Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Untuk mencapai pembangunan nasional diperlukan upaya
penyelengaraan kesehatan yang bermutu yang dilakukan
individu, kelompok, masyarakat, lembaga pemerintah atau swadaya masyarakat yang
lebih mengutamakan promosi kesehatan serta pencagahan penyakit. Upaya pemeliharaan
yang mencangkup dua aspek kuratif dan rehabilitatif, sedangkan upaya peningkatan
kesehatan juga mencangkup dua aspek yaitu Preventif dan promotif (Notoadmojo, 2003 :
02).
Partus Lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan bayi
baru lahir. Partus Lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam yang
dimulai dari tanda-tanda persalinan. Partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan
tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi pendarahan post partum yang dapat
menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi, cedera dan asfiksia yang
dapat meningkatkan kematian bayi. Para ibu baru yang menjalani persalinan pertamanya
dengan sulit dan lama mengatakan bahwa pengalaman tersebut akan mempengaruhi
mereka untuk selamanya.
Secara keseluruhan, 60 persen wanita yang menjalani persalinan sulit mengatakan
bahwa pengalaman tersebut akan meninggalkan kesan pada mereka sepanjang hidupnya.
Persalinan yang lama biasa terjadi terutama pada wanita yang baru menjalani persalinan
anak pertama.
Persalinan lama didefinisikan sebagai persalinan dengan kemajuan yang lama, yaitu
ibu mengalami kontraksi teratur lebih lama dari 12 jam misalnya, atau persalinan yang
membutuhkan operasi cesar darurat, bantuan forseps, atau vakum. Para peneliti
menemukan bahwa rasa sakit merupakan hal yang utama diutarakan oleh para ibu baru,
terutama mereka yang mengalami persalinan lama.

1
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendiskripsikan dan melaporkan Asuhan Keperawatan
Intranatal pada Ny. “A” dengan Partus Spontan pervaginam ; Kala I Memanjang
di Ruangan Vk. Kebidanan RSUD Sekayu dengan pendekatan proses keperawatan
dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan Pengkajian Asuhan Keperawatan Intranatal pada Ny. “A”
dengan Partus Spontan pervaginam ; Kala I Memanjang.
b. Membuat Analisa Data klien Ny. “A” dengan Partus Spontan pervaginam ;
Kala I Memanjang.
c. Menentukan Diagnosa Keperawatan pada klien Ny. “A” dengan Partus
Spontan pervaginam ; Kala I Memanjang.
d. Menyusun Rencana Asuhan Keperawatan (intervensi) pada klien Ny. “A”
dengan Partus Spontan pervaginam ; Kala I Memanjang.
e. Melaksanakan Rencana Keperawatan pada klien Ny. “A” dengan Partus
Spontan pervaginam ; Kala I Memanjang.
f. Membuat Evaluasi Keperawatan pada klien Ny. “A” dengan Partus Spontan
pervaginam ; Kala I Memanjang.

C. RUANG LINGKUP
Asuhan Keperawatan Intranatal pada Ny. “A” dengan Partus Spontan
pervaginam ; Kala I Memanjang. dilakukan tanggal 24 Mei 2018 di Ruangan VK
Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Mahasiswa
Bagi diri sendiri dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan mendapatkan
pengalaman yang nyata bagi penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan Partus Spontan pervaginam ; Kala I Memanjang.

2. Bagi Profesi

2
Menjadi motivasi dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
Partus Spontan pervaginam ; Kala I Memanjang.
3. Bagi Institusi
Rumah Sakit Untuk meningkatkan pelayanan yang berkualitas dan berkompeten
khususnya pada klien dengan Partus Spontan pervaginam ; Kala I Memanjang.
sesuai dengan standar prosedur operasional.
4. Pendidikan
Sebagai sumber ilmu tambahan untuk meningkatkan ilmu yang berkualitas
pendidikan keperawatan khususnya dalam penanganan pada klien dengan Partus
Spontan pervaginam ; Kala I Memanjang.

E. PENGORGANISASIAN SEMINAR KELOMPOK


KETUA : AHMAD RHOMADON
SEKRETARIS : SELVY DWI INDRIANI
PENYAJI : AKI DARKI
MODERATOR : AULIA QOI’DAH
NOTULEN : ADINDA AUDRI SAVIRA
TIM ASKEP :
1. AKI DARKI
2. SELVY DWI INDRIANI
3. AYU KHARISMA
4. ANI SUSILAWATI
5. SELVI OKTASARI
6. AGUNG MUKHTI AKHARA

BAB II
TINJAUAN LAPANGAN
GAMBARAN UMUM RSUD SEKAYU

3
A. SEJARAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
1. PERKEMBANGAN SEBELUM TAHUN 2000
RSUD Sekayu dibangun pada zaman Belanda yaitu tepatnya pada tahun 1937
yang berlokasi dijalan dr.Slamet Imam Santoso Sekayu. Kegiatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit pada waktu itu terfokus pada rawat jalan dan rawat inap
dengan kapasitas 10 tempat tidur. Dokter pertama yang bertugas di RSUD Sekayu
adalah dr. Slamet Imam Santoso.
Pada tahun 1963 bersamaan dengan kepindahan Ibu Kota Kabupaten Musi
Banyuasin dari Palembang ke Sekayu, RSUD Sekayu sedikit mengalami
perkembangan dengan perubahan tipe menjadi rumah sakit tipe D dengan kapasitas
42 tempat tidur.
Pada tahun 1970 dilakukan renopasi gedung RSUD Sekayu dengan
penambahan gedung perawatan bertingkat. Gambaran RSUD Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin kelas D sebagai berikut: RSUD Sekayu luas 2500 m2dengan luas
bangunan 1105 m2, terletak dipinggir Sungai Musi dan sering mengalami kebanjiran
akibatnya rumah sakit terkesan kumu dan tidak terawat, lokasi yang berada
dilingkungan rumah penduduk serta area lahan terbatas sehingga tidak
memungkinlkan untuk dikembangkan.
Pada tahun 1996 Pemerintah Daerah merencanakan realokasi/pemindahan
gedung RSUD Sekayu ke Lokasi baru yang terletak dijalan Kolonel Wahid Udin
Lingkungan 1 Kayuara. Untuk merealisasikan rencana tersebut ± 6,7 ha. Kemudian
dilakukan proses penimbunan terhadap lahan yang merupakan lahan
persawahan/daerah rawah-rawah hingga menjadi lahan bebas banjir.
Pada tanggal 6 Mei 1997 dilakukan pembangunan fisik tahap I dan II.
Pembangunan Gedung secara resmi ditandai dengan peletakan batu pertama
pembangunan gedung RSUD Sekayu dilakukan oleh Dirijen Pelayanan Medik
Departermen Kesehatan RI yang pada saat itu dijabat oleh dr.Suyoga, MPH,
Kemudian diteruskan dengan penyelesaian pengerjaan fisik bangunan dan
pengdaan peralatan.
Tepat pada tanggal 23 Mret 1999 kegiatan operasional RSUD Sekayu pindah
dari rumah sakit lama ke lokasi baru yang berda di jalan Kol. Wahid Udin
Lingkungan I Kelurahan Kayuara Kabupaten Musi Bnayuasin dengan kapsitas 60
tempat tidut. Fasilitas dan saran kegiatan pelayanan dilengkapi.

4
Pada tanggal 10 Febuari 2000 ditetapkan menjadi kelas type C dengan Surat
Keputusan Bupati MUBA Nomor:058/SK/IV/2000, dengan 60 TT,4 dokter spesialis
( Anak, Kebidanan, dan kandungan, penyakit Dalam dan Bedah ).

