Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Pendamping :
dr.Muhammad Al Asyhar
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya
Dokter Pendamping
2
Berita Acara Presentasi Portofolio
Pada hari ini hari Rabu tanggal 26 April 2017 telah dipresentasikan portofolio oleh:
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
3
Topik : Hernia Inguinalis Lateralis
Tempat Presentasi :
Ruang Dokter RSUD Karanganyar
Obyektif Presentasi :
Deskripsi : Laki- laki, usia 30 tahun, datang dengan keluhan munculnya benjolan di
buah zakar kanan sejak 3 bulan sebelu masuk RS.
Tujuan : Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Hernia Ingunalis Lateralis
Reponibel dalam kompetensi dokter umum.
Bahan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Bahasan :
Cara Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos
Membahas :
Data Pasien : Nama : Tn. MH Nomor Registrasi :00-37-82-**
Hasil Pembelajaran :
1. Mendiagnosis Hernia Inguinalis Lateralis Reponible sesuai kompetensi sebagai dokter
umum.
2. Mewasapadai pasien dengan keluhan munculnya benjolan di bagian lipat paha.
3. Tatalaksana kegawatdaruratan pada pasien yang datang dengan keluhan munculnya benjolan
di bagian lipat paha.
4. Mediagnosis penyebab munculnya benjolan di bagian lipat paha baik ringan, sedang, maupun
berat
5. Mengetahui mekanisme/patofisiologi dari Hernia Inguinalis Lateralis Reponible
7. Tatalaksana Hernia Inguinalis Lateralis Reponible dalam kompetensi dokter umum
8. Edukasi tentang penyakit yang diderita pasien dan motivasi pasien beserta keluarga
5
pada saat Os dalam posisi tidur. Os mengaku tidak ada rasa nyeri yang muncul. Tetapi lama-
kelamaan benjolan menjadi sering muncul dan semakin susah untuk masuk sendiri walaupun
dalam posisi tidur. Benjolan baru bisa masuk apabila di dorong dengan menggunakan tangan
ke atas. Dan benjolan yang terutama dirasakan semakin lama semakin membesar di daerah
lipat paha kanan terutama di skrotum kanan ini, mulai dirasakan nyeri. Tetapi keluhan adanya
mual dan muntah disangkal oleh pasien. Keluhan diare disangkal. Pasien masih bisa kentut.
Keluhan adanya demam juga disangkal oleh pasien.
2. Objektif
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)
Tekanan Darah : 120/ 80 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Nafas : 20 x/menit tipe abdominothorakal
Suhu : 36 ºC
Pemeriksaan Fisik :
Kepala, leher : Normocephali, pupil isokor 3mm/3mm, reflex cahaya langsung/tidak
langsung +/+, konjunctiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, palpebra edema -/-, otorea -/-,
rinorhea -/-
Thorax : Tidak ada deformitas. Simetri kanan dan kiri
Jantung : BJ I/II regular, gallop (-), murmur (-)
Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/- ,wheezing -/-
Abdomen : Datar, bising usus (+) 3x/menit, timpani (+), supel, organomegali (-), nyeri tekan
(-)
Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas (+), edema (-).
Status Lokalis:
Regio Inguinalis Dekstra:
Benjolan (+) diameter ± 10 cm, permukaan kulit seperti warna sekitarnya, hiperemis (-),
konsistensi kenyal, bising usus (+), teraba panas (-).
6
Pemeriksaan
penunjang :
Laboratorium 2
Maret 2017 :
8
Nyeri yang disertai mual atau muntah, aflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi
inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren dan bisa menyebabkan
gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pasien dengan hernia indirect
mengeluh sensasi “terbakar” akibat tarikan kantung peritoneal. Pada hernia inkarserata yang
sudah kronis, biasanya isi hernia adalah omentum, tidak akan menimbulkan perasaan tidak
nyaman (discomfort). Dan keluhan yang terdapat pada pasien berupa munculnya benjolan
terutama saat mengangkat beban berat dan mengedan dan masih dapat didorong masuk yang
termasuk kedalam Hernia Reponibel. Selain itu juga didapatkan keluhan nyeri dan tidak
nyaman pada pasien. Dan pada pasien tidak didapatkan keluhan-keluhan yang menandakan
adanya inkarserasi dan strangulasi.
Dan pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan di daerah inguinal tepatnya di
scrotum, batas atas tidak tegas, terdengar bising usus (+) dan transiluminasi (-) yang
menunjang kearah terjadinya hernia dengan kemungkinan isi dari hernia adalah usus.
4. “Plan”
Diagnosis :
Klinis : Hernia Inguinalis Lateralis Reponibel Dekstra
Topis : Skrotum Dekstra
Etiologi : Peningkatan tekanan intraabdominal
Pengobatan :
Prinsip-prinsip umum penatalaksanaan Hernia Inguinalis Lateralis Reponibel Dekstra adalah:
Monitor keadaan umum, tekanan darah, pernapasan, nadi, dan pemeriksaan fisik yang
mengarah kearah terjadinya hernia strangilata atau inkarserasi (perburukan).
Apabila isi hernia masih dapat direposisi, dilakukan reposisi dan dilakukan pemakaian
penyangga untuk mempertahankan posisi hernia yang telah direponibel.
Jika dalam waktu 6 jam isi hernia tidak dapat direposisi maka dilakukan tindakan operatif.
