Anda di halaman 1dari 20

Teknik Radiografi Usus Besar (Colon in Loop)

diposting oleh hanifah-ayu-fk13 pada 20 November 2013


di Kesehatan - 0 komentar

1. Anatomi & Fisiologi


Kolon merupakan tab berongga dgn p=1,5m dari caecum – canalis
ani, diameter rata – 2,5 inchi, semakin keujung semakin kecil.

 Bagian-bagian kolon :

1.

1. Apendiks vermiformis

2. Sekum

3. Colon ascendens

4. Colon transversum

5. Colon descendens

6. Colon sigmoid

7. Rectum Anus
Fisiologi

 Diperlukan waktu 16 – 20 jam untuk mencapai sekum.

 Fungsi kolon :

o Absorbsi air, garam & glukosa

o Sekresi musin oleh kelenjar lapisan dalam

o Penyimpanan selulosa

o Defekasi

 Pergerakan kolon :mencampur dan mendorong

2. Definisi
Teknik pemeriksaan secara radiologi usus besar dengan menggunakan
media kontras secara retrograde.
3. Tujuan
Mendapatkan gambaran anatomis kolon untuk membantu menegakkan
diagnosa suatu penyakit/kelainan-kelainan pada kolon.
4. Indikasi & Kontraindikasi
Indikasi
 Colitis

 Diverticulum

 Neoplasma

 Polip

 Volvulus

 Invaginasi

 Atresia

 Stenosis

Kontraindikasi

 Perforasi

 Obstruksi

 Refleks fagal

5. Persiapan Pemeriksaan

 Persiapan Pasien

o 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak


rendah serat

o 18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet


dulcolax

o 4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi


dulkolak kapsul per anus selanjutnya dilavement

o Seterusnya puasa sampai pemeriksaan

o 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas


atrofin 0,25 – 1 mg / oral untuk mengurangi pembentukan
lendir

o 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan


buscopan untuk mengurangi peristaltic usus.
 Persiapan Alat

o Pesawat sinar – x yang dilengkapi fluoroscopy

o Kaset dan film sesuai kebutuhan

o Marker

o Standart irigator dan irigator set lengkap dengan


kanula dan rectal tube

o Sarung tangan

o Penjepit atau klem

o Spuit

o Kain pembersih

o Apron

o Tempat mengaduk media kontras

o Kantong barium disposible

 Persiapan Bahan
o Media kontras BaSO4 = 70 – 80 % W/V ( Weight /
Volume ), banyaknya sesuai panjang pendeknya kolon
kurang lebih 600 – 800 ml dengan perbandingan 1: 8

o Air hangat

o Vaselin atau jelly

6. Teknik Pemasukan Media Kontras

1. Metode Kontras Tunggal

1. Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media


kontras.

2. Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden,


transversum, ascenden sampai daerah seikum.

3. Dilakukan pemotretan full fillng

4. Evakuasi, dibuat foto post evakuasi

2. Metode Kontras Ganda

1. Kontras Ganda Satu Tingkat

 Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan


udara untuk mendorong barium melapisi kolon

 Selanjutnya dibuat foto full filling

2. Kontras Ganda Dua Tingkat

 Tahap pengisian

 Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura


lienalis atau pertengahan kolon transversum

 Pasien disuruh merubah posisi agar barium


masuk ke seluruh kolon

 Tahap pelapisan

 Menunggu 1 – 2 menit supaya barium melapisi


mukosa kolon
 Tahap pengosongan

 Pasien disuruh BAB

 Tahap pengembangan

 Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 – 2000


ml, tidak boleh berlebihan karena akan timbul
komplikasi : reflex fagal ( wajah pucat,
bradikardi, keringat dingin dan pusing )

 Tahap pemotretan

 Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh


kolon mengembang semua

 Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan


kelainan serta lokasinya.

 Proyeksi PA, PA oblig & lateral ( rectum )

 Proyeksi AP, AP oblig ( kolon transversum


termasuk fleksura)

 Proyeksi PA, PA oblig pasien berdiri


( fleksura lienalis dan hepatica)

7. Radiographic Positioning

 PA / AP

 RAO

 LAO

 LPO / RPO

 LATERAL RECTUM

 RLD

 LLD

 PA POST EVACUATION
 AP AXIAL / AP AXIAL OBLIQUE ( LPO ) ( BUTTERFLY )

 PA AXIAL / PA AXIAL OBLIQUE ( RAO ) ( BUTTERFLY )

 10 Posisi Menurut "Miller"

1. Posisi AP untuk melihat fleksura lienalis dan hepatica

2. Posisi lateral untuk melihat rectum

3. Posisi AP dg penyudutan 15 – 25 derajat chepalad untuk


melihat rectum

4. RPO dg penyudutan 15 – 25 untuk melihat fleksura lienalis

5. Right Lateral untuk melihat rectum

6. Prone untuk melihat fleksura lienalis dan fleksura hepatica

7. PA dengan penyudutan 15 – 25 derajat untuk melihat rectum

8. LPO dengan sudut 15 – 25 derajat untuk melihat fleksura


hepatica

9. AP dengan oblique 2 – 3 derajat untuk melihat daerah


ileosaekal

10. AP dg sinar horizontal untuk melihat fleksura lienalis dan


hepatica.

8. Proyeksi Pemotretan

 Proyeksi AP

o Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, MSP


tubuh tegak lurus meja, kedua tangan disamping tubuh
dan kaki lurus

o Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas :


Proc. Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis

o CP : MSP setinggi Krista iliaka

o CR : vertical tegak lurus kaset


o Kriteria Radiograf : seluruh kolon termasuk fleksura
hepatica

 Proyeksi PA

o PP : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan dgn MSP


tubuh tegak lurus meja, kedua tangan disamping tubuh &
kaki lurus

o PO : obyek diatur diatas meja, Batas Atas : Proc.


Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis

o CP : pada MSP setinggi kedua Krista iliaka

o CR : vertical tegak lurus kaset

o Kriteria Radiograf : seluruh kolon, termasuk fleksura


dan rectum
 Proyeksi RPO

o Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, tubuh


dirotasikan ke kanan 35-45 derajat terhadap meja,
tangan kanan untuk bantal, tangan kiri menyilang
didepan tubuh dan kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk
untuk fiksasi

o Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas :


Proc. Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis

o CP : 1 – 2 inchi ke kiri dari titik tengah kedua Krista


iliaka

o CR : vertical tegak lurus kaset

o Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura lienalis


sedikit superposisi disbanding PA, colon descenden

 Proyeksi RAO

o Posisi Pasien : tidur tengkurap diatas meja


pemeriksaan, tubuh dirotasikan 35 – 45 derajat terhadap
meja, tangan kanan lurus disamping tubuh, tangan kiri
didepan kepala dan kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk
o Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas Atas :
Proc. Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis

o CP : 1 – 2 inchi ke kiri dari titik tengah kedua Krista


iliaka

o CR : vertical tegak lurus kaset

o Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura hepatica


sedikit superposisi disbanding PA, colon ascenden,
sigmoid dan sekum

 Proyeksi LAO
o Posisi Pasien : tidur tengkurap diatas meja
pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kiri 35 – 45 derajat
terhadap meja, tangan kiri lurus disamping tubuh,
tangan kanan didepan kepala dan kaki kiri lurus, kaki
kanan ditekuk

o Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas :


Proc. Xypoideus, Batas bawah: Simp.pubis

o CP : 1 – 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua


Krista iliaka

o CR : vertical tegak lurus kaset

o Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura lienalis


sedikit superposisi dibanding PA, colon ascenden
 Proyeksi Lateral

o Posisi Pasien : tidur miring dgn MSP sejajar kaset,


genu sedikit fleksi untuk fiksasi

o Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas :


Proc. Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis

o CP : MSP setinggi SIAS

o CR : vertical tegak lurus kaset

o Kriteria Radiograf : daerah rectum dan sigmoid tampak


jelas, rekto sigmoid pada pertengahan radiograf
 Proyeksi LPO

o Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, tubuh


dirotasikan ke kiri 35-45 derajat terhadap meja,
tangan kiri untuk bantalan, tangan kanan menyilang
didepan tubuh dan kaki kiri lurus, kaki kanan ditekuk
untuk fiksasi

o Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas :


Proc. Xypoideus, Bats bawah: Simp.pubis

o CP : 1 – 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua


Krista iliaka

o CR : vertical tegak lurus kaset

o Kriteria Radiograf : daerah sigmoid, rektosigmoid


fleksura hepatica sedikit superposisi disbanding PA,
colon ascenden, seikum.
http://hanifah-ayu-fk13.web.unair.ac.id/artikel_detail-87499-Kesehatan-Teknik%20Radiografi%20Usus
%20Besar%20(Colon%20in%20Loop).html

Foto Polos Abdomen

FOTO POLOS ABDOMEN ( FPA)

Sebagai alat bantu diagnosis penyakit pasien

A. Abdomen

Abdomen atau lebih dikenal dengan perut berisi berbagai organ penting dalam sistem
pencernaan, endokrin dan imunitas pada tubuh manusia.

Ada 9 pembagian regio (daerah) di abdomen No regio organ yang ada didalamnya

1. Hypochondriaca kanan sebagian hati, kantung empedu dan bagian atas ginjal kanan

2. Epigastrica ginjal kanan dan kiri, sebagian hati dan lambung serta sebagian kantung
empedu

3. Hypochondriaca kiri limpa, sebagian lambung, bagian atas ginjal kiri, sbagian usus
besar

4. Lateralis kanan sebagian hati dan usus besar serta bagian bawah ginjal kanan
5. Umbilicalis sebagian besar usus halus, pankreas, ureter bagian atas, usus besar, serta
bagian bawah kantung empedu

6. Lateralis kiri sebagian kecil usus besar dan bagian bawah ginjal kiri

7. Inguinalis kanan sebagian kecil usus besar

8. Pubica usus buntu, sebagian usus halus dan usus besar, ureter kanan dan kiri, serta
sebagian kantung kemih

9. Inguinalis kiri sebagian kecil usus besar

No regio gangguan khas di Abdomen

1. Hypochondriaca kanan pembesaran hati, sirosis hati

2. Epigastrica maag, pembesaran hati, batu empedu dan batu ginjal, pembesaran hati serta
sirosis hati

3. Hypochondriaca kiri pembesaran limpa

4. Lateralis kanan batu empedu, batu ginjal

5. Umbilicalis ulcus usus halus 12 jari, kerusakan usus halus batu ureter

6. Lateralis kiri batu ginjal

7. Inguinalis kanan hernia, hamil diluar rahim, usus buntu

8. Pubica usus buntu (agak kekanan), hernia, batu ureter 9. Inguinalis kiri hernia, hamil
diluar rahim.

B. Foto Polos Abdomen

Menjadi salah satu alat bantu dalam mendiagnosis terjadinya gangguan pada abdomen. Foto
polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu:

1. Tiduran terlentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi antero posterior
(AP)

2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar horizontal
proyeksi AP

3. Tiduran miring kekiri ( Left Lateral decubitus = LLD ), dengan sinar horizontal proyeksi
AP
C. Penggunaan Foto Polos Abdomen

1. FPA biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu
kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung empedu yang mengandung
cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada
peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung
empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak dikuadran kanan atas yang
menekan gambaran udara dalam usus, di fleksura hepatika.

2. Appendicitia akut Foto polos jarang bermanfaat kecuali terlihatnya felkalith opaque (5%
pasien) didapatkan pada kuadran kanan bawah (terutama pada anak-anak). Sehingga x-
ray abdominal tidak rutin dilakukan kecuali terdapat keadaan lain seperti kemungkinan
adanya obstruksi usus atau adanya batu ureter

3. Gagal ginjal akut FPA, dengan tomography jika perlu, adalah teknik skrining awal pada
pasien yang dicurigai mempunyai batu sal.kemih

4. Obstruksi Ileus Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder’’ dan “air fluid
level” pada FPA dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi . FPA mempunyai
tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan 84% pada obstruksi
kolon. Gambaran “step ladder’’ dan “air fluid level” terutama pada obstruksi bagian
distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi strangulasi dan nekrosis, maka
akan terlihat gambaran berupa hilangnya mukosa yang reguler dan adanya gas dalam
dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukan adanya perforasi usus,
penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan peritonitis akibat
adanya perforasi.

