PENDAHULUAN
Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan hasil
lokakarya nasional pada tahun 1983, dan didefinisikan sebagai suatu bentuk
pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsiko-sosio-
spiritual yang komprehensif, oleh karena itu sifat pendidikan keperawatan juga
menekankan pemahaman tentang keprofesian.
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan fungsi
dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan adalah suatu
tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer/ pengelola keperawatan yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-sumber
yang ada, baik sumber daya maupun sumber dana sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik kepada klien, keluarga dan
masyarakat. (Donny, 2014)
Mengingat pentingnya peranan manajemen pelayanan keperawatan, maka dalam
makalah ini penulis akan menguraikan tentang pengertian, proses, dimensi, penilaian,
strategi, indikator, standar, dan peran dalam menejemen mutu pelayanan keperawatan
sehingga dapat menggambarkan bagaimana manajemen keperawatan yang bermutu
seharusnya dilaksanakan.
b. Pelayanan Keperawatan
Produk yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat menghasilkan barang atau
jasa. Jasa diartikan juga sebagai pelayanan karena jasa itu menghasilkan
pelayanan (Supranto, 2006). Definisi mengenai pelayanan telah banyak
dijelaskan, dan Kottler (2000, dalam Supranto, 2006) menjelaskan mengenai
definisi pelayanan adalah suatu perbuatan di mana seseorang atau suatu kelompok
menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak
berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk,
sedangkan Tjiptono (2004) menjelaskan bahwa pelayanan merupakan aktivitas,
manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual, sehingga dapat dikatakan
bahwa pelayanan itu merupakan suatu aktivitas yang ditawarkan dan
menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud namun dapat dinikmati atau dirasakan.
Kotler (1997, dalam Supranto, 2006) juga menjelaskan mengenai karakteristik
dari pelayanan dengan membuat batasan-batasan untuk jenis-jenis pelayanan
pelayanan sebagai berikut :
1. pelayanan itu diberikan dengan berdasarkan basis peralatan (equipment based)
atau basis orang (people based) dimana pelayanan berbasis orang berbeda dari
segi penyediaannya, yaitu pekerja tidak terlatih, terlatih atau profesional;
Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan
2. beberapa jenis pelayanan memerlukan kehadiran dari klien (client’s
precense)
3. pelayanan juga dibedakan dalam memenuhi kebutuhanperorangan
(personal need) atau kebutuhan bisnis (business need)
4. pelayanan yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba atau nirlaba (profit or
non profit) dan kepemilikannya swasta atau publik (private or public).
Berdasarkan dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat dikatakan
bahwapelayanan merupakan salah satu bentuk hasil dari produk yangmemberikan
pelayanan yang mempunyai sifat tidak berwujud sehinggapelayanan hanya dapat
Keperawatan
Keperawatan sudah banyak didefinisikan oleh para ahli, dan menurut
Herderson (1966, dalam Kozier et al, 1997) menjelaskan keperawatan sebagai
kegiatan membantu individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas
untuk membuat individu tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal
dengan tenang (jika tidak dapat disembuhkan), atau membantu apa yang
seharusnya dilakukan apabila ia mempunyai cukup kekuatan, keinginan, atau
pengetahuan. Sedangkan Kelompok Kerja Keperawatan (1992) menyatakan
bahwa keperawatan adalah suatu bentuk layanan profesional yang merupakan
bagian integral dari layanan kesehatan, berbentuk layanan bio-psiko-sosio-
spiritual yangm komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat baik sakit maupun sehat, yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. Layanan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan dalam melaksanakan
kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
Berdasarkan penjelasan mengenai mutu dan pelayanan keperawatan di
atas, maka Mutu Pelayanan Keperawatan dapat merupakan suatu pelayanan
keperawatan yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan
oleh perawat profesional kepada pasien (individu, keluarga maupun masyarakat)
baik sakit maupun sehat, dimana perawatan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan pasien dan standar
2. Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain yang
mengadakan interaksi secara professional dengan pasien. Interaksi ini diukur
antara lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakan
diagnosis, rencana tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan
penyakit, dan prosedur pengobatan.
3. Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain
terhadap pasien
Standar Nasional
Ʃ BOR 75-80%
T Ʃ ALOS 1-10 hari
Ʃ TOI 1-3 hari
Ʃ BTO 5-45 hari
Ʃ NDR < 2,5%
Ʃ GDR < 3%
Ʃ ADR 1,15.000
Ʃ PODR < 1%
Ʃ POIR < 1%
Ʃ NTRR < 10%
Ʃ MDR < 0,25%
Ʃ IDR < 0,2%
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
Rumus :
((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
b. Supervisor
1) Mengidentifikasi area asuhan keperawatan yang diperlukan
2) Memberikan landasan rencana diklat
3) Mengidentifikasi kebutuhan pengawasan bagi perawat pelaksana.
2. Lingkup audit
1) Audit Struktur
Berfokus pada tempat dimana pemberian askep dilaksanakan
a) Fasilitas
b) Peralatan
c) Petugas
d) Organisasi, prosedur dan pencatatan pelaporan
3) Audit Hasil
a) Kebutuhan pasien terpenuhi
b) Pasien memiliki pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya
c) Pasien memiliki keterampilan dan kemampuan
d) Pasien memiliki motivasi
10 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
E. AUDIT PERSONALIA
1. Ruang Lingkup Audit Personalia
Tujuan audit personalia adalah mengevaluasi kegiatan-kegiatan personalia
dengan maksud untuk :
1) menilai efektivitas
2) mengenali aspek-aspek yang masih dapat diperbaiki
3) mempelajari aspek-aspek tersebut secara mendalam
4) menunjukkan kemungkinan perbaikan, dan
5) membuat rekomendasi untuk pelaksanaan perbaikan-perbaikan tersebut.
11 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
3. Peralatan-peralatan Riset Personalia
1) Wawancara (Interview)
2) Kuesioner dan Survai
3) Analisa Catatan
F. KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variable untuk mengukur
dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap
pelayanan kesehatan.Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk
menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien
selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri
maupun pihak rumah sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan
sarana yang kurang tepat dan lain sebagainya.
Indikator keselamatan pasien (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-
area pelayanan yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, misalnya
untuk menunjukkan:
1. adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu
2. bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik atau terapi
sebagaimana yang diharapkan
3. tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan
4. ketidaksepadanan antarunit pelayanan kesehatan (misalnya, pemerintah dengan
swasta atau urban dengan rural)
12 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
3. Clinical incident diantaranya jumlah pasien flebitis, jumalah pasien ulkus
decubitus, jumlah pasien pneumonia, jumlah pasien tromboli, dan jumlah pasien
edema paru karena pemberian cairan yang berlebih
4. Sharp injury, meliputi bekas tusukan infus yang berkali-kali, kurangnya
ketrampilan perawat, dan complain pasien.
5. Medication incident, meliputi lima tidak tepat(jenis, obat, dosis, pasien, cara,
waktu)
13 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien
antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa
mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak
tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.
Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien termasuk
penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat
kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan
menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan
para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
14 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang
didesain untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi
pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap
dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut
sebagai “home medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat
admisi, penyerahan dan/atau perintah pemulangan bilamana menuliskan
perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang
berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
15 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk
menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong
implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia pada
titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf
mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan penggunaan
tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan
tangan melalui pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik yang lain.
G. PERAWATAN DIRI
a. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, dan eliminasi yang
disebabkan oleh keterbatasan diri.
b. Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (mandi, toilet pada tingkat ketergantungan
parsial dan total).
Persentase kebutuhan perawatan diri pasien :
H. Kepuasan pasien
Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus
menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih
banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.
Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat dilakukan
dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut pelanggan. Junaidi
(2002) berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu produk dengan kinerja yang
dirasakan konsumen atas poduk tersebut. Jika kinerja produk lebih tinggi dari harapan
konsumen maka konsumen akan mengalami kepuasan.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
a. Menurut pendapat Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam
mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada
beberapa faktor, antara lain :
a) Kualitas produk atau jasa
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan
bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi konsumen
16 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
terhadap kualitas poduk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan
kualitas poduk atau jasa yang sesungguhnya dan komunikasi perusahaan
terutama iklan dalam mempromosikan rumah sakitnya.
b) Kualitas pelayanan
Memegang peranan penting dalam industri jasa. Pelanggan dalam hal
ini pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik
atau sesuai dengan yang diharapkan.
c) Faktor emosional
Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum
terhadap konsumen bila dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang
sudah mempunyai pandangan “rumah sakit mahal”, cenderung memiliki
tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
d) Harga
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam
penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian
elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan,
biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai
harapan yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama
tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.
e) Biaya
Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan
biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa
pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.
17 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
keperawatan pada waktu penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan
dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang diberikan yaitu
dengan memperhatikan kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatan
rumah sakit
3) Keandalan (reliability)
sejauhmana kemungkinan kecil akan mengalami ketidakpuasan atau
ketidaksesuaian dengan harapan atas pelayanan yang diberikan. Hal ini
dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh perawat didalam
memberikan jasa keperawatannya yaitu dengan kemampuan dan
pengalaman yang baik terhadap memberikan pelayanan keperawatan
dirumah sakit.