Pemasangan akses vena untuk pemberian obat, serta pengaturan cairan dan pemasangan
DC untuk persiapan operasi.
Dilakukan persiapan operasi pada pasien, termasuk konsul ke dokter spesialis bedah dan
dokter spesialis anestesi.
Nutrisi yang adekuat.
Medikamentosa
Di IGD:
Inj Ceftriaxon 2 x 1 gram
9
Inj Ketorolac 2 x 1 ampul
Inj Omeprazole 2 x 1 vial
Non Medikamentosa:
Rawat ruang biasa
Monitor
Pendidikan : Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien,
serta perjalanan penyakit. Edukasi tentang pencegahan kekambuhan, aktivitas yang boleh
dilakukan, tatalaksana, risiko terbaik dan terburuk dalam penanganan pasien.
Konsultasi : Dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan spesialis bedah untuk
mendapatkan penatalaksanaan lebih lanjut.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Hernia adalah penonjolan jaringan atau organ suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah (lokus minoris) yang normalnya tidak dapat dilewati, keluar ke bawah kulit atau masuk
rongga lainnya yang terjadi secara kongenital atau akuisita.
Anatomi
10
Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut,
tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada didalam
muskulus kremaster terletak anteromedial terhadap vas diferens dan struktur lain dalam tali
sperma.
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke
depan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale dibagian
inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian lateral dan tepi otot rektus dibagian medial.
Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga
daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui
kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin
hernia longgar.
Klasifikasi
1. Menurut kejadiannya :
a. Hernia kongenital
- Sempurna:
o Hernia terjadi sejak lahir, proses terjadi di dalam intrauterine. Misalnya, hernia umbilikalis
fetalis, hernia epigastrika.
- Tidak sempurna
o Pada waktu lahir kelainan belum tampak, tapi sudah ada predisposisi terjadinya hernia.
11
o Kelainan ini dapat terjadi pada 1-2 minggu setelah lahir, dapat pula setelah berumur
beberapa tahun.
b. Hernia akuisita
o Terjadi pada keadaan (faktor pencetus terjadinya hernia), misal: batuk kronis, prostat
hipertrofi, sering partus, ascites, vesicolitiasis, orang tua.
- Konstitusi tubuh
o Misalnya: kurus, lemah, kakhesi (keadaan kurus disertai lemah dan anemis serta berat
badan turun drastis, seperti pada penderita tumor ganas) akan memudahkan.
o Dibawah fascia transversa banyak terdapat lemak, sehingga mendesak fascia transversa.
Akibatnya fascia menjadi lemah sehingga lemak akan keluar dan terjadi hernia adiposa.
o Bila hal ini terjadi terus-menerus, peritoneum akan tertarik keluar juga, misalnya hernia
epigastrika.
- Distensi dinding perut, karena macam-macam penyebab, misalnya: ascites, partus, dan lain-
lain.
- Sikatriks:
- Penyakit yang melemahkan otot-otot dinding perut, misalnya: poliomyelitis anterior acuta
(memudahkan terjadinya Locus minoris resistensia)
2. Menurut letaknya :
12
- Isi hernia berasal dari cavitas abdominalis dan atau cavitas pelvicum melalui LMR keluar
sampai subkutis.
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis
(lateralis / internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis dan dapat
melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai di scrotum.
a. Kongenital. Pada annulus inguinalis lateralis / internus. Hal ini sesuai dengan embriologik
turunnya testis dari cavum abdominalis ke scrotum melalui canalis inguinalis. Pada keadaan
ini terjadi kegagalan obliterasi proccesus Vaginalis peritonii.
b. Akuisital. Bagian lateral dari fovea inguinalis lateralis dimana ductus deferens dan vasa
spermatica berlalu di tempat itu. Hernia inguinalis lateralis disebut hernia scrotalis, bila isi
hernia berlanjut ke scrotum.
c. Pada wanita, Locus Minoris Resistent terletak di canalis inguinalis. Canalis inguinalis
tersebut berisi ligamentum yang menyangga uterus (ligamentum rotundum) dan hernia
muncul sebagai jaringan penghubung uterus yang bersinggungan dengan jaringan yang
mengelilingi tulang pubis. Canalis ini lebih dikenal dengan nama canalis Nuck.
Pada kasus hernia labialis harus dicari kemungkinan pseudohermafroditisme female, yaitu
fenotip wanita dan genotip laki-laki. Timbulnya fenotif wanita tersebut terdapat testis yang
membentuk estrogen untuk beberapa lamanya. Kurang lebih 70-80% female hermafroditisme
ini mempunyai H.Inguinalis yang isinya testis. Pada bayi atau anak-anak dengan hernia
inguinalis lateralis, kurang dari 1/1000 merupakan pseudohermafrodite.
Hernia inguinalis medialis merupakan hernia yang berjalan melalui dinding inguinal
belakang, medial dari vasa epigastrica inferior ke daerah yang dibatasi oleh trigonum
Hasselbachii.
13
Locus Minoris Resistent. Trigonum Hasselbachii (pada fovea inguinalis medialis), sebelah
dorsal dari annulus inguinalis medialis.
Hernia ini biasanya hanya mendesak trigonum Hasselbachii dan sampai pada annulus
inguinalis externus di bawah kulit dan tidak sampai pada scrotum. Jadi trigonum masih utuh.
o Hernia Pantalon
o Hernia femoralis
Merupakan hernia yang berjalan melalui annulus femoralis dan canalis femoralis menuju
fascia iliopectinea, dan tiba di bawah kulit pada fosca ovalis, melewati lamina criosa.
Locus Minorus Resistent berada di Fascia tranversa yang menutupi annulus femoralis yang
disebut : Septum Cloquetti. Bangunan antara annulus femoralis dan lamina cribosa (pada
fosca ovalis) berbentuk canal dan disebut canalis femoralis.
LMR bisa berupa fascia, aponeurosis, muskulus, tapi tidak berupa lobang, kecuali pada
hernia inguinalis lateralis (karena sebagian besar bersifat kongenital).
Wanita lebih sering mengalami hernia femoralis karena pada canalis femoralis, pembukaan
dari canalis inguinalis dimana arteri femoralis, vena dan syaraf melewati canalis tersebut.
Selain itu wanita sering partus sehingga tekanan intraabdominal meningkat dan anulus
femoralis menjadi lemah.
Bentuk pelvis wanita yang lebih horisontal sehingga tekanan pada ligamentum
inguinalenya menjadi lebih besar sehingga mudah kendor yang akan menyebabkan anulus
femoralisnya menjadi lebih lemah.
14
Bila melanjut, bisa sampai diatas lipat paha bila isinya bukan usus (misal : omentum atau
pre pritoneal fat) karena bila isinya usus biasanya mudah mengalami incarserata meskipun
kecil, karena pintu annulus femoralis adalah kecil.
o Hernia umbilikalis
o Hernia epigastrika
Locus minoris resistantnya adalah linea alba antara procesus xypoideus dan umbilicus.
Biasanya terdapat pada orang gemuk.
Hernia ini mula-mula hanya sebagai tonjolan lemak sehingga lebih merupakan hernia
adiposa yang terletak di epigastrika. Keadaan ini disebut juga hernia epigastrika spuria (tidak
berkantong).
Lemak tersebut keluar melalui foramen kecil pada linea kecil pada linea alba yang dilalui
oleh vasa darah. Bila keadaan berlanjut, maka lemak preperitoneal akan ikut tertarik dan akan
menarik peritoneum pula sehingga terbentuk kantong hernia. Inilah hernia yang murni,
disebut hernia epigastrica vera.
Kebanyakan membutuhkan operasi dini saat hernia masih kecil karena nyeri.
o Henia lumbalis
Hernia ini mempunyai insidensi rendah dan biasanya tidak pernah menjadi hernia
ireponibilis, banyak ditemukan pada orang tua post nefraktomi.
15
o Hernia obturatoria
Foramen obturatoria ditutup oleh membrane obturatoria dan sulcus obtorius dapat
terbentuk canalis obturius (locus minoris resistant)
Pintu hernia mulai dari foramen obturatorium masuk canalis obturatoria dan keluar dari
rongga pelvis menuju dorsal dari m.gracillis setinggi percabangan a.femoralis yang memberi
cabang rr.perinealis a.femoralis
Kelainan ini sulit dikenali karena keluhan sangat umum, yaitu nyeri di bagian medial
kanan atas sehingga orang tidak mengira merupakan gejala hernia.
Setelah beberapa hari sudah mulai ada gejala ileus sampai disini masih sulit ditentukan
diagnosisnya, karena ileus dan nyeri median atas paha tidaklah hanya merupakan gejala
hernia obturatoria karena itu adanya ileus sebagai prediagnosis dan preoperatif mendorong
dilakukannya laparatomi eksploratif. Barulah kelainan tersebut ditemukan dalam eksplorasi
karena ada bagian usus yang terjepit di foramen obturatorium.
o Hernia semilunaris
Locus minoris resistant terletak pada sudut dimana linea semicircularis dengan linea
semilunaris bertemu.
Pada titik tersebut serabut aponeurosis transverses abdominis dari sarung rectus posterior
membeluok menjadi sarang rectus anterior.
o Hernia perinealis
Hernia keluar dari rongga pelvis dengan LMR nya pada diafragma pelvis dan diafragma
perinealis yang dibentuk oleh serabut m.levator ani.
16
Dikenal dua macam:
Terletak di depan, diantara serabut m.levator ani sebagai pintu hernia ke subcutan pada
perineum.
Terletak di belakang, diantara serabut m.levator ani. Tidak keluar ke subcutan tetapi masuk
fossa ischiorectalis.
o Hernia ischiadica
Pintu hernia terletak setinggi percabangan plexus nn.sacralis yang waktu keluar melalui
foramen ischiadicum yang terpisah oleh m. piriformis menjadi foramen supra dan infra
piriformis. Jadi hernia keluar melalui foramen suprapiriformis (disebut hernia glutealis
inferior).
Jadi pada hernia ischiadica buka berarti hernianya bercabang jadi dua, tetapi pintu pada
foramen ischiadicum setinggi percabangan plexus sacralis.
- Isi hernia dari cavum abdominalis masuk rongga lain, misalnya ke rongga thorax, atau tetap
di rongga abdomen yaitu tersembunyi di dalam recessus ileocecalis, recessus
rectosigmoideus, recessus rectoduodenojejunalis dan mesentrium.
