Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Konduktometri merupakan metode analisis kimia
berdasarkan pengukuran daya hantar listrik larutan. Daya
hantar listrik suatu larutan bergantung pada jenis dan
konsentrasi senyawa ion. Gejala ini membedakan larutan
elektrolit dengan larutan non elektrolit, dengan
menggunakan bola lampu yang dihubungkan dengan dua
batang karbon dan arus listrik. Alat untuk melakukan
percobaan ini adalah konduktometer yang dihubungkan
dengan dua elektroda sejenis, biasanya Pt. Dalam metode
ini dikenal titrasi konduktometri, kurvanya berupa
hubungan antara daya hantar listrik (Ω) dengan volume
pereaksi pada titrasi larutan HCl oleh larutan baku NaOH.
(drs. Asep Kadarrohman, 1994 )

Ω 1/R

V, ml NaOH
Gambar II.1Kurva hubungan antara daya hantar listrik (Ω)
dega volume pereaksi yang diperoleh dari pengukuran
(drs. Asep Kadarohman dkk, 1994)
Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung
pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Daya

II-1
II-2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di
dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya
hantar listrik yang besar.
1 A
G= =K.
R 1
Keterangan:
K = Daya hantar jenis
G = Daya hantar listrik
Daya hantar listrik suatu larutan (G) berbanding
lurus dengan luas permukaan elektroda(A), dan
berbanding terbalik dengan kedua jarak elektroda (l).
Dimana hal tersebut terjadi bila arus listrik yang dialirkan
kedalam suatu larutan melalui dua elektroda.
(drs. Asep Kadarrohman dkk, 1994)
Proses penghantaran arus listrik dalam larutan
elektrolit dapat terjadi karena perpindahan ion-ion
bermuatan positif ke arah anoda dan yang bermuatan
negatif ke arah katoda. Daya hantar larutan didefinisikan
sebagai ukuran dari aliran arus pada suatu kekuatan listrik
tertentu, bergantung pada jumlah muatan partikel–partikel
dari dalamnya. Fraksi arus yang di bawa oleh suatu jenis
ion ditentukan oleh suatu konsentrasi dan mobilitas ion-
ion.
Suatu metode yang penting untuk menentukan
derajat disosiasi didasarkan atas pengukuran konduktivitas
elektrolirt tersebut (metode konduktivitas/konduktometri).
Metode ini berkaitan dengan fakta, bahwa arus listrik
dibawa oleh ion-ion ini yang terdapat dalam larutan.
Jumlah relatif ion-ion ini yang sangat erat kaitannya
dengan derajat disosiasi, akan menentukan konduktivitas
larutan itu. Konduktivitas itu sendiri adalah suatu besaran
yang diturunkan karena konduktivitas tersebut tidak dapat

Laboratorium Analisa Instrumen


II-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


diukur langsung. Untuk menentukan konduktivitas kita
harus mengukur resistensi spesifik (resisvitas) dari larutan
tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan
larutan kedalam sebuah sel kubus bentuknya dengan sisi
berkisar 1 cm yang dua dari dua bidangnya paralel terbuat
dari zat penghantar (konduktor: contohnya platina)
kenyataannya tidak perlu menggunakan sel khusus untuk
pengukuran. Setiap sel dari dimensi-dimensi yang konstan
adalah sesuai bahwa sel konstannya telah ditentukan oleh
prosedur kalibrasi menggunakan suatu elektrolit misalnya
larutan kalium klorida, dengan tahanan yang secara khusus
diketahui. Sel yang berbentuk kubus ini lalu dihubungkan
sebagai resistansi yang tidak diketahui dalam suatu
rangkaian jembatan Wheatstone, yang diberi aliran arus
bolak-balik yang simetris sempurna (tahanan spesifik atau
sinisoid), pada tegangan rendah. Arus searah akan
menimbulkan perubahan-perubahan konsentrasi larutan
karena elektrolosis. Resistansi spesifik (tahanan spesifik), ρ,
dinyatakan dalam satuan Ω/cm. Kebalikan dari resistensi
spesifik , dinamakan konduktani spesifik(daya hantar
spesifik) atau konduktivitas, k, dan dinyatakan dalam
satuan Ω -1cm-1.
(Vogel, 1999) hal 13 vogel 1
Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah ohm.
Hantaran L suatu larutan berbanding lurus pada lus
prmukaan elektroda a, konsentrasi ion per satuan volume
larutan C1, pada hantaran akuivalen ionik λ; tetapi
berbanding terbalik dengan jarak elektroda d, sehingga :
a
L= Σ C , λ ,
d
Tanda Σ menyatakan bahwa sumbangan berbagai
ion terhadap konduktansi sifatnya aditif.Karena a dan d
dalam satuan cm, maka konsentrasi C tentunya ml. Bila

Laboratorium Analisa Instrumen


II-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus
d
dikalikan faktor 1000. Nilai = θ merupakan faktor
a
geometri selnya dan nilainya konstan untuk suatu sel
tertentu sehingga disebut sebagai tetapan sel.
Seperti :
Ci i Ci i a
L 
1000 1000 d
Selain hantaran ekuivalen ionik, dikenal pula
hantaran ekuivalen A, yang nilainya   .i sedang
konduktivitas spesifik didefinisikan sebagai :
d 
K  L   L 
a
Tetapan sel dapat ditentukan secara eksperimental
dengan persamaan tersebut, dimana pengukuran hantaran
dilakukan pada larutan yang diketahui hantaran
spesifiknya. Pada umumnya, KCl digunakan sebagai
larutan pembanding.
Hantaran elektrolitik merupakan besaran yang
tergantung pada temperatur. Berarti pengukuran harus
dilakukan pada temperatur yang tetap.Biasanya semua
pengukuran dibuat pada temperatur 25oC.tergantung
pada konsentrasi total konsentrasi ionik suatu larutan dan
bertambah besar dengan pengenceran.
(SM.Khopkar, 2003)

Instrumentasi
Untuk menghindarkan elektrolisis , pengukuran
hamparan dilakukan dengan arus bolak-balik (AC).
Frekuensinya sekitar 1000 Hz, diperlakukn pengocokan
yang efisien. Biasanya digunakan suatu jembatan

Laboratorium Analisa Instrumen


II-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


wheastone yang di modifikasi untuk melakukan penentuan
hantaran elektroliit ( L ) yang beroperasi pada sumber
energi AC ( arus bolak-balik ) yang diperlihatkan pada
gambar. R3RX adalah tahanan – tahanan geser yang dapat di
atur nilai perbandingannya, dan dapat diatur sedemikian
rupa sehingga R1 = R3Rx adalah tahanan –tahanan geser
yang dapat diatur nilai perbandingannya, dan dapat diatur
sedemikian rupa sehingga R1= R2; Rx adalah tahanan sel
penghantarnya sedang R3 adalah tahanan standart. Rx
dibuat pararalel dengan Cx; ini menyebabkan pergeseran
fase pada potensial bolak-balik sepanjang R x;
disetimbangkan oleh kapasitor C .Kondisi kesetimbangan
ini dapat diamati dengan seksama dengan menggunakan
galvanometer AC, maupun earphone. Suatu kondisi
kesetimbangan terbentuk bila output (keluaran) dari
amplifier, ataupun suara dalam earphone mempunyai nilai
nol.
(SM.Khopkar, 2003)

DAYA HANTAR ELEKTROLIT


Jenis – jenis daya hantar listrik diantaranya :
1. Daya hantar (L)
Daya hantar L kebalikan dari tahanan listrikdan
satuannya ohm-1.
1
L , R = tahanan dalam (ohm)
R
2. Daya hantar jenis (K)
Daya hantar jenis ini berbanding lurus dengan
luas penampang (A) dan berbanding terbalik dengan
panjang (l) penghantar yang homogen, sehingga :
A
L K
l

Laboratorium Analisa Instrumen


II-6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


K adalah tetapan perbandingan yang disebut daya hantar
jenis yang merupakan daya hantar jika A dan l angka –
angkanya sama.
3. Daya hantar ekivalen (A)
Daya hantar ekivalen dapat diartikan sebagai
daya hantar dari 1gram ekivalen zat terlarut kadang
dalam larutan diantara permukaan elektroda – elektroda
dengan jarak 1cm. Pengukuran terhadap daya hantar
ekivalen tidak mudah untuk dilakukan sehubungan
dengan penggunaan elektrolit – elektrolit yang relatif
besar sehingga daya hantar ekivalen A di tentukan
secara tidak langsung dari daya hantar spesifik K .Nilai
dari A akan sama dengan l jika 1 gram ekivalen zat
terlarut, berada dalam larutan antara elektroda-
elektroda dengan jarak 1 cm, sehingga :
1000
V
c
V = volume larutan dalam cm3 yang mengandung 1
gram ekivalen zat terlarut
C = konsentrasi larutan
Volume yang dinyatakan sebagai ukuran sel .
V =  A   1 cm
1000
V  A
c
A 1000 K
Subtitusi ke persamaan L  K maka : A 
 c
1000 K
Rumus A  digunakan untuk menghitung
c
daya hantar ekivalen dari nilai K hasil percobaan untuk
larutan yang telah diketahui konsentrasinya.

Laboratorium Analisa Instrumen


II-7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


4. Daya hantar ekivalen pada pengenceran.
Daya hantar ekivalen suatu zat akan bertambah
besar seiring dengan bertambahnya pengenceran.
Banyaknya macam harga A diakibatkan adanya gaya
tarik dan tolak antara masing – masing ion pada
konsentrasi – konsentrasi tertentu.Kenaikan
konduktivitas molar sesuai teori Archenius , diakibatkan
oleh kenaikan derajat disosiasi sempurna . Nilai batas
konduktivitas dinyatakan dengan Ao dan
nilaikonduktivitas pada C dinyatakan dengan Ac. Pada
elektrolit kuat hubungan antara daya hantar ekivalen
dan akar konsentrasi adalah linier. Untuk elektrolit
lemah,hubungan antara daya hantar ekivalen dan akar
konsentrasi, tidak lurus sehingga untuk mengukur Ao
secara langsung sukar untuk di lakukan.Pdada saat
pengenceran yang terhingga antar aksi ion – ion tidak
ada, daya hantar antara terdiri dari jumlah daya hantar
ekivalen ion masing – masing.
Ao =  o +  o +  o+  o ,
adalah daya hantar ekivalen ion dari anion dan kation
saat pengenceran tak terhingga .Adanya perbedaan
harga daya hantar ekivalen ion dari berbagai di
sebabkan utamanya karena perbedaan ukuran ion –ion
dan derajat hidronasi.Daya hantar ekivalen ion
merupakan ukuran darimobilitas suatu ion di bawah
pengaruh kekuatan medan listrikdan ukuran
kemampuan penghantaran arus.
(drs. Asep Kadarohman dkk, 1994)

Laboratorium Analisa Instrumen


II-8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Beberapa Hubungan Penting Daya Hantar Listrik
1. Tahanan (R)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,daya
hantar listrik (G) memilikihubungan yang berbanding
terbalik dengan tahanan (R),sehingga daya hantar listrik
1
memiliki satuan  -1. G  , dengan R dalam
R
ohm (  )
2. Daya hantar jenis
Dalam arus listrik di alirkan kedalam suatu
larutan elektrolit,maka daya hantar listrik (G )
berbanding lurus dengan permukaan elektroda (A) dan
berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda(  ) .
A
GK .
1
Dengan K adalah dalam satuan  -1 cm
3. Daya Hantar Listrik (Ω)
Kemampuan suatu zat terlarut untuk
menghantarkan arus listrik disebut sebagai daya hantar
ekivalen, dimana sebagai daya hantar ekivalen,dimana
sebagai daya hantar 1 gram ekivalen zat terlarut yang
berbeda diantara dua elektroda dengan jarak biasanya
berkisar 1 cm. Sedangkan untuk berat ekivalen adalah
berat molekul dibagi dengan jumlah muatan positif atau
negatif
4. Daya Hantar Ekivalen pada Pengenceran Tak Berhingga
Kenaikan konduktivitas molar sesiai teori
Archenius, diakibatkan oleh kenaikan derajat disosiasi
dan nilai batasnya sesuai dengan disosiasi sempurna
.Nilai batas konduktivitas dinyatakan dengan Ao dan
nilai kondiuktivitas pada C dinyatakan dengan Ac. Pada
elektrolit kuat hubungan antara daya hantar ekuivalen