2. PERKEMBANGAN RSUD SEKAYU


a. PERIODE PERSIAPAN
Pada tahun 2017 dilakukan pembangunan gedung baru RSUD Sekayu dan
mulai operasional Rawat Jalan ( Tahap Awal ) pada Bulan Maret 2008. Gedung
baru dengan penambahan gedung perawatan bertingkat, dengan kapasitas 150
( seratus lima puluh ) tempat tidur. RSUD Sekayu menjadi pusat rujukan 25 unit
puskesmas 103 pustu,142 polindes serta 22 unit puskesmas keliling.
RSUD Sekayu kelas C yang berlokasi dijalan Kolonil Wahid Udin
Lingkungan I Kecamatan Kayuara Kabupaten Musi Banyuasin berbatasan
dengan:
1) Sebelah Utara berbatas: gedung SMP 6 Unggul Sekayu Kab.Muba
2) Sebelah Selatan berbatas: gedung AKPER Kab.Musi Banyuasin
3) Sebelah Barat berbatas: Tanah penduduk ( Area persawahan )
4) Sebelah Timur berbatas: Jalan Raya ( jalan Kol. Wahid Udin )
Pada awalnya RSUD Sekayu kelas C hanya memiliki 60 tempat tidur
dengan fasilitas dan jenis pelayanan seperti layaknya RSU Kelas C lainya, yang
mempunyai 4 orang Dokter spesialis yaitu ; Spesialis Kebidanan dan Kandungan,
Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Bedah, Spesialis Anak. Namun pada
kenyataannya hanya Spesialis Penyakit Dalam dan Spesialis Anak yang ada,
sedangkan dua Spesialis lainnya adalah Tenaga kontrak.
Banyak hal substansi dan finansial yang di hadapi RSUD Sekayu pada masa
ini,antara lain jumlah tenaga prawatan yang kurang,gedung baru yang belum
rampung sehingga diperlukan adaptasi dalam hal pemantauan dan
pemeliharaannya
Persiapan pelayanan fisik gedung baru disertai pula pelaksanaan kegiatan-
kegiatan perubahan kelembagaan RSUD Sekayu menuju badan layanan umum
daerah [BLUD] dengan segala substansi yang medukung.

b. PERIODE PEMANTAPAN
a) Penetapan sebagai Badan Layanan Umum Daerah Sekayu (BLUD)

5
Pada tahun 2007 Pemerintas Daerah Kabupaten Musi Banyuasin
membangun gedung baru untuk Rumah sakit Umum Daerah Sekayu, hal ini
mengacu kami untuk melakukan peningkatan sarana dan fasilitas pelayanan
serta peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia kesehatan
dirumah sakit memenuhi harapan dan kebutuhan seluruh masyarakat
kabupaten musi banyuasin.
Seiring dengan upaya mewujudkan fisi dan misi kabupaten musi
banyuasin, pemerintah republik indnesia mengeluarkan peraturan pemerintah
pengelolaan keuangan badan layanan umum ( BLU ), rumah sakit umum
daerah sekayu mengalami perubahan status institusi dari unit pelaksana teknis
daerah ( UPTD ) Kabupaten Musi Banyuasin ke badan layanan umum daerah
musi banyuasin berdasarkan surat keputusan bupati musi banyuasin nomor :
451 tahun 2008 pada tanggal 31 Maret 2008, tentang penetapan rumah sakit
umum daerah sekayu sebagai satuan kerja perangkat daerah kabupaten musi
banyuasin yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan
umum daerah ( PPK-BLUD ) secara penuh.
b) Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit
Seiring peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi
pola pikir masyarakat terhadap pelayanan di Rumah Sakit. Masyarakat
sebagai customer/pelanggan menuntut adanya kepuasan terhadap pelayanan
di rumah sakit. RSUD Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin merupakan rumah
sakit milik pemerintah daerah Kabupaten musi banyuasin berdiri sejak tahun
1937 peningkatan mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia perlu terus
ditingkatkan sehingga dapat sejajar dengan mutu layanan rumah sakit di
negara-negara maju lainnya.
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan tersebut,setiap 3 tahun
sekali rumah sakit wajib mengikuti akreditasi rumah sakit sesuai ketentuan
undang-undang rs nomor 44 tahun 2009,pasal 40 yang menerangkan
bahwa”dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib
dilakukuan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali”.
Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan yang diberikan kepada
rumah sakit oleh pemerintah melalui badan yang berwenang (ARS/komisi
akreditasi rumah sakit) karena rumah sakit telah memenuhi standar pelayanan

6
yang di tentukan.akreditasi RSUD sekayu versi lama telah berlangsung sejak
tahun 2002 dan telah di perbarui pada tahun 2012.
Pada tahun 2014 dibawah kepimpinan direktur dr.H.Azmi
Dariusmansya,MARS, RSUD Sekayu mulai melakukan persiapan akreditasi
versi baru ( Akreditas versi 2012 ). Ada beberapa tahapan yang dilalui
sebelum dilakukan survei akreditasi meliputi :
1. Kegiatan Workshop akreditasi oleh team KARS pusat dilaksanakan
tanggal 11 s/d 12 agustus 2014.
2. Kegiatan bimbingan akreditasi oleh team KARS pusat dilakukan tanggal 6
sampai 28 november 2015.
3. Kegiatan suvrei akreditasi oleh team KARS pusat dilaksanakan tanggal 11
s/d 13 oktober 2016. Pada tanggal 1 desember 2016, berdasarkan surat dari
KARS PUSAT NOMOR 2757/KARS/XII/2016 menyatakan hasil survei
RSUD Sekayu dari 15 Bab yang dilakukan survei, 4 bab mencapai ≥ 60 %
dan ≤ 80 %
TINGKAT MADYAatau dapat mengajukan remedial untuk bab sebagai berikut:
1. SKP/ Sasaran Keselamatan pasien
2. PPK/ Pendidikan pasien dan keluarga
3. KPS/ Kualifikasi pendidikan dan staf
4. TKP/ Tata kelola kepemimpinan dan pengarahan
Pada tahun 2017,ada perubahan kepemimpinan Direktur RSUD Sekayu yaitu
Bapak dr.Makson Parulian Purba MARS. Dibawah kepemimpinan dr.Makson
Parulian Purba MARS, RSUD Sekayu melakukan kegiatan survei ulang akreditasi
oleh tim KARS, Pusat untuk mendapatkan tingkat paripurna yang dilaksanakan
12 Mei 2017. Hasil survei ulang akreditasi tersebut telah keluar dan RSUD Sekayu
mendapatkan Tingkat Paripurna (bintang lima) dikeluarkan pada 26 Mei 2017
berlaku hingga 10 Oktober 2019.
Survei atau penilaian akreditasi bertujuan untuk mengetahui apakah
pelayanan Rumah sakit telah memenuhi standar Akreditasi . Survei Akreditasi Baru
di RSUD Sekayu ini menjadi tolak ukur perubahan pola pikir dan budaya RSUD
Sekayu dari yang berorientasi kepada profider menjadi berorientasi kepada pasien.
Dan juga komitmen pihak RSUD sekayu meningkatkan mutu pelayanan
berdasarkan standar pelayanan Rumah Sakit yg b erlaku sehingga kepuasan pasien
meningkat.
Survei Akreditasi bisa menambah semangat seluruh karyawan dan tenaga
medis di RSUD Sekayu supaya dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada

7
masyarakat. Kita harus buktikan bahwa RSUD Sekayu untuk meningkatkan mutu
pelayanan berdasarkan standar pelayanan Rumah Sakit yang berlaku sehingga
kepuasan meningkat.
Survei Akreditasi bisa menambah semangat seluruh karyawan dan tenaga
medis di RSUD Sekayu supaya dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat. Kita harus buktikan bahwa RSUD Sekayu ini tidak kalah dibandingkan
dengan RS lain dalam memberikan pelayanan yang terbaik dan berstandar kepada
masyarakat Musi Banyuasin.

A. Sertifikasi internasional
Percepatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu terus dilakukan.
Pada Rabu 18 Oktober 2017 dilakukan assesment awal mengenai sertifikasi mutu
pelayanan ISO 9001:2015 oleh konsultan ISO dan PT Asian Cipta Manajemen yang
sudah terakreditas The United Kingdom Acceditation Service (UKAS), yang di
sampaikan oleh Muh Fidi Andri Putra MM dan Winda Saraswati SE. Dengan
komitmen yaitu untuk meningkatkan mutu kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) di
RSUD Sekayu. Untuk mencapai type B tentu melalui proses, salah satunya adalah
sertifikasi internasional. Sertifikasi internasional ini ada dua bagian yakni pelayanan
dan non pelayanan. Untuk tahap awal yang sedang kita jalani ini adalah pelayanan
IGD dan farmasi, guna mengukur system manajemen yang ada di IGD dan Farmasi.
B. Menjadi RS Kelas B
1. Peningkatan kelas Rumah Sakit menjadi type B dengan layanan unggulan
pelayanan critical care and trauma respon centre. Pelayanan ini akan didukung
dengan pengembangan ruangan IGD, ruang intensif, Kamar Bedah, pusat
sterilisasi. Adapun alat-alat pendukung untuk pengembangan ruangan tersebut,
seperti :
a) Computerized Tomography Scanner (CT-Scan)
b) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
c) Fluorescopy dan lain sebagainya
2. Pengembangan ruang rawat inap dan ruangan penunjang lainnya
3. Sebagai Pusat rujukan khususnya kabupaten MUBA dan umumnya provinsi
Sumsel dan sekitarnya
4. Fasilitas pelayanan kesehatan RSUD Sekayu

C. Jenis pelayanan RSUD Sekayu kelas B diantaranya


a. Pelayanan Medik Umum : Pelayanan medik dasar, Pelayanan medik gigi mulut,
Pelayanan KIA/KB

8
b. Pelayanan Gawat Darurat : 24 jam & 7 hari seminggu
c. Pelayanan Medik Spesialis Dasar : Penyakit dalam, Kesehatan Anak, Bedah,
Obstetri & Ginekologi.
d. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik : Anastesiologi, Radiologi, Patologi klinik,
Patologi Anatomi, Rehabilitasi Medik.
e. Pelayan Medik Spesialis Lain : Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf , Kulit
dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru.
f. Pelayanan Medik Subsspesialisasi : Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak,
Obstetri dan Ginekologi.
g. Pelayanan Medik Spesialis Gigi Dan Mulut : Bedah Mulut, Konservasi/Endodosi,
Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi, dan Penyakit Mulut. (Di
Provinsi Sumatera Selatan hanya ada dibeberapa Rs)
h. Pelayanan Kefarmasian.
i. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan
1. Asuhan Keperawatan generalis dan spesialis
2. Asuhan Kebidanan
j. Pelayana Penunjang Medik : Radiodiagnostik, Laboratorium Terpadu (Patologi
Klinik, Patologi Anatomi), Bank daerah RS/UTD, Rehabilitasi Medik, Medical
Check Up, gizi
k. Pelayanan Penunjang Non Klinik
1. CSSD/Sterilisasi
2. Laundry/Linen
3. Jasa boga/dapur
4. Teknik dan pemeliharaan fasilitas
5. Pengelolaan limbah
6. Gudang
7. Ambulans
8. Sistem informasi dan komunikasi
9. Pemulasaran jenazah
10. Sistem penanggulangan kebakaran
11. Pengelolaan gas medic
12. pengelolaan air bersih
l. Pelayanan Rawat Inap
m. Pelayanan Rawat Jalan
n. Pelayanan Operasi
Pelayanan di RSUD Sekayu kelas B masih ada yang perlu di tambah dan di
perbaiki berdasarkan hasil visitasi dan akan segera di tindak lanjuti. Untuk
sekarang unit pelayanan yang ada di RSUD Sekayu diantaranya :
A. Instalasi
1. Instalasi Rawat Jalan
1) Klinik Penyakit Dalam
2) Klinik Kebidanan dan Kandungan
3) Klinik Anak

9
4) Klinik Bedah
5) Klinik Gigi dan Mulut
6) Klinik Mata
7) Klinik Syaraf
8) Klinik Paru
9) Klinik jantung
10) Klinik jiwa
11) Klinik THT
12) Klinik Rehabilitasi Medik
13) Klinik Kulit dan Kelamin
14) Klinik umum ( Medical Check UP)
15) Klinik Psikologis
2. Instalasi Rawat Inap ( Kelas VIP, Kelas 1, Kelas II, Kelas III )
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi
5. Instalasi Laboratorium Patologi Klinik
6. Instalasi Radiologi
7. Instalasi Gizi
8. Instalasi Farmasi
9. Instalasi Bedah Sentral ( OK )
10. Instalasi Intensive Care Unit ( ICU )
11. Instalasi Neonatus Intensif Care Unit ( NICU )
12. Instalasi Kebidanan
13. Instalasi Rehabilitas Medik
14. Instalasi Pemeliharaan Sarana RS ( IPSRS )

B. Unit
1. Unit Hemodialisa
2. Unit MCU dan UTD
3. Unit Rekam Medik
4. Unit sanitasi
5. Unit CSSD
6. Unit Diklat
7. Unit Humas
8. Unit IT
9. Unit Pendapatan dan Pelaporan
C. Periode Pengembangan
BANGUNAN FISIK
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu adalah Rumah Sakit Pemerintahan Daerah
Kabupaten Musi Banyuasin Kelas C dari tahun 2000 hingga 2017. Pada akhir tahun
2017 RSUD Sekayu berhasil melakukan peningkatan Kelas B dengan tingkat hunian
( BOR ) sebesar 84% pada tahun 2018 dengan kapasitas tempat tidur 227 tempat tidur.
Berdasarkan kajian yang mendalam kebutuhan tempat tidur RSUD Sekayunharus di
tingkatkan sesuai dengan tingkat kunjungan dan standar kelas B. Selain itu
berdasarkan visitasi dari tim visitasi peningkatan kelas RSUD Sekayu ke kelas B

10
terdapat beberapa kekurangan yang perlu segera di tindak lanjuti untuk memenuhi
standar bangunan dan ruangan RS Kelas B.
RSUD Sekayu terdiri dari gedung A, B, C, D dan Gedung Baru masing –
masing dua lantai, dengan uraian sebagai berikut :
1) Gedung A
 Poliklinik
 Farmasi Rawat Jalan
 IGD
 Radiologi
 Rehabilitasi Medik
 Labor Patologi klink & UTD
 Rekam Medik
 Bank Sumsel
 Tempat Pendaftaran / Loket
 Triase Pendaftaran
 ICU / NICU
 Kebidanan ( VK dan Neonatus )
 Bedah Sentral
 Aula
 Kantor Administrasi
 CSSD
 Ruang Humas
 Tempat Fotocopy
 Klinik Tumbuh Kembang Anak
 Klinik Eksekutiff
2) Gedung B
 Ruang Perawatan Rawat Inap
 kelas III di beri nama Ruang Medang
 kelas II di beri nama Ruang Meranti
 kelas I di beri nama Ruang Tembesu
 Kelas VIP di beri nama Ruang Petanang
 Ruang sungkai kebidanan ( II dan III ) dan Ruang Rawat Gabung Bayi
 Ruang Komite Keperawatan RSUD Sekayu
3) Gedung C
 Lapor Patologi Anatomi
 Ruang IT / Ruang Tim Pengendali Asuransi dan Klaim
( TPA )
 Haemodialisa
 Kantin
 Farmasi Rawat Inap
 Gudang Farmasi
 Ruang Gizi
 Sanitasi / Laundry
4) Gedung D
 IPSRS
 Maintenance
 Ruang Genset

11
 Kamar Jenazah
 Instalasi Gas Medis
5) Gedung baru
 Ruang Infeksi Airborne Disease ( Kulim )
 Ruang Infeksi Non Airborne Disease ( Manggaris )

Rumah Sakit semakin memantapkan diri dengan melengkapi fasilitas dan sarana
penunjang dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Dengan kapasitas 227 tempat
tidur. Dengan perincian sebagai berikut :

No. Uraian Jumlah

1. Kelas utama VIP ( Ruang Petanang ) 10

2. Kelas 1 ( Ruang Tembesu ) 20

3. Kelas II ( Ruang Meranti dan Sungkai 40


( 1 kamar )

4. Kelas III ( Ruang Sungkai, Manggaris, 131


Kulim, dan Medang )

5. ICU 4

6. NICU 4

7. Tempat Tidur Bayi 18

Total 227 Tempat Tidur

12
CAPAIAN KINERJA
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

A. STRUKTUR DAN SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT


Struktur organisasi dan tata kerja RSUD Sekayu sesuai dengan peraturan
pemerintah tahun 2008 c telah di tetapkan oleh Bupati Musi Banyuasin dalam Surat
Keputusan Bupati Musi Banyuasin Nomor 40 Tahun 2008B Tentang Tugas pokok
dan fungsi ( Tupoksi ) Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu kelas C adalah Unit
Pelaksanaan Teknis kesehatan dalam bidang pelayanan kesehatan di kabupaten.
RSUD Sekayu di pimpin oleh seorang Kepala dengan sebutan Direktur yang secara
teknis berkoordinasi dengan Kepala Dinas kesehatan Kabupaten Musi banyuasin
dan secara teknis operasional kepala Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten
Musi Banyuasin.
Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSUD Sekayu mengacu pada peraturan
Daerah Kabupaten Musi Banyuasin dimana ada 1 (satu) Kepala bagian dalam 3
kepala Bidang yang membantu Direktur dalam menyelenggarakan operasional
RSUD Sekayu ini. Selain itu di bantu juga dengan Komite Medik, Keperawatan dan
Mutu. Setiap bagian dan bidang dibantu oleh 2 (dua) orang pejabat struktural
Adapun Susunan Organisasi RSUD Sekayu pada tahun 2018 sebagai berikut :
1. Direktur RSUD Sekayu : dr. Makson Parulian Purba, MARS
2. Direktur Bagian Tata Usaha : dr. Arios Saplis
 Kasubbag Administrasi dan Umum : Solehatun Robiah, SKM
 Kasubbag Diklat dan Litbang : Fazilah, SKM
 Kasubbag Sarana dan Rekam Medik : Yulrizal, SKM
 Kepala Bidang Keperawatan : Yulisa Rabiati,SH, M.Kes
 Kepala Seksi Layanan Rawat : Mursidah, Am.Keb
 Kepala Seksi Administrasi : H. Asmapit, S.Kep,SKM, M.Kes
Kepala Bidang Pelayanan : dr. Ira Puspita Mizar Ginting
a. Kepala Seksi Pelayanan Medis : Zalmah, HY, SE
b. Kepala Seksi Penunjang Medis : H. Achmadi, SKM, M.Si
3. Kepala Bidang Keuangan dan Program : Elliya, SE
 Kepala Seksi Keuangan dan Program : Ridiati Murdianti, S.Si
 Kepala Seksi Akuntasi : Rodes Kurniadi, Amd

Kepala instalasi (SK Direktur Nomor : 800/19/RS/2018)

13
1. Instalasi Rawat Jalan : dr. Suluh Darmadi, Sp.B
2. Instalasi Rawat Inap : dr. Erty Sundarita, SpPD
3. Instalasi Kebidanan : dr. Renny Junitasari, Sp.OG
4. Instalasi Gawat Darurat : dr. Hendra Cipta, SpB
5. Instalasi Bedah Sentral : dr. Oyon Istambul, Sp.B
6. Instalasi ICU :dr. Meili Andriani, Sp.An
7. Instalasi NICU :dr. Deisy Elfrina lubis, Sp.A
8. Instalasi Laboratorium PK : dr. Ruri Rizki Andriani, S.PK
9. Instalasi Laboratorium PA : dr. Winta Mayanti, SpPA
10. Instalasi Radiologi : dr. Enggar KW
11. Instalasi Farmasi : Dra. Hanifdar, Apt
12. Instalasi Rehabilitas Medik : dr. Riri Puspa Putri F

13. Instalasi IPSRS : Fauziah, S.KM., M.Kes


14. Instalasi Gizi : Farida, S.KM

Kepala Ruang ( SK Direktur Nomor: 800/207/RS/2018)


1. Kepala Ruang ICU : Ns. Serawati, S.Kep
2. Kepala Ruang NICU : Ns. Mia Mutia, S.Kep
3. Kepala Ruang OK : Ns. Andi Perdan P, S.Kep
4. Kepala Ruang Farmasi : Tenti Rosita, S.Farm. Apt
5. Kepala Ruang Fisioterapi : Sri Suryani, SFt
6. Kepala Ruang IGD : Iwan Akaputra, Am. Kep
7. Kepala Ruang Laboratorium : Edi Sumantri, AMAK
8. Kepala Ruang Radiologi : Nurhidayat Arifianto, SKM
9. Kepala Ruang Sungkai : Rima Yanti, Am.Keb
10.Kepala Ruang Medang : Suaibatul Aslamiyah Mair, S.Kep
11.Kepala Ruang Meranti : Ns. Mareta Sri Wulandari, S.Kep
12.Kepala Ruang Manggaris : Ns. Ema Jaya, S.Kep
13.Kepala Ruang Kulim : Ns. Darni Apriyani, S.Kep
14.Kepala Ruang Petanang/Tembesu : Faridah Yazid, S.Kep
15.Kepala Ruang Rawat Jalan : Nirwana,Am.Keb
16.Kepala Ruang VK Kebidanan : R. A . Nurhidayah O, Am.Keb,
17.Kepala Ruang Neonatus : Desmaniar, Am.Keb
18.Kepala Ruang PA : Vera Wati
19.Kepala Ruang Gizi : Egi Puspita, Amg
20.Kepala Ruang IPSRS : Hermawati

Kepala Unit (SK Direktur Nomor:800/107/RS/2018)


1. Kepala Unit MCU dan UTD : dr.Natasya
2. Kepala Unit Hemodialisa : dr. Syahpri Dasa Wangsa, SpPD
3. Kepala Unit Ruang Rekam Medik : Iin Dahlia, SKM
4. Kepala Unit Sanitasi : Leni Gustina, S.E
5. Kepala Unit CSSD : Leni Mariani, Am.Kep
6. Kepala Unit Humas : Andodi, SKM
7. Kepala Unit Diklat : Marni Eliza, Am.Kep
8. Kepala Unit IT` : Sri Gustina, S.Kom
9. Kepala Unit Pendapatan dan Pelaporan: M.Fajridin Asnur

14
Manajer On Duty
1. Sri Indriyana, SH
2. Fadlawati, SE
3. Nurhidayat Afrianto
4. Edy Sumantri, AMAK
5. Andodi, SKM
6. Ifrat
7. Farida Yazid, S.Kep

BAB III
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Definisi
Persalinan dengan kala I lama adalah persalinan yang fase latennya
berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju pembukaannya tidak adekuat
atau bervariasi; kurang dari 1 cm setiap jam selama sekurang-kurangnya 2 jam
setelah kemajuan persalinan; kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan
kurang dari 1,5 per jam pada multipara; lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4
sampai. pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per jam). Insiden ini terjadi pada 5
persen persalinan dan pada primigravida insidensinya dua kali lebih besar daripada
multigravida (Simkin, 2005; Saifuddin, 2009)

2. Etiologi
Menurut Mochtar (2011), sebab-sebab terjadinya partus lama yaitu:
 Kelainan letak janin
Meliputi presentasi puncak kepala, presentasi muka, presentasi dahi, letak
sungsang, letak melintang, dan presentasi ganda. Pada kelainan letak janin
dapat menyebabkan partus lama dan ketuban pecah dini, dengan demikian
mudah terjadi infeksi intrapartum. Sementara pada janin dapat berakibat
adanya trauma partus dan hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
(Mochtar, 2011).

15
 Kelainan-kelainan panggul
 Kelainan his
Menurut Wiknjosastro (2010) kelainan his antara lain :
1. Inertia Uteri
2. Hypotonic uterine contraction
Suatu keadaan dimana kontraksi uterus lebih lama, singkat, dan jarang daripada
biasa. Keadaan umum penderita baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama
ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun
janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama.

