Anda di halaman 1dari 3

Nama : Santy

NIM : 34403516118

JUJUR
Hari itu Dodi pusing bukan kepalang. Sebuah surat diterimanya, kertas putih dengan logo Tut
Wuri Handayani dan nama sekolahnya tertera sebagai kop surat. Surat yang sebenarnya
ditujukan untuk orang tuanya, tapi dengan keingintahuan yang tinggi, dibukanya surat tersebut.
Isi suratnya kali ini agak lebih keras dibanding dengan 2 surat sebelumnya yang intinya adalah
orang tua Dodi harus segera melunasi uang sekolah yang sudah tertunggak selama 4 bulan
sebesar Rp. 2 juta rupiah dalam waktu seminggu.
Sesampainya di rumah, diberikannya surat tersebut kepada orang tuanya dan benar dugaan
Dodi kalau orang tuanya memang tidak bisa mempersiapkan uang sebesar itu dan besar
kemungkinan Dodi akan dikeluarkan dari sekolah jika memang tidak bisa membayar uang
tersebut.

Dodi duduk termenung, berdoa kepada Tuhan agar keluarganya diberikan mukjizat karena
Dodi sangat ingin bersekolah dan tidak mau putus sekolah seperti kakaknya terdahulu.
Tak putus-putus Dodi berdoa memohon agar kiranya dia bisa melewati masalah yang sedang
dihadapinya.

Keesokan harinya setelah pulang sekolah, Dodi pulang melalui jalur yang tidak biasa dia lewati
karena jalan tersebut sedang diperbaiki. Meskipun agak jauh tapi karena hanya itu satu-satunya
jalan yang tersedia, maka dengan terpaksa dia berjalan. Di seperempat akhir jalan itu, Dodi
menemukan sebuah dompet hitam tergeletak di pinggir jalan. Ketika dilihat sekelilingnya tidak
ada orang lain, diambilnya dompet tersebut lalu memasukkannya ke dalam tas dan berjalan
lebih cepat dari sebelumnya.
Dengan wajah berpeluh keringat akhirnya Dodi sampai di rumah.

Saat itu rumah Dodi sedang kosong karena kedua orang tuanya dan kakaknya sedang bekerja.
Dodi memberanikan diri membuka dompet tersebut, dan alangkah terkejutnya dia ketika dia
melihat ada setumpuk uang pecahan 100 ribu di dalamnya. Dihitungnya dan mendapatkan
angka tepat Rp. 3 juta. Diperiksanya kembali dompet tersebut, dan di bagian dalamnya terdapat
sebuah kartu tanda pengenal atas nama seorang pria berdomisili sekitar 10Km dari tempat
tinggal Dodi.
Dodi galau.
" Inikah jawaban dari mukjizat yang dimintanya dalam setiap doanya ATAU ini adalah sebuah
cobaan dari Tuhan kepadanya? "
Jika hal ini terjadi kepada Anda, apa yang akan Anda lakukan jika berada dalam posisi Dodi??

PEDULI SESAMA
Sebuah kisah disampaikan Abu Khubaisy kepada murid-muridnya. Suatu hari Abdullah bin
Umar, khalifah yang terkenal sebagai pembangun Bait al Maqdis, terserang penyakit. Para
asistennya sangat mengkhawatirkan umur khalifah karena penyakitnya itu. Ternyata, Allah
SWT belum berkenan memanggil Abdullah ke haribaan-Nya. Khalifah berangsur-angsur pulih.
Setelah kondisi kesehatannya membaik, sang khalifah berkeinginan untuk menyantap ikan
panggang. Mendengar keinginan itu, para pembantunya langsung mencari ikan dan
memanggangnya. Hidangan ikan panggang yang aromanya begitu memikat meningkatkan
selera makan khalifah. Ia ingin segera menyantapnya.

Pada saat khalifah akan memulai makan, tiba-tiba muncul seorang musafir yang tampak sangat
kelaparan. Serta-merta, Khalifah Abdullah bin Umar menyuruh pembantunya segera
mengangkat hidangan yang ada di hadapannya dan memberikannya kepada si musafir. Perintah
itu membuat para pembantunya protes sebab merasa jerih payahnya tak dinikmati khalifah.
Mereka keberatan kalau makanan tersebut diberikan kepada musafir tadi. "Hidangan ini dengan
sengaja kami buatkan untuk tuan dan sesuai dengan pesanan tuan. Namun, mengapa diberikan
kepada musafir itu?" Khalifah menyampaikan penjelasan kepada pembantunya mengapa ia
urung menyantap hidangan itu.

"Wahai pembantuku, tahukah kamu bila aku memakan makanan ini, maka sebetulnya itu aku
lakukan karena aku menginginkan dan menyukainya. Tetapi, bila musafir itu memakannya, itu
karena ia benar-benar membutuhkannya. Jadi, sesungguhnya makanan itu lebih berharga bagi
dia daripada untukku," katanya.
Khalifah kemudian menyampaikan firman Allah, "Kalian sekali-kali tidaklah memperoleh
kebajikan sehingga kalian menyedekahkan apa-apa yang kalian senangi." Kisah di atas
sejatinya mengandung hikmah tertinggi di mana seharusnya kita memiliki rasa peduli terhadap
sesama apalagi dalam situasi darurat dan mendesak.
Di dalam kehidupan sehari-hari, terdapat perilaku kurang baik yang sering dilakukan oleh
sebagian besar kita. Perilaku itu adalah mendahulukan kepentingan pribadi daripada
kepentingan orang lain alias kurang peduli sesama. Kadang kala kita sulit untuk berkorban
demi orang lain, walau dalam kondisi darurat sekalipun.
Sulit sekali menemukan pribadi-pribadi yang dipenuhi rasa simpati dan empati kepada orang
lain. Yang ada malah sifat arogansi individualisme yang merajalela dalam lubuk sanubari setiap
manusia. Padahal, kepedulian terhadap sesama akan membawa manfaat dan maslahat besar
bagi kita semua. Semoga teladan ini dapat menjadi inspirasi agar kita menjadi manusia yang
lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai