(Musik Sunda)
Alkisah, di daerah Jawa Barat, berdirilah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Sungging
Perbangkara. Ia sangat gemar berburu binatang di hutan. Suatu hari, seusai berburu, Prabu Sungging
terasa ingin sekali buang air kecil, tanpa menunggu lama lagi, ia kencing disemak-semak, tiba – tiba
seekor babi jelmaan dewi yang bernama Wayungyang datang meminum air seninya yang tergenang di
daun keladi itu. Rupanya air seni Prabu Sungging mengandung sperma sehingga menyebabkan
Wayungyang hamil.
Beberapa bulan kemudian, Wayungyang pun melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik jelita.
Setelah membersihkan tubuh bayi itu dengan menjilatnya, Wayungyang meletakkannya di atas batu
besar di balik semak – semak, dengan harapan ayahnya ( Prabu Sungging ) akan menemukannya.
Ternyata harapan Wayungyang tercapai.
Adegan 1
Prabu Sungging : Sudah sekian lama kita berburu namun tak ada satupun hewan yang dapat aku Buru.
Dari terbit fajar hingga terbenam kita tak dapat apapun.
Pengawal kerajaan 1 : Ampun paduka, lebih baik kita hentikan saja perburuan ini. Kasihan ratu, beliau
pasti sudah menunggu dari tadi.
Pengawal kerajaan 2 : benar paduka, toh langit sudah mulai gelap, alangkah baiknya apabila kita kembali
ke istana.
Prabu Sungging : Kau benar juga baiklah kita pulang.(sambil melihat awan yang sudah mulai tampak
gelap)
Pengawal kerajaan 1 : Yaa sepertinya ada suara tangisan bayi... di sekitar sini pasti ada bayi paduka.
Prabu sungging : Kau benar. Pengawal! Coba kau cari asal suara itu.
Prabu Sungging : Itu dia ( sambil menunjuk bayi di atas batu ) Bawa dia kemari!!!.
Pengawal kerajaan 1 : Ampun paduka, sebaiknya kita apakan bayi ini ,paduka. Dia sudah tak memiliki
orang tua.
Prabu sungging : Kau benar, kenapa ada bayi di hutan yang berbahaya ini. Sebaiknya aku bawa dia ke
istana.
Adegan 2
Prabu sungging : Permai suriku dimana kau? Aku punya kabar gembira untuk dikau.
Prabu Sungging : Ratuku lihat lah ini. Aku menemukan bayi ini dihutan.
Ratu Mbiling : Bayi siapa ini, Prabu? Cantik benar rupa bayi ini.
Prabu Sungging : Entahlah permaisuriku, tadi aku menemukannya tergeletak diatas batu.
Prabu Sungging : Bagaimana jika kita angkat dia menjadi anak kita. Mengingat kita tidak mempunyai
anak.
Ratu Mbiling : Bagaimana kita punyai anak prabu? Dikau tak pernah membelai saya.
Prabu Sungging : Mau bagaimana lagi saya seorang raja ratuku. (sambil menunjuk pembantu kerajaan )
kalian, kemari!.
Pembantu kerajaan : Lihat bayi ini, begitu lucu nan cantik.tuan beri nama siapa bayi ini?.
Adegan 3
Setelah selesai dimandikan, Prabu dan Ratu kembali menggendong dan berdiskusi tentang nama yang
akan diberikan kepada bayi tersebut.
Ratu Mbiling : haa... saya ada ide ,prabu. Bagaimana kalau kita namakan dia Dayang Sumbi.
Prabu sungging : Nama yang bagus, dapat ide dari mana ratuku?.
Ratu mbiling : Ya karena ini anak kita. Makanya kita namakan dengan gabungan nama kita prabu. Prabu
sungging dan Ratu Mbiling.
Prabu sungging : Saya setuju, segera kita umumkan kepada masyarakat. Lalu kita adakan syukuran.
