Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem pelayanan kesehatan merupakan suatu yang sangat penting di
dalam dunia kesehatan melalui sistem ini diharapkan kualitas kesehatan
khususnya di Indonesia. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan
dapat tercapai dengan cara efektif dan tepat sasaran. Keberhasilan sistem
pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam
pelayanan kesehatan diantaranya perawat, dokter, atau tim kesehatan lain yang
saling menunjang.
Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekitjo Notoatmojo
pelayanan kesehatan adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah pelayanan prefentif (pencegahan) dan promotif
(peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.Sistem ini akan
memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-
nilai yang ada di masyarakat di harapkan perawat dapat memberikan
pelayanan dengan kualitas yang bagus.
Dalam mempelajari system, maka terlebih dahulu harus memahami
teori tentang system akan memudahkan dalam memecahkan persoalan yang
ada dalam system. Sistem tersebut terdiri dari subsistem yang membentuk
sebuah system yang antara yang satu dengan yang lainnya harus saling
mempengaruhi.
Dalam teori system disebutkan bahwa system itu terbentuk dari
subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Bagian
tersebut terdiri dari input, proses, output, dampak, umpan balik dan
lingkungan yang semuanya saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori dari sistem pelayanan kesehatan?
2. Bagaimana tingkat pelayanan kesehatan dari sistem pelayanan kesehatan?
3. Apa saja lembaga pelayanan kesehatan?
4. Bagaimana lingkup sistem pelayanan kesehatan?
5. Apakah faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan?

1
6. Apa pengertian Kebijakan Otonomi Daerah ?
7. Apa saja Model Desentralisasi ?
8. Bagaimana Kebijakan Kesehatan Terkait Politik ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan calon-calon perawat tentang sistem
pelayanan kesehatan dan kebijakan otonomi daerah sehingga dapat
diaplikasikan dalam bidang keperawatan nantinya
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui sistem-sistem dari pelayanan kesehatan
2. Mengetahui tingkatan pelayanan kesehatan dari sistem pelayanan
kesehatan
3. Mengetahui beberapa lembaga yang terkait dengan pelayanan
kesehatan
4. Mengetahui ruang lingkup dari sistem pelayanan kesehatan
5. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan
6. Mengetahui pengertian Kebijakan otonomi daerah
7. Mengetahui model desentralisasi
8. Mengetahui kebijakan kesehatan terkait politik
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penulisan makalah ini dijadikan dasar untuk
mengembangkan ilmu khususnya dibidang keperawatan
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai sumber informasi khasanah wacana
kepustakaan serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penulisan
makalah selanjutnya
2. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang Sistem
Pelayanan Kesehatan dan Kebijakan Otonomi Daerah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Pelayanan Kesehatan

Definisi dari sistem pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep


dimana konsep ini memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat.
Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekitjo Notoatmojo
pelayanan kesehatan adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah pelayanan prefentif (pencegahan) dan promotif
(peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Dan menurut Level dan
Loomba pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam waktu organisasi dalam memelihara dan
menigkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan.

2.1.1 Teori Sistem Pelayanan kesehatan

Teori sistem pelayanan kesehatan meliputi:

1) Input
Input merupakan subsistem yang akan memberikan segala
masukan untuk berfungsinya sebuah sistem, seperti system pelayanan
kesehatan, maka masukan dapat berupa potensi masyarakat, tenaga
kesehatan, sarana kesehatan dan lain-lain.
2) Proses
Proses yaitu suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah
masukan untuk menjadikan sebuah hasil yang diharapkan dari system
tersebut, sebahaimana contoh dalam system pelayanan kesehatan, maka
yang dimaksud proses adalah berbagai kegiatan dalam pelayanan
kasehatan.
3) Output

3
Output yaitu hasil berupa layanan kesehatan yang berkualitas,
efektif dan efisien serta dapat di jangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat sehingga pasien sembuh dan sehat optimal.
4) Dampak
Dampak merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil bari
system, yang terjadi relative lama waktunya. Setelah hasil dicapai,
sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan , maka dampaknya
akan menjadikan masyarakat sehat dan mengurangi angka kesakitan
dan kematian karena pelayanan terjangkau oleh masyarakat.
5) Umpan Balik
Umpan balik merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan
masukan dan ini terjadi dari sebuah system yang saling berhubungan
dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam system pelayanan
kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatanyang juga dapat
menjadikan input yang selalu meningkat.
6) Lingkungan
Lingkungan disini adalah semus keadaan diluar system tetati dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan sebagaimana dalam system
pelayanan kesehatan, lingkungan yang dimaksud dapat berupa
lingkungan strategis, atau situasi kondisi social yang ada di masyarakat
seperti institusi di luar pelayanan masyarakat.

2.1.2 Tingkatan Pelayanan Kesehatan


Tingkat pelayanan kesehatan dalam sistem pelayanan kesehatan adalah :
1. Health promotion ( promosi kesehatan ) Tingkat pelayanan kesehatan
ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui
peningkatan kesehatan dan bertujuan untuk meningkatkan status
kesehatan agar masyarakat tidak terjadi gangguan kesehatan.
2. Spesific protection ( perlindungan khusus ) Dilakukan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya yg akan menyebabkan penurunan
status kesehatan. Contohnya pemberian imunisasi.
3. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan
segera) Dilaksanakan dalam mencegah meluasnya penyakit yang lebih

4
lanjut serta dampak dari tibulnya penyakit sehingga tidak terjadi
penyebaran.
4. Disability Limitation (Pembatasan Cacat) Dilakukan untuk mencegah
agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak kecacatan akibat
penyakit yang ditimbulkan
5. Rehabilitation Dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Tahap
ini dijumpai pada fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana
program latihan ini diberikan pada pasien.
2.1.3 Lembaga Pelayanan Kesehatan
Lembaga Pelayanan Kesehatan merupakan tempat pemberian
pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam rangka meningkatkan status
kesehatan. Tempat pelayanan kesehatan sangat bervariasi berdasarkan
tujuan pelayanan kesehatan dapat berupa rawat jalan, institusi kesehatan,
comunity based agency dan hospice.
1. Rawat Jalan
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan
pada tingkat pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang
akut atau mendadak dan kronis yang memungkinkan tidak terjadi rawat
inap.
2. Institusi Kesehatan
Lembaga ini merupakan pelayanan kesehatan yang fasilitasnya
cukup dalam memberikan berbagai tingkat kesehatan seperti rumah
sakit, pusat rehabilitasi, dan lain lain.
3. Community Based Agency
Bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada
klien sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek
rawat keluarga dan lain lain.
4. Hospice
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang di fokuskan pada klien yang sakit terminal agar lebih tenang dan
biasanya digunakan dalam home care.

5
2.1.4 Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
1. Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)
Pelayanan Kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat
yang memiliki masalah kesehatan yang ringan.
2. Secondary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
Diperlukan bagi masyarakat yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit atau rawat inap dan dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.
3. tertiary Health Service (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
Pelayanan kesehatan merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi.
Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli
2.1.5 Pelayan Perawatan Dalam Pelayanan Kesehatan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
semuanya dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam menigkatkan
derajat kesehatan. contoh pelayanan kesehatan dalam tingkat dasar yang
dilakukan di lingkup puskesmas dengan pendekatan asuhan keperawatan
keluarga diantaranya mengenal masalah kesehatan secara dini, mengambil
keputusan, menanggulangi keadaan secara darurat bila terjadi kecelakaan,
memberikan pelayanan keperawatan dasar.
2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan
1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru Perkembangan Iptek akan
diikuti dengan pelayanan kesehatan, seperti dalam pelayanan kesehatan
untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit. Dapat
menggunakan alat seperti laser, terapi perubahan gen, dan lain lain.
2. Pergeseran Nilai Masyarakat Masyarakat yang sudah maju dalam
pengetahuan yang tinggi maka akan memiliki kesadaran yang lebih
dalam pemanfaatan kesehatan sebaliknya masyarakay yang memiliki
pengetahuan yang murang akan memiliki kesadaran yang rendah
terhadap layanan kesehatan sehingga kondisi demikian akan sangat
mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan.
3. Aspek Legal Dan Etik Tingginya kesadaran masyarakat terhadap
penggunaan pelayanan kesehatan, maka diimbangi pula tingginya
tuntutan hukum dan etik sehingga pelayanan kesehatan dituntut untuk

6
profesional dengan memperhatikan nilai- nilai hukum dan etika yang
ada di masyarakat.
4. Ekonomi Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh
tingkat ekonomi masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang,
pelayanan kesehatan akan lebih di perhatikan begitu juga sebaliknya
maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan mengingat biaya
dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup
mahal.
5. Politik Kebijakan pemerintah akan sangat berpengaruh dalam sisitem
pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat
memberikan pola dalam sistem pelayanan.
2.2 Pengertian Kebijakan otonomi daerah
Otonomi daerah merupakan bagian dari desentralisasi. Dengan adanya
otonomi daerah, daerah mempunyai hak serta kewajiban untuk mengatur
daerahnya sendiri tetapi masih tetap dikontrol oleh pemerintah pusat serta
sesuai dengan undang-undang. Pengertian otonomi daerah yang biasa
digunakan yaitu pengertian otonomi daerah menurut UU No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah. Dalam UU tersebut berbunyi otonomi daerah
merupakan hak, wewenang, serta kewajiban daerah otonom guna mengurus
dan mengatur sendiri urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakatnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hakikat otonomi daerah salah satunya adalah mendekatkan pelayanan
publik kepada masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah
daerah otonom memiliki kewenangan yang luas yang sebelumnya berada di
pemerintah pusat, sehingga pemerintah daerah dapat lebih cepat dalam
merespon tuntutan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
Di era globalisasi ini, tantangan yang dihadapi pemerintah dan
pemerintah daerah semakin kompleks. Peningkatan mutu pelayanan publik
harus terus dilakukan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat. Tuntutan politik yang berkembang di arus global sejak dasawarsa
1980-an memang menunjukkan bahwa pemberian pelayanan publik yang

7
semakin baik pada sebagian besar rakyat merupakan salah satu tolok ukur
bagi legitimasi kredibilitas dan sekaligus kapasitas politik pemerintah di
mana pun.
Penerapan Total Quality Management (TQM) merupakan salah satu
upaya untuk menjawab tantangan tersebut (Sutopo & Suryanto, 2001:28).
Standar-standar baku seperti berfokus pada pelanggan, obsesi terhadap mutu,
kerjasama tim, perbaikan secara berkesinambungan serta adanya pendidikan
dan pelatihan sebagai upaya belajar secara terus menerus adalah sejumlah hal
yang harus diperhatikan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan publik.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah
satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan. Bahkan Untuk mendapatkan penghidupan yang layak di bidang
kesehatan, amandemen kedua UUD 1945, Pasal 34 ayat (3) menetapkan :
”Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
pelayanan umum yang layak”.
Di era otonomi daerah amanat amandemen dimaksud, mempunyai
makna penting bagi tanggung jawab Pemerintah Daerah sebagai sub sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap masyarakat, dan Pemerintah
Daerah dituntut dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang layak,
tanpa ada diskriminasi sosial, budaya, ekonomi dan politik. Amanat ini harus
diterjemahkan dan dijabarkan secara baik oleh sistem dan perangkat
pemerintahan daerah.
Untuk lebih menjamin penerapan hak-hak publik sebagaimana
tersebut di atas, di era otonomi daerah UU No. 32 Tahun 2004 dalam Pasal
11, 13 dan 14 telah menjadikan penanganan bidang kesehatan sebagai urusan
wajib/ tugas pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah. Merujuk
Pasal 11 ayat (4), maka penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang layak
dalam batas pelayanan minimal adalah merupakan tanggung jawab atau
akuntabilitas yang harus diselenggarakan oleh daerah yang berpedoman pada
PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal (SPM). Secara ringkas PP No. 65 Tahun 2005