- Jadi hernia terjadi antara organ perut yang retro dan intra peritoneal.
o Hernia mesentrica
17
o Hernia retroperitonealis
Hernia paraduodenalis
o Hernia diafragmatica
Hernia akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam rongga thorax melalui suatu pintu pada
diafragma. Menurut sebabnya dibagi menjadi:
- hernia adipose
- hernia incisionalis
- hernia cicatricalis
a. Hernia insipidus/iminen:
Hernia yang terjadi pada tahap awal, locus minoris resistensia belum berlubang/menonjol
tetapi isi hernia sudah mendesak.
b. Hernia manifest
Hernia yang telah nyata terbentuk, dimana isi hernia sudah keluar di dalam kantong hernia.
18
5. Hernia dengan bentuk khusus:
a. Hernia Richter
- Sebagian dinding usus menonjol, sedangkan sebagian besar usus di luar kantong hernia dan
lumen tetap terbuka, sehingga pasase makanan belum mengalami gangguan.
- Biasanya terjadi pada hernia femoralis dimana isi hernia sudah keluar sedikit melalui
annulus femoralis.
b. Hernia littre
- Sedikit berbeda dengan hernia richter dimana terjadinya hernia berkaitan dengan adanya
kelainan embriologik, yaitu diverticulum Mackell yang tetap ada dan jumlahnya banyak.
c. Hernia slidding
- merupakan jenis hernia dimana seakan hernia meluncur ke bawah dan pada stadium akhir
organ tersebut akan membentuk dinding posterior kantong hernia
d. Hernia interstitialis
- Hernia yang terjadi karena kesalahan reposisi hernia reponibel, dimana reposisi kurang hati-
hati sehingga waktu memasukkan usus/isi hernia tidak masuk ke rongga abdomen tetapi
masuk ke celah antara jaringan atau jaringan interstitial.
- Apabila pembuluh darah dinding usus pecah maka terjadi perdarahan sehingga terjadi
rupture isi hernia.
e. Hernia pantalon
- Keadaan dimana terdapat hernia inguinalis lateralis bersama-sama dengan hernia medialis
pada satu sisi.
f. Hernia Spiegel
- Hernia yang terjadi di linea semilunaris pada atau di bawah linea semilunaris, namun dari
atas tempat vasa epigastrium inferior menyilangi tepi lateral m.Rectus Abdominis.
19
g. Hernia permagna
6. Letak penonjolan
Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka
cukup lebar. Faktor yang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan didalam rongga perut, kelemahan otot dinding perut karena usia,
aktivitas, obesitas, keadaan-keadaan penyakit tertentu (asites, batuk menahun), kehamilan
dan adanya massa abdomen yang besar.
Patofisiologi
a. Hernia Inguialis
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat.
Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada pria ketimbang pada wanita.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka
cukup lebar tersebut.
Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis,
yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus adominis
20
yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversa
yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Dan
adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus
vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. Tidak
sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada anak dengan
hernia unilateral dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral lebih dari separo,
sedangkan insidens hernia tidak melebihi 20%. Umumnya disimpulkan bahwa adanya
prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tetapi
diperlukan faktor lain seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi, dan asites sering disertai hernia inguinalis.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut
kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan
lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan
lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke
dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan
n.ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis
lateralis mencapai skrotum disebut hernia skrotalis.
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis
(lateralis / internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis dan dapat
melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai di scrotum.
Locus Minnoris Resistentiae hernia inguinalis lateralis congenital adalah pada annulus
inguinalis lateralis / internus. Hal ini sesuai dengan embriologik turunnya testis dari cavum
21
abdominalis ke scrotum melalui canalis inguinalis. Pada keadaan ini terjadi kegagalan
obliterasi proc.Vaginalis peritonii. Sedangkan pada yang akuisital adalah bagian lateral dari
fovea inguinalis lateralis dimana ductus deferens dan vasa spermatica berlalu di tempat itu.
Pada wanita, Locus Minoris Resistent terletak di canalis inguinalis. Canalis inguinalis
tersebut berisi ligamentum yang menyangga uterus (ligamentum rotundum) dan hernia
muncul sebagai jaringan penghubung uterus yang bersinggungan dengan jaringan yang
mengelilingi tulang pubis. Canalis ini lebih dikenal dengan nama canalis Nuck.
Pada kasus hernia labialis harus dicari kemungkinan pseudohermafroditisme female, yaitu
fenotip wanita dan genotip laki-laki. Timbulnya fenotif wanita tersebut terdapat testis yang
membentuk estrogen untuk beberapa lamanya. Kurang lebih 70-80% female hermafroditisme
ini mempunyai H.Inguinalis yang isinya testis. Pada bayi atau anak-anak dengan hernia
inguinalis lateralis, kurang dari 1/1000 merupakan pseudohermafrodite.
Hernia inguinalis medialis merupakan hernia yang berjalan melalui dinding inguinal
belakang, medial dari vasa epigastrica inferior ke daerah yang dibatasi oleh trigonum
Hasselbachii. Locus Minoris Resistentiaenya Trigonum Hasselbachii (pada fovea inguinalis
medialis), sebelah dorsal dari annulus inguinalis medialis. Hernia ini biasanya hanya
mendesak trigonum Hasselbachii dan sampai pada annulus inguinalis externus di bawah kulit
dan tidak sampai pada scrotum. Jadi trigonum masih utuh.
b. Hernia Femoralis
Hernia femoralis umumnya dijumpai pada wanita tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4
kali laki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen seperti mengangkat barang atau
batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering penderita datang ke dokter atau
rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di
lipat paha di bawah ligamentum inguinale di medial v.femoralis dan lateral tuberkulum
pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di
lipat paha tidak ditemukan, karena kecilnya atau karena penderita gemuk.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya isi hernia masuk ke dalam
kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan v.femoralis sepanjang kurang lebih 2
cm dan keluar pada vosa ovalis di lipat paha.
