Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan

Vol. 9, No. 4, Hlm. 158 - 165, Desember 2013


ISSN 1412-5064
DOI: http://dx.doi.org/10.23955/rkl.v9i4.1228

Kajian Kinerja Penukar Panas Tipe Shell and Tube


Satu Haluan dengan Pengontrolan Suhu Outlet

Study of Performance of One-Pass-Shell-and-Tube Heat Exchanger with


Outlet Temperature Controlling
Hendri Syah

Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala.


Jln. Tgk. Hasan Krueng Kalee, No. 3, Darussalam, Banda Aceh
E-mail: hendrisyah54@yahoo.com

Abstrak

Kajian ini bertujuan untuk menentukan kinerja penukar panas tipe shell and tube dengan
pengaturan suhu outlet. Penukar panas yang digunakan dalam kajian ini adalah penukar
panas tipe shell and tube dengan bahan bakar kerosen. Parameter kinerja yang dianalisis
adalah konsumsi kerosen, suhu keluaran, koefisien perpindahan panas keseluruhan, laju
perpindahan panas, number of heat transfer units (NTU), dan efektivitas. Hasilnya
menunjukkan bahwa laju perpindahan panas dalam penukar panas berkisar dari 69,24 hingga
83,13 kW. Energi panas yang dihasilkan dalam eksperimen III lebih tinggi karena
temperaturnya paling tinggi, ini berbeda dengan efektivitas dan NTU-nya karena masing-
masing memiliki nilai terendah (0,77 dan 2,55). Perbedaan tekanan total yang terjadi dalam
penukar panas tersebut adalah 366,8 Pa. Nilai ini jauh lebih kecil dibandingkan tekanan statik
kipas yang dipakai yaitu 78 mm H2O.

Kata kunci: efektivitas, konsumsi kerosen, laju perpindahan panas, perbedaan tekanan, shell
and tube

Abstract

This study aimed to determine the performance of the heat exchanger shell and tube type
temperature-controlled outlet. Heat exchangers used in this study is the heat exchanger shell
and tube types with kerosene fuel. The performance parameters analyzed are the
consumption of kerosene, outlet temperature, overall heat transfer coefficient, heat transfer
rate, the number of heat transfer units (NTU), and effectiveness. The result showed that the
rate of heat transfer in the heat exchanger ranged from 69.24 to 83.13 kW. Heat energy
produced in the experiment III was higher because its temperature is highest, this is different
from its effectiveness and NTU since there are the lowest value (0.77 and 2.55) respectively.
Total pressure drop that occured in the heat exchanger is 366.8 Pa. Furthermore, this value is
smaller than the static pressure fan which had been installed and it was 78 mm H2O.

Keywords: consumption of kerosene, effectiveness, heat transfer rate, pressure drop, shell
and tube

1. Pendahuluan panas dari tungku pembakaran ke udara


yang masuk ke ruang pengolahan
Operasi pengolahan termal terhadap suatu (Henderson dkk., 1997).
produk seperti pengeringan, kristalisasi,
evaporasi, dan pasteurisasi membutuhkan Penukar panas (heat exchanger) sering
banyak energi panas untuk prosesnya. digunakan untuk proses pengolahan
Contohnya pengeringan yang membutuhkan terutama untuk mengatasi kendala asap
energi panas adalah pada proses pemanas- yang dihasilkan dari pembakaran langsung.
an udara, peningkatan suhu produk, dan Disamping itu, penggunaan penukar panas
penguapan air. Sumber panas biasanya dapat lebih mengefektifkan pengendalian
berasal dari proses pembakaran bahan bakar suhu proses dibandingkan dengan menggu-
seperti minyak tanah dan biomassa. Selain nakan energi panas langsung dari pembaka-
menghasilkan energi panas, proses pemba- ran. Fungsi utama dari penukar panas yaitu
karan juga menghasilkan asap. Hal ini mempertukarkan panas dari satu fluida ke
merupakan suatu kendala jika asap fluida lain. Fluida-fluida tersebut dicegah
bercampur dengan bahan yang diproses bercampur satu dengan lainnya oleh
karena dapat menyebabkan bahan menjadi pembatas seperti dinding pipa. Penukar
bau dan menurunkan mutu produk. Untuk panas yang umumnya digunakan berupa
mengatasi hal tersebut dibutuhkan suatu konfigurasi pipa-pipa atau plat (Holman,
unit operasi yang dapat mentransfer energi 1986).