8
memberikan rujukan bahwa SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga negara secara minimal, terutama yang berkaitan dengan
pelayanan dasar, baik Daerah Provinsi maupun Daerah
Kabupaten/Kota.Kaitannya dengan pelayanan kesehatan, maka SPM sangat
dibutuhkan untuk menjamin hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas di mana pun mereka berada.
Oleh karena itu SPM merupakan bagian integral dari Pembangunan
Kesehatan yang berkesinambungan, menyeluruh, terpadu sesuai Rencana
Pembangunan Jangka menengah Nasional. Ini merupakan wujud
keberpihakan pemerintah kepada kepentingan masyarakat serta jawaban dari
tuntutan perkembangan global.
Otonomi daerah bidang kesehatan memberikan kesempatan yang
banyak kepada pemerintah untuk mengeksplorasi kemampuan daerah dari
berbagai aspek, mulai dari komitmen pemimpin dan masyarakat untuk
membangun kesehatan, sistem kesehatan daerah, manajemen kesehatan
daerah, dana, sarana, dan prasarana yang memadai, sehingga diharapkan
kesehatan masyarakat di daerah menjadi lebih baik dan tinggi.
Berbagai program kesehatan dicanangkan Kementerian Kesehatan
seperti jaminan kesehatan masyarakat (Jamksesmas), Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), dan Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) juga belum maksimal. Bila diamati, program-
program itu hasilnya masih nihil sebagai sistem penjamin kesehatan
masyarakat. Seperti jamkesmas misalnya, kalaupun program tersebut
berjalan, faktanya hanya bisa memberikan pelayanan kesehatan untuk
penyakit ringan, bukan penyakit akut. Contohnya seperti kasus diatas. Pihak
rumah sakit selalu berbelit-belit dan terkesan mempersulit ketika masyarakat
miskin khususnya, meminta keringanan pembayaran atas penyakitnya yang
berat.
Di sisi yang lain, program jamkesmas sendiri masih diliputi
permasalahan distribusi yang tidak tepat sasaran. Banyak warga yang

9
seharusnya tidak berhak mendapatkan jaminan kesehatan dari negara itu,
sedangkan warga yang benar-benar miskin tidak mendapatkannya.
Apalagi ketika otonomi daerah dikaitkan dengan sistem politik yang
ada di Indonesia, para bupati/walikota biasanya hanya membuat program
jangka pendek, sekitar program 5 (lima) tahunan, karena masa jabatannya
lima tahun, sehingga adakalanya program-program kesehatan hanya bersifat
formalitas dan tidak menyentuh kepada masyarakat.
Padahal jika kita telaah lebih jauh, penyelesaian masalah kesehatan
memerlukan waktu yang panjang, yaitu sekitar 10 tahun. Walaupun ada
program kesehatan jangka panjang yang direncanakan, namun seperti kita
lihat pada kenyataannya, ketika pergantian pemimpin daerah, maka program
pun berganti, dan jika tidak berganti, pasti hanya namanya saja bukan
melanjutkan program yang sudah berjalan.
Jika ditinjau, secara umum otonomi daerah dalam bidang kesehatan di
Indonesia kurang begitu berhasil, hal ini dikarenakan karena masih kurang
memihaknya kebijakan untuk membangun kesehatan secara tuntas dan
holistik, walaupun sudah ada daerah yang mampu dan berhasil
mengembangkan konsep dan kebijakan yang mengarah kearah pembangunan
kesehatan.
2.2.1 Model Desentralisasi
Rondinelli membedakan empat bentuk desentralisasi, yaitu:
1. Dekonsentrasi
Desentralisasi dalam bentuk dekonsentrasi (deconcentration),
menurut Rondinelli pada hakikatnya hanya merupakan pembagian
kewenangan dan tanggung jawab administratif antara departemen
pusat dengan pejabat pusat dilapangan tanpa adanya penyerahan
kewenangan untuk mengambil keputusan atau keleluasan untuk
membuat keputusan,Rondinelli selanjutnya membedakan dua tipe
dekonsentrasi yaitu :
a) Field administration (administrasi lapangan). Pejabat lapangan
diberi keleluasaan untuk mengambil keputusan seperti
merencanakan, membuat keputusan-keputusan rutin dan

10
menyesuikan pelaksanaan kebijaksanaan pusat dengan kondisi
setempat.
b) Local administrasion (administrasi lokal) Terdiri dari dua tipe yaitu
integrated local administration (administrasi lokal yang terpadu)
dan unintegrated local administration (administrasi lokal yang
tidak padu).
Dalam tipe integrated local administration, tenaga-tenaga
dari departemen pusat yang ditempatkan didaerah berada langsung di
bawah perintah dan supervisi kepala daerah yang diangkat oleh dan
bertanggung jawab kepada pemerintah pusat. Walaupun tenaga-tenaga
tersebut diangkat, digaji, dipromosikan dan dimutasikan oleh
pemerintah pusat, mereka tetap berkedudukan sebagai staf teknis dari
kepala daerah dan bertanggung jawab kepadanya. Sedangkan tipe
unintegrated local administration ialah tenaga-tenaga pemerintah pusat
yang berada didaerah dan kepala daerah masing-masing berdiri sendiri.

2. Delegasi
Delegation to semi autonomus sebagai bentuk kedua yang
disebutkan oleh Rondinelli adalah pelimpahan keputusan dan
kewenangan untuk melakukan tugas-tugas khusus suatu organisasi
yang tidak secara langsung berada dibawah pengawasan
pemerintah pusat. Delegasi menurut Litvack merujuk kepada
sebuah situasi dimana pemerintah pusat mentrasfer tanggung jawab
(responsibility) pengambilan keputusan dan fungsi administrasi
publik kepada pemerintah daerah atau kepada organisasi semi
otonomi yang sepenuhnya tidak dikendalikan oleh pemerintah
pusat akan tetapi pada akhirnya tetapi pada akhirnya tetap
bertanggung jawab (accountable) kepadanya.
3. Devolusi
Konsekuensi dari devolusi adalah pemerintah pusat
membentuk unit-unit pemerintahan diluar pusat dengan
menyerahkan sebagian fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu
untuk dilaksanakan secara mandiri.

11
Menurut Mawhood sebagaiman dikutip oleh Turner dan
Hulme ada lima ciri yang melekat pada devolusi yaitu :
a) Adanya sebuah badan lokal yang secara kenstitusional terpisah
dari pemerintah pusat dan bertanggung jawab pada pelayanan
lokal yang signifikan.
b) Pemerintahan daerah harus memiliki kekayaan sendiri,
anggaran dan rekening seiring dengan otoritas untuk
meningkatkan pendapatannya
c) Harus mengembangkan kompetensi staf
d) Anggota dewan yang terpilih yang beroperasi pada garis partai,
harus menentukan kebijakan dan prosedur internal.
e) Pejabat pemerintah pusat harus melayani sebagian penasehat
dan evaluator luar (expternal advisors dan evaluators) yang
tidak memiliki peranan apapaun didalam otoritas lokal.
4. Privatisasi
Privatisasi adalah suatu tindakan pemberian kewenangan
dari pemerintah kepada badan-badan sukarela, swasta dan swadaya
masyarakat, tetapi dapat pula merupakan peleburan badan
Pemerintah menjadi badan usaha swasta. Misalnya, BUMN &
BUMD dilebur menjadi PT. Rondinelli menjelaskan melalui
privatisasi pemerintahan menyerahkan tanggung jawab fungsi-
fungsi tertentu kepada organisasi nirlaba atau mengizinkan mereka
membentuk perusahaan swasta. Dalam beberapa kasus, pemerintah
menstransfer tanggung jawab tersebut kepada organisasi paralel
seperti nasional, asosiasi dagang dan industri, kelompok-kelompok
profesional, organisasi keagamaan, partai politik dan koperasi.
2.2.2 Kebijakan Kesehatan Terkait Politik
Di era otonomi daerah ini, pemerintah berulang kali
mengeluarkan kebijakannya dalam bidang kesehatan. Hal ini dapat terlihat
dari fakta – fakta yang ada dan kita rasakan sekarang. Kebijakan –
kebijakan tersebut di keluarkan tidak sembarang saja, melalui proses
panjang dan alot. Melalui berbagai pemikiran yang di pikirkan oleh

12
pemerintah. Maka dari itu kebijakan di keluarkan oleh pemerintah dengan
seksama dan berdasarkan dasar – dasar pemikiran yang kuat.
Namun, pada kenyataannya pemikiran dan ide – kreatif tersebut
melenceng dari segala hal yang di rencanakan sebelumnya. Beberapa
kebijakan kesehatan yang di lakukan pemerintah pada era otonomi daerah
adalah program obat murah dan penghilangan BKKBN, yang sekarang
bergabung dengan Dinas Kependudukan. Kedua hal ini merupakan hasil
dari pemikiran pemerintah, namun kedua hal ini tidak akan menimbulkan
masalah dan konflik ketika kedua hal ini di jalankan sesuai dengan
kaidahnya. Program obat murah yang di berikan pemerintah kepada
masyarakat ternyata tidak berjalan sesuai kehendak pemerintah. Program
ini berjalan setengah jalan. Ketika ada kucuran dana barulah program ini
berjalan.
Penghapusan departemen BKKBN, mungkin bagi pemerintah ini
pemikiran yang bagus, namun membawa masalah besar. Ternyata di dalam
kenyataannya penghapusan BKKBN ini menuai masalah yaitu departemen
kependudukan yang telah bergabung dengan BKKBN menjalankan
fungsinya tidak sesuai dengan dasar – dasar program BKKBN dulunya.
Dalam kenyataannya pemberian prioritas pada kesehatan diwujudkan
hanya terbatas pada perbaikan sarana dan prasarana kesehatan atau
diwujudkan dalam realitas kegiatan yang sifatnya sesaat, seperti
diadakannya penyuluhan tentang kesehatan atau program-program
perbaikan gizi.
Pemerintah kabupaten /kota dengan penduduk yang tidak besar
mempunyai anggapan bahwa BKKBN tidak diperlukan kehadirannya,
karena BKKBN dengan KB program utamanya sangat identik dengan
upaya pengendalian dan pembatasan kelahiran ( birth control ), Padahal
pengendalian kelahiran hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan program
KB yang juga menyentuh aspek-aspek social ekonomi. Kedua, Beralihnya
BKKBN kepada pemerintah kabupaten/ kota akan membawa beban
apabila harus berbentuk menjadi dinas atau badan. Seperti diketahui bahwa
setelah otonomi banyak sekali dinas dan badan digabung dengan alasan

13
efisiensi. Hal tersebut menyebabkan pembentukan dinas atau badan baru,
selain menyebabkan struktur organisasi menjadi lebih besar Juga
memberatkan APBD karena harus mengalokasikan sejumlah dana tertentu
untuk pembentukan dinas baru tersebut.
2.3 Contoh Peran dan fungsi sebagai perawat Di ruang Anggrek RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya (Perawat Pelaksana)
1. Asuhan keperawatan
1) Melaksanakan Pengkajian Keperawatan dasar pada individu
2) Implementasi Keperawatan
2. Melakukan upaya promotif pada individu
a. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
b. Membuat media untuk peningkatan perilaku hidup bersih sehat
3. Melakukan upaya preventif pada individu
a. Memfasilitasi penggunaan alat-alat pengamanan atau pelindung fisik
pada pasien untuk mencegah resiko cedera
b. Memantau Perkembangan pasien sesuai dengan kondisinya
(melakukan pemeriksaaan fisik, mengamati keadaan pasien)
4. Melakukan intervensi keperawatan (acute & chronic care) dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar manusia Yaitu Pemenuhan kebutuhan
oksigen, oksigenasi sederhana,Memberikan bantuan hidup dasar,
Pemenuhan kebutuhan nutrisi, Melakukan pengukuran antropometri,
Pemenuhan kebutuhan eliminasi, Melakukan fasilitas klien eliminasi,
Memantau (menghitung) keseimbangan cairan dan elektrolit, Pemenuhan
kebutuhan mobilisasi dan rasa nyaman, Melakukan mobilisasi posisi
klien, Mempertahankan posisi anatomis klien, Melakukan fiksasi,
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur, Memfasilitasi lingkungan yang
mendukung istirahat, Memfasilitasi kebiasaan tidur klien, Pemenuhan
kebutuhan kebersihan diri, Memfasilitasi penggunaan pakaian yang
mendukung kenyamanan pada klien, Melakukan pemeliharaan diri klien,
Memandiakan klien, Membersihkan mulut klien, Pemenuhan kebutuhan
pengaturan suhu tubuh, Memberikan kompres hangat/dingin,
Mempertahankan suhu tubuh saat tindakan, Tindakan keperawatan yang