Laboratorium Analisa Instrumen


II-9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


dan akar konsentrasi adalah linier.Untuk elektrolit
lemah, hubungan antara daya hantar ekuivalen dan akar
konsentrasi, tidak lurus sehingga untuk mengukur Ao
secara langsung sukar untuk dilakukan. Pada saat
pengenceran yang tidak terhingga antar aksi ion-ion
tidak ada, daya hantar antara terdiri dari jumlah daya
hantar ekuivalen ion masing-masing
Ao = +o +-o
Keterangan :
λo+ , λo- = daya hantar ekuivalen ion dari anion dan
kation saat pengenceran tak
terhingga.
Tabel II.1 tabel pengenceran tak terhingga
Konsentrasi NaCl (grek/lt) A
0,1 106,7
0,01 118,5
0,001 123,7
pengenceran tak terhingga 126,4 (A)
Perbedaan dalam konduktivitas molar dengan
berubahnya konsentrasi dapat disebabkan karena
konduktivitas tinggi. Konduktivitas elektrolit bertambah
dengan temperatur rata–rata mendekati 19 oC.kesalahan ini
berarti dapat dihasilkan dari pengukuran temperatur yang
tidak akurat. Larutan potassium klorida memiliki koefisien
temperatur konduktivitas yang lebih rendah dari sejenis air
yang dapat diminum
(Sukarjo, 1985)
Sodium klorida dengan cara kebanyakan air dari
wells dengan sumber permukaan perhatikan bahwa
masing–masing ion mempunyai koefisien temperature
yang berbeda , lalu untuk ketelitiannya dalam mengukur

Laboratorium Analisa Instrumen


II-10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


konduktivitas pada suhu 25 oC. Hal ini adalah yang
terpenting dari koreksi temperature satu bagian pada 500
gram untuk kurang dari 0,1oC tergantung pada peralatan
yang tersedia ketepatan maksud tersebut.
(Vogel, 1999)
Menggunakan sel konduktivitas elektrolit untuk
mengukur ketahanan listrik sample atau mengukur
konduktivitas sebagai rasio dari arus listrik melaluhi sel
pada voltase yang dipergunakan. Keberadaan eksperimen
yang menguji ketergantungan aliran trial yang dihasilkan
oleh elekstropary pada konduktivitas listrik 0 dari larutan
yang juga dihubungkan secara langsung dengan proses
pembentukan dopler masuk. Namun karena konduktivitas
tergantung pada konsentrasi ion dalam larutan termasuk
ion analit.
Terlihat bahwa untuk kebanyakan elektrolit
perubahan kondiktovitas molar beberapa larutan pada
perubahan konsentrasi adalah kecil. Untuk elektrolit kuat
nilai batas dari konduktivitas Ao dapat ditentukan dengan
meneruskan pengukuran sampai konsentrasi-konsentrasi
rendah, kemudian mengekstrapolasi grafik antara
konduktivitas terhadap konsentrasi sampai nol.
Untuk elektrolit lemah konduktivitas batas dapat
dihitung atas dasar hukum titasi tidak bergantung dari ion.
Perbedaan dalam konduktivitas molar pasangan-pasangan
garam yang mengandung anion-anion yang sempurna.
Kedua kationnya selalu sama adalah konstan dan tidak
bergantung pada sifat anionnya. Sebagai hasil penelitian
yang lama dan seksama atas konduktansi larutan garam
sampai pada konsentrasi yang rendah, Kohlransh
menemukan bahwa konduktivitas molar pasangan –
pasangan garam yang mengandung anion–anion yang

Laboratorium Analisa Instrumen


II-11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


serupa dan kedua macam kationnya selalu sama adalah
konstant dan tidak bergantung pada sifat anionnya. Ia
menemukan, misalnya bahwa perbedaan–perbedaan dari
konduktivitas molar batas (diukur pada suhu 180C dalam
satuan cm2/Ωmol) yang berikut :
 KCl -  NaCl = 130,1 – 109 = 21,1
 KNO3 -  NaNO3 = 126,3 – 105,3 = 21
adalah hampir sama dan dari hasil–hasil ini serta hasil–
hasil yang serupa Kohlransch menarik kesimpulan bahwa
konduktivitas molar suatu elektrolitmerupakan jumlah dari
konduktivitas masing-masing ion komponennya. Secara
matematis ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
 o =  o+ +  o-
Dimana λo+ dan λo- adalah konduktivitas molar
batas atau adalah mobilitas batas dari masing-masing
kation dan anion. Mobilitasion dihitung dari harga  o
dengan bantuan bilangan–bilangan transfer.Bilangan–
bilangan ini menunjukkan arus yang dibawa oleh masing-
masing kation dan anion, dan dapat ditentukan dengan
percobasan atau eksperimen, dari perbedaan konsentrasi
elektrolit–elektrolit antara bagian larutan terbesar (bulk)
dan bagian–bagian larutan yang berdekatan dengan anode
dan katode. Jadi, sebagai contoh bilangan tansfer klorida
dalam larutan kalium klorida ditemukan adalah 0,503
sedangkan untukkalium adalah 0,497 (jumlah bilangan–
bilangan tranfer untuk suatu elektrolit, tertentu menurut
definisi, adalah sama dengan satu).Nilai batas
konduktivitas molar dari larutan kalium klorida ( pada
11oC)adalah 130,1 cm2/ Ω mol. Maka mobilitas kalium
adalah :
λo+ (K+) = 0,497 x 130,1 = 64,6 cm2/ mol
Dan mobilitas untuk ion klorida adalah :

Laboratorium Analisa Instrumen


II-12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


λo- (Cl-) = 0,503 x 130,1 = 65,5 cm2/ mol
Adanya perbedaan harga daya ekivalen ion dari
berbagai disebankan utamanya karena perbedaan ukuran
ion-ion dan derajat hidronasi.Daya hantar ekivalen ion
merupakan ukuran dari mobilitas suatu ion dibawah
pengaruh kekuatan medan listrik dan ukuran kemampuan
penghantaran arus.
(Vogel, 1999) hlm 16
Hasil yang didapatkan hampir selalu sama, jadi
dapat disimpulkan bahwa konduktivitas molar suatu
elektrolit merupakan jumlah dari konduktivitas masing-
masing ion komponennya. Mobilitas ion dapat dihitung
dari nilai Ao.Daya hantar ekivalen suatu larutan akan
bertambah besar dengan bertambahnya pengenceran.
Untuklarutan elektrolit kuat hubungan antara daya dan
akar konsentrasi tersebut tidaklurus sehingga, penentuan
pengenceran tak terhingga (  0) secara langsung sulit
untuk dilakukan,hal ini disebabkan karena tidak adanya
interaksi antar molekul–molekul atau ion–ion migrasi ion.
Untuk elektrolit kuat, nilai batas pengukuran
konduktivitas molar,  0 dapat ditentukan dengan
meneruskan pengukuran–pengukuran sampai konsentrasi
rendah dan lalu mengekstra polusi grafik antar
konduktivitas terhadap konsentrasi, sampai ke konsentrasi
nol.Untuk elektrolit lemah, seperti asam asetat dan amonia,
metode ini tidak dapat digunakan karena disosiasinya
adalah jauh dari sempurna pada konsentrasi terendah yang
masih dapat diukur dengan baik (sekitar 10-14  ). Namun
konduktansi pada batas ini dapat juga dihitung atas dasar
hukum migrasi tak bergantungan (independen) dari ion.
(Sukarjo, 1985)

Laboratorium Analisa Instrumen


II-13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Tabel II.2 Mobilitas ion batas pada 180C dan 25 0C dalam
satuan cm2/ Ω mol

Suhu Mobilitas

H+ 317,9 ½ Ba2+ 63,0 OH- 174, ClO3- 56,


0 0
Na+ 43,5 1/2Pb2+ 61,6 Cl- IO3-
65,5 34,
K+ 64,6 ½ Cd2+ 61,6 NO3- CH2CO 0
61,8 O-
Ag+ 54,4 ½ Cd2+ 46,5 Br- 32,
180C 67,7 ½ SO42- 5
½ 52,2 ½ Zn2+ 26,0 I-
Ca2+ 66,1 ½ 64,
31,7 ½ Cn2+ 25,0 F- (COO2)3 5
½ Cr2- 46,8
61,
1

H+ 348,0 K+ 73, CH- IO3- 42,


4 0
250C Na+ 49,8 Ag+ Cl- CH3CO
61, O- 40,
9 6
( Vogel, 1999)
Sejumlah molaritas ion pilihan pada 18oC dan 25oC
dipaparkan dalam tabel I.2.4 tabel ini dapat digunakan
untuk menghitung batas konduktivitas molar setiap
elektrolit yang terdiri dari ion-ion yang terdapat didalam
daftar.Derajat disosiasi dapat dihitung dengan hubungan
berbanding lurus dengan rasio daya hantar dengan

Laboratorium Analisa Instrumen


II-14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


konduktivitas molar pada konsentrasi C dengan daya
hantar ekivalen dengan pengenceran tak berhingga.
Jika sebuah ion baru akan terbuka terhadap aksi
atas molekul-molekul air, maka seluruh kristal akan
melarut lambat laun karena itu dapat dikatakan bahwa
dalam larutan elektrolit kuat, hanya ada ion-ion
(berhidrotasi) dengan istilah lain disosiasinya adalah
sempurna.Sebagaimana telah dikatakan pada bagian-
bagian terdahulu, teori disosiasi elektrolit sangat cocok
dengan teori yang diuraikan di atas dengan fakta bahwa
konduktivitas molar daro elektrolit-elektrolit kuat sangat
bergantung pada konsentrasi, pada konsentrasi-konsentrasi
yang sangat tinggi kenyataan fakta ini tidak cocok dengan
elektrolit dimana ion adalah konstan jika sejumlah
elektrolit dilarutkan.
Bila diberikan perbedaan potensial, ion-ion akan
bermigrasi ke arah elektroda yang berlawanan muatannya,
karena gaya elektrostatik. Namun migrasi sebuah ion
sendiri adalah jauh dari bebas hambatan. Menurut teori ini
ada dua penyebabnya yang jelas berbeda yang
mengakibatkan hambatan pada ion-ion ini.
Penyebabnya antara lain:
1. Efek elektroforesis
Efek elektroforesis yang berasal dari fakta bahwa
ion yang bergerak harus melawan suatu arus dari ion-ion
muatannya yang berlawanan dengannya.Yang sedang
bergerak menuju kearah elektroda lainnya seperti telah
dikatakan, ion-ion ini membawa sejumlah besar air (atau
pelarut) yang meliputi dirinya, dan gesekan antara ion-
ion yang terhidrasi ini menghambat perpindahan
mereka.Makin tinggi dari konsentrasi, makin dekat ion-
ion ini satu sama lain, dan makin kentara efek ini.

Laboratorium Analisa Instrumen


II-15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2. Efek disimetri.
Efek disimetri adalah akibat dari rusaknya
atmosferis simetris yang terdiri dari ion-ion yang
muatannya berlawanan, di sekeliling ion yang
bersangkutan. Segera setelah ion ini bergerak kearah
elektroda yang sesuai, ia akan meninggalkan pusat
atmosfir ionnya dengan meninggalkan dibelakangnya
lebih banyak ion yang berasal dari serubung bulat yang
semula ion-ion yang tertingga dibelakang akan menarik
ion yang bersangkutan dengan gaya elektrostatik. Karena
gaya ini arahnya berlawanan dengan arah pergerakan ion
maka perpindahan ion itu akan diperlambat. Makin
pekat konsentrasi larutan, maka efek ini akan semakin
jelas. Jika aliran listrik diputuskan maka memakan sedikit
waktu untuk susunan ion menjadi simetris lagi, dari
waktu ini yang disebut waktu relaksasi, dapat dinyatakan
secara matematis sebagai fungsi dari parameter-
parameter terukur dari waktu larutan relaksasi
berbanding terbalik dengan konsentrasi.
Karena itu perubahan konduktivitas dengan
pengenceran bukanlah diakibatkan oleh perubahan
dalam derajat disosiasi, seperti yang dikemukakan oleh
Archemins, tetapi perubahan-perubahan dari gaya-gaya
antar ion yang diuraikan di atas, konduktivitas molar
pada konsentrasi (C), dapat dinyatakan dengan
persamaan yang disederhanakan :
 C   o  ( A  BO ) C
Dengan :
o = nilai batas dari konduktivitas pada konsentrasi 0
A dan B= bilangan konstan (untuk ion tertentudalam
pelarut tertentu, pada suhu tertentu pula) dan masing-

Laboratorium Analisa Instrumen


II-16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


masing berhubungan dengan efek asimetris dan efek
elektroforetik.
Faedah-faedah yang besar dapat di nilai atas faktor
bahwa baik A dan B keduanya dapat dinyatakan dengan
parameter-parameter larutan yang terukur, dan dengan
beberapa konstanta alam, dan bahwa konduktivitas yang
dihitung dari persamaan ini sangat cocok dengan nilai-nilai
dari eksperimen, terutama bila konsentrasi tidak terlalu
tinggi.
Rasio  c /  o yang didasarkan atas ionisasi
sempurna tidak lagi memberi derajat disosiasi untuk suatu
elektrolit kuat, maka lebih tepat untuk menyebutnya
koevisisen konduktivitas atau rasio konduktansi, memang
rasio ini memberikan pendekatan derajat disosiasi untuk
elektrolit lemah, tetapi bahkan disinipun ada gaya-gaya
antar ion yang mengurangi konduktivitas.Tahanan dari
suatu larutan atas daerah luasan yang sama (cm2) antara
dua elektroda yang jaraknya berkisar 1 cm adalah :
I
R  .
A
Dimana :
 = tekanan spesifik

PENENTUAN