6) Service ability
meliputi kecepatan, kompetensi, serta penanganan keluhan yang
memuaskan. Pelayanan yang diberikan oleh perawat dengan memberikan
penanganan yang cepat dan kompetensi yang tinggi terhadap keluhan
pasien sewaktu-waktu.
18 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
7) Estetika
merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh panca
indera. Misalnya : keramahan perawat, peralatan rumah sakit yang lengkap
dan modern, desain arsitektur rumah sakit, dekorasi kamar, kenyamanan
ruang tunggu, taman yang indah dan sejuk, dan sebagainya.
1. Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien ketika pertama
kali datang di rumah sakit.
2. Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah dilakukan
oleh pemberi layanan kepada pasien, seberapa pelayanan perawatan yang
berkaitan dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan
kelangsungan perawatan pasien selama berada dirumah sakit.
3. Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan administrasi pasien
dimulai masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari
rumah sakit.
4. Waktu menunggu yaitu berkaitan dengan waktu yang diperbolehkan untuk
berkunjung maupun untuk menjaga dari keluarga maupun orang lain dengan
memperhatikan ruang tunggu yang memenuhi standar-standar rumah sakit antara
lain : ruang tunggu yang nyaman, tenang, fasilitas yang memadai misalnya
televisi, kursi, air minum dan sebagainya.
5. Fasilitas umum yang lain seperti kualitas pelayanan berupa makanan dan
minuman, privasi dan kunjungan. Fasilitas ini berupa bagaimana pelayanan
terhadap pemenuhan kebutuhan pasien seperti makanan dan minuman yang
19 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
disediakan dan privasi ruang tunggu sebagai sarana bagi orang-orang yang
berkunjung di rumah sakit.
6. Fasilitas ruang inap untuk pasien yang harus rawat. Fasilitas ruang inap ini
disediakan berdasarkan permintaan pasien mengenai ruang rawat inap yang
dikehendakinya.
7. Hasil treatment atau hasil perawatan yang diterima oleh pasien yaitu perawatan
yang berkaitan dengan kesembuhan penyakit pasien baik berapa operasi,
kunjungan dokter atau perawat.
Tingkat kepuasan antar individu satu dengan individu lain berbeda. Hal ini terjadi
karena adanya pengaruh dari faktor jabatan, umur, kedudukan sosial, tingkat ekonomi,
pendidikan, jenis kelamin, sikap mental dan kepribadian (Sugiarto, 1999)
Kepuasan pasien atau konsumen berdasarkan teori-teori diatas tidak hanya
dipengaruhi oleh jasa yang dihasilkan oleh suatu rumah sakit semata, tetapi juga
dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan oleh petugas rumah sakit baik dokter,
perawat, dan karyawan-karyawan lainnya.
20 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Supardi (2008) mengatakan model kepuasan yang komprehensif dengan fokus utama
pada pelayanan barang dan jasa meliputi lima dimensi penilaian sebagai berikut :
a. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas memberikan
pelayanan kepada pasien dengan cepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah lama
waktu menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai mendapat pelayanan tenaga
kesehatan.
b. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada
pasien sehingga dipercaya. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kejelasan tenaga
kesehatan memberikan informasi tentang penyakit dan obatnya kepada pasien.
c. Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian, dan
memahami kebutuhan pasien. Dalam pelayanan rumah sakit adalah keramahan
petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara, keikutsertaan pasien dalam
mengambil keputusan pengobatan, dan kebebasan pasien memilih tempat berobat
dan tenaga kesehatan, serta kemudahan pasien rawat inap mendapat kunjungan
keluarga/temannya.
d. Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang
dapat langsung dirasakan oleh pasien. Dalam pelayanan rumah sakit adalah
kebersihan ruangan pengobatan dan toilet
e. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan
kepada pasien dengan tepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah penilaian pasien
terhadap kemampuan tenaga kesehatan.
No. Karakteristik 1 2 3 4
1. Reliability (Keandalan)
a. Perawat mampu menangani masalah perawatan Anda
dengan tepat dan professional
21 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
d. Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal-hal yang
dilarang dalam perawatan Anda
2. Assurance (jaminan)
a. Perawat mmeberi perhatian terhadap keluhan yang anda
rasakan
3. Tangibles (Kenyataan)
a. Perawat memberi informasi tentang administrasi yang
berlaku bagi pasien rawat inap di RS
4. Empathy (Empati)
a. Perawat memberikan informasi kepada Anda tindakan
perawatan yang akan dilaksanakan
22 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
b. Perawat mudah ditemui dan dihubungi bila Anda
membutuhkan
Keterangan:
23 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
I. KENYAMANAN PASIEN
Di definiskan sebagai kondisi yang di alami oleh resipien berdasarkan pengukuran
kenyamanan.ada tiga tipe kenyamanan (dorongan, ketentraman dan transcendse)
serta empat konteks pengalaman (fisik,psikospiritual,sosial dan lingkungan ).Tipe-
tipe kenyamanan di desfinisikan sbb :
a. Dorongan (relief) : kondisi resipion yang membutuhkan penanganan yang
spesifik dan segera.