22
Secara patofisiologi peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak preperitoneal
ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor
penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas, dan degenerasi jaringan ikat karena
usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi pada hernia
inguinalis terutama yang memakai teknik Bassini atau Shouldice yang menyebabkan fasia
transversa dan ligamentum inguinale lebih tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis
femoralis lebih luas.
Hernia femoralis merupakan hernia yang berjalan melalui annulus femoralis dan canalis
femoralis menuju fascia iliopectinea, dan tiba di bawah kulit pada fosca ovalis, melewati
lamina criosa. Locus Minorus Resistentiae berada di Fascia tranversa yang menutupi annulus
femoralis yang disebut Septum Cloquetti. Bangunan antara annulus femoralis dan lamina
cribosa (pada fosca ovalis) berbentuk canal dan disebut canalis femoralis. LMR bisa berupa
fascia, aponeurosis, muskulus, tapi tidak berupa lobang, kecuali pada hernia inguinalis
lateralis (karena sebagian besar bersifat kongenital.
Pada canalis femoralis, pembukaan dari canalis inguinalis dimana arteri femoralis, vena
dan syaraf melewati canalis tersebut.
Selain itu wamita sering partus sehingga tekanan intraabdominal meningkat dan anulus
femoralis menjadi lemah.
Bentuk pelvis wanita yang lebih horisontal sehingga tekanan pada ligamentum
inguinalenya menjadi lebih besar sehingga mudah kendor yang akan menyebabkan anulus
femoralisnya menjadi lebih lemah.
c. Hernia Umbilikalis
Dalam keadaan normal pertumbuhan janin intra uterina, terjadi perputaran usus menuju posisi
viscera seperti orang dewasa. Dalam proses tersebut usus sempat menonjol ke umbilicus
mulai minggu ke 6 dan berbalik lagi pada minggu ke 10 - 12, tumbuh dan menyelesaikan
rotasinya. Kegagalan viscera untuk kembali secara lengkap ke rongga abdomen
23
menyebabkan dinding ventral perut fetus tak terbentuk. Hal ini disebabkan rongga abdomen
tak cukup besar untuk menampung viscera-viscera yang menonjol ke umbilicus (ketidak
sesuaian volume usus dan volume abdomen). Pada bayi dengan omphalocele, viscera yang
terletak pada umbilicus tak dilapisi kulit namun hanya dilapisi membran tralusen yang terdiri
atas membran amnion tak dilapisi peritoneum. Yang dikawatirkan adalah karena udara
(terkena udara) maka membran tersebut cepat kering, terjadi nekrosis sehingga
membahayakan penderita. Karenanya perlu segera dilakukan tindakan operatif dengan cara
sebagian usus dipotong dan dinding usus dirapatkan.
a. Kongenital tak sempurna : Sejak lahir anak telah mempunyai umbilicus yang menonjol
(LMR telah ada sejak lahir).
b. Akuisital : Perawatan tali pusat yang kurang baik. Kesalahan pemotongan tali pusat,
sehingga timbul infeksi dan akibatnya apponcurosis or linea alba yang melalui umbilicus
berlubang.
Dengan defek di atas dan dicetuskan oleh tekanan intra abdominal yang meninggi (menangis,
batuk, mengejan) maka terjadi hernia. Biasanya terjadi beberapa hari setelah lahir, sampai
usia 1 - 2 tahun.
Paling banyak dijumpai pada usia pertengahan,wanita yang sering partus atau wanita
gemuk ( apponeurosis sekitar umbilicus menjadi kendor / renggang ).
Meskipun tekanan intra abdominal yang meninggi merupakan faktor terjadinya hernia ini,
namun keadaan biologik yang patut ini (untuk di tekankan) adalah adanya defek kecil
persistent sejak lahir. Umbilicus yang normal tidak akan ,mengalami hernia. Biasanya defek
kecil ini hanya berisis omentum yang tidak tampak. Faktor presipitasi yang ada akan
mendorong omentum kedalam defek dan selanjutnya diikuti oleh colon transversum sebagai
viscera pertama.
Tindakan :
24
Operatif dan dilakukan reposisi untuk menutup defek yang ada. Yang digunakan adalah
MAYO. LMR pada Annulus umbilicalis, pada perpotongan dengan linea alba.
d. Hernia Epigastrika
Locus minoris resistantnya adalah linea alba antara procesus xypoideus dan umbilicus.
Biasanya terdapat pada orang gemuk. Hernia ini mula-mula hanya sebagai tonjolan lemak
sehingga lebih merupakan hernia adiposa yang terletak di epigastrika. Keadaan ini disebut
juga hernia epigastrika spuria (tidak berkantong). Lemak tersebut keluar melalui foramen
kecil pada linea kecil pada linea alba yang dilalui oleh vasa darah. Bila keadaan berlanjut,
maka lemak preperitoneal akan ikut tertarik dan akan menarik peritoneum pula sehingga
terbentuk kantong hernia. Inilah hernia yang murni, disebut hernia epigastrica vera.
Kebanyakan membutuhkan operasi dini saat hernia masih kecil karena nyeri.
e. Hernia Obturatoria
Foramen obturatoria ditutup oleh membrane obturatoria dan sulcus obtorius dapat terbentuk
canalis obturius (locus minoris resistant). Pintu hernia mulai dari foramen obturatorium
masuk canalis obturatoria dan keluar dari rongga pelvis menuju dorsal dari m.gracillis
setinggi percabangan a.femoralis yang memberi cabang rr.perinealis a.femoralis.
f. Hernia Diafragmatica
Hernia akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam rongga thorax melalui suatu pintu pada
diafragma. Menurut sebabnya dibagi menjadi:
Merupakan hernia akuisital, karena pukulan, tembakan, tusukan yang dapat menyebabkan
diafragma menjadi lemah atau berlubang. Sehingga isi rongga abdomen menuju rongga
25
thorax. Bisa juga karena abses hepar yang meluas kebawah diafragma (abses Subphrenicus )
sehingga bagian diafragma disitu menjadi lemah dan menjadi LMR. Sebagian besar hernia
(70 % ini terjadi di bagian kiri, karena di bagian kanan terdapat hepar). Pada hernia
diafragmatica yang disebabkan adanya abses hepar pada umumnya terdapat fistula dengan
bronchus lobus bawah. Hal ini disebabkan oleh permukaan diafragma dari lobus bagian
bawah menjadi lengket jauh sebelum terjadi perforasi.
a. Kongenital
Yang sering terjadi adalah tidak menutupnya diafragma secara sempurna selama pertumbuhan
janin, sehingga usus bisa masuk kerongga thorax.
Enam kali lebih sering terjadi pada bagian sebelah kiri. Locus Minoris Resistent di foramen
bochdalek. Foramen bochdalek merupakan celah yang terbentuk oleh serabut-serabut
diafragma yang saling bersimpangan, yaitu pars lumbalis dan pars cotalis diafragma.
Akibatnya menjadi hubungan bebas kedua organ tanpa kantong hernia (baik peritoneum
maupun leural). Dengan demikian thorax dipenuhi oleh viscera abdomen dan tidak hanya
terjadi colaps pilmo homolateral tetapi juga terjadi pergeseran jantung dan struktur
mediastinal kesisi yang berlawanan. Dan dengan demikian menekan pulmo yang berlawanan
pula. Keadaan ini cukup gawat dan perlu koreksi segera.
Locus Minoris Resistent di foramen morgagni. Foramen Morgagni merupakan celah antara
perlekatan diafragma pada costa dan sternum dimana bisa dilalui oleh vasa epigastrica
superior. Disebabkan pertumbuhan otot yang kurang di sekitar foramen morgagni. Pada
infant terbentuk kantong peritoneum yang berisi hepar atau usus. Bila terjadi pada orang
dewasa, selain disebabkan karena foramen morgagni yang cukup besar juga dikarenakan
faktor-faktor predisposisi lainnya. Isi hernia umumnya lemak pre peritoneal.
26
Terletak disebelah lateral arcus lumbocostalis. Bisa hanya merupakan celah kecil dimana
pleura langsung berhubungan dengan lemak pre peritoneal dari dekat kutub superior ginjal.
Bila segmen tak terbentuk sama sekali (congenital absent) terdapat kantong yang merupakan
kombinasi pleura dan peritoneum. Yang lebih sering terjadi: celah terletak jauh ke belakang
sehingga organ peritoneal mendesak masuk rongga thorax dengan kantong hanya terdiri dari
pleura.
b. Akuisital
Sebetulnya kurang tepat menggolongkan hernia ini pada jenis akuisital, karena untuk
terbentuknya kadang ada faktor kongenital, yaitu : hiatus terlalu besar (lebar) dan oesophagus
terlalu pendek bila oesophagus terlalu pendek (kongenital) maka ketika lahir telah dijumpai
bagian atas ventriculus yang berada di mediastinum posterior. Namun oesophagus pendek
dapat juga terjadi secara akuisital, misal akibat kontraktur (jaringan parut akibat oesophagus
peptic).
Locus Minoris Resistent didekat hiatus oesophagus. Dalam keadaan demikian maka isi hernia
adalah oesophagustratic junction yang tertarik keatas. Sedang bila hernia terjadi karena hiatus
terlalu besar (lebar) hernia timbul secara perlahan, tergantung ukuran hiatus dan kekuatan
otot yang membatasi hiatus. Dalam hal ini maka kantong peritoneum beserta fundus lambung
akan mendesak ke hiatus oleh tekanan abdomen dan thorax yang berbeda. Biasanya
oesophagastrik juntion pada keadaan ini terletak normal di bawah diafragma.
Dalam keadaan normal oesophagus dan ventriculus membentuk sudut yang runcing sehingga
tidak memungkinkan terjadinya reflux. Namun kadang – kadang terdapat kelainan dimana
sudut tersebut tidak runcing sehingga ada kemungkinan terjadi reflux.Sehingga cardia bisa
masuk ke rongga thorax melalui hiatus.Hernia yang demikian disebut hernia oesophagus tipe
sliding (sudut oesophagus dan ventriculus tumpul). Ini lain dengan sliding hernia.
