio retikularis
Inti vestibularis
Gangguan ketiganya muntah, gg. Pendengaran dan rasa berputar.
2. Mengapa pasien mengeluh merasa berputar terhadap sekitar (vertigo)
disertai telinga berdenging dan kurang pendengaran?
Vertigo :
Vertigo spontan tekanan endolimfe yang meninggi depolarisasi
terus – menerus vertigo
Vertigo posisi adanya debris pada kupula canalis semisirkularis
Vertigo kalori Penyakit kalori
- Teori neurohormonal
Pengeluaran CRF hipotalamus sekresi hormon >>> pengaruh 3
jalur
Parasimpatis (n. Vagus) : muntah
Hipocampus : anxietas
Locus coreuleus simpatis : vertigo
Telinga berdenging (tinitus):
Penyebab :
- Tumpukan serumen
- Kelainan Endolimfe
- Kelainan saraf
- Penyakit sistemik
- Kelainan pembuluh darah
- psikogenik
- NSAID
Kurang pendengaran:
3. Mengapa pasien mengeluh muntah dan kurang pendengaran pada nada
rendah?
- Muntah
Teori neurohormonal
Tinitus :
Nada rendah :
Nada tinggi :
Gangguan
keseimbangan
perifer proprioseptik
sentral
BPPP
Non BPPP
STEP 7
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty &
Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus
berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada
titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai
monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.
Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang
lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran
penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai
lingkungan tempat kita berada.Penglihatan muncul ketika mata
menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau
bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas
sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi
penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola
mata.Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga.Reseptor
pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus.Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan
sistem labyrinthine.Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi
kepala dan percepatan perubahan sudut.Melalui refleks vestibulo-
occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat
obyek yang bergerak.Mereka meneruskan pesan melalui saraf
kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang
otak.Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke
serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor
labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari
nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis,
terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal,
kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot
postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot
postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta
persepsi-kognitif.Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui
kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)
proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke
korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang
sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam
dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang
beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra
ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di
korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
2) Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles
response synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu
dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur.Beberapa
kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi
mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur
keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada
tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari
otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan
posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat
(kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya
dalam melakukan fungsi gerak tertentu.
4) Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan
keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai
dengan karakteristik lingkungan.
Repository.usu.ac.id
Kanalis semisirkularis
mendeteksi akselerasi atau
deselerasi anguler atau
rotasional kepala, seperti
berjungkir balik, memutar
kepala, atau berhenti
memutar. Terdapat tiga
kanalis semisirkularis yang
secara tiga dimensi tersusun
dalam bidang yang saling tegak lurus. Sel-sel rambut reseptif di setiap kanalis
semisirkularis terletak di atas suatu bubungan (ridge) yang terletak di ampula.
Rambut-rambut terbenam pada lapisan gelatinosa, yang disebut sebagai
kupula. Kupula menonjol ke dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula dapat
bergoyang sesuai dengan arah gerakan cairan. Akselerasi atau deselerasi selama
rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolmfe. Pergerakan
endolimfe dapat terjadi pada satu kanalis karena adanya perbedaan dimensi
pada ketiga kanalis tersebut. Pada saat kepala mulai bergerak, cairan dalam
kanalis, yang mula-mula diam tak bergerak, ikut bergerak berlawanan arah
rotasi tetapi tertinggal di belakang karena adanya kelembaman (suatu benda
akan tetap diam atau teptap bergerak kecuali ada gerakan dari luar yang bekerja
padanya). Gerakan cairan tersebut menyebabkan kupula condong ke arah
berlawanan dengna arah gerak kepala, membengkokkan rambut-rambut
sensorik yang terbenam di dalamnya. Jika gerakan berlanjut, cairan endolimfe
juga akan tetap bergerak bersama kepala dan rambut sensorik akan kembali ke
posisi semula. Sewaktu kepala berhenti bergerak, endolimfe melanjutkan diri
bergerak searah dengan rotasi sementara kepala melambat untuk berhenti.
Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya secara sementara membengkok
sesuai arah rotasi semula, yaitu berlawanan dengan arah mereka membengkok
ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut-
rambut kembali tegak. 1
Sel rambut vestibularis terdiri dari dua puluh sampai lima puluh
stereosilia, yaitu mikrovilus yang diperkuat oleh aktin, saut silium,
kinosilium. Ketika stereosilia membengkok ke arah kinosilium,
terjadi depolarisasi. Sel-sel rambut membentuk sinaps zat
perantara kimiawi dengan ujung-ujung terminal neuron aferen
yang akson-aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis
untuk membentuk saraf vestibulokoklearis. Depolarisasi sel-sel
Gambar 3. Unit reseptor
rambut meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi,
utrikulus dan sakulus2
sedangkan hiperpolarisasi menurunkan potensial aksi.1
Organ Otolit
DAFTAR PUSTAKA
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom
sebaga usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika
sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim
parasimpatis mulai berperan (Gb. 3).
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan terori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan
neurotransmiter tertentu dalam mem- pengaruhi sistim saraf otonom
yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi
pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat.
Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF
(corticotropin releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya akan
mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan
mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf
parasimpatik.
Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa
pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis,
yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi
setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf
parasimpatis.
Klasifikasi Tinitus
Tinitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada
telinga luar, tengah, telinga dalam ataupun dari luar telinga. Berdasarkan
letak dari sumber masalah, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus otik dan
tinitus somatik. Jika kelainan terjadi pada telinga atau saraf auditoris,
kita sebut tinitus otik, sedangkan kita sebut tinitus somatik jika kelainan
terjadi di luar telinga dan saraf tetapi masih di dalam area kepala atau
leher.1
Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi
tinitus objektif dan tinitus subjektif.
a. Tinitus Objektif
Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh
pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya
bersifat vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau
kardiovaskuler di sekitar telinga.
Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular,
sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus
berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi
arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga
dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit
sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga
tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat
menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke
rongga tengah.
b. Tinitus Subjektif
Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar
oleh penderita saja. Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat
nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan
degeneratif traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat
pendengaran.
Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi
kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi
pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang
yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.2
Etiologi
Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari
telinga dalam. Terutama kerusakan dari koklea. Secara garis besar,
penyebab tinitus dapat berupa kelainan yang bersifat somatik,
kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinitus karena obat-
obatan, dan tinitus yang disebabkan oleh hal lainnya.
1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang
a. Trauma kepala dan Leher
Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin
akan mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera
leher adalah tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat
berupa Fraktur tengkorak, Whisplash injury.
b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)
Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika
berasal dari artritis sendi temporomandibular.4 Biasanya orang dengan
artritis TMJ akan mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien
artritis TMJ mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak
diketahui secara pasti hubungan antara artritis TMJ dengan terjadinya
tinitus.
Patofisiologi
Mual
Gangguan pada sistem vestibularis, yang terdiri dari cerebellum,
batang otak, danapparatus vestibularis di telinga; mengakibatkan
teraktivasinya reseptor trigger zone yang terdapat pada pons (batang
otak) sehingga menimbulkan rasa tidak enak di epigastrium, lalu
keluar suara tidak enak (retching) selanjutnya yang terjadi adalah
muntah.
Tinitus :
Nada rendah :
Nada tinggi :
Vertigo
Kupiya Timbul Wahyudi
Medical Department, PT. Kalbe Farma Tbk., Jakarta, Indonesia
Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg :
penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau
suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
b. Tandem Gait:
penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan vestibuler
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler
penderita akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu
menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan
yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat
ke arah lesi
b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30ºC) dan air hangat (44ºC) masing-
masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus
yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai
hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika
abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air
hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah
jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di
masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di
labirin atau n. VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan
lesi sentral.
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus
tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_144_tht.pdf.