Anda di halaman 1dari 39

LBM 2 THT

Aduh, kepalaku pusing tujuh keliling

STEP 1

 Sistem vestibuler : sistem yang bertanggung jawab untuk menjaga


keseimbangan , postur dan orientasi ruang. Berhubungan dengan refleks
perubahan posisi tubuh.
Diperankan oleh organ telinga dalam yaitu labirin.
 Vertigo : suatu gejala dimana seseorang memiliki
perasaan berputar di sekitar terhadap dirinya (vertigo objektif) maupun
dirinya terhadap sekitar (vertigo subjektif).
Adanya sensasi gerakan atau rasa gerak oleh tubuh atau lingkungan
sekitar dengan gejala yang timbul terutama dari jaringan otonomik yang
disebabkan oleh gangguan keseimbangan tubuh dari berbagai penyakit.

STEP 2

1. Jelaskan anatomi , histologi dan fisiologi keseimbangan disertai jaras


keseimbangan ?
2. Mengapa pasien mengeluh merasa berputar terhadap sekitar (vertigo)
disertai telinga berdenging dan kurang pendengaran?
3. Mengapa pasien mengeluh muntah dan kurang pendengaran pada nada
rendah?
4. Mengapa pasien mengeluh pernah mengalami kondisi seperti ini 3 bulan
yg lalu , sembuh tanpa diberi obat?
5. Apa bedanya vertigo sentral dan perifer?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi keseimbangan?
7. Bagaimana pengaruh obat simtomatik terhadap keluhan pasien dan jenis
obatnya untuk mengurangi keluhan pasien?
8. Apa saja latihan fisik untuk melatih sistem vestibular?
9. Bagaimana klasifikasi dari vertigo?
10.Bagiamana alur penegakan diagnosis?
11.Apa saja macam-macam gangguan keseimbangan?
12.Jelaskan patogenesis dan patofisiologi dari gangguan keseimbangan ?
13.Apa saja pemeriksaan gangguan keseimbangan?
14.Apa saja diagnosis banding gangguan keseimbangan ?
15.Bagaimana penatalaksanaan kasus gangguan keseimbangan?

STEP 3

1. Jelaskan anatomi, histologi dan fisiologi keseimbangan disertai jaras


keseimbangan ?
Anatomi :
((Auris interna))
Aparatus vestibular :
 Labirin ossea :
Canalis semisirkularis
 Labirin membranasea :
Utrikulus
sakulus
duktus semisirkularis : anterior, posterior, lateral

Fisiologi :
 Krista ampularis : pelebaran dari duktus semisirkularis, di dalam ada
cupula dan makula. Disitu terdapat sel2 rambut  keseimbangan
 Vestibular
 Akselerasi linear  otolit di makula sakulus dan utrikulus  ada sel
rambut sterosilia dan kinosilia  massa gelatinosa digerakkan o/
perilimfe  tip link tertarik  membuka kanal ion kalium masuk ,
depolarisasi  membuka kanal Ca merangsang vesikel neurotransmiter
di sel (glutamat)  di teruskan ke serabut saraf (n. Vestibular)
 Akselerasi rotasi  crista ampularis pada ampula di canalis semisirkularis
 Dilihat bentuk CS :
 Anterior  vertikal
 Lateral horizontal
 Posterior  miring

 Crista ampularis ada sel rambut stereosilia dgn kupula  endolimfe 


peningkatan tekanan endolimfe  gangguan keseimbangan.
 Sel di makula saraf eferen ada di bawah sel, pada ampula saraf aferen
melingkupi semua , eferen hanya di bawah.
 Perilimfe  di absorbsi o/ vena.
Neurotransmiter yang berperan:
Eksitator : asetilkolin, glutamat
Inhibitor : gaba

Neurofisiologi

 Transduksi :
Impuls luar  bioelektrik saraf aferen
 Transmisi
n. vestibularis, n. Optikus, n. Vestibulosereberalis
 Modulasi
Hipotalamus >>>  pusat muntah
Formatio retikularis
Inti vestibularis
Gangguan ketiganya  muntah, gg. Pendengaran dan rasa berputar.
2. Mengapa pasien mengeluh merasa berputar terhadap sekitar (vertigo)
disertai telinga berdenging dan kurang pendengaran?
 Vertigo :
Vertigo spontan  tekanan endolimfe yang meninggi  depolarisasi
terus – menerus  vertigo
Vertigo posisi  adanya debris pada kupula canalis semisirkularis
Vertigo kalori  Penyakit kalori
- Teori neurohormonal
Pengeluaran CRF hipotalamus  sekresi hormon >>>  pengaruh 3
jalur
Parasimpatis (n. Vagus) : muntah
Hipocampus : anxietas
Locus coreuleus simpatis : vertigo
 Telinga berdenging (tinitus):
Penyebab :
- Tumpukan serumen
- Kelainan Endolimfe
- Kelainan saraf
- Penyakit sistemik
- Kelainan pembuluh darah
- psikogenik
- NSAID
 Kurang pendengaran:
3. Mengapa pasien mengeluh muntah dan kurang pendengaran pada nada
rendah?
- Muntah

Teori neurohormonal

Pengeluaran CRF hipotalamus  sekresi hormon >>>  pengaruh


3 jalur
Parasimpatis (n. Vagus) : muntah
Hipocampus : anxietas
Locus coreuleus simpatis : vertigo

- Kurang pendengaran pada nada rendah

Tinitus :

Nada rendah :

Gangguan konduksi  bunyi dengan nada rendah, jika disertai dengan


inflamasi  tinitus berdenyut/pulsasi. Biasanya karena ada sumbatan di
liang telinga

Tinitus pulsasi tanpa gangguan pendengaran  tumor glomus jugulare

Nada tinggi :

4. Mengapa pasien mengeluh pernah mengalami kondisi seperti ini 3 bulan


yg lalu , sembuh sendiri tanpa diberi obat?
Perifer  akut; hilang timbul; durasi menit, harian;serangan tiba2;
berulang

sentral  kontinu, perlahan-lahan

5. Apa bedanya vertigo sentral dan perifer?


Perifer  akut; hilang timbul; durasi menit, jam, harian;serangan tiba2;
berulang, nistagmus horizontal, gangguan telinga dalam, pengaruh
terhadap posisi kepala, disertai tinitus dan kurang pendengaran
Penyakit:
- Benigna paroksismal positional vertigo : mendadak, < 1 menit
- Menier : pelebaran ruptur periodik endolimfatik telinga dalam
Vertigo, tinitus dan ganguan pendengaran
- Vertigo akibat obat : diuretik loop, NSAID
Central  kontinu, perlahan-lahan, berlangsung lama, tidak ada
pengaruh terhadap posisi kepala, tidak disertai tinitus dan kurang
pendengaran, nistagmus horizontal dan vertikal, gangguan SSP
Penyakit:
- Penyakit : stroke, multiple sclerosis, tumor, trauma kepala,
penyakit akibat kemunduran fungsi saraf yg menimbulkan
akibat di otak kecil

6. Apa saja faktor yang mempengaruhi keseimbangan?


- Pusat gravitasi (COG)
Titik gravitasi pada benda hidup dan mati, manusisa beberapa
inchi di os sacrum. Jika postur tubuh berubah  COG berubah
(unstable)
- Garis gravitasi (LOG)
Berada vertikal melalui pusat gravitasi.
- Bidang tumpu
Stabilitas tubuh dibentuk LOG dan COG, serta bidang tumpu
Ketika LOG di tumpuan  seimbang
Stablitas bidang tumpu tergantung luas area bidang tumpu.
- Kekuatan otot
Kontraksi dan relaksasi otot tak seimbang  gangguan
keseimbangan.
7. Bagaimana pengaruh obat simtomatik terhadap keluhan pasien dan jenis
obatnya untuk mengurangi keluhan pasien?
Simtomatik sedatif
Untuk menurunkan cemas, berputar,muntah
Calsium entry blocker  menurunkan aktivitas eksitator ssp dan bekerja
langsung sbg depresor labirin
Anti histamin :
Untuk mendapatkan efek anti kolinergik, merangsang monoaminergik
inhibitory  inhibisi n. vestibularis
8. Apa saja latihan fisik untuk melatih sistem vestibular?
9. Bagaimana alur penegakan diagnosis?
Anamnesis : berputar, muntah, tinitus , riwayat pemakaian obat, riwayat
trauma, penyakit sistemik  pemeriksaan fisik : nistagmus
vertikal/horizontal , tes romberg +, tes gait +, tes berger +  pemeriksaan
penunjang : tes kalori bitermal, tes ENG
10.Apa saja macam-macam gangguan keseimbangan?
- Nistagmus
Horizontal
Vertikal
Fase cepat  kompensasi
- Menier : vertigo, tinitus, gangguan pendengaran
- Labirintitis vestibular : infeksi bakteri/virus di telinga dalam,
hilang pendengaran , ipsilateral, nistagmus.
- Disfungsi vestibular unilateral : kelemahan di sistem vestbular,
pusing, vertigo,
- Disfungsi vestibular bilateral : osilopsia ilusi bendamig2
- Migrain vestibuler
- Fistura perilimfe : bocornya perilimfe ke telinga tengah , causa :
trauma
11.Jelaskan patogenesis dan patofisiologi dari gangguan keseimbangan ?
12.Apa saja pemeriksaan gangguan keseimbangan?
13.Apa saja diagnosis banding gangguan keseimbangan ?
14.Bagaimana penatalaksanaan kasus gangguan keseimbangan?
STEP 4

Gangguan
keseimbangan

vestibuler Non vestibuler

perifer proprioseptik
sentral

BPPP

Non BPPP
STEP 7

1. Jelaskan anatomi, histologi dan fisiologi keseimbangan disertai jaras


keseimbangan ?
Anatomi :

Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :

1) Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.

a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty &
Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus
berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada
titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai
monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.
Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang
lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran
penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai
lingkungan tempat kita berada.Penglihatan muncul ketika mata
menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau
bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas
sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.

b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi
penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola
mata.Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga.Reseptor
pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus.Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan
sistem labyrinthine.Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi
kepala dan percepatan perubahan sudut.Melalui refleks vestibulo-
occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat
obyek yang bergerak.Mereka meneruskan pesan melalui saraf
kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang
otak.Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke
serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor
labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari
nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis,
terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal,
kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot
postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot
postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta
persepsi-kognitif.Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui
kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)
proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke
korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang
sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam
dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang
beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra
ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di
korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
2) Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles
response synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu
dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur.Beberapa
kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi
mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur
keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada
tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari
otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan
posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat
(kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya
dalam melakukan fungsi gerak tertentu.

3) Kekuatan otot (Muscle Strength)


Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan
aktivitas.Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya
peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot
menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force)
maupun beban internal (internal force).Kekuatan otot sangat
berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar
kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan
kontraksi.Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi,
maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar.
Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan
otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang
secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.

4) Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan
keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai
dengan karakteristik lingkungan.

5) Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)


Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan
mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan
keseimbangan yang tinggi.

Repository.usu.ac.id

Gambar 1. Perangkat vestibularis2


Fisiologi Keseimbangan

Komponen telinga yang memilik fungsi


keseimbangan adalah aparatus vestibularis.
Aparatus vestibularais terdiri dari dua
struktur, yaitu kanalis semisirkularis dan
organ otolit- utrikulus dan sakulus. Struktur
yang terdapa di aparatus vestibularis
memiliki struktur yang sama dengan koklea,
seperti adanya endolimfe yang dikelilingi oleh
perilimfe. Terdapat juga sel-sel rambut yang
ebrespon oleh gerakan-gerakan spesifik endollimfe. Tidak seperti organ
pendengaran, sebagian informasi yang dihasilkan sisem vestibularis tidak
mencapai tingkat kesadaran.1

Kanalis Semisirkularis Gambar 2. Krista ampularis dan makula2

Kanalis semisirkularis
mendeteksi akselerasi atau
deselerasi anguler atau
rotasional kepala, seperti
berjungkir balik, memutar
kepala, atau berhenti
memutar. Terdapat tiga
kanalis semisirkularis yang
secara tiga dimensi tersusun
dalam bidang yang saling tegak lurus. Sel-sel rambut reseptif di setiap kanalis
semisirkularis terletak di atas suatu bubungan (ridge) yang terletak di ampula.
Rambut-rambut terbenam pada lapisan gelatinosa, yang disebut sebagai
kupula. Kupula menonjol ke dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula dapat
bergoyang sesuai dengan arah gerakan cairan. Akselerasi atau deselerasi selama
rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolmfe. Pergerakan
endolimfe dapat terjadi pada satu kanalis karena adanya perbedaan dimensi
pada ketiga kanalis tersebut. Pada saat kepala mulai bergerak, cairan dalam
kanalis, yang mula-mula diam tak bergerak, ikut bergerak berlawanan arah
rotasi tetapi tertinggal di belakang karena adanya kelembaman (suatu benda
akan tetap diam atau teptap bergerak kecuali ada gerakan dari luar yang bekerja
padanya). Gerakan cairan tersebut menyebabkan kupula condong ke arah
berlawanan dengna arah gerak kepala, membengkokkan rambut-rambut
sensorik yang terbenam di dalamnya. Jika gerakan berlanjut, cairan endolimfe
juga akan tetap bergerak bersama kepala dan rambut sensorik akan kembali ke
posisi semula. Sewaktu kepala berhenti bergerak, endolimfe melanjutkan diri
bergerak searah dengan rotasi sementara kepala melambat untuk berhenti.
Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya secara sementara membengkok
sesuai arah rotasi semula, yaitu berlawanan dengan arah mereka membengkok
ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut-
rambut kembali tegak. 1

Sel rambut vestibularis terdiri dari dua puluh sampai lima puluh
stereosilia, yaitu mikrovilus yang diperkuat oleh aktin, saut silium,
kinosilium. Ketika stereosilia membengkok ke arah kinosilium,
terjadi depolarisasi. Sel-sel rambut membentuk sinaps zat
perantara kimiawi dengan ujung-ujung terminal neuron aferen
yang akson-aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis
untuk membentuk saraf vestibulokoklearis. Depolarisasi sel-sel
Gambar 3. Unit reseptor
rambut meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi,
utrikulus dan sakulus2
sedangkan hiperpolarisasi menurunkan potensial aksi.1

Organ Otolit

Organ otolit memberikan informasi mengenai posisi kepala relative terhadap


gravitasi dan mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan linier. Utrikulus
dan sakulus adalah struktur seperti kanung yang terletak di dalam rongga tulang
yang terdapat di antara kanils semisirkularis dan koklea. Rambut-rambut pada

sel-sel rambut organ reseptif menonjol ke dalam lembaran suatu gelatinosa,


yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan
perubahan potensial. Terdapat Kristal-kristal kalsium karbonat- otolit (batu
telinga) yang terbenam dalam gelatinosa sehingga lapisan tersebut lebih berat
dan lembam. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut
dalam utrikulus berorientasi vertical dan sakulus secara horizontal.1

Massa gelatinosa mengandung otolit berubah posisi dan dapat


membengkokkan rambut-rambut. Sebagai contoh, rambut-rambut utrikulus
dapat berubah posisi akibat setiap perubahan dalam gerakan linier horizontal
(misalkan bergerak lurus ke depan, ke belakang, atau ke samping). Ketika
seseorang berjalan ke depan, bagian atas membrane otolit yang berat mula-
mula tertinggal di belakang endolimfe dan sel-sel rambut karena inersianya lebih
besar. Dengan demikian, rambut menekuk ke belakang, dalam arah yang
berlawanan dengan arah gerakan kepala yang ke depan. Jika kecepatan berjalan
dipertahankan, lapisan gelatinosa degera menyusul dan bergerak dengan
kecepatan yang sama dengan kepala sehingga rambut-rambt tidak lagi
menekuk. Ketika orang tersebut berhenti berjalan, lapisan otolit secara singkat
terus bergerak ke depan ketika kepala melambat dan berhenti,
membengkokkan rambut-rambut kea rah depan. Dengan demikian, sel-sel
rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linier horizontal tetapi
tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus yang berjalan konstan.
Ketika kepala digerakan ke semua arah selain vertical, rambut-rambut
membengkok sesuai arah gerakan kepala karena gaya gravitasi yang mendesak
bagian atas lapisan geatinosa yang berat. Dalam utrikulus tiap-tiap telinga,
sebagian berkas sel rambut diorientasikan untuk mengalami depolarisasi dan
sebagian lagi mengalami hiperpolarisasi ketika kepala berada dalam segala
posisi selain tegak lurus.

Sakulus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa ia berespons


secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal dan
terhadap akselerasi linier vertical seperti loncat-loncat dan saat berada di
elevator.1

Gambar 4. jaras vestibularis3


Jaras Saraf

Neuron yang mempersarafi Krista dan macula di tiap


sisi terletak pada ganglion vestibularis. Tiap n.
vestibularis berakhir di nucleus 4-bagian ipsilateral
dan di lobus flokulonodularis serebelum. Serat dari
kanalis semisirkularis terutama berakhir di bagian
superior dan medial nucleus vestibularis dan sebagian
besar menuju nuclei yang mengatur gerakan bola
mata. Serat dari utrikulus dan sakulus berakhir
terutama di bagian lateral (Deiter’s nucleus), yang
menuju medulla spinalis. Serat ini juga berakhir di
nucleus descendens, yang berproyeksi ke serebelum
dan formasio retikularis. Nuklei vestibularis juga
berproyeksi ke thalamus dan dari sini menuju ke kedua
bagian korteks somatosensorik.3

Informasi vestibuler diintegrasikan dengan masukan dari permukaan kulit, mata,


sendi, dan otot untuk1:

1. Mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan


2. Mengontrol otot mata eksternal sehingga mata tetap terfiksasi ke titik
yang sama walaupun kepala bergerak
3. Mempersepsikan gerakan dan orientasi.

DAFTAR PUSTAKA

 Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001. Hal. 186-9.
 Guyton, Arthur C., John E. Hall. Textbook of Medical Physiology. 11th
edition. Pennsylvania: Elsevier Saunders. 2006. p. 693.
 Ganong, William F. Review of Medical Physiology. 22nd edition. 2005
2. Mengapa pasien mengeluh merasa berputar terhadap sekitar (vertigo)
disertai telinga berdenging dan kurang pendengaran?

Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat


keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi
tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf
pusat.
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya
terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang
berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus,
vestibulum dan proprioseptik, atau ketidak-seimbangan/asimetri
masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan.
Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di
sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha
koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler,
serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi
kortikal).
Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih
menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut
teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan
tertentu; sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang
aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul
reaksi dari susunan saraf otonom.(Gb.2)
Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan
terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul
gejala.

4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom
sebaga usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika
sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim
parasimpatis mulai berperan (Gb. 3).
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan terori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan
neurotransmiter tertentu dalam mem- pengaruhi sistim saraf otonom
yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.

6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi
pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat.
Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF
(corticotropin releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya akan
mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan
mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf
parasimpatik.
Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa
pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis,
yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi
setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf
parasimpatis.

Vertigo: Aspek Neurologi


Budi Riyanto Wreksoatmodjo
Rumah Sakit Marzuki Mahdi, Bogor, Indonesia

Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa


sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal
mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang di dengar sangat
bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis,
mengaum, atau berbagai macam bunyi lainnya. Suara yang didengar
dapat bersifat stabil atau berpulsasi. Keluhan tinitus dapat dirasakan
unilateral dan bilateral.
Serangan tinitus dapat bersifat periodik ataupun menetap. Kita sebut
periodik jika serangan yang datang hilang timbul. Episode periodik lebih
berbahaya dan mengganggu dibandingkan dengan yang berifat
menetap. Hal ini disebabkan karena otak tidak terbiasa atau tidak dapat
mensupresi bising ini. Tinitus pada beberapa orang dapat sangat
mengganggu kegiatan sehari-harinya. Terkadang dapat menyebabkan
timbulnya keinginan untuk bunuh diri.1,3
Tinitus dapat dibagi atas tinnitus objektif dan tinnitus subjektif.
Dikatakan tinnitus objektif jika suaranya juga dapat di dengar oleh
pemeriksa dan dikatakan tinnitus subjektif jika tinnitus hanya dapat
didengar oleh penderita.1,2

Klasifikasi Tinitus
Tinitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada
telinga luar, tengah, telinga dalam ataupun dari luar telinga. Berdasarkan
letak dari sumber masalah, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus otik dan
tinitus somatik. Jika kelainan terjadi pada telinga atau saraf auditoris,
kita sebut tinitus otik, sedangkan kita sebut tinitus somatik jika kelainan
terjadi di luar telinga dan saraf tetapi masih di dalam area kepala atau
leher.1
Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi
tinitus objektif dan tinitus subjektif.
a. Tinitus Objektif
Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh
pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya
bersifat vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau
kardiovaskuler di sekitar telinga.
Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular,
sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus
berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi
arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga
dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit
sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga
tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat
menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke
rongga tengah.
b. Tinitus Subjektif
Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar
oleh penderita saja. Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat
nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan
degeneratif traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat
pendengaran.
Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi
kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi
pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang
yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.2

Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa,


tinitus dapat dibagi menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil.
a. Tinitus Pulsatil
Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara
denyut jantung. Tinitus pulsatil jarang dimukan dalam praktek sehari-
hari. Tinitus pulsatil dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular
ataupun di luar vaskular. Kelaianan vaskular digambarkan dengan
sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau denyut
jantung. Sedangkan tinitus nonvaskular digambarkan sebagai bising klik,
bising goresan atau suara pernapasan dalam telinga. Pada kedua tipe
tinitus ini dapat kita ketahui dengan mendengarkannya menggunakan
stetoskop.
b. Tinitus Nonpulsatil
Tinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara yang
dapat didengar oleh pasien bervariasi, mulai dari suara yang berdering,
berdenging, berdengung, berdesis, suara jangkrik, dan terkadang pasien
mendengarkan bising bergemuruh di dalam telinganya.
Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan
biasanya paling menganggu di malam hari sewaktu pasien tidur, selama
siang hari efek penutup kebisingan lingkungan dan aktivitas sehari-hari
dapat menyebabkan pasien tidak menyadari suara tersebut.4

Etiologi
Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari
telinga dalam. Terutama kerusakan dari koklea. Secara garis besar,
penyebab tinitus dapat berupa kelainan yang bersifat somatik,
kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinitus karena obat-
obatan, dan tinitus yang disebabkan oleh hal lainnya.
1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang
a. Trauma kepala dan Leher
Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin
akan mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera
leher adalah tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat
berupa Fraktur tengkorak, Whisplash injury.
b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)
Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika
berasal dari artritis sendi temporomandibular.4 Biasanya orang dengan
artritis TMJ akan mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien
artritis TMJ mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak
diketahui secara pasti hubungan antara artritis TMJ dengan terjadinya
tinitus.

2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis


Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang
menghubungkan antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat
pendengaran. Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
kerusakan dari n. Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada
n.VIII, tumor yang mengenai n.VIII, dan Microvascular compression
syndrome (MCV). MCV dikenal juga dengan vestibular paroxysmal. MCV
menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi dari pembuluh
darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi.

3. Tinitus karena kelainan vaskular


Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan
didengar bunyi yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung.
Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan tinitus diantaranya:
a. Atherosklerosis
Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-
bentuk deposit lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah
kehilangan sebagian elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah
menjadi semakin sulit dan kadang-kadang mengalami turbulensi
sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya.
b. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler
pada pembuluh darah koklea terminal.
c. Malformasi kapiler
Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara
koneksi arteri dan vena dapat menimbulkan tinitus.
d. Tumor pembuluh darah
Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga
dapat menyebabkan tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor
glomus jugulare dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah
yang berpulsasi tanpa adanya gangguan pendengaran. Ini merupakan
gejala yang penting pada tumor glomus jugulare.

4. Tinitus karena kelainan metabolik


Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan
hipertiroid dan anemia (keadaan dimana viskositas darah sangat rendah)
dapat meningkatkan aliran darah dan terjadi turbulensi. Sehingga
memudahkan telinga untuk mendeteksi irama, atau yang kita kenal
dengan tinitus pulsatil.
Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan tinitus adalah
defisiensi vitamin B12, begitu juga dengan kehamilan dan keadaan
hiperlipidemia.

5. Tinitus akibat kelainan neurologis


Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis. multiple
sclerosis adalah proses inflamasi kronik dan demyelinisasi yang
mempengaruhi system saraf pusat. Multiple sclerosis dapat
menimbulkan berbagai macam gejala, di antaranya kelemahan otot,
indra penglihatan yang terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan
koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif, gangguan
keseimbangan dan nyeri, dan pada telinga akan timbul gejala tinitus.

6. Tinitus akibat kelainan psikogenik


Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang
bersifat sementara. Tinitus akan hilang bila kelainan psikogeniknya
hilang. Depresi, anxietas dan stress adalah keadaan psikogenik yang
memungkinkan tinitus untuk muncul.

7. Tinitus akibat obat-obatan


Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah obat-
obatan yang bersifat ototoksik. Diantaranya :
a. Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnya
b. Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol,
tetrasiklin, minosiklin.
c. Obat-obatan kemoterapi, seperti Belomisisn, Cisplatin,
Mechlorethamine, methotrexate,
vinkristin
d. Diuretik, seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide
e. lain-lain, seperti Kloroquin, quinine, Merkuri, Timah

8. Tinitus akibat gangguan mekanik


Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif,
misalnya pada tuba eustachius yang terbuka sehingga ketika kita
bernafas akan menggerakkan membran timpani dan menjadi tinitus.
Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius serta
otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinitus.
9. Tinitus akibat gangguan konduksi
Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan
oedem), serumen impaksi, efusi telinga tengah dan otosklerosis juga
dapat menyebabkan tinitus. Biasanya suara tinitusnya bersifat suara
dengan nada rendah.

10. Tinitus akibat sebab lainnya


a. Tuli akibat bising
Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka
waktu yang cukup lama. Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan
kerja. Umumnya terjadi pada kedua telinga. Terutama bila intensitas
bising melebihi 85db, dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor
pendengaran korti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan
adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000Hz sampai
dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti untuk reseptor bunyi
yang berfrekuensi 4000Hz.
b. Presbikusis
Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun,
simetris kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz
atau lebih. Umumnya merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga
berhubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan,
metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat
multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur dan kumulatif.
Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada laki-laki
disbanding perempuan.
c. Sindrom Meniere
Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli
sensorineural. Etiologi dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops
endolimf, yaitu penambahan volume endolimfa, karena gangguan
biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada membrane
labirin1,4,5,6

Diagram singkat yang menjelaskan mengenai etiologi tinitus


Sumber : http://www.wrongdiagnosis.com/bookimages/4/fig204.jpg

Patofisiologi

Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang


menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan
berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal
dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri. Impuls
abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus
dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah
seperti bergemuruh atau nada tinggi seperti berdenging. Tinitus dapat
terus menerus atau hilang timbul.
Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat
juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh
gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika
disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus
pulsatil).
Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi,
biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen atau
tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis dan lain-lainnya. Tinitus
dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran
merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare.
Tinitus objektif sering ditimnbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya
seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan
aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus
objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas
membran timpani bergerak dan terjadi tinitus.
Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta
otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada
gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid body
tumor), maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga.
Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomisin, dehidro-
streptomisin, garamisin, digitalis, kanamisin, dapat terjadi tinitus nada
tinggi, terus menerus atupun hilang timbul. Pada hipertensi
endolimfatik, seperti penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada
rendah atau tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung.
Gangguan ini disertai dengan vertigo dan tuli sensorineural.
Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi pada pasien yang
stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang
menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus
dan gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah normal
kembali.1,4,6

1. Soepardi EA, Iskandar I, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku


Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008
2. Anonim. Tinitus. Dalam : http://en.wikipedia.org/wiki/Tinnitus. 2008.
Diakses pada : Juli 29 2009.
3.Anonim.http://books.google.co.id/books?id=xa_ne2pMEUYC&pg=PA
118&lpg=PA118&dq=tinitus+dan+bunuh+diri&source=bl&ots=Dxk5U-
kZmi&sig=LkgsLBKZaJi_TQxprMFapjoO6Cs&hl=id&ei=mYdxSoGTCMGdk
AXUxI2FDA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7 diakses pada :
Juli 30 2009
4. Hain TC. Tinnitus. http://www.dizziness-and-
balance.com/disorders/hearing/tinnitus.htm. Diakses pada Juli 30 2009
5. Hain TC. Microvascular compression syndrome, Vestibular
Paroxysmia, and Quick Spins.
http://www.dizziness-and-
balance.com/disorders/unilat/microvascular.htm. Diakses pada Juli 30
2009
6. Tinnitus and Deafness.
http://www.wrongdiagnosis.com/w/wolframs_disease/book-diseases-
4a.htm. Diakses pada: Juli 30 2009
7. Saunders WB. http://www.bixby.org/faq/tinnitus/diagnose.html.
Diakses pada: Juli 31 2009
8. Syartika L. Tinitus Telinga Berdenging. http://www.santosa-
hospital.com/document/tinnitus_drlisa_5_page_8.pdf. Diakses pada:
Agustus 3 2009
9. Hain TC. Tinitus Management. http://www.dizziness-and-
balance.com/disorders/hearing/pdfs/tinnitus%20management.pdf.
Diakses pada: 3 Agustus 2009

3. Mengapa pasien mengeluh muntah dan kurang pendengaran pada nada


rendah?

Mual
Gangguan pada sistem vestibularis, yang terdiri dari cerebellum,
batang otak, danapparatus vestibularis di telinga; mengakibatkan
teraktivasinya reseptor trigger zone yang terdapat pada pons (batang
otak) sehingga menimbulkan rasa tidak enak di epigastrium, lalu
keluar suara tidak enak (retching) selanjutnya yang terjadi adalah
muntah.

- Kurang pendengaran pada nada rendah

Tinitus :

Nada rendah :

Gangguan konduksi  bunyi dengan nada rendah, jika disertai dengan


inflamasi  tinitus berdenyut/pulsasi. Biasanya karena ada sumbatan di
liang telinga
Tinitus pulsasi tanpa gangguan pendengaran  tumor glomus jugulare

Nada tinggi :

4. Mengapa pasien mengeluh pernah mengalami kondisi seperti ini 3 bulan


yg lalu , sembuh sendiri tanpa diberi obat?

Perifer  akut; hilang timbul; durasi menit, harian;serangan tiba2;


berulang

sentral  kontinu, perlahan-lahan

5. Apa bedanya vertigo sentral dan perifer?

Vertigo
Kupiya Timbul Wahyudi
Medical Department, PT. Kalbe Farma Tbk., Jakarta, Indonesia

6. Apa saja faktor yang mempengaruhi keseimbangan?


- Pusat gravitasi (COG)
Titik gravitasi pada benda hidup dan mati, manusisa beberapa
inchi di os sacrum. Jika postur tubuh berubah  COG berubah
(unstable)
- Garis gravitasi (LOG)
Berada vertikal melalui pusat gravitasi.
- Bidang tumpu
Stabilitas tubuh dibentuk LOG dan COG, serta bidang tumpu
Ketika LOG di tumpuan  seimbang
Stablitas bidang tumpu tergantung luas area bidang tumpu.
- Kekuatan otot
Kontraksi dan relaksasi otot tak seimbang  gangguan
keseimbangan.

7. Bagaimana pengaruh obat simtomatik terhadap keluhan pasien dan jenis


obatnya untuk mengurangi keluhan pasien?
Simtomatik sedatif
Untuk menurunkan cemas, berputar,muntah
Calsium entry blocker  menurunkan aktivitas eksitator ssp dan bekerja
langsung sbg depresor labirin
Anti histamin :
Untuk mendapatkan efek anti kolinergik, merangsang monoaminergik
inhibitory  inhibisi n. vestibularis
8. Apa saja latihan fisik untuk melatih sistem vestibular?
9. Bagaimana alur penegakan diagnosis?
Anamnesis : berputar, muntah, tinitus , riwayat pemakaian obat, riwayat
trauma, penyakit sistemik  pemeriksaan fisik : nistagmus
vertikal/horizontal , tes romberg +, tes gait +, tes berger +  pemeriksaan
penunjang : tes kalori bitermal, tes ENG
10.Apa saja macam-macam gangguan keseimbangan?
- Nistagmus
Horizontal
Vertikal
Fase cepat  kompensasi
- Menier : vertigo, tinitus, gangguan pendengaran
- Labirintitis vestibular : infeksi bakteri/virus di telinga dalam,
hilang pendengaran , ipsilateral, nistagmus.
- Disfungsi vestibular unilateral : kelemahan di sistem vestbular,
pusing, vertigo,
- Disfungsi vestibular bilateral : osilopsia ilusi bendamig2
- Migrain vestibuler
- Fistura perilimfe : bocornya perilimfe ke telinga tengah , causa :
trauma
11.Jelaskan patogenesis dan patofisiologi dari gangguan keseimbangan ?
12.Apa saja pemeriksaan gangguan keseimbangan?

Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg :
penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau
suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

b. Tandem Gait:
penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan vestibuler
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler
penderita akan cenderung jatuh.

c. Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu
menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan
yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat
ke arah lesi

d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)


Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-
ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler
akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi
e. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke
depan dan lima langkah ke belakang selama setengah menit; jika ada
gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah
berbentuk bintang

Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis


a. Uji Dix Hallpike

Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke


belakang dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45º di
bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan
lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan
nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau
sentral.Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus
timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang
dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang
beberapa kali (fatigue).Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan
vertigo berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap
seperti semula (non-fatigue).

b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30ºC) dan air hangat (44ºC) masing-
masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus
yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai
hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika
abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air
hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah
jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di
masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di
labirin atau n. VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan
lesi sentral.
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus
tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_144_tht.pdf.

13.Apa saja diagnosis banding gangguan keseimbangan ?

Penyakit Etiologi Onset Vertigo Gejala khas


benign Benign vertigo yang tidak terjadi
paroxysmal paroxysmal ditandai dengan
gangguan
positional positional episode
vertigo vertigo (BPPV) berulang singkat pendengaran atau
merupakan
telinga berdenging
vertigo yang
ditandai dengan (tinnitus).
episode
berulang singkat
yang dipicu oleh
perubahan
posisi kepala.
BPPV
merupakan
penyebab
tersering dari
vertigo berulang
dan vertigo ini
disebabkan oleh
stimulasi
abnormal dari
cupula karena
adanya “free-
floating otoliths
(
canalolithiasis)”
atau otolith
yang telah
beradhesi
dengan cupula
(cupulolithiasis)
dalam satu dari
tiga kanal
semisirkular.

penyakit • Etiologi Vertigo pertama Trias / sindrom


meniere penyakit ini sangat berat meniere :
belum diketahui disertai mual 1. Vertigo
secara pasti muntah. 2. Tinnitus
• Patologi berlangsung dari 3. Tuli
utama dari beberapa hari sensorineural
penyakit ini sampai terutama nada
adalah beberapa rendah
pengembungan minggu,
system meskipun
endolimfatik keadaannya
akibat berangsur baik.
peningkatan Pada serangan
volume kedua dan
endolimfe selanjutnya
• Beberapa dirasakan lebih
faktor etiologi : ringan.
1. Kegagalan Pada tiap
penyerapan serangan
oleh kantong biasanya disertai
endolimf,
2. Gangguan gangguan
vasomotor pendengaran.
3. Alergi
4. Genetik
5. Anatomi dan
infeksi virus
vestibular virus Jam - hari Vertigo 7 – 10 hari
neuritis Nistagmus
dan bakteri atau Jam - hari Keluhan dari penyakit
labyrinthitis virus yang ini berupa gangguan
biasanya vestibular, vertigo dan
merupakan gangguan fungsi
komplikasi pendengaran
penyakit telinga sensorineural hearing
tengah atau loss derajat ringan
komplikasi hingga menengah
infeksi secara tiba-tiba
virus dari
berbagai
penyakit.

14.Bagaimana penatalaksanaan kasus gangguan keseimbangan?

Anda mungkin juga menyukai