- Terjadi reflux
27
- Rasa seperti gejala – gejala radang oesophagus
- Hernia oesophagus kadang dapat terjadi melalui tempat yang lemah. Pada keadaan ini sudut
yang terbentuk normal, namun karena suatu sebab terdapat defek disamping hiatus. Akibat
cardia masuk melalui defek tadi.
Gejala Klinis
Dari anamnesis dapat ditanyakan gejala dan keluhan hernia. Umumnya pasien mengatakan
turun berok, burut, atau kelingsir, atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan atau
kemaluan. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan dilipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan, dan menghilang waktu
berbaring sedangkan pada hernia strangulasi dan inkarserata maka benjolan bersifat
irreponible. Hernia yang kecil menyebabkan penderita merasa tidak nyaman (discomfort)
sering terjadi pada saat bekerja dan berdiri. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada biasanya
dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral karena regangan
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri
yang disertai mual atau muntah, aflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren dan bisa menyebabkan gejala ileus,
yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pasien dengan hernia indirect mengeluh sensasi
“terbakar” akibat tarikan kantung peritoneal. Pada hernia inkarserata yang sudah kronis,
biasanya isi hernia adalah omentum, tidak akan menimbulkan perasaan tidak nyaman
(discomfort).
Gejala dan tanda hernia berkaitan erat dengan letak dan isi hernia, sedangkan keluhan yang
timbul tergantung macam hernia, misalnya:
Ditanyakan yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intra abdominal yaitu, anak sering
menangis, mengejan, dan batuk, sedangkan yang berkaitan dengan phimosis ditanyakan
kencing lancar atau tidak.
28
Ditanyakan yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intra abdominal yaitu pekerjaan,
aktivitas, penyakit kronis yang diderita (misalnya: batuk kronis, prostat hipertrofi,
vasikulolitiasis, multiparitas).
- Hernia Femoralis
Ditanyakan benjolan pada paha dan biasaya diderita oleh wanita, jika isinya kandung kemih
akan menimbulkan frekuensi, urgensi, disuria terminal dan hematuria.
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi. Pasien diperiksa dalam keadaan
berdiri dan diminta untuk mengejan. Pada saat pasien mengedan dapat dilihat hernia
inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral
atas ke medial bawah. Ini juga dilakukan untuk membedakan dengan limfadenopati. Benjolan
yang terlihat di atas lipat paha menunjukkan hernia inguinalis, sedang di bawah lipat paha
menunjukkan hernia femoralis. Pada hernia yang telah terjadi incarserata atau strangulasi
maka disekitar hernia akan terlihat eritema dan oedema.
b. Auskultasi
29
Auskultasi pada hernia ditentukan oleh isi dari hernia, jika isi dari hernia adalah usus maka
akan terdengar peristaltik usus. Sedangkan jika isi hernia omentum tidak akan terdengar apa-
apa.
c. Palpasi
Pada palpasi akan teraba benjolan berbatas tegas, bisa lunak atau kenyal tergantung dari isi
hernia tersebut. Untuk membedakan hernia inguinalis lateralis dan medialis dapat digunakan
3 cara:
- Finger test
Untuk palpasi menggunakan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak dapat teraba isi dari
kantong hernia, misalnya usus atau omentum (seperti karet). Dari skrotum maka jari telunjuk
ke arah lateral dari tuberkulum pubicum, mengikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus
inguinalis internus. Dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum
melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau
tidak. Pada keadaan normal jari tidak bisa masuk. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada
waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Bila hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis, dan bila hernia menyentuh samping
ujung jari berarti hernia inguinalis medialis.
- Siemen test
Dilakukan dengan meletakkan 3 jari di tengah-tengah SIAS dengan tuberculum pubicum dan
palpasi dilakukan di garis tengah, sedang untuk bagian medialis dilakukan dengan jari
telunjuk melalui skrotum. Kemudian pasien diminta mengejan dan dilihat benjolan timbal di
annulus inguinalis lateralis atau annulus inguinalis medialis dan annulus inguinalis femoralis.
- Tumb test
Sama seperti siemen test, hanya saja yang diletakkan di annulus inguinalis lateralis, annulus
inguinalis medialis, dan annulus inguinalis femoralis adalah ibu jari.
- Pada anak kecil pada saat palpasi dari corda maka akan teraba corda yang menebal, saat
mengejan, yang mudah dilakukan dengan menggelitik anak. Maka akan teraba seperti benang
sutra yang dikumpulkan (silk sign).
- Diapanoskopi
30
Untuk melihat apakah ada cairan atau tidak, dilakukan untuk membedakan dengan hidrocele
testis. Caranya dengan menyinari scrotum dengan senter yang diletakkan di belakang
scrotum. Pada pemeriksaan transluminasi didapatkan hasil negatif karena hernia berisi usus,
omentum atau organ lainnya, bukan cairan.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang foto roentgen biasanya tidak diperlukan untuk mendiagnosis hernia.
Rontgen hanya diperlukan untuk hernia interna, misalnya hernia diafragmatica. Sedangkan
USG bisa digunakan untuk menyingkirkan diagnosis massa yang berada di dalam dinding
abdomen atau untuk menyingkirkan diagnosis bengkaknya testis.
Jika dicurigai adanya hernia strangulata, maka bisa dilakukan pemeriksaan radiologik berupa:
Foto rontgen dada untuk menyingkirkan adanya gambaran udara bebas (sangat jarang
terjadi).
Diagnosis
Diagnosa hernia dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, gejala klinis
maupun pemeriksaan khusus.
a. Anamnesis
Timbul benjolan di lipat paha yang hilang timbul. Pada keadaan lanjut dapat menetap
(irreponible), kecuali pada hernia inguinalis medialis tidak terjadi irreponibilis.
Benjolan dapat hilang jika pasien tiduran atau dimasukkan dengan tangan (manual).
31
Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada herinia inkarserata.
b. Pemeriksaan Fisik
Benjolan pada lipat paha atau scrotum dengan batas atas tidak jelas, bising usus (+),
transiluminasi (-).
HIL :
o Jika dapat dimasukkan kemudian pasien disuruh valsava dengan tangan di cincin eksternus
teraba tekanan pada ujung jari, jalan keluar hernia tertutup (finger test)
HIM :
o Jika dimasukkan kemudian pasien disuruh valsava dengan tangan di cincin eksternus teraba
tekanan pada sisi medial dan hernia timbul lagi (finger test)
Hernia femoralis :
Bila benjolan tidak tampak, pasien dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam
keadaan berdiri. Bila hernia maka akan tampak benjolan, atau pasien diminta berbaring,
bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan abdominal.
Untuk menilai keadaan cincin hernia melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral
dari tuberkulum. Ikuti funikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus. Pada
32
keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan merasakan
apakah ada masa yang menyentuh jari tangan. Bila masa tersebut menyentuh ujung jari maka
itu adalah hernia inguinalis lateralis/indirek. Sedangkan bila menyentuh sisi jari maka
diagnosisnya hernia inguinalis medialis.
Diagnosis Banding
- Hidrokel
Mempunyai batas atas tegas, iluminensi positif dan tidak dapat dimasukkan kembali. Testis
pada pasien hidrokel tidak dapat diraba. Pada hidrokel pemeriksaan
transluminasi/diapanoskopi akan memberi hasil positif.
- Limpadenopali anguinal
- Testis ektopik
- Lipoma/herniasi
- Granuloma inguinalis
- Orkitis
Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan
tindakan definitive sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri atas:
33
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritonii atau
abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia
reponibilis dengan cara memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata kecuali pada anak-anak. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi
menetap sampai terjadi reposisi. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan
vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh
cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Jika dalam 6 jam tidak ada perbaikan atau
reposisi gagal segera operasi.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kinin di daerah sekitar hernia,
yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan sehingga isi hernia
keluar dari cavum peritonii.
c. Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien dengan hernia yang masih kecil dan menolak dilakukan operasi.
Bentuk kepala sabuk seperti kepala ular. Kepala sabuk ditempatkan tepat di pintu hernia
supaya menghalangi keluarnya organ intra abdomen.
2. Operatif
- Hernia reponibilis
- Hernia irreponibilis
- Hernia strangulasi
- Hernia incarserata
- Timing Operasi
o Speed operasi dilakukan untuk hernia incarserata dengan penderita yang mengalami tanda-
tanda ileus, tetapi belum terjadi iskemi dan ganggren pada isi hernia.
Tindakan paliatif dilakukan pada pasien dengan keadaan umum yang jelek dan hernia
incarserata untuk mengatasi ileus, baru kemudian dilakukan penutupan hernia.
1. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke cavum
abdominalis.
2. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon (penebalan
antara tepi bebas m.obliquus intraabdominalis dan m.transversus abdominis yang berinsersio
di tuberculum pubicum).
3. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR hilang/tertutup dan
dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis
ada bermacam-macam menurut kebutuhannya:
35
a. Ferguson
Yaitu fuuniculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari m.obliquus eksternus dan internus
abdominis dan m.obliquus internus dan m.transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum
inguinale dan meletakkan funiculuc spermaticus di dorsal, kemudian apponeurosis
m.obliquus eksternus dijahit kembali sehingga tidak ada lagi analis inguinalis.
b. Bassini
c. Halstedt
Hernioplasty pada hernia inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara
Mc.Vay, yaitu dengan menarik m.Obliquus abdominis internal dan m.transversa abdominis
serta conjoint tendon lalu dijahitkan pada ligamentum Cowperi lewat sebelah dorsal dari
ligamentum inguinale. Sehingga dengan demikian annulus femoralis tertutup oleh m.obliquus
abdominis internus dan contjoint tendon, dan juga m.transversus abdominis.
36
Menggunakan teknik POTT. Canalis Inguinalis dibuka (membuka aponeurosis
m.abdominis eksternus) , kemudian dilakukan herniotomy, herniorapy tanpa digantung pada
contjoint tendon dan tanpa hernioplasty.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat S dan De Jong Wim, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi kedua. Jakarta:
EGC
2. Mansjoer Arif, dkk, 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid kedua. Jakarta:
Media Aesculapius
3. Faiz Omar dan Moffat David. 2008. At a Glance Anatomi. Jakarta: EMS
4. Reksoprodjo, Soelarto. 1995. Apendisitis Akut dan Apendisitis Perforasi dalam
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara.
5. Schwartz, Seymour. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
6. Bratajaya, 2000; Ilmu Bedah dan Tehnik Operasi, Catatan 1, FK UNAIR, Surabaya.
37
7. Small, V., 2008. Surgical Emergencies. In: Dolan, Brian and Holt, Lynda, ed. Accident &
Emergency Theory into Practice. Second Edition. London: Elsevier, 477-478.
38