Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DAMPAK DAN PENANGGULANGAN NAPZA

Disusun Oleh :
1. Ade Irma Listiani 9. Millatun Nafidah
2. Akhmad Hasan 10. Moh. Hafidh
3. Dias Permata Riyanti 11. Neneng Vitriyah
4. Eka Putriyani 12. Piet Hikmah Pertiwi
5. Fahmi Dzulfalaq 13. Rizal Diakmal
6. Fitriannisa Rizqi Laelia 14. Septian Munfiq Imani
7. Gilang Siwi Widodo 15. Siti Awaliyah Ulfa
8. Haula Nabillah Bachmid

PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok Bahasan : Napza
Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian dan prevelensi penyalahgunaan Napza
2. Faktor-faktor predisposisi dan tingkatan
penyalahgunaan zat
3. Dampak Napza bagi kelangsungan hidup pengguna
4. Peran keluarga pada klien dengan penyalahgunaan
Napza
Sasaran : Klien dan keluarga
Hari/Tanggal : Senin, 07 Mei 2018
Waktu : 20 Menit
Tempat : Poli klinik jiwa dewasa

A. Analisa Situasi
1. Situasi Peserta
Peserta yang mengikuti penyuluhan terdiri dari berbagai karakteristik,
umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan yang berbeda-beda.
2. Situasi Tempat
Pendidikan kesehatan akan dilakukan di ruang tunggu poliklinik dewasa.
3. Pengajar
Pendidikan kesehatan napza dampak dari pemakaian ini akan diberikan
oleh mahasiswa profesi ners STIkes Bhamada Slawi.
B. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan kepada klien dan
keluarga dapat mengerti dan memahami tentang konsep Napza dan
dampak dari pemakaian Napza.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan kepada klien dan keluarga ,
dapat :
a. Mampu menjelaskan pengertian dan prevalensi penyalahgunaan Napza
b. Mampu menjelaskan faktor-faktor predisposisi dan tingkat
penyalahgunaan zat
c. Mampu menjelaskan dampak Napza bagi kelangsungan hidup
pengguna
d. Mampu menjelaskan peran keluarga pada klien dengan
penyalahgunaan Napza

C. Materi
Terlampir

D. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab

E. Kegiatan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience

1. 5 Menit Pembukaan :

1. Memberi salam 1. Menjawab salam


2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan 3. Mendengarkan
pertemuan
4. Memberikan apersepsi 4. Mendengarkan
2. 20 Menit Pelaksanaan :

1. Menjelaskan pengertian dan 1. Mendengarkan dan


prevelensi penyalahgunaan Memperhatikan
Napza
2. Menjelaskan faktor-faktor 2. Mendengarkan dan
predisposisi dan tingkatan Memperhatikan
penyalahgunaan zat
3. Menjelaskan dampak Napza 3. Mendengarkan dan
bagi kelangsungan hidup Memperhatikan
pengguna
4. Menjelaskan peran keluarga 4. Mendengarkan dan
pada klien dengan Memperhatikan
penyalahgunaan Napza
5. Memberi kesempatan kepada 5. Mengajukan Pertanyaan
peserta untuk bertanya
6. Menjawab pertanyaan 6. Mendengarkan dan
Memperhatikan
3. 15 Menit Evaluasi :

1. Memberikan kesempatan 1. Audients dapat


pada Audients untuk menjelaskan pengertian
menjelaskan pengertian dan dan prevalensi
prevelensi penyalahgunaan penyalahgunaan Napza
Napza
2. Memberikan kesempatan 2. Audients dapat
pada Audients untuk menjelaskan faktor-
menjelaskan faktor-faktor faktor predisposisi dan
predisposisi dan tingkatan tingkatan
penyalahgunaan zat penyalahgunaan zat
3. Memberikan kesempatan 3. Audients dapat
pada Audients untuk menjelaskan dampak
menjelaskan dampak Napza Napza bagi
bagi kelangsungan hidup kelangsungan hidup
pengguna pengguna
4. Memberikan kesempatan 4. Audients dapat
pada Audients untuk menjelaskan peran
menjelaskan peran keluarga keluarga pada klien
pada klien dengan dengan penyalahgunaan
penyalahgunaan Napza Napza
4. 5 Menit Terminasi :