158
Jenis penukar panas yang banyak diaplikasi- suhu outlet dari penukar panas. Parameter
kan di industri adalah penukar panas tipe percobaan yang diukur adalah:
shell and tube atau selubung dan tabung.
Konfigurasi ini terdiri dari satu bundel pipa a. Suhu
yang dihubungkan paralel yang ditempatkan
di dalam selubung. Pada unit penukar panas Pengukuran suhu menggunakan termometer
terdapat dua macam fluida yaitu fluida dan termokopel. Suhu yang diukur adalah
panas dan fluida dingin yang masing- suhu lingkungan, outlet, cerobong, dan suhu
masing dialirkan di bagian tabung atau pembakaran. Sebelumnya alat ukur
selubung tergantung pada kepentingan dikalibrasikan dahulu dengan termometer
operasionalnya. Fluida panas diprioritaskan standar. Pengukuran suhu diukur sejak
dialirkan di bagian tabung dan fluida yang penukar panas dioperasikan sampai selesai
dipanaskan dialirkan di bagian selubung pengukuran. Pencatatan suhu oleh data
sehingga panas bisa ditransfer ke arah luar logger setiap 3 menit. Suhu yang di set pada
(ke arah fluida yang dipanaskan) sehingga panel pengontrol suhu adalah 132,5oC.
tidak ada urgensi dibutuhkannya isolator
pada bagian selubung (Eryener, 2006). b. Kecepatan udara

Dalam aplikasinya, penukar panas banyak Kecepatan udara yang diukur adalah
ditemui permasalahan yang dapat mempe- kecepatan udara pada outlet dari penukar
ngaruhi kinerjanya seperti pressure drop, panas kemudian ditentukan laju aliran
perpindahan panas, faktor pengotoran, dan massa udara dengan mengalikan luas
sebagainya. Evaluasi performansi penukar penampang keluaran dengan kecepatan
panas dianggap perlu untuk meningkatkan udara dan densitas udara.
efektivitasnya sehingga penggunaannya
sesuai dengan kondisi operasi yang diharap- c. Konsumsi bahan bakar
kan. Suhu outlet merupakan suhu yang
diharapkan dari perpindahan fluida panas Bahan bakar yang terpakai diperoleh dari
dari pembakaran. Pengontrolan suhu pengurangan jumlah bahan bakar awal
keluaran diperlukan agar suhu untuk suatu dengan sisa bahan bakar pada drum setelah
proses operasi lebih stabil (tidak proses selesai. Laju aliran bahan bakar
berfluktuatif) sehingga proses yang merupakan nisbah antara jumlah bahan
dilakukan dapat dikendalikan. Tujuan dari bakar yang terpakai terhadap lama
penelitian ini adalah untuk mengetahui pemakaian.
kinerja dari penukar panas jenis shell and
tube yang dikontrol suhu outletnya. d. Waktu operasi

2. Metodologi Masing-masing percobaan dilakukan dengan


waktu operasi penukar panas yang berbeda
2.1. Bahan dan Alat yaitu percobaan I (132 menit), percobaan II
(171 menit), percobaan III (225 menit) dan
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium percobaan IV (273 menit).
Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departe-
men Teknik Pertanian, FATETA IPB dan 2.3. Analisis Data
Gudang Pengolahan KUD Jasa Mukti
Cibungbulang Bogor. Bahan yang dipakai a. Energi Pembakaran
pada penelitian ini adalah minyak tanah
sebagai bahan bakar. Peralatan yang Energi yang dihasilkan dari proses
digunakan adalah oil bath, anemomaster pembakaran minyak tanah (Nelwan, 2005)
Kanomax, temokopel (tipe CC dan CA), data adalah:
logger merk Yokogawa, panel kontrol suhu, .
multimeter YF-3503, clampmeter, gelas Qf  m f hf (1)
ukur, termometer air raksa, stop watch, dan
penukar panas tipe shell and tube yang b. Logarithmic Mean Temperature
dilengkapi pressure burner dan kipas Difference (LMTD)
2.2. Prosedur Penelitian LMTD merupakan pendekatan untuk
menentukan nilai perbedaan suhu antara
Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali dua fluida dalam alat penukar panas
dengan pengontrolan pembakaran minyak keseluruhan, dihitung dengan persamaan:
tanah di dalam tungku berdasarkan setting

159
LMTD 
Ts  Tu   Tc  Ta  (2)
kumpulan pipa dengan penyusunan
 T  Tu  bersilangan (staggered arrangement) pada
ln  s  Gambar 2.
 Tc  Ta 

c. Laju perpindahan panas

Perpindahan panas untuk berbagai tipe


penukar panas dapat ditentukan dengan
persamaan berikut (Heldman, 1993):
Q  U  AL  LMTD (3) )

d. Efektivitas

Keefektifan penukar panas adalah


perbandingan laju perpindahan panas yang
sebenarnya dalam penukar panas terhadap
laju pertukaran panas yang mungkin terjadi
(Kreith, 1973).

Gambar 1. Susunan pipa penukar panas



    
1  exp  NTU 1  C2 
12
  1
(staggered arrangement)

   
12
ε  21  C  1  C2  (4)
 
1  exp  NTU 1  C2 
12

 
 m u  C pu 
Cmin   min (5)
C  
Cmax  
 m u  C pu 
  max
e. Number of Heat Transfer Units (NTU)

NTU adalah jumlah satuan perpindahan


panas yang merupakan tolak ukur
perpindahan panas suatu penukar panas.
Harga NTU semakin besar maka penukar
panas mendekati batas termodinamikanya
(Kreith, 1973).
Gambar 2. Grafik faktor f dan x (Cengel, 2003)
UA (6)
NTU  2.4. Spesifikasi Penukar Panas
C min
f. Penurunan tekanan (∆P) Penukar panas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penukar panas terdiri
Penurunan tekanan pada penukar panas dari pipa-pipa (tube) dan selubung (shell).
merupakan perbedaan antara tekanan pada Penukar panas berbentuk kotak yang bagian
inlet dan outlet dari kumpulan pipa (tube dalamnya terdapat pipa-pipa penukar panas,
bank). Persamaan penurunan tekanan pada baffle, lubang inlet, outlet, dan cerobong.
penukar panas sebagai berikut: Pipa-pipa yang berada di dalam selubung
berfungsi sebagai tempat mengalirnya udara
 m2 ak (7) panas hasil pembakaran (Butterworth,
P  N L f  2002). Fungsi dari baffle adalah sebagai
2
penghalang dan pembelokan udara sehingga
ST
 m ak   (8)
perpindahan panas ke udara semakin besar.
ST  D Pada penukar panas terdapat 2 lubang yaitu
inlet dan outlet. Lubang inlet berfungsi
sebagai lubang pemasukan udara lingkungan
Nilai ST pada persamaan 8 dapat diilustrasi-
ke penukar panas sedangkan lubang outlet
kan pada Gambar 1 dan penentuan nilai
berfungsi sebagai lubang pengeluaran udara
faktor gesekan f dan faktor x untuk

160
panas dari penukar panas. Hasil pembakaran dengan biomassa dan batu bara. Kelemahan
di tungku dikeluarkan melalui cerobong. dari penggunaan minyak tanah adalah
Bagian dan dimensi penukar panas dapat harganya yang mahal. Panas dari pembakar-
dilihat pada Tabel 1. an minyak tanah menggunakan kompor
bertekanan (burner). Menurut Manalu
Tabel 1. Bagian dan spesifikasi dari penukar (1998), penggunaan burner cukup baik
panas karena panas yang dihasilkan cukup tinggi
dan jelaga yang dihasilkan hampir tidak ada,
Bagian Jumlah Dimensi Bahan sedangkan kelemahannya adalah nosel atau
carbon spuyernya mudah tertutup kotoran dari
Tube 175 1” x 1010 mm
steel
minyak tanah. Konsumsi minyak tanah pada
766 x 726 x mild
Shell 1 setiap percobaan dapat dilihat dari Tabel 2.
1000 mm steel
Lubang mild
1 Ǿ 300 x 100 mm Tabel 2. Konsumsi minyak tanah
outlet steel
Lubang mild
1 Ǿ 300 x 100 mm
inlet steel Konsumsi minyak tanah
Lubang mild Percobaan
1 Ǿ 195 x 100 mm
cerobong steel (liter/menit) (kg/menit)
mild
Baffle 2 754 x 365 mm I 0,207 0,170
steel
II 0,184 0,151
Komponen tambahan dari penukar panas
III 0,184 0,151
adalah kipas berfungsi menarik udara dari
lingkungan ke penukar panas, kemudian IV 0,183 0,150
menghembuskannya melewati pipa-pipa
panas dan keluar melalui lubang outlet. Jenis Udara sangat dibutuhkan pada proses
kipas yang digunakan pada penukar panas pembakaran minyak tanah di dalam tungku.
ini adalah kipas aliran sumbu atau aksial. Udara lingkungan disuplai ke dalam tungku
Spesifikasi kipas sebagai berikut kapasitas dengan menggunakan blower yang terdapat
10.000 CMH, 2800 rpm, 3 HP, 3 fase, static pada burner. Pada penelitian ini bukaan
pressure 78 mm H2O dan jumlah daun kipas blower yang dipakai adalah bukaan ½
10 buah. Komponen lain yang terintegrasi dengan laju aliran massa udara yang
dengan penukar panas adalah kompor menuju ke tungku sebesar 0,0896 kg/m3
bertekanan atau burner dan tungku. Kompor lebih rendah dengan bukaan penuh yaitu
bertekanan berfungsi sebagai pensuplai sebesar 0,1251 kg/m3. Tabel 3 menunjukkan
minyak tanah secara teratur untuk proses energi yang dihasilkan dari proses pem-
pembakaran. Pada burner terdiri dari bakaran, energi output dari tungku dan
beberapa bagian yaitu nosel, blower, dan efisiensi tungku pada setiap percobaan.
pencatat tekanan. Fungsi dari nosel adalah Energi panas yang dihasilkan dari proses
untuk mengabutkan bahan bakar sehingga pembakaran dipengaruhi oleh laju aliran
lebih mudah terbakar pada saat pengapian massa minyak tanah dan nilai kalor minyak
secara listrik. Blower pada burner berfungsi tanah. Percobaan I memiliki nilai energi
untuk mensuplai udara untuk pembakaran pembakaran tertinggi dibandingkan dengan
sehingga diperoleh pembakaran yang percobaan yang lain yaitu sebesar 121,98
sempurna. Burner juga dilengkapi dengan kW, sedangkan percobaan II, III, dan IV
sistem kontrol ON-OFF pada sistem listriknya memiliki nilai yang hampir sama yaitu
yang dihubungkan dengan panel control berkisar 107,71 - 108,29 kW.
suhu. Tungku merupakan tempat terjadinya
pembakaran sehingga diperoleh udara panas
yang kemudian masuk ke penukar panas. Tabel 3. Energi pembakaran minyak tanah (Qin)
Tungku dilapisi oleh bata api di bagian dalam dan energi penukar panas
dan plat besi di bagian luar. Dimensi dari
tungku adalah 79 x 83 x 55 cm (Stoecker, Percobaan Q in (kW) Q out (kW)
1971).
I 121,98 69,24
3. Hasil dan Pembahasan II 108,00 74,26
III 108,29 83,13
Bahan bakar yang digunakan sebagai
sumber energi adalah minyak tanah. Peng- IV 107,71 75,19
gunaan minyak tanah mempunyai banyak
kelebihan diantaranya memiliki nilai kalor Suhu pembakaran rata-rata di tungku pada
yang cukup tinggi (43,028 kJ/kg) dan panas percobaan I, II, III, dan IV masing-masing
yang dihasilkan lebih stabil dibandingkan adalah 767,7oC, 775,2oC, 796,0oC, dan

161
774,2oC. Suhu rata-rata pembakaran pada suhu (termostat) pada suhu yang sama
percobaan III lebih tinggi dibandingkan yaitu 132,5oC, hal ini dipengaruhi oleh suhu
dengan percobaan I, II, dan IV. Profil suhu pembakaran minyak tanah di dalam tungku
pembakaran semua percobaan menunjukkan yang sangat berfluktuatif. Fluida yang
pola yang sama yaitu peningkatan suhu digunakan pada penukar panas ini adalah
pada awal proses pembakaran dan kemudian udara. Udara panas dari hasil pembakaran di
berfluktuasi. Suhu pembakaran yang sangat tungku sebagai fluida panas dan udara
berfluktuatif dikarenakan penggunaan jenis lingkungan sebagai fluida dingin. Penukar
kontrol ON-OFF pada burner untuk panas yang terpasang pada pengering rotari
mengontrol suhu outlet. Apabila suhu outlet adalah penukar panas tipe shell and tube
telah tercapai atau sama dengan suhu yang dimana udara panas hasil pembakaran me-
telah di set up pada panel kontrol maka masuki tube dan keluar melalui cerobong
burner akan mati sehingga proses pem- sedangkan udara bersih (lingkungan) me-
bakaran akan berhenti, demikian sebaliknya. lewati tube-tube panas menuju keluaran.
Keadaan ini menyebabkan suhu pembakaran Analisis kinerja penukar panas dapat dilihat
yang tercatat sangat berfluktuasi. Selain itu, pada Tabel 4. Berdasarkan hasil perhitungan
waktu burner dalam kondisi OFF sampai ON diperoleh energi pada penukar panas setiap
lagi cukup lama yaitu sekitar 20 detik, percobaan berkisar antara 69,24 – 83,13
sehingga suhu di dalam tungku akan turun kW. Energi panas yang dihasilkan pada
lebih cepat. Distribusi suhu outlet penukar percobaan III lebih tinggi dibandingkan
panas pada percobaan I dan II dapat dilihat dengan percobaan lain yaitu sebesar 83,13
pada Gambar 3. kW, hal ini diduga karena energi panas yang
dihasilkan dipengaruhi oleh suhu pem-
Suhu rata-rata outlet yang tercatat pada bakaran, dimana suhu pembakaran percoba-
percobaan I, II, III, dan IV masing-masing an III lebih tinggi dibandingkan dengan
adalah 131,4oC, 130,3oC, 135,1oC, dan percobaan lainnya sehingga suplai energi ke
132oC. Suhu outlet tersebut adalah suhu penukar panas lebih besar. Begitu juga
keluaran rata-rata dalam kondisi steady halnya dengan energi panas maksimum
state. Suhu outlet pada masing-masing yang dapat dihasilkan oleh penukar panas.
percobaan cenderung konstan pada menit Hasil perhitungan energi panas maksimum
tertentu. Suhu inlet rata-rata setiap per- pada keempat percobaan masing-masing
cobaan berbeda-beda walaupun sudah di- dapat dilihat pada Tabel 4.
kontrol dengan menggunakan pengontrol

160

140

120

100
Suhu (O C)

80

60

40

20

0
0 27 54 81 108 135 162

Waktu (menit)
Percobaan 1 Percobaan 2

Gambar 3. Suhu outlet pada percobaan I dan II

162
Tabel 4. Analisis kinerja penukar panas

Percobaan
Parameter
I II III IV
- Q HE (kW) 69,24 74,26 83,13 75,19
- Laju aliran udara (kg/s) 0,720 0,783 0,666 0,759
- Ch (kW/oC) 0,108 0,114 0,128 0,116
- Cc (kW/oC) 0,725 0,788 0,838 0,764
- Qmak = Cmin (Tsi –Ta) (kW) 79,03 84,15 97,27 86,02
- C = Cmin/Cmak 0,149 0,145 0,153 0,152
- LMTD (oC) 219,21 224,53 254,65 227,67
- Luas permukaan 18,61 18,61 18,61 18,61
- Koefisien perpindahan panas overal (W/m2 oC) 16,97 17,77 17,54 17,75
- NTU 2,92 2,90 2,55 2,84
- Efektivitas (ε) 0,81 0,81 0,77 0,80

Koefisien perpindahan panas menyeluruh efektifitas penukar panas adalah 0,74,


diperoleh berdasarkan nilai koefisien per- sedangkan dengan laju pembakaran 2,32
pindahan panas (h) di dalam pipa dengan kg/jam, efektifitas yang dicapai penukar
koefisien perpindahan panas di selubung panas adalah sebesar 0,30. Hal ini karena
(shell). Nilai koefisien panas menyeluruh dalam mekanisme konveksi bebas, pengaruh
yang dihasilkan cukup kecil yaitu berkisar peningkatan suhu terhadap nilai U akan
antara 16,97 - 17,77 W/m2 oC. Hal ini di- relatif kecil.
karenakan fluida yang digunakan pada
penukar panas adalah udara yang memiliki Perhitungan tahanan arus udara atau
koefisien pindah panas lebih kecil dibanding- penurunan tekanan diperlukan untuk
kan dengan fluida lain seperti air. Tipe instalasi kipas pada penukar panas.
penukar panas yang memindahkan panas Penurunan tekanan dapat disebabkan oleh
dari udara ke udara memiliki nilai koefisien udara mengalir pada pipa, penukar panas,
perpindahan panas menyeluruh (U) sebesar penyempitan mendadak dan pembesaran
10 – 40 W/m2 oC (Cengel, 2003). mendadak dari saluran. Tabel 5 menunjukan
penurunan tekanan yang terjadi pada
Rasio UA/Cmin dinyatakan sebagai jumlah penukar panas.
unit transfer (number of transfer units),
disingkat NTU. Berdasarkan hasil per- Tabel 5. Perhitungan penurunan tekanan pada
hitungan, nilai NTU pada setiap percobaan penukar panas
berkisar antara 2,55 – 2,92. Nilai NTU untuk
percobaan III lebih rendah dibandingkan Parameter Nilai Satuan
dengan percobaan lain, hal ini dikarenakan ρ 1,15336 kg/m3
μ ( x 10-5) 1,8769 kg/ms
nilai Cmin (kapasitas panas untuk udara 
panas) lebih tinggi. Nilai NTU dapat mu 0,7373 kg/s
diperbesar dengan cara menurunkan Luas saluran 0,2718 m2
kapasitas panas minimumnya. Nilai v 2,352 m/s
efektivitas dari penukar panas dipengaruhi v maks 6,025 m/s
oleh panas yang masuk pada penukar panas Re 12414,17 -
dan panas maksimum yang dihasilkan oleh Pipa Penukar Panas:
penukar panas. D nominal 1 Inchi
Do 0,03353 M
L 1,01 M
Nilai efektivitas penukar panas yang
Susunan Pipa :
dihasilkan pada setiap percobaan yaitu ST 55 Mm
berkisar antara 0,77 – 0,81. Nilai efektivitas SD 55,31 Mm
setiap percobaan mendekati nilai yang SL 48 Mm
hampir sama, hal ini dikarenakan proses NL 14 Buah
pembakaran dikontrol berdasarkan suhu NT 13 Buah
outlet penukar panas. Kenaikan suhu udara Grafik f dan x
yang masuk ke pipa penukar panas tanpa PT 1,6403 -
adanya perubahan kondisi sistem, nilai PL 1,4316 -
PT/PL 1,1458 -
efektivitas dari penukar panas akan
f 0,4 -
menurun. Penelitian yang dilakukan oleh x 1 -
Sholahuddin (2002), efektivitas penukar Penurunan Tekanan:
panas juga dipengaruhi oleh laju ΔP 117,2 Pa
pembakaran minyak dimana pada kondisi ΔP total 351,7 Pa
laju pembakaran minyak 0,77 kg/jam,

163
Besar penurunan tekanan pada penukar LMTD Logarithmic Mean Temperature
panas sebesar 117,2 Pa, nilai tersebut Difference
merupakan penurunan tekanan sekali laluan NL Jumlah tube dalam shell secara
udara melewati kumpulan pipa, sedangkan tranversal (unit)
alat penukar panas ini terdiri dari 2 baffle NT Jumlah tube dalam shell secara
sehingga jumlah laluan udara yang melewati tranversal horizontal (unit)
kumpulan pipa menjadi tiga kali jadi total N Jumlah tube pada penukar panas
penurunan tekanan pada penukar panas NTU Number of Heat Transfer Units
sebesar 351,7 Pa. Penyempitan saluran Q Laju perpindahan panas (kW)
terjadi pada penukar panas ke pipa outlet, Re Bilangan Reynold
besar penurunan tekanannya adalah 15,1 ST Jarak antar tube pada penukar panas
Pa. Total penurunan tekanan yang terjadi (m)
pada penukar panas sebesar 366,8 Pa. Nilai SD Jarak antar tube pada penukar panas
ini lebih kecil dari tekanan statis kipas yang secara diagonal (m)
telah terpasang yaitu sebesar 78 mm H2O SL Jarak antar tube pada penukar panas
atau 764,4 Pa, sehingga kipas aksial ini secara transversal (m)
aman digunakan pada pengering rotari Tu Suhu outlet (oC)
sebagai pemindah fluida udara. Ts Suhu pembakaran (oC)
Ta Suhu inlet (oC)
4. Kesimpulan Tc Suhu cerobong (oC)
tr Waktu tinggal (s)
Laju konsumsi minyak tanah pada masing- U Koefisien perpindahan panas
masing percobaan memiliki nilai yang konveksi menyeluruh (W/oCm2)
hampir sama kecuali percobaan I yang ΔP Penurunan tekanan (Pa)
nilainya sedikit lebih tinggi. Suhu outlet yang ρu Kerapatan udara (kg/m3)
telah di setting di kontrol panel tidak sesuai ε Efektivitas
dengan suhu outlet rata-rata hasil pengukur- υ Kecepatan udara (m/s)
an, hal ini dikarenakan jenis kontrol ON-OFF 
yang dipakai kurang akurat. Lama operasi mu Laju aliran massa udara (kg/s)
penukar panas yang suhu outletnya 
dikontrol tidak mempengaruhi kinerja dari mf Laju aliran massa bahan bakar
penukar panas, dimana nilai efektivitas (ε) (kg/s)
pada masing-masing percobaan menunjukan
nilai yang hampir sama yang nilainya Daftar Pustaka
berkisar antara 0,77 – 0,81. Nilai NTU pada
setiap percobaan berkisar antara 2,55 – Butterworth, D. (2002) Design of shell and
2,92, dimana nilai ini dipengaruhi oleh tube heat exchangers when the fouling
koefisien perpindahan panas menyeluruh, depends on local temperature and
luas permukaan pindah panas, dan kapasitas velocity, Applied Thermal Engineering,
panas minimum. Total penurunan tekanan 22, 789 – 801.
(pressure drop) yang terjadi pada penukar
panas sebesar 366,8 Pa. Nilai ini lebih kecil Cengel, Y. A. (2003) Heat Transfer, A
dari tekanan statis kipas yang telah Practical Approach. Second Edition, Mc
terpasang yaitu sebesar 78 mm H2O. Graw Hill, New York.

Daftar Simbol Eryener, D. (2006) Thermoeconomic


optimization of baffle spacing for shell
AL Luas permukaan panas (m2) and tube heat exchanger, Energy
C Perbandingan Cmin dan Cmaxk Conversion and Management, 47, 1478
Cpu Panas spesifik udara (kJkg-1 oC-1) – 1489.
Ch Kapasitas panas udara panas (kW/
oC)
Heldman, D. R., Singh, R. P. (1993)
Cc Kapasitas panas udara panas (kW/ Introduction to Food Engineering.
oC)
Second Edition, Academic Press Inc,
D Diameter saluran (m) New York.
Do Diameter luar pipa (m)
f Faktor gesekan Henderson, S.M., Perry, R.L., Young, J. H.
hf Nilai kalor bahan bakar (kJ/kg) (1997) Principles of Process
hcv Koefisien perpidahan panas Engineering. ASAE, California.
volumetrik (W/oCm3)
L Panjang pipa (m)

164
Holman, J.P. (1986) Heat Transfer. Edition beans, Dissertation, The Graduate
6. Diterjemahkan Jasifi, E. 1993. School Bogor Agricultural University,
Erlangga, Jakarta. Bogor.

Kreith, F. (1973) Principle of Heat Transfer. Sholahuddin (2002) Pendugaan sebaran


Terjemahan Prijono A. 1986. Prinsip- suhu pada penukar panas pipa vertical,
prinsip Perpindahan Panas. Edisi ke-3. Buletin Teknik Pertanian, 16(2).
Erlangga. Jakarta.
Stoecker, W.F. (1971) Design of Thermal
Nelwan, L.O. (2005) Study on solar-assisted Systems. Int. Student Edition, Mc
dryer with rotating rack for cocoa Graw Hill, Tokyo.

165

Anda mungkin juga menyukai