14
berkaitan dengan komunikasi, Melakukan komunikasi terapeutik dalam
pemberian asuhan keperawatan, Tindakan keperawatan yang berkaitan
dengan ibadah, Melakukan pendampingan pada klien menjelang ajal
(dying care), Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan rekreasi,
Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman, Melakukan
perawatan paliatif, Memberikan perawatan pada klien menjelang ajal
sampai meninggal, Memberikan dukungan dalam proses kehilangan,
berduka dan kematian
5. Melakukan proses dokumentasi proses keperawatan pada tahap:
a. Pengkajian keperawatan
b. Diagnosa keperawatan
c. Pelaksanaan tindakan keperawatan
2.4 Program Kesehatan yang telah dikerjakan
Berbagai program kesehatan telah di terapkan di Kalimantan Tengah
seperti jaminan kesehatan masyarakat (Jamksesmas), Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), dan Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes). Program Indonesia sehat, kesehatan ibu dan
anak, pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan, perilaku hidup bersuh
sehat, program kesehatan seperti seminar tentang penanggulakan infeksi,
promosi kesehatan ke keluarga rawat inap tentang cuci tangan, batuk efektif.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa teori sistem pelayanan
kesehatan adalah sebuah konsep dimana konsep ini memberikan layanan
kesehatan kepada masyarakat.Sistem pelayanan kesehatan juga memiliki
beberapa teori seperti input, proses, output, dampak, umpan balik dan
lingkungan.Selain itu sistem pelayanan kesehatan memiliki beberapa
tingkatan seperti promosi kesehatan, perlindungan khusus, diagnosa dini dan
pengobatan segera, pembatasan cacat, dan rehabilitas.
Dalam sistem pelayanan kesehatan terdapat beberapa lembaga yang
terkait seperti rawat jalan, institusi, hospice, community based agency dalam
rangka meningkatkan status kesehatan. Sistem pelayanan kesehatan terbagi
atas beberapa lingkup yang berbeda yaitu pelayanan kesehatan tingkat
pertama,pelayanan kesehatan tingkat kedua, dan pelayanan kesehatan tingkat
ketiga, subsistem pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-
masing dengan tidak meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan.
Adapula pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan dasar dan pelayanan rujukan, tetapi tidak
segalanya tercapai sasaran akan tetapi membutuhkan suatu proses untuk
mengetahui masalah yang ditimbulkannya pelaksanaan pelayanan juga akan
lebih berkembang atau sebaliknya akan terhambat karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti ilmu pengetahuan dan teknologi baru, pergeseran nilai
masyarakat, aspek legal dan etik, ekonomi dan politik.
Otonomi daerah merupakan bagian dari desentralisasi. Dengan adanya
otonomi daerah, daerah mempunyai hak serta kewajiban untuk mengatur
daerahnya sendiri tetapi masih tetap dikontrol oleh pemerintah pusat serta
sesuai dengan undang-undang. Pengertian otonomi daerah yang biasa
digunakan yaitu pengertian otonomi daerah menurut UU No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah. Dalam UU tersebut berbunyi otonomi daerah
merupakan hak, wewenang, serta kewajiban daerah otonom guna mengurus

16
dan mengatur sendiri urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakatnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.2 Saran
Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu
serta kualitas dari pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat
berjalan dengan efektif, itu semua dapat dilakukan dengan melihat nilai-nilai
yang ada di masyarakat, dan di harapkan perawat dapat memberikan
pelayanan dengan kualitas yang bagus dan baik

17
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2008. Pengantar Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika
Barakati, Septian. 2012. Makalah Teori Sistem Pelayanan Kesehatan [online].
https://www.slideshare.net/septianbarakati/makalah-teori-sistem-
pelayanan-kesehatan Diakses tanggal 28 April 2018
Cicilia. 2011. Sistem dan Kebijakan Kesehatan di Indonesia [online].
http://bangeud.blogspot.co.id/2011/01/sistem-dan-kebijakan-kesehatan-
di.html. Diakses tanggal 28 April 2018

18

Anda mungkin juga menyukai