1. Memberikan kesimpulan dari 1. Mendengarkan dan


penyuluhan yang telah di meperhatikan
lakukan
2. Mengucapkan salam penutup 2. Membalas salam

F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP sudah dikonsulkan 3 hari sebelum pelaksanaan
b. Media elektronik (LCD, lapotop), leaflet sudah dipersiapkan 1 hari
sebelumnya
c. Meminta izin dengan kepala ruangan poli klinik dewasa 4 hari
sebelumnya.
d. Mempersiapkan tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan
e. Sudah membagi job description
f. Mempersiapan Materi Penkes
2. Evaluasi Proses Penyuluhan
a. Kegiatan penyuluhan yang akan diberikan diharapkan berjalan lancar
dan sangat memahami tentang penyuluhan yang diberikan
b. Dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antar penyuluh
dan sasaran
c. Peserta diharapkan memperhatikan materi yang diberikan
d. Sasaran diharapkan kehadirannya 80% dan tidak ada yang
meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil Penyuluhan
a. 70% klien dan keluarga mampu memahami pengertian, faktor-faktor
predisposisi, dampak napza bagi kelangsungan hidup pengguna dan peran
keluarga pada klien pada penyalahgunaan napza
b. Klien dan keluarga mampu meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai
pemahaman tentang Napza sehingga dapat meminimalisir kejadian tingkat
kenakalan remaja yang dapat menimbulkan dampak kerugian dibidang
kesehatan kedepannya.
c. Klien dan keluarga dapat menjadi agen perubahan dengan cara
membagikan pesan tentang konsep penyalah gunaan Napza serta
dampaknya kepada anggota keluarga yang lain dan masyarakat sekitar.

Setting Tempat

Keterangan :
= Penyuluh
= Observer
= Klien dan Keluarga
Pembagian Tugas
1. Leader : Dias Permata Riyanti
2. Co. Leader : Haula Nabillah Bachmid
i. Penyuluh : Neneng Vitriyah
Gilang Siwi Widodo
3. Observer : Ade Irma Listiani
Fitiannisa Rizqi Laelia
Millatun Nafidah
Siti Awaliyah Ulfa
Eka Putriyani
4. Fasilitator : Rizal Diakmal
Fahmi Dzulfalaq
Piet Hikmah Pertiwi
Muhamad Hafidh
5. Sie. Dokumentasi : Septian Munfiq Imani
Akhmad Hasan
G. Lampiran
Materi
1. Pengertian dan Prevelensi Penyalahgunaan Napza
Napza adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan/Zat
adiktif lainya yang disalahgunakan. Napza atau penyalahgunaan zat adalah
penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadinya
masalah (Purba, dkk. 2015)
Penyalahgunaan Napza adalah suatu penyimpangan perilaku yang
disebabkan oleh penggunaan yang terus menerus sampai terjadi masalah.
Napza tersebut bekerja didalam tubuh yang mempengaruhi terjadinya
perubahan : perilaku, alam perasaan, memori, proses pikir, kondisi fisik
individu yang menggunakan.
Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah mencapai tahap yang
sangat mengkhawatirkan. Tidak hanya kalangan remaja di perkotaan,
bahkan sudah menjalar ke kalangan anak-anak di pedesaan. Presiden Joko
Widodo mengatakan “Indonesia saat ini tengah berada dalam situasi
darurat narkoba, hampir 50 orang meninggal setiap hari karena narkoba,
artinya dalam setahun sekitar 18 ribu orang meninggal.
Laporan tahunan United Nations Office on Drugs and Crime
(UNODC) 2013 menyebutkan bahwa pada tahun 2011, antara 167 sampai
dengan 315 juta orang (3,6 – 6,9% dari populasi penduduk dunia yang
berumur 15 – 64 tahun) menggunakan narkotika minimal sekali dalam
setahun. Berdasarkan hasil penelitian BNN bekerjasama dengan Pusat
Penelitian Kesehatan UI Tahun 2011 tentang Survei Nasional
Perkembangan Penyalahgunaan Narkotika di Indonesia, diketahui bahwa
angka prevalensi penyalahguna narkotika di Indonesia telah mencapai
2,23% atau sekitar 4,2 juta orang dari total populasi penduduk (berusia 10
– 59 tahun). Tahun 2015 jumlah penyalah guna narkotika ± 2,8% atau
setara dengan ± 5,1 – 5,6 juta jiwa dari populasi penduduk Indonesia.
Seseorang yang kecanduan narkoba akan kehilangan kendali atas dirinya
sendiri dan tak lagi berpikir soal masa depan. Efek adiksi memaksa dirinya
hanya berkutat dalam memuaskan dahaga mengonsumsi narkoba.
Ancaman terbesar penyalahgunaan narkoba terhadap generasi
bangsa secara massif adalah terjadinya fenomena lost generation atau
generasi yang hilang di masa yang akan datang. Padahal generasi muda
yang ada saat ini seharusnya menjadi tulang punggung yang memberikan
kontribusi penting pada era bonus demografi nanti.