Prabu sungging : Lihatlah ratuku. Dia cantik ya.(membelai kepala Dayang Sumbi kecil)
Prabu Sungging : Ya Ratuku, sekarang aku memiliki tujuan lagi untuk hidup.
Adegan 4
Lama dan lama, waktu terus berjalan akhirnya Dayang Sumbi tumbuh menjadi gadis yang cantik.
Puluhan pangeran mengunjungi istana untuk melamarnya namun ditolaknya. (Suka Sama Kamu Sound)
Dayang Sumbi : Ayahanda, ampun ayah.(duduk bersimpuh). Saya tidak ingin menerima suatu lamaran
dari para pangeran dari kerajaan lain. Saya tidak ingin terjadi pertumpahan darah antar sesama kerajaan
karena memperebutkan saya.
Dayang Sumbi : Saya ingin.. mengasingkan diri kehutan. Dan mencari tau tuujuan saya hidup di dunia ini
ayah.
Prabu sungging : TIDAAK!!(berdiri tegas dari singgasananya) Aku tak mengijinkan kamu pergi. Kau lah
putri ayah satu satunya ayah tak mau melepasmu.
Dayang Sumbi : Tolong ayah hanya ini kesempatan saya. Saya, juga tak ingin terjadi perselisihan antar
kerajaan karena saya.
Prabu Sungging : KAAU EGOIS DAYANG SUMBI!!!! Kau anak satu satunyaa ayah. Jika kau tak ada sudah
tak ada lagi tujuan ayah hidup.
Tiba tiba Ratu Mbiling yang sedaritadi mendengarkan pembicaraan antara Dayang Sumbi dan Prabu
Sungging datang.
Ratu mbiling : Tidak apa apa prabu ini demi kebaikkan bersama.
Prabu Sungging : Baiklah, Dayang Sumbi. Ayah mengijinkanmu pergi mengasingkan diri.
Adegan 5
Lalu Ratu Mbiling, Prabu Sungging, Dayang sumbi dan para pengawal kerajaan mengantar dayang
sumbi menuju hutan.
Sesampainya di hutan.
Prabu Sungging : Para pengawalku, kuperintahakan kalian untuk membangun rumah untuk anakku ini.
Adegan 6
Malam itu, ketika Dayang Sumbi sedang menjahit. Tiba tiba bola benangnya jatuh keluar pondoknya.
Tiba tiba terlontar dari mulut dayang Sumbi tanpa ia sadari.
Dayang Sumbi : Barang siapa yang mengambilkan benang itu jika perempuan akan ku jadikan ia
saudaraku dan jika laki laki ia akan ku jadikan suami ku.
Tanpa di duga sebelumnya, tiba tiba muncullah anjing hitam nan besar itu dengan membawa gulungan
benang itu.
Dayang Sumbi : Bagaimana mungkin seekor anjing ini yang mengambilkan gulungan benangku. Tak
mungkin iya menjadi suamiku..
Dewi : wahai sumbi, kau adalah bidadari, bidadari tidak pernah menjilat ludahnya sndiri, jadi kau harus
mempertanggung jawab mu.
Dewi : okee :v
Dayang Sumbi : Baiklah karena aku sudah mengucap maka aku harus mempertanggung jawabkan
omonganku tadi, akan kujadikan kau Suamiku dan kau ku berinama Tumang.
Dayang sumbi pun akhirnya menikah dengan si Tumang. Waktu pun terus berlalu. Dayang
sumbi pun di karuniai anak laki-laki yang tampan. ia di berinama Sangkuriang. Tak terasa
Sangkuriang tumbuh besar dan pandai berburu. suatu hari sangkuriang hendak berburu
Dayang Sumbi : “Nak, bawakan ibu daging Rusa yah?”
Sangkuriang : “Ya bu.”
Lewatlah seekor Rusa
Rusa : “tumang, apakah itu anak mu ?”
Tumang : “ Benar bu dia adalah sangkuriang.”
Rusa : “Oh tuhan, aku ingin memeluk dan berbicara dengan cucuk tapi apalah daya ini dia tak
mungkin percaya terhadap ucapanku.”
Sangkuriang : “Tumang! Cepat gigit babi itu!” “Hei Tumang apa kau tidak dengar kataku! Cepat
gigit rusa itu!”
Tumang hanya terdiam Kaku
Sangkuriang: " Ayo Tumag serang dia ! Tumang mengapa kau jadi Gebleg begini.
Sangkuriang memanah rusa tersebut. Namun anak panah mengarah pada si tumang.
Kemudian ia menyembeli situmang. Sesampainya dirumah daging itupun di masak, dan di
makan Bareng-bareng.
Dayang sumbi: " Sangkuriang, kemana Si tumang ??
Sangkuriang: " (-_-') Bu anjing itu sudah berani melawan perintahku. Tadi aku menyuruh dia
menyerang Rusa, namun dia malah terdiam kako. Anak panahku malah mengarah ke arah dia bu
(-_-')
Dayang sumbi: " Apaaaaa.. si tumang kau bunuh !! 3:)
Sangkuriang: " Kenapa bu (-_-') (Terkejutt)
PROOOKKK, PRAAAK, PREEEK. Dayang sumbi memukili kepalang situmang dengan Batu.
Dayang Sumbi : “Pergi kau dar hadapanku! Dasar anak durhaka!”(bentak dayang sumbi)
Sangkuriang : “Baik aku akan pergi bu dan tidak akan kembali lagi !!
Ia tak tahu kemana ia akan pergi, perlahan-lahan menyusuri hutan. Tiba-tiba ia pingsan, lalu
datanglah seorang petapa yang sakti.
Guru : “Siapa namamu nak? Mengapa kau tergeletak ditengah- tengah hutan?”(membangunkan
sangkuriang)
Sangkuriang : “Emm..aku tak tahu siapa namaku. Dan kau juga tak tahu tentang diriku sendiri.”
Guru : “Wah. Sepertinya kau hilang ingatan. Maukah kau menjadi salah satu muridku?”
Sangkuriang : “Baik bapak guru.”
Guru : “Dan sekarang aku akan memberimu nama Jaka Galih.”12 tahun berlalu.
Guru : “Sudah saatnya kau mengamalkan ilmu kepada masyarakat yang telah ku ajarkan!”
Sangkuriang : “Baik bapak. Saya akan berpetualang untuk membantu masyarakat.”
Guru : “Pesanku janganlah kau berjalan ke arah selatan.”
Sangkuriang : “Kenapa saya tidak boleh berjalan ke arah selatan bapak guru?”
Guru : “Sudahlah turuti saja nasihatku. Supaya kau tidak ditimpa nasib yang sial.”
Sangkuriang : “Saya akan mengingat pesan bapak guru.”
Ia segera meninggalkan gurunya, dan pergi mengembara. Suatu ketika ia berkelahi dengan raja
jin dan ia berhasil mengalahkan jin tersebut, sehingga jin tunduk kepadanya. Seperti yang di
katakan gurunya, bahwa harus berjalan ke arah utara namun sangkuriang berjalan ke arah
selatan. Ia lupa dengan perkataan gurunya. Dan ia melihat seorang Gadis, langsung deh kenalan.
Sangkuriang : “Siapa namamu nona?”
Dayang Sumbi : “Nama saya dayang sumbi tuan. Dan siapa nama Tuan?”
Sangkuriang : “Nama saya Jaka Galih. Bolehkah saya mengantarkan nona pulang?”
Dayang Sumbi : “Tentu saja tuan.”Sangkuriang : “Apakah itu rumahmu?”
Dayang Sumbi : “Ia tuan. Itu ramah saya.”
Sangkuriang : “Kalau begitu saya mohon pamit nona.”
Dayang Sumbi : “Tapi hari sudah gelap. Apa tidak sebaiknya kamu menginap di rumah ku aja?”
Sangkuriang : “Baiklah. Jika itu pintamu.