Gender Dalam Perspektif Academic Self-Efficacy Dan Kecurangan Teknologi Informasi
Gender Dalam Perspektif Academic Self-Efficacy Dan Kecurangan Teknologi Informasi
Hendra Gunawan *
Batam Polytechnics
Accounting Study Program
Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia
E-mail: hendra@polibatam.ac.id
Abstract
This study expands on the research of psychological variables related to link with the cheating information technology (IT). There is very little
research that examines the cheating that focuses on IT. Ethical research on students is necessary because IT influences positively on student
ethics IT is possible to affect in a positive direction in their IT ethics when they work after graduation. Using the methods of the survey, the
research was succeeded in collecting 709 respondents for analysis and tested using the correlation test. The results of this research provide
evidence of the relationship between academic self-efficacy with cheating IT.
Perempuan menunjukkan nilai korelasi academic self-efficacy yang [7] Calluzzo, V. and C. Cante: 2004, Ethics in Information
lebih kuat (-0,196, p=0,000) dibandingkan dengan laki-laki (-0,130, Technology and Software Use, Journal of Business Ethics,
p=0,021). Hasil ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki 51(3), 301–312.
hubungan academic self-efficacy yang lebih kuat daripada laki-laki
terkait kecurangan TI. Dalam penelitian sebelumnya, Kuo et al. [8] Chemers, M. M., L. T. Hu and B. F. Garcia: 2001, Academic
(2007) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat self-efficacy Self-Efficacy and First-Year College Student Performance and
antara perempuan dan laki-laki. Adjustment, Journal of Educational Psychology, 93, 55–64.
Dari hasil pengujian tersebut terlihat bahwa mahasiswa dengan
academic self-efficacy yang tinggi atau yang merasa percaya diri
[9] Crown, D. and M. Spiller: 1998, Learning from the Literature
on Collegiate Cheating: A Review of Empirical Research,
tentang kemampuan akademisnya melihat kecurangan TI sebagai
Journal of Business Ethics, 17, 683–700.
tindakan yang tidak etis untuk dilakukan. Mereka merasa yakin dapat
menyelesaikan tugas-tugas akademik seperti ujian, menyelesaikan
tugas, atau menulis makalah tanpa harus melakukan kecurangan [10] Elias, R. Z.: 2009, The Impact of Anti-Intellectualism Attitudes
yang melibatkan TI. and Academic Self-Efficacy on Business Students’ Perceptions
of Cheating, Journal of Business Ethics, 86:199–209.
5 Kesimpulan, Implikasi dan Keterbatasan [11] Elias, S. M. and R. J. Loomis: 2000, Using an Academic Self-
Efficiency Scale to Address University Major Persistence,
Dari pengujian yang mengaitkan academic self-efficacy dengan Journal of College Student Development, 41, 450–454.
kecurangan teknologi informasi, penelitian ini dapat membuktikan
bahwa terdapat hubungan negatif antara academic self-efficacy [12] Etter, S., J. Cramer and S. Finn: 2006, Origins of Academic
seseorang dengan kecurangan teknologi informasi. Sehingga dapat Dishonesty: Ethical Orientations and Personality Factors
disimpulkan bahwa antara academic self-efficacy seseorang dengan Associated with Attitudes About Cheating with Information
kecurangan teknologi informasi memiliki hubungan terbalik. Technology, Journal of Research on Technology in Education,
Semakin rendah academic self-efficacy maka orang akan semakin 39(2), 133–155.
curang dalam memanfaatkan teknologi informasi. Sebaliknya,
semakin tinggi academic self-efficacy seseorang maka tingkat [13] Fishbein, M. and I. Ajzen: 1975, Belief, Attitude, Intention, and
kecurangan teknologi informasinya akan semakin berkurang. Behavior: An Introduction to Theory and Research
Kepercayaan diri terhadap kemampuan akademis mengakibatkan (Addison-Wesley, Reading, MA).
seseorang memandang kecurangan TI sebagai tindakan yang tidak
etis untuk dilakukan. Keyakinan tersebut memberikan keputusan [14] Goles, T., B. Jayatilaka, B. George, L. Parsons, V. Chambers, D.
untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik tanpa harus melakukan Taylor and R. Brune: 2008, ‘Softlifting: Exploring
kecurangan terutama yang melibatkan TI. Determinants of Attitude’, Journal of Business Ethics, 77(4),
481–499.
Mengingat bahwa mahasiswa merupakan generasi pemimpin masa
depan, sehingga dengan mempelajari sikap etis mahasiswa [15] Hunt, S. D. and S. Vitell: 1986, ‘A General Theory of
dimungkinkan untuk memprediksi perilaku etis masa depan para Marketing Ethics’, Journal of Macromarketing 6(5), 5–16.
pemimpin. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat praktis
bagi institusi pendidikan untuk memberikan pemahaman etika
mengenai kecurangan TI selain pemahaman etika lainnya yang tidak
[16] Iyer, R. and J. Eastman: 2006, Academic Dishonesty: Are
Business Students Different from Other College Students?,
berkaitan dengan TI kepada mahasiswa sebelum mereka mamasuki
Journal of Education for Business, 82(2), 101–110.
dunia kerja. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu metode
pemilihan sampel yang tidak dilakukan secara random sehingga ada
kemungkinan hasilnya tidak dapat mewakili keseluruhan populasi [17] Kisamore, J. L., T. H. Stone and I. M. Jawahar: 2007,
dan diharapkan penelitian berikutnya dapat menentukan sampel Academic Integrity: The Relationship between Individual and
secara probabilitas. Situational Factors on Misconduct Contemplations, Journal of
Business Ethics, 75, 381–394.
References [18] Kohlberg, L.: 1985, The Just Community Approach to Moral
Education in Theory and Practice, in M. Berkowitz and F. Oser
(eds.), Moral Education: Theory and Application (Lawrence
[1] Albaum, G. and R. Peterson: 2006, Ethical Attitudes of Future
Erlbaum Associates, Hillsdale, NJ).
Business Leaders: Do They Vary by Gender and Religiosity?,
Business and Society, 45(3), 300-321.
[19] Kuo, F., C. S. Lin and M. Hsu: 2007, Assessing Gender
Differences in Computer Professionals’ Self-Regulatory
[2] Angell, L. R.: 2006, The Relationship of Impulsiveness,
Efficacy Concerning Information Privacy Practices, Journal of
Personal Efficacy, and Academic Motivation to College
Business Ethics, 73, 145–160.
Cheating, College Student Journal, 40, 118–131.
[22] Molnar, K., M. Kletke and R. Rampal: 2005, E-Ethics: A Study Hendra Gunawan lahir di Bandung,
of Undergraduate Students’ Opinions of Intellectual Property in pada tanggal 12 November 1973.
the Information Age, in Proceedings of the Decision Sciences Lulusan Diploma Tiga Program Studi
Institute, San Francisco, CA, pp. 15281–15286. Keuangan dan Perbankan Politeknik
Institut Teknologi Bandung (sekarang
[23] Moores, T. T. and J. Chang: 2006, ‘Ethical Decision-Making in Politeknik Negeri Bandung), Sarjana
Software Piracy: Initial Development and Test of a
Ekonomi dari Fakultas Ekonomi
Four-Component Model’, MIS Quarterly, 30(1), 167–180.
Universitas Gadjah Mada, dan Magister
[24] Muir, S.: 2006, Ethics and the Internet, MLA Forum V (1), 1–7. Sains Fakultas Ekonomi Universitas
Gadjah Mada.
[25] Multon, K. D., S. D. Brown and R. W. Lent: 1991, Relation of
Self-Efficacy Beliefs to Academic Outcomes: A Meta-Analytic Bekerja di Politeknik Batam sebagai Dosen Tetap mulai tahun
Investigation, Journal of Counseling Psychology, 38, 30–38. 2000 sampai saat ini (2012). Pernah menjabat Kepala Bagian
Audit Internal, Ketua Satuan Pengawasan Internal,
[26] Nowell, C. and D. Laufer: 1997, Undergraduate Student Koordinator Kelas Karyawan Program Studi Akuntansi,
Cheating in the Field of Business and Economics, Journal of Kepala Laboratorium Akuntansi di Politeknik Batam. Selain
Economic Education, 28, 3–12. itu aktivitas lainnya yang sedang dijabat adalah sebagai,
Pembina Koperasi Tunas Karya di Kecamatan Sembulang
[27] Pajares, F.: 1996, Self-Efficacy Believes in Academic Settings, Pulau Rempang, Kepala Divisi Business Technology Center
Review of Educational Research, 66, 543–578. Batam, dan Direktur PT BTC Batam.
[28] Propst, D. B., and R. A. Koesler: 1998, Bandura Goes Outdoor:
Role of Self-efficacy in the Outdoor Leadership Development
Process, Journal Applied Psychology, 20, 319-344.