2. Faktor-Faktor Predisposisi dan Tingkatan Penyalahgunaan Zat


a) Penggunaan Rekreasional / Eksperimental
Penggunaan rekreasional adalah tingkatan penggunaan zat
yang paling rendah tingkat keparahannya. Orang yang menggunakan
secara rekreasional biasanya belum memiliki masalah terkait
penggunaan zatnya, kecuali jika terkait penggunaan zat ilegal.
Contoh umum misalnya Anak SMP yang mencoba ganja karena
penasaran atau diajak teman-temannya
b) Penggunaan Sirkumstansial / Situasional
Penggunaan sirkumstansial sering terjadi ketika seseorang
termotivasi mengejar efek yang diinginkan sebagai cara mengatasi
(coping) kondisi atau situasi tertentu. Sebagai contoh, orang yang
memiliki sifat sangat pemalu akan merasa bahwa dengan
mengkonsumsi ganja membuatnya menjadi lebih santai, mampu
berbicara dengan orang lain, berdansa, dan merasa lebih gaul, orang
yang mengalami depresi cenderung mencoba mengkonsumsi zat
untuk merasa lebih hidup dan lebih baik. Contoh lain yang lebih
ekstrim adalah serdadu yang menggunakan ganja, heroin, atau zat
lainnya dalam peperangan untuk santai dan terlepas dari stres yang
menderanya saat peperangan. Pada tingkat ini, orang secara
situasional dapat menggunakan untuk mencari kesenangan atau
bersosialisasi.
c) Penggunaan Intensif / Reguler
Beberapa orang memulai penggunaan zat dari penggunaan
rekreasional atau sirkumstansial, namun kemudian mulai
menggunakan secara terus-menerus. Ketika penggunaan zat menjadi
setiap hari dan terus-menerus, dari dosis rendah sampai sedang, efek
yang dirasakan akan meningkat. Pada tingkatan ini, biasanya
seseorang termotivasi untuk menggunakan agar terbebas dari
masalah yang dialami, seperti anxietas atau depresi, atau untuk
mempertahankan kemampuan yang dikehendaki. Pada tingkatan ini,
seseorang biasanya mulai mengalami masalah terkait
penggunaannya (misal: terlambat masuk kerja pada hari Senin
karena malamnya habis mabuk tinggi; membuat orang lain prihatin
akan penggunaannya). Pada tingkatan penggunaan ini sering juga
disebut sebagai tingkat penyalahgunaan.
d) Penggunaan Kompulsif / Adiktif
Penggunaan kompulsif merupakan penggunaan paling parah
dan paling berbahaya. Pada tingkat ini, dosis tinggi secara rutin atau
setiap hari (bisa beberapa kali dalam sehari) diperlukan untuk
mencapai efek fisik atau psikologis yang diinginkan, atau sekedar
untuk menghindari gejala putus zat (seperti sakaw). Pada tingkat ini,
zat (narkoba) menjadi sesuatu yang paling penting dalam kehidupan
seseorang, melebihi aktivitas lainnya.Pada tingkat ini, orang
mengalami masalah terkait penggunaan berkelanjutan, namun tetap
menggunakan walaupun tahu itu bermasalah untuk dirinya, yang
sering disebut sebagai adiksi.