3. Inersia uteri sekunder


Timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama. Karena
dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama sehingga dapat
menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia sekunder jarang ditemukan,
kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik pada waktu persalinan.
4. His terlampau kuat (hypertonic uterine contraction)
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam
waktu yang singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam, dinamakan
partus presipitatus: sifat his normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelainan
terletak pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus bagi ibu adalah
terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina, dan
perineum, sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena
bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
5. Incoordinate uterine action
Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan sehingga
menyebabkan kala I lama.
 Janin besar atau ada kelainan kongenital
 Primitua
 Ketuban pecah dini
 Kelainan lain

16
Meliputi pimpinan persalinan yang salah, janin besar atau ada kelainan
kongenital, primi tua primer dan sekunder, perut gantung, grandemulti, ketuban
pecah dini ketika serviks masih menutup, keras dan belum mendatar,
kecemasan dan ketakutan atau respon stress, pemberian analgetik yang kuat
atau terlalu cepat pada persalinan dan pemberian anastesi sebelum fase aktif,
ibu bertubuh pendek <150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi,
riwayat persalinan terdahulu sectio caesarea, IUFD (Intra Uterine Fetal Death),
ibu usia muda atau di bawah 17 tahun, adanya derajat plasenta previa yang
tidak diketahui, atau adanya masa seperti fibroid yang muncul dari uterus atau
serviks (Chapman, 2006; Simkin, 2005; Oxorn, 2010; Liu, 2007).

3. Klasifikasi
Kala I lama diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
 Fase Laten Memanjang (Prolonged latent phase)
Adalah fase pembukaan serviks yang tidak melewati 3 cm setelah 8 jam inpartu
(Saifuddin,2009)
 Fase aktif memanjang (Prolonged Active Phase)
Adalah fase yang lebih panjang dari 12 jam dengan pembukaan serviks kurang dari
1,2 cm per jam pada primigravida dan 6 jam rata-rata 2,5 jam dengan laju dilatasi
serviks kurang dari 1,5 cm per jam pada multigravida (Oxorn, 2010)

4. Patofisiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I lama meliputi kelainan
letak janin seperti letak sungsang, letak lintang, presentasi muka, dahi dan puncak
kepala, Kelainan panggul seperti pelvis terlalu kecil dan CPD (cephalopelvic
disproportion), kelainan his seperti inersia uteri, incoordinate uteri action. Kelainan-
kelainan tersebut dapat mengakibatkan pembukaan serviks berjalan sangat lambat,
akibatnya kala I menjadi lama (Saifuddin, 2009).

17
5. Pathway
KALA I

Kadar progesterone dan Estrogen Pembukaan serviks

Peningkatan kadar oksitosin Kurang pengetahuan

Kontraksi Uterus Kurang Informasi inadekuat

Penurunan bagian terendag janin Kurang dukungan psikologis

Dilatasi serviks Krisis situasional

Tekanan Oksiput pada nervous spinalis Ansietas

Impuls diteruskan kepusat nyeri di korteks serebri

Nyeri

KALA II

18
Pembukaan Pembukaan lengkap serviks 10 cm Perasaan ingin BAB (Mengedan)

His adekuat Pengeluaran janin di jalan lahir

Kepala janin teraba di dasar panggul Cadangan energi yang berkurang

Perinium menonjol dan melebar Penurunan bagian terendah janin

Pengeluaran Janin di jalan lahir Penggunaan Energi


berlebihan
Tekanan pada saraf ganglion yang
mengelilingi uterus dan vagina Kelelahan

Impuls diterima ke thalamus

Nyeri dipersepsikan di korteks serebri

Nyeri
KALA III DAN IV

Kontraksi miometrium Bayi Lahir Lahirnya janin dan placenta

Mengurangi ukuran uterus Miometrium berkontraksi Robekan pada perinium

Berkurangnya tempat placenta Pengeluaran plasenta membuka saraf ganglion


yang mengelilingi uterus
Dan vagina

Plasenta menebal dan Rangsangan pada serabut Korteks serebri


memisahkan diri dari dinding ganglion yang mengelilingi
uterus dan turun ke SBR uterus.

19
Plasenta terlepas Rangsangan saraf nyeri Nyeri
Resti kekurangan volumen cairan

Miometrium tempat plasenta Impuls dipersepsikan di korteks


terbuka serebri dimana lokasi, intensitas
nyeri dipersepsikan

Perdarahan Intake tidak adekuat

Nyeri Resti kekurangan volumen cairan

6. Manifestasi Klinis
Menurut Mochtar (2011) tanda klinis kala I lama terjadi pada ibu dan juga pada
janin meliputi:
 Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat
dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks,
cairan ketuban yang berbau, terdapat mekonium.
 Pada janin
a. Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif; air ketuban
terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
b. Kaput suksedaneum yang besar.
c. Moulage kepala yang hebat.
d. Kematian janin dalam kandungan.
e. Kematian janin intra partal.
7. Pemeriksaan Penunjang
Oxorn (2010) mengatakan untuk menegakkan diagnosis diperlukan beberapa
pemeriksaan penunjang antara lain :
 Pemeriksaan USG untuk mengetahui letak janin.
 Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar haemoglobin guna
mengidentifikasi apakah pasien menderita anemia atau tidak.
 Pemeriksaan sinar rontgen dilakukan jika diagnosis sulit ditegakkan karena
terjadi moulage yang cukup banyak dan caput succedanum yang besar,
pemeriksaan sinar rontgen dapat membantu menentukan posisi janin disamping
menentukan bentuk dan ukuran panggul.

20
8. Prognosis
 Bagi ibu
Persalinan lama terutama fase aktif memanjang menimbulkan efek terhadap
ibu. Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan,
resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam serta terdapat kenaikan
insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan syok.
Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya
bagi ibu (Oxorn, 2010).
 Bagi janin
 Oxorn (2010) mengatakan bahwa semakin lama persalinan, semakin
tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan semakin sering terjadi
keadaan berikut ini: Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
 Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
 Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit
Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini
mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat
membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin membawa
akibat yang buruk bagi anak. Bahaya tersebut lebih besar lagi jika
kemajuan persalinan pernah terhenti. Kenyataan ini khususnya terjadi
saat kepala bayi macet pada dasar perineum untuk waktu yang lama
sementara tengkorak kepala terus terbentur pada panggul ibu.
9. Komplikasi
a. Bagi ibu
1. Ketuban pecah dini
Apabila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus
diarahkan ke bagian membran yang meyentuh os internal. Akibatnya,
ketuban pecah dini lebih mudah terjadi infeksi (Wijayarini, 2004).
2. Sepsis Puerperalis
Infeksi merupakan bahaya serius bagi ibu dan janin pada kasus persalinan
lama, terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan
meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang (Wijayarini,
2004).

21
3. Ruptur Uterus
Penipisan segmen bawah rahim yang abnormal menimbulkan bahaya
serius selama persalinan lama. Jika disproporsi sangat jelas sehingga tidak
ada engagement atau penurunan, segmen bawah rahim menjadi sangat
teregang, dan dapat diikuti oleh ruptur (Cunningham, 2013)

4. Cedera dasar panggul


Cedera pada otot dasar panggul, persarafan, atau fasia penghubung adalah
konsekuensi pelahiran pervaginam yang sering terjadi, terutama apabila
pelahirannya sulit (Cunningham, 2013).
5. Dehidrasi
Ibu nampak kelelahan, nadi meningkat, tensi mungkin normal atau telah
turun, temperatur meningkat (Manuaba, 2004).
6. Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam terdapat oedema serviks, dan air ketuban
bercampur dengan mekoneum.(Manuaba, 2004)

b. Bagi janin
Persalinan dengan kala I lama dapat menyebabkan detak jantung janin
mengalami gangguan, dapat terjadi takikardi sampai bradikardi. Pada
pemeriksaan dengan menggunakan NST atau OCT menunjukkan asfiksia
intrauterin. Dan pada pemeriksaan sampel darah kulit kepala menuju pada
anaerobik metabolisme dan asidosis. Selain itu, persalinan lama juga dapat
berakibat adanya kaput suksidaneum yang besar (pembengkakan kulit kepala)
seringkali terbentuk pada bagian kepala yang paling dependen, dan molase
(tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan
perubahan bentuk kepala (Hollingworth, 2012 ; Manuaba, 2013 ; Wijayarini,
2004).
10. Penatalaksanaan Medis
Menurut Saifuddin (2009), Simkin (2005) dan Oxorn (2010), penanganan
umum pada ibu bersalin dengan kala I lama yaitu:

22
a. Nilai keadaan umum, tanda-tanda vital dan tingkat hidrasinya.
b. Tentukan keadaan janin:
1. Periksa DJJ selama atau segera sesudah his, hitung frekuensinya
minimal sekali dalam 30 menit selama fase aktif.
2. Jika terdapat gawat janin lakukan sectio caesarea kecuali jika syarat
dipenuhi lakukan ekstraksi vacum atau forceps.
3. Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur
darah pikirkan kemungkinan gawat janin.
4. Jika tidak ada air ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah,
pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang
dapat menyebabkan gawat janin.
c. Perbaiki keadaan umum dengan:
1. Beri dukungan semangat kepada pasien selama persalinan.
2. Pemberian intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Dehidrasi ditandai
adanya aseton dalam urine harus dicegah.
3. Pengosongan kandung kemih dan usus harus
4. Pemberian sedatif agar ibu dapat istirahat dan rasa nyerinya diredakan
dengan pemberian analgetik (tramadol atau pethidine 25 mg). Semua
preparat ini harus digunakan dengan dosis dan waktu tepat sebab dalam
jumlah yang berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan
membahayakan bayinya.
5. Pemeriksaan rectum atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi
sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan
resiko infeksi. Setiap pemeriksaan harus dilakukan dengan maksud
yang jelas.
6. Apabila kontraksi tidak adekuat
 Menganjurkan untuk mobilisasi dengan berjalan dan mengubah
posisi dalam persalinan.
 Rehidrasi melalui infus atau minum.
 Merangsang puting susu.
 Acupressure.
 Mandi selama persalinan fase aktif.

23
 Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan
partograf.
 Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal tiap 4 jam.
1. Apabila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan sectio
secarea.
2. Apabila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam
3. Apabila tidak didapatkan tanda adanya CPD
(Cephalopelvic disproportion) atau berikan penanganan umum
yang kemungkinan akan memperbaiki kontraksi dan
mempercepat kemajuan persalinan.
4. Apabila ketuban utuh maka pecahkan ketuban.
5. Apabila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase
aktif kurang dari 1 cm per jam lakukan penilaian kontraksi
uterus.
 Lakukan induksi dengan oksitosin drip 5 unit dalam 500 cc
dekstrosa atau NaCl.
 Konsultasi dokter jika persalinan tidak ada kemajuan.

A. Konsep Asuhan Keperawatan


I. DATA SUBJEKTF
1. Identitas Data
Identitas Data Umum (selain identitas klien: nama tempat tanggal lahir, usia,
agama, jenis kelamin, juga identitas orangtua; nama orangtua, pendidikan,
dan pekerjaan)
2. Diagnosa Medis : Kala I Memanjang.
3. Riwayat Kesehatan sekarang
a. Saat masuk Rumah Sakit
Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit).
b. Saat pengkajian
Keluhan utama : Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan pengkajian
meliputi PQRST (palliative, quantitatif, region, scale, timing)
4. Riwayat Kesehatan Keluarga

24
Meliputi apakah terdapat keturunan kembar, penyakit keturunan, dan jenis
penyakit lain dalam keluarga.
5. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Meliputi penyakit menahun, penyakit menurun, dan penyakit menular
yang pernah di derita ibu.
6. Latar Belakang Sosial Budaya
Meliputi kebiasaan / upacara adat budaya setempat, kebiasaan keluarga yang
mendukung dan menghambat serta dukungan dari keluarga dan suami.
7. Pola Kebiasaan Sehari – hari : perilaku kesehatan

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan umum
Meliputi tingkat energi, keadaan emosional, postur badan ibu selama
pemeriksaan TB dan BB.

2. Tanda – tanda vital


Tekanan darah : 110/70 – 130/90 mmHg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Respirasi : 16 – 25 x/menit
Suhu : 36,50c – 37,50c.
Tinggi Badan : > 145 cm
BB saat hamil : ….. kg
BB sekarang : ….. kg
Kenaikan BB : ….. kg
LILA : ≥23,5 cm
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
1) Kepala : simetris/ tidak, warna rambut, apakah ada ketombe/tidak,
kebersihan kulit kepala, ada lesi/tidak ada benjolan/tidak.
2) Muka : simetris/tidak, pucat/tidak,cloasma gravidarum/ tidak
3) Mata : simetris/tidak, bersih/tidak, conjungtiva anemis/ tidak, sclera
ikterus/ tidak
4) Hidung : simetris/tidak, ada pernafasan cuping hidung/tidak, ada
sekret/tidak, ada pembesaran polip/tidak, bersih/tidak.

25
5) Mulut dan gigi : ada hipersalivasi/tidak, gigi ada caries/tidak, ada
stomatitis/tidak, bibir lembab/tidak, lidah bersih/tidak.
6) Telinga : simetris/ tidak, ada serumen/ tidak, ada gangguan pendengaran
atau tidak.
7) Leher : adakah pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
8) Axilla : ada pembesaran kelenjar limfe/tidak, bersih/tidak.
9) Payudara : bentuk simetris/tidak, pembesaran normal/tidak, hiperpigmentasi
pada areola ada/tidak, ada tumor/tidak, bersih/tidak.
10) Perut : pembesaran sesuai UK/tidak, terdapat strie/tidak, adalinea/tidak,
pembesaran lien ada/tidak.
11) Punggung : posisi tulang belakang normal/tidak.
12) Genetalia : oedem/ tidak, ada varices/ tidak, bersih/ tidak, ada
pengeluaran/tidak, ada luka parut/tidak, adakah candiloma akuminata, anus ada
hemoroid/tidak
13) Ekstremitas : simetris/ tidak, oedem/ tidak, varices/ tidak, ada gangguan
pergerakan/ tidak, jumlah jari normal atau tidak.

Palpasi
1) Leher : adakah pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid.
2) Payudara : ada nyeri tekan/ tidak, colostrum sudah keluar/ belum
3) Perut :
Leopold I : 3 jari bawah px, bagian apa yang ada di fundus
Leopold II : menentukan letak punggung dan bagian terkecil janin
Leopold III : apakah yang menjadi bagian terendah janin, dan apakah sudah
masuk PAP
Leopold IV : bagian terendah janin seberapa besar masuk ke PAP
4) Ekstremitas : ada odema/tidak.

Auskultasi
1) Dada : Bunyi paru – paru normal, bunyi jantung normal .
2) Perut : Bising usus normal. DJJ dapat didengar dengan menggunakan
stetoskop monorektal 120 – 160 x/menit.
Perkusi
1) Reflek putela : Positif.
2) Pemeriksaan Dalam
 Vulva atau Vagina : bersih atau kotor, ada pengeluaran
pervaginam atau tidak
 Pembukaan Serviks : 4 – 10 cm
 Air Ketuban : warna, jenis, mekonium atau tidak, khas

26
 Presentasi : kepala atau bokong
 Bagian terkecil di samping kepala teraba atau tidak.

III. INTERVENSI
Kala I :
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi
uterus.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien dapat
beradaptasi terhadap nyeri dengan
KH :

 Tampak rileks diantara kontraksi


 Dapat mengontrol penyebab nyeri
Intervensi :
1. Kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal dan non verbal.
2. Jelaskan penyebab nyeri.
3. Ajarkan klien cara mengontrol nyeri dengan menggunakan tehnik
pernapasan / relaksasi yang tepat dan masses pinggang
4. Bantu tindakan kenyamanan mis : gosokan pada kaki, punggung, tekanan
sakral, perubahan posisi.
5. Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1- 2 jam, palpasi diatas simpisis
untuk menentukan ada tidaknya distensi setelah blok syaraf.
6. Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola kontraksi uterus
setiap 30 menit.
7. Monitor vital sign.

2. Resti cedera / distress terhadap janin behubungan dengan hipoksia jaringan.


Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama 1 x 3 jam
tidak terjadi cedera pada janin dengan
KH :
 DJJ dalam batas normal
Intervensi :
1. Lakukan palpasi (leopold) untuk menentukan posisi janin,
berbaring dan presentasi.
2. Hitung DJJ dan perhatikan perubahan periodik pada respon
terhadap kontraksi uterus.
3. Catat kemajuan persalinan.

27
3. Resti cedera terhadap maternal berhubungan dengan perlambatan mortilitas
gastric, dorongan fisiologis.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2 jam tidak
terjadi cedera pada maternal dengan
KH :
 Klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi khusus sudah
dimengerti.
 Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin dari dari
cedera.
 Klien bebas dari cedera / komplikasi
Intervensi :
1. Pantau aktivitas uterus , catat frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi.
2. Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi lebih intensif.
3. Hindari meninggalkan klien tanpa perhatian.
4. Tempatkan klien pada posisi agak tegak miring kiri
5. Berikan perawatan perineal setiap 4 jam.
6. Pantau suhu dan nadi.
7. Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila memungkinkan, hindari
makanan padat.
8. Anjurkan klien untuk bernapas pendek dan cepat atau meniup bila ada
dorongan untuk mengejan.
Kala II :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif, penurunan
masukan
Tujuan :Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan

KH :
 Tanda – tanda vital dalam batas normal.
 Keluaran urine adekuat.
 Membran mukosa kental.
 Bebas dari rasa haus.
Intervensi :
1. Ukur masukan dan keluaran.
2. Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
3. Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.
4. Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.
5. Atur posisi klien tegak atau lateral.
6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral

28
2. Resti infeki terhadap maternal berhubungan dengan prosedur infasif berulang.
Trauma jaringan, persalinan lama.
Tujuan :Klien tidak terjadi infeksi dengan
KH :
 Bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, calor, dan
fungsilaesa)
Intervensi :
1. Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam menggunakan tehnik aseptik.
2. Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
3. Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan
menggunakan tehnik aseptik.
4. Pantau tanda – tanda vital dan laborat leukosit.
5. Gunakan aseptik bedah pada persiapan peralatan.
6. Batasi jumlah orang yang ada pada saat persalinan.

Kala III :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran pervaginam
akibat atonia.
Tujuan :Tidak terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP dengan

KH :
 Kontraksi uterus adekuat.
 Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).
 Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk masase fundus.
2. Pantau tanda – tanda vital dan pengeluaran pervaginam.
3. Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah pengeluaran plasenta.
4. Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta.
5. Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan yang berlebihan.
6. Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan ukuran, insersi
tali pusat dan ketuban.
7. Berikan cairan peroral.
8. Hindari menarik tali pusat secara berlebihan.

2. nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis setelah


melahirkan.
Tujuan : Pasien dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri dengan KH :

29
 Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi dengan nyerinya.
 Ekspresi wajah rileks tak gelisah.
 Perut tidak mules, luka bersih dan tidak bengkak.
Intervensi :
1. Bantu dengan penggunaan tehnik pernapasan selama perbaikan luka.
2. Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
3. Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan oleskan
salep topikal.
4. Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.
5. Jelaskan pada klien perubahan fisiologis setelah melahirkan.

Kala IV :
1. Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau peningkatan
perkembangan anggota keluarga.
Tujuan :Klien mampu beradaptasi dengan perubahan setelah melahirkan dengan
KH :
 Klien menggendong bayinya.
 Klien mampu mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang
tepat.
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi.
2. Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta membantu
dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.
3. Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku untuk
menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus.
4. Catat perilaku / pengungkapan yang menunjukkan kekecewaan / kurang
minat / kedekatan.
5. Anjurkan dan bantu pemberian ASI.

IV. IMPLEMENTASI
Langkah ini melaksanakan rencana asuhan secara aman dan efektif sesuai dengan
intervensi.
V. EVALUASI
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan dengan
SOAP sesuai dengan kriteria hasil.

30
BAB IV
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. “A”
Umur : 03 Agustus 2000 ( 17 Tahun)
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Lumpatan
Tanggal Masuk RS : 23 Mei 2018 Pukul 22.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 24 Mei 2018 Pukul 10.00 WIB
No. Register : 29.01.61
Diagnosa MediS : Kala I Memanjang
Ruangan : VK Kebidanan

IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. “Y”
Umur : 22 tahun
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD

31
Pekerjaan : Petani
Alamat : Lumpatan

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien datang ke RSUD Sekayu mengatakan keluar lendir dari jalan lahir.
Klien mengaku hamil cukup bulan anak ke-1 dan gerakan bayi dirasakan pada
pukul 22.00 WIB pembukaan serviks 4 cm
2. Riwayat perjalanan penyakit
Lebih kurang 1 hari os nyeri perut (+) keluar lendir (+)
3. Riwayat penyakit masa lalu
Klien mengatakan tidak ada kelainan.
4. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit
lainnya.
5. Genogram

Ket:
: Laki – laki : Klien

: Perempuan : Tinggal serumah

C. RIWAYAT KEHAMILAN
1. Riwayat Menstruasi
 Hiad pertama/ menorrhea : 14 tahun
 Siklus : 28 hari
 Jumlah : 2 kali ganti pembalut
 Kelainan : Tak
 Teratur : Iya
 Lamanya : 1 minggu
 Sifat darah : Encer
 Dismenorrhea : ya

32
2. Riwayat kehamilan sekarang
 HPHT : 20 Agustus 2017
 Usia kehamilan : 9 bulan
 G = 1 P = 0 A =0
 ANC : 1 kali 1 minggu
 Taksiran persalinan : 27 Mei 2018
 Keluhan : Sakit perut
 Imunisasi : TT 1
 Trimester I : Mual, muntah
 Trimester II : Tak
 Trimester III : Tak
 Jumlah anak : 0
 Masalah dalam kehamilan : Tak
3. Tanda – tanda Infartu
 Kontraksi : 4x10’25”
 Frekuensi :134 x/menit
 Lamanya : 10 ’25 “”
 Lokasi ketidaknyamanan : Bokong
 Pengeluaran pervaginam :
– Darah lendir: Tidak
– Air ketuban : jernih, bau (-)
– Darah : kental

D. KEBIASAAN SEHARI-HARI
NO. Kebutuhan Dasar Sebelum masuk RS Setelah masuk RS
1. Pola nutrisi
 Makan 3 kali/hari 3 kali/hari
 Minum 1400 cc/hari 1400 cc/hari
 Masalah Tidak ada Tidak ada
2. Pola eliminasi
1 kali/hari 1 kali/hari
 BAB
1200 cc/hari 1200 cc/hari
 BAK
Tidak ada Tidak ada
 Masalah
3. Pola istirahat/ tidur
 Tidur siang 3 jam 3 jam
 Tidur malam 3 jam 3 jam
 Masalah Tidak ada Tidak ada
4. Personal hygine
 Mandi 2 kali/hari 2 kali/hari
 Ganti baju 2 kali/hari 2 kali/hari
 Gosok gigi 2 kali/hari 2 kali/hari

33
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Compos Mentis
Tanda – tanda vital
 TD : 100/70 mmHg
 Nadi : 84 x/menit
 Pernapasan : 24 x/menit
 Suhu : 36
 BB : 54 kg
 TB : 154 cm
2. Keadaan khusus
a. Kulit : warna kulit kemerahan, turgor elastis, kering, tidak ada kelainan,
kebersihan bersih.
Masalah : tidak ada
b. Kepala : bentuk simetris, tidak ada kelainan, kebersihan bersih
Masalah : tidak ada
c. Status neurologis : tingkat kesadaran compos mentis, tidak ada kelainan, ingatan
memori normal.
Masalah : tidak ada
d. Rambut : bentuk lurus, tidak ada kelainan, kebersihan bersih.
Masalah : tidak ada masalah
e. Telinga : bentuk simetris, mampu mendengarkan dengan jelas, tidak ada kelainan,
kebersihan bersih.
Masalah : tidak ada
f. Mata : bentuk bulat, skelera putih jernih, konjungtiva merah muda, mampu
melihat dengan jelas, tidak ada kelainan, kebersihan bersih.
Masalah : tidak ada
g. Hidung : bentuk simetris, mampu membedakan bau-bauan, tidak ada kelainan,
keersihan bersih.
Masalah : tidak ada
h. Mulut : bibir tidak ada kelainan, gigi utuh, lidah bersih, mampu membedakan rasa
manis, asam, asin, tidak ada kelainan, kebersihan bersih.
Masalah : tidak ada
i. Leher : Tidak ada kelainan
Masalah : tidak ada
j. Dada : bentuk simetris, irama reguler, bunyi napas veskuler, bunyi jantung gallop,
puting susu kecoklatan, kebersihan bersih.
Masalah : tidak ada
k. Abdomen : Besar perut sesuai hamil, tidak ada bekas operasi dan Gravidarium
striaeLeopold I : tifud 30 cm, presentasi bokong.Leopold II : bagian kanan ibu
teraba bagian-bagian kecil, bagaian kiri ibu teraba punggung bayi.Leopold III :
sudah masuk PAP. Leopold IV : 4/5. Posisi janin normal dengan kontraksi

34
4x10’25”. DJJ 134 x/menit teratur., skala nyeri = 9 (sangat berat), frekuensi hilang
timbul
Masalah : Tidak ada
l. Ginjal : BAK ±1200, warna urin jernih, bau (-), tiak ada kelainan.
Masalah : Tidak ada
m. Genitalia/ vulva dan vagina : nyeri tekan dan keluar lendir dari jalan lahir. Tidak
ada luka, varises, bekas luka dan kemerahan.
Masalah : Nyeri bagian genitalia

n. Ekstremitas
– Atas : simetris, tidak ada kelainan.
– Bawah : simetris, tidak ada kelianan.
o. Persendian : ROM aktif, tidak ada kekakuan ataupun krepitas.
p. Otot : Simetris, tidak ada kram ataupun tremor.

F. LAPORAN KALA PERSALINAN


LAPORAN KALA I
 Keluar tanda-tanda persalinan :
Klien mengatakan keluar lendir dari jalan lahir. Klien mengaku hamil cukup bulan
anak ke-1 dan gerakan bayi dirasakan pada pukul 22.00 WIB pembukaan
serviks 4 cm
 HPHT : 20 Agustus 2017
 Tafsiran persalinan : 27 Mei 2018
 Tifud 30 cm, Presentasi bokong
 .Leopold II : bagian kanan ibu teraba bagian-bagian kecil, bagaian kiri ibu teraba
punggung bayi.
 Leopold III : sudah masuk PAP.
 Leopold IV : 4/5.
 Posisi janin normal dengan kontraksi 4x10’25”.
 DJJ 134 x/menit teratur

LAPORAN KALA II
 Waktu Persalinan : 11.00 WIB
 Pemeriksaan dalam
- Atas indikasi : Keluarnya janin pukul : 11.55 WIB Oleh : Bidan
- Posisi serviks : ( ) posterior ( √ ) anterior
- Dilatasi :Iya
- Pemendekan serviks: Iya
- Presentasi janin :sudah masuk PAP
- Posisi janin : Normal
- Status selaput ketuban : (+)

35
LAPORAN KALA III

 Waktu mulai kala II : 11.55 WIB


 Tanda – tanda lepas plasenta : ( √ ) bentuk uterus bundar
( ) terjadi pendarahan
( ) tali pusat memanjang
( ) naiknya fundus uteri
 Tipe lahirnya plasenta : ( √ ) spontan ( ) manual
 Kondisi plasenta : ( √ ) normal ( ) tidak normal
 Katiledon : ( √ ) lengkap ( ) tidak
 Selaput plasenta : Ada
 Berat plasenta : 49,01 kg
 Ukuran : 15 cm

LAPORAN KALA IV

 TTV
- TD : 120/80 mmHg
- N : 84 x/menit
- R : 24 x/menit
- T : 36 C
 Tinggi fundus uteri : 30 cm
 Pengeluaran pervaginam : ( √ ) ada ( ) tidak ada
 Karakteristik pendarahan :-
 Kondisi perineum : ( ) utuh ( ) tidak utuh
( ) robekan / tear ( √ ) episiotomi
 Hematoma : ( ) Ya ( √ ) tidak
 Warna vulva dan perineum : ( ) kemerahan ( √ ) tidak

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah : -
2. Urine : -
3. Feses : -
4. Rontgen : -
5. USG : -
6. Lain-lain : Tidak ada

H. THERAPY

I. DATA BIOPSIKOSOSIOCULTURAL SPRITUAL


 Data Biologi
 Data Psikososial
1. Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah klien merasakan cemas.
2. Cara mengatasi perasaan tersebut berdo’a dan mengikuti saran perawat dan
dokter.

36
3. Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan rajin datang ke rumah sakit
untuk kontrol lagi ke dokter.
Masalah Keperawatan : Ansietas
 Data Sosial
 Data Spritual
1. Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari adalah shalat
2. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan adalah yasinan
3. Aktivitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan adalah mengaji
4. Perasaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut karena kondisi
sakit pada klien tidak mempermasalahkan
5. Upaya klien mengatasi perasaan tersebut melakukan kegiatan semampunya
6. Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang
sedang dialami harus percaya bahwa penyakit ini bisa sembuh
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

J. PENATALAKSANAAN
 Observasi TVI, His, DJJ
 R/ partus persalinan
 Evaluasi partograf
 Cek lab

Analisa Data

37
Nama Klien : Ny. A Ruangan: VK. Kebidanan
Umur : 03 Agustus 2000 ( 17 Tahun) No. CM : 29.01.61

38
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
KALA I : KALA I Nyeri
DS : Penurunan kadar progesterone
- Klien mengatakan nyeri dan peningkatan estrogen
dirasakan pada bagian perut
Peningkatan kadar oksitosin
DO :
– Ekspresi wajah tampak Kontraksi uterus
meringis
– Klien selalu merintih
Penurunan bagian terendah
kesakitan saat his
janin
– DJJ 134 x/menit teratur.
– Skala Nyeri : 7 (berat)
– Frekuensi : hilang timbul
Dilatasi serviks
– Durasi : kontraksi 4x10’25”
– Pembukaan 9 cm pukul
10.00 WIB Tekanan Oksiput pada nervous
– TTV
spinalis
TD : 130/70 mmHg
N : 84 x/menit
R : 24 x/menit
Impuls diteruskan kepusat
– T : 36 C
nyeri di korteks serebri

Nyeri

KALA I : Kala I Cemas


DS : Pembukaan serviks
- klien selalu bertanya tentang
kondisinya Kurang pengetahuan
- klien mengatakan cemas
akan melahirkan Kurang Informasi inadekuat
DO :
– Klien tampak cemas Kurang dukungan psikologis
– Klien tampak gelisah
– Klien didampingi
Krisis situasional
keluarganya
39
– TTV
TD : 130/70 mmHg
Ansietas
N : 84 x/menit
R : 24 x/menit
T : 36 C
DAFTAR MASALAH, PRIORITAS DIAGNOSA DAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

KALA I :
1. Nyeri
2. Kecemasan

KALA II :

1. Nyeri
2. Kelelahan

KALA III :

1. Ketidakseimbangan volume cairan

2. Nyeri

KALA IV :

1. Nyeri

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


KALA I :
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi
uterus
2. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengalaman dan krisis situasional

KALA II :

1. Nyeri berhubungan dengan tekanan pada saraf ganglion yang mengelilingi


uterus dan vagina

40
2. Kelelahan berhubungan dengan penggunaan energi yang berlebihan
(mengedan)

KALA III :

1. ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan kontraksi


miometrium akibat pengeluaran placenta
2. Nyeri berhubungan dengan pengeluaran plasenta

KALA IV :

1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan , respon fisiologis setelah


melahirkan.

DIAGNOSA KEPERAAWATAN

KALA I :
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi
uterus
2. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengalaman dan krisis situasional

KALA II :

1. Nyeri berhubungan dengan tekanan pada saraf ganglion yang mengelilingi


uterus dan vagina
2. Kelelahan berhubungan dengan penggunaan energi yang berlebihan
(mengedan)

KALA III :

1. ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan kontraksi


miometrium akibat pengeluaran placenta
2. Nyeri berhubungan dengan pengeluaran plasenta

KALA IV :

1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan , respon fisiologis setelah


melahirkan

41
42

Anda mungkin juga menyukai