Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Bagian-bagian kolon :
1.
1. Apendiks vermiformis
2. Sekum
3. Colon ascendens
4. Colon transversum
5. Colon descendens
6. Colon sigmoid
7. Rectum Anus
Fisiologi
Fungsi kolon :
o Penyimpanan selulosa
o Defekasi
2. Definisi
Teknik pemeriksaan secara radiologi usus besar dengan menggunakan
media kontras secara retrograde.
3. Tujuan
Mendapatkan gambaran anatomis kolon untuk membantu menegakkan
diagnosa suatu penyakit/kelainan-kelainan pada kolon.
4. Indikasi & Kontraindikasi
Indikasi
Colitis
Diverticulum
Neoplasma
Polip
Volvulus
Invaginasi
Atresia
Stenosis
Kontraindikasi
Perforasi
Obstruksi
Refleks fagal
5. Persiapan Pemeriksaan
Persiapan Pasien
o Marker
o Sarung tangan
o Spuit
o Kain pembersih
o Apron
Persiapan Bahan
o Media kontras BaSO4 = 70 – 80 % W/V ( Weight /
Volume ), banyaknya sesuai panjang pendeknya kolon
kurang lebih 600 – 800 ml dengan perbandingan 1: 8
o Air hangat
Tahap pengisian
Tahap pelapisan
Tahap pengembangan
Tahap pemotretan
7. Radiographic Positioning
PA / AP
RAO
LAO
LPO / RPO
LATERAL RECTUM
RLD
LLD
PA POST EVACUATION
AP AXIAL / AP AXIAL OBLIQUE ( LPO ) ( BUTTERFLY )
8. Proyeksi Pemotretan
Proyeksi AP
Proyeksi PA
Proyeksi RAO
Proyeksi LAO
o Posisi Pasien : tidur tengkurap diatas meja
pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kiri 35 – 45 derajat
terhadap meja, tangan kiri lurus disamping tubuh,
tangan kanan didepan kepala dan kaki kiri lurus, kaki
kanan ditekuk
A. Abdomen
Abdomen atau lebih dikenal dengan perut berisi berbagai organ penting dalam sistem
pencernaan, endokrin dan imunitas pada tubuh manusia.
Ada 9 pembagian regio (daerah) di abdomen No regio organ yang ada didalamnya
1. Hypochondriaca kanan sebagian hati, kantung empedu dan bagian atas ginjal kanan
2. Epigastrica ginjal kanan dan kiri, sebagian hati dan lambung serta sebagian kantung
empedu
3. Hypochondriaca kiri limpa, sebagian lambung, bagian atas ginjal kiri, sbagian usus
besar
4. Lateralis kanan sebagian hati dan usus besar serta bagian bawah ginjal kanan
5. Umbilicalis sebagian besar usus halus, pankreas, ureter bagian atas, usus besar, serta
bagian bawah kantung empedu
6. Lateralis kiri sebagian kecil usus besar dan bagian bawah ginjal kiri
8. Pubica usus buntu, sebagian usus halus dan usus besar, ureter kanan dan kiri, serta
sebagian kantung kemih
2. Epigastrica maag, pembesaran hati, batu empedu dan batu ginjal, pembesaran hati serta
sirosis hati
5. Umbilicalis ulcus usus halus 12 jari, kerusakan usus halus batu ureter
8. Pubica usus buntu (agak kekanan), hernia, batu ureter 9. Inguinalis kiri hernia, hamil
diluar rahim.
Menjadi salah satu alat bantu dalam mendiagnosis terjadinya gangguan pada abdomen. Foto
polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu:
1. Tiduran terlentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi antero posterior
(AP)
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar horizontal
proyeksi AP
3. Tiduran miring kekiri ( Left Lateral decubitus = LLD ), dengan sinar horizontal proyeksi
AP
C. Penggunaan Foto Polos Abdomen
1. FPA biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu
kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung empedu yang mengandung
cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada
peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung
empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak dikuadran kanan atas yang
menekan gambaran udara dalam usus, di fleksura hepatika.