3. Dampak Napza Bagi Kelangsungan Hidup Pengguna dan Peran


Keluarga
a) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap fisik
 Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
 Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
 Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses),
alergi, eksim
 Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
 Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu
tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
 Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi
adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon
reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan
fungsi seksual
 Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi
pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
 Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya
pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah
tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat
ini belum ada obatnya
 Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over
dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk
menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian
b) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap psikis
 Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
 Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
 Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
 Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
 Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
c) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap lingkungan sosial
 Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan
 Merepotkan dan menjadi beban keluarga
 Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

Faktor pendorong penyalahgunaan NARKOBA


a) Faktor Individu
Penyalahgunaan narkoba dipengaruhi oleh keadaan mental, kondisis
fisik dan psikologis seseorang. Kondisi mental: seperti gangguan
kepribadian, depresi, dan retardasi mental, semuanya ini dapat
memperbesar kecendrungan orang untuk menyalahgunakan narkoba.
Faktor individu ini pada umumnya dipengaruhi oleh 2 aspek:
 Aspek Biologis, para ahli menemukan bahwa ternyata ada juga
faktor yang bersifat genetis yang menjadi penyebab penyalahgunaan
NARKOBA. Ditemukan adanya kelainan biokimiawi pada tubuh,
yang diperoleh secara genetis, pada orang-orang yang mengalami
ketergantungan pada obat atau alkohol.
 Aspek Psikologis. Berikut aspek psikologis yang secara berdiri
sendiri atau bergabung dapat menjadi pendorong terjadinya
penyalahgunaan NARKOBA: kebutuhan untuk menekan frustrasi
atau dorongan untuk bertindak agresif, ketidakmampuan menunda
kepuasan, tidak ada identifikasi seksual yang jelas, kurang kesadaran
dan upaya untuk mencapai tujuan-tujuan yang bisa diterima secara
sosial/masyarakat, menggunakan perilaku yang menyerempet bahaya
untuk menunjukkan kemampuan diri, menekan rasa bosan.
b) Faktor Zat Psikoaktif
Jika seseorang dengan berbagai alasan pernah mempunyai pengalaman
atas pengaruh zat-zat tertentu yang memiliki efek psikoaktif, akibat
pengalaman, dosis, dan harapan si pemakai, maka ini dapat menjadi
pemicu penyalahgunaan obat terlarang. Hal ini menunjukkan bahwa
tanpa adanya suatu prasyarat psikopatologi (gangguan kejiwaan),
penyalahgunaan NARKOBA dapat terjadi pada pemakai pertama atau
lanjutan.
c) Faktor Lingkungan
 Hubungan keluarga. Keluarga yang memiliki masalah
penyalahgunaan NARKOBA sering ditandai dengan adanya ibu
yang dominan, over protective (“terlalu melindungi”), ayah yang
“memisahkan diri” dan tidak terlibat dalam keluarga atau urusan
keluarga. Terdapatnya konflik antara sikap membujuk dan
perlindungan yang berlebihan, dengan pengabaian individualitas
anak. Juga adanya paksaan orangtua terhadap sukses mendorong
anak melarikan diri ke alam impian melalui narkoba/napza.
 Pengaruh teman. Pengaruh teman sangat besar atas penyalahgunaan
narkoba diantara remaja. Hukuman yang diterima dari kelompok
teman sebaya (pemukulan dan terutama pengucilan) bagi mereka
yang menolak atau mau berhenti, dirasakan remaja lebih berat dari
bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba itu sendiri.
 Pengaruh lingkungan. Penyalahgunaan narkoba sudah lama
diketahui sebagai syarat diterimanya seseorang dalam lingkungan
tertentu.