b. ketentraman (ease) : kondisi yang tentram atau kepuasan hati
c. Transcendense :Kondisi di mana individu mampu mengatasi masalahnya
(nyeri)
24 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Pengalaman sebelumnya dapat mengubah sensasi pasien terhadap nyeri
5. Lingkungan
Lingkungan yang ramai, dingin, panas, lembab meningkatkan intensitas
nyeri individu
6. Usia
Makin dewasa seseorang maka semakin dapat mentoleransi rasa sakit
7. Kebudayaan
Norma/aturan dapat menumbuhkan perilaku seseorang dalam memandang
dan berasumsi terhadap nyeri yang dirasakan
8. Kepercayaan
Ada keyakinan bhawa nyeri merupakan suatu penyucian atau pembersihan
dan hukuman atas dosa mereka terhadap Tuhan
9. Kecemasan dan stress
Stres dan kecemasan dapat mengahmbat keluarnya endorfin yang berfungsi
menurunkan persepsi nyeri
1. Indikasi : dewasa dan anak (berusia lebih dari sembilan tahun) atau pasien pada
semua area perawatan yang mengerti tentang penggunaan angka untuk menentukan
tingkat dari intensitras rasa nyeri yang dirasakan.
25 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
2. Instruksi:
0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan, mengomel, sedikit mengganggu ADL
7-10 = nyeri sedang, cukup mengganggu ADL
7-10 = nyeri berat dan tidak mampu melakukan ADL
c. Tim kesehatan di dalam kolaborasinya dengan pasien/keluarga (bila perlu), dapat
menentukan intervensi yang dibutuhkan untuk menangani nyeri pasien.
J. KECEMASAN
Kecemasan merupakan reaksi yang pertama muncul atau dirasakan oleh
pasien dan keluarganya di saat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana
begitu mulai masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan
keluarganya dalam setiap tindakan perawatan terhadap penyakit yang diderita pasien.
Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif individual,
mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobsevasi secara langsung.Perawat
dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkah laku pasien.
Cemas adalah emosi tanpa objek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui
dan didahului oleh penglaman baru.Takut mempunyai sumber yang jelas dan
obyeknya dapat didefinisikan.Takut merupakan penilaian intelektual terhadap
stimulus yang mengancam dan cemas merupakan respon emosi terhadap penilaian
tersebut.
Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang
mengancam keutuhan serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk
perilaku seperti rasa tidak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, dan fobia tertentu.
Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali,
perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan
terisolasi (Nursalam, 2014).
26 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
A. Penilaian tingkat kecemasan
Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan
pada pasien dewasa yang dirancang oleh William W. K. Zung, dikembangkan
berdasarkan gejala kecemasan dalam Diagostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM-II). Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4
(1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagian waktu, 4: hampir setiap waktu).
Terdapat 15 pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah
penurunan kecemasan (Zung Self-Rating Anxiety Scale). Skala peringkat
kecemasan digambarkan pada tabel di bawah ini :
Hampir
Tidak Kadang- Sebagian
No Pertanyaan setiap
pernah kadang waktu
waktu
27 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Saya terganggu oleh nyeri
7. kepala leher dan nyeri 1 2 3 4
punggung
28 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Wajah saya terasa panas dan
18. 1 2 3 4
merah merona
K. PENGETAHUAN
Menurut Notoadmodjo (2003:121) Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Jadi
pengetahuan ini diperoleh dari aktivitas pancaindra yaitu penglihatan, penciuman,
peraba dan indra perasa, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan
telinga (Nursalam, 2014).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974) dalam buku pendidikan dan
perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2003 dan Nursalam, 2007) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan, yaitu:
1. Awareness (kesadaran) ketika seseorang menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interst (tertarik), ketika seseorang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
baginya.
4. Trial (mencoba), ketika seseorang telah mencoba perilaku baru.
29 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
5. Adoption (adaptasi), ketika seseorang telah berprilaku baru yang sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
30 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap
dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien;
6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.
Perencanaan pulang bertujuan membantu pasien dan keluarga untuk dapat
memahami permasalahan dan upaya pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat
mengurangi risiko kambuh, serta menukar informasi antara pasien sebagai penerima
pelayanan dengan perawat dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit (Nursalam,
2014).
31 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
5. Surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat kontrol.
32 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n