2. Appendicitia akut Foto polos jarang bermanfaat kecuali terlihatnya felkalith opaque (5%
pasien) didapatkan pada kuadran kanan bawah (terutama pada anak-anak). Sehingga x-
ray abdominal tidak rutin dilakukan kecuali terdapat keadaan lain seperti kemungkinan
adanya obstruksi usus atau adanya batu ureter
3. Gagal ginjal akut FPA, dengan tomography jika perlu, adalah teknik skrining awal pada
pasien yang dicurigai mempunyai batu sal.kemih
4. Obstruksi Ileus Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder’’ dan “air fluid
level” pada FPA dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi . FPA mempunyai
tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan 84% pada obstruksi
kolon. Gambaran “step ladder’’ dan “air fluid level” terutama pada obstruksi bagian
distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi strangulasi dan nekrosis, maka
akan terlihat gambaran berupa hilangnya mukosa yang reguler dan adanya gas dalam
dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukan adanya perforasi usus,
penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan peritonitis akibat
adanya perforasi.
5. Gagal ginjal akut FPA, dengan tomography jika perlu, adalah teknik skrining awal pada
pasien yang dicurigai mempunyai batu sal.kemih
6. Obstruksi Ileus Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder’’ dan “air fluid
level” pada FPA dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi . FPA mempunyai
tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan 84% pada obstruksi
kolon. Gambaran “step ladder’’ dan “air fluid level” terutama pada obstruksi bagian
distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi strangulasi dan nekrosis, maka
akan terlihat gambaran berupa hilangnya mukosa yang reguler dan adanya gas dalam
dinding usus.
7. Peritonitis Pada peritonitis dilakukan FPA 3 posisi. Sebelum terjadi peritonitis, jika
penyebabnya adanya gangguan pasase usus (ileus) obstruktif maka pada FPA 3 posisi
didapatkan gambaran radiologis antara lain:
Posisi tidur untuk melihat distribusi usus, preperitonian fat, ada tidaknya penjalaran.
Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus diproksimal daerah obstruksi, penebalan
dinding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring bone appearance)
Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari air fluid
level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus
letak tinggi, sedang jika panjang-panjang kemungkinan gangguan dikolon. Gambaran
yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra diagfragma dan air fluid level.
Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis diperoleh adanya air fluid level
dan step ladder appearance. Jadi gambaran radiologis pada ileus obstruktif yaitu adanya
distensi usus partial, air fluid level, dan herring bone appearance.
Herring bone appearance Bedanya dengan ileus obstruktif; pelebaran usus menyeluruh
sehingga air flud level ada yang pendek- pendek (usus halus) dan panjang-panjang
(kolon-kolon), karena diameter kolon lebih lebar dari usus halus. Ileus obstruktif bila
berlangsung lama dapat menjadi ileus paralitik.
Pada kasus peritonitis karena perdarahan, gambarannya tidak jelas pada FPA, gambaran akan
klebih jelas pada USG. Gambaran radiologis peritonitis, karena perporasi dapat dilihat pada
pemeriksaan FPA 3 posisi. Pada dugaan perforasi apakah karena ulkus peptikum, pecahnya
usus buntu atau karena sebab lain, tanda utama radiologi adalah:
Posisi tiduran, didapatkan preperitonial fat menghilang, psoas line menghilang, dan
kekaburan pada cavum abdomen.
Posisi duduk atau berdiri, didapatkan free air subdiafragma berbentuk bulan sabit
(semilunar shadow)
Posisi LLD, didapatkan free air intra peritonial pada daerah perut yang paling tinggi.
Letaknya antara hati dengan dinding abdomen atau antara pelvis dengan dinding
abdomen.
Jadi gambaran radiologis pada peritonitis, yaitu adanya kekaburan pada kavum abdomen,
preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas subdiafragma atau intra
peritoneal.
D. Kesimpulan
Foto Polos Abdomen ( FPA ) menjadi salah satu pemeriksaan penunjang untuk pertimbangan
dalam memperkirakan pasien dengan abdomen akut. FPA dapat dilakukan dalam 3 posisi
yaitu :
Price, S.A 2000. Patofisiologi; Konsep Klinis proses-proses penyakit , Editor; Price, S.A.,
McCarty, L.,Wilson Editor terjemahan; Wijaya, Caroline, Jakarta: EGC,.
sudah di presentasikan pada rapat rutin bulanan Perawat dan staf ruang Kenanga
(Bangsal Bedah) Bulan Mei 2011.