Peran Keluarga pada Klien dengan Penyalahgunaan Napza

a) Fungsi biologis
Fungsi biologis, bukan hanya di tujukan untuk meneruskan
keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk
kelanjutan generasi selanjutnya. Dari pernyataan tersebut maka pihak
keluarga dapat menerapkan kepada pecandu narkoba untuk dapat
melanjutkan keturunan atau generasi selanjutnya yang sehat tanpa
narkoba.
b) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan
sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi
kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk menghentikan si pecandu
narkoba, peran orang tua sangat penting, misalnya dengan membatasi
uang saku, mengontrol pengeluaran uang oleh si pencandu, agar si
pecandu narkoba juga akan kekurangan uang untuk membeli narkoba
dan seharusnya uang itu menjadi lebih berguna ke hal yang lebih positif.
c) Fungsi pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan (afektif) merupakan fungsi keluarga dalam
memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga.
Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang
dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan
melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang. Dari
pernyataan tersebut bahwa keluarga mempunyai peran penting yang
dapat membantu menyembuhkan si pecandu. Contohnya dengan
menemani dan menjenguk si pecandu ke tempat rehabilitasi. Dengan
kehadiran dari pihak keluarga bisa menolong pecandu narkoba untuk
segera cepat berhenti memakai obat-obatan haram tersebut. Support dari
keluarga, dan kerabat amat berperan dalam membuat seseorang tidak
lagi masuk ke lembah narkoba. Yang paling utama adalah
dibutuhkannya motivasi dalam diri sesorang pemakai narkoba untuk
tidak kembali memakai barang haram tersebut.
d) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan
sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak,
memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
meneruskan nilainilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif
terhadap sosial dan bagaimana keluarga memperkenalkan anak dengan
dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal budaya dan norma
melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan
dalam masyarakat. Dalam pernyataan ini dapat diambil kesimpulan
bahwa keluarga dapat memberikan batasan perilaku yang boleh dan
tidak boleh pada si pecandu narkoba. Selain itu, orang tua maupun
anggota keluarga lainnya dapat saling mengingatkan kebudayaan
Indonesia yang sehat tanpa narkoba kepada si pecandu narkoba.
e) Fungsi Keagamaan
Dengan dasar pedoman ini keluarga diwajibkan untuk menjalani
dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam
pelakunya sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan menanamkan ajaran-ajaran agama dan menyuruh si pencandu
untuk lebih dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa bertujuan untuk
menghilangkan kecanduannya secara perlahan dengan melakukan
perbuatan yang lebih bermanfaat dan positif.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2011). Pedoman Terapi Pasien Ketergantngan Narkotika dan Zat
Adiktif Lainnya. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta.

Depkes RI.(2011) Yang perlu diketahui Generasi Muda Tentang Penyalah


Gunaan Obat. Jilid I (Umum dan Ganja). Depkes RI. Jakarta

Depkes RI.(2011) Yang perlu diketahui Generasi Muda Tentang Penyalah


Gunaan Obat. Jilid II (Opiat). Depkes RI. Jakarta.

Depkes RI.(2011) Yang perlu diketahui Generasi Muda Tentang Penyalah


Gunaan Obat. Jilid I (Psikotropika dan minuman keras). Depkes RI.
Jakarta
Depkes RI. (2011). Pedoman Terapi Pasien Ketergantngan Narkotika dan Zat
Adiktif Lainnya. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta.
Purba, JM, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Psikososian dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
http://kapeta.org/tingkat-penyalahgunaan-narkoba/
http://www.onedokter.com/2017/10/mengapa-banyak-orang-menggunakan-
narkoba.html

Anda mungkin juga menyukai