5. Gagal ginjal akut FPA, dengan tomography jika perlu, adalah teknik skrining awal pada
pasien yang dicurigai mempunyai batu sal.kemih

6. Obstruksi Ileus Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder’’ dan “air fluid
level” pada FPA dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi . FPA mempunyai
tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan 84% pada obstruksi
kolon. Gambaran “step ladder’’ dan “air fluid level” terutama pada obstruksi bagian
distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi strangulasi dan nekrosis, maka
akan terlihat gambaran berupa hilangnya mukosa yang reguler dan adanya gas dalam
dinding usus.

7. Peritonitis Pada peritonitis dilakukan FPA 3 posisi. Sebelum terjadi peritonitis, jika
penyebabnya adanya gangguan pasase usus (ileus) obstruktif maka pada FPA 3 posisi
didapatkan gambaran radiologis antara lain:

 Posisi tidur untuk melihat distribusi usus, preperitonian fat, ada tidaknya penjalaran.
Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus diproksimal daerah obstruksi, penebalan
dinding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring bone appearance)

 Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari air fluid
level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus
letak tinggi, sedang jika panjang-panjang kemungkinan gangguan dikolon. Gambaran
yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra diagfragma dan air fluid level.
 Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis diperoleh adanya air fluid level
dan step ladder appearance. Jadi gambaran radiologis pada ileus obstruktif yaitu adanya
distensi usus partial, air fluid level, dan herring bone appearance.

Sedangkan pada ileus paralitik didapatkan gambaran radiologis yaitu:

 Distensi usus general, dimana pelebaran usus menyeluruh sehingga kadang-kadang


susah membedakan antara intestinum tenue yang melebar atau intestinum crassum.

 Air flud level

 Herring bone appearance Bedanya dengan ileus obstruktif; pelebaran usus menyeluruh
sehingga air flud level ada yang pendek- pendek (usus halus) dan panjang-panjang
(kolon-kolon), karena diameter kolon lebih lebar dari usus halus. Ileus obstruktif bila
berlangsung lama dapat menjadi ileus paralitik.

Pada kasus peritonitis karena perdarahan, gambarannya tidak jelas pada FPA, gambaran akan
klebih jelas pada USG. Gambaran radiologis peritonitis, karena perporasi dapat dilihat pada
pemeriksaan FPA 3 posisi. Pada dugaan perforasi apakah karena ulkus peptikum, pecahnya
usus buntu atau karena sebab lain, tanda utama radiologi adalah:

 Posisi tiduran, didapatkan preperitonial fat menghilang, psoas line menghilang, dan
kekaburan pada cavum abdomen.

 Posisi duduk atau berdiri, didapatkan free air subdiafragma berbentuk bulan sabit
(semilunar shadow)

 Posisi LLD, didapatkan free air intra peritonial pada daerah perut yang paling tinggi.
Letaknya antara hati dengan dinding abdomen atau antara pelvis dengan dinding
abdomen.

Jadi gambaran radiologis pada peritonitis, yaitu adanya kekaburan pada kavum abdomen,
preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas subdiafragma atau intra
peritoneal.

D. Kesimpulan

Foto Polos Abdomen ( FPA ) menjadi salah satu pemeriksaan penunjang untuk pertimbangan
dalam memperkirakan pasien dengan abdomen akut. FPA dapat dilakukan dalam 3 posisi
yaitu :

 TIdur terlentang ( supine )

 Duduk atau setengah duduk

 Tiduran miring kekiri (Left Lateral Decubitus=LLD) Pemotretan dibuat dengan


memakai kaset film yang dapat mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya.
E. Daftar Pustaka

Price, S.A 2000. Patofisiologi; Konsep Klinis proses-proses penyakit , Editor; Price, S.A.,
McCarty, L.,Wilson Editor terjemahan; Wijaya, Caroline, Jakarta: EGC,.

sudah di presentasikan pada rapat rutin bulanan Perawat dan staf ruang Kenanga
(Bangsal Bedah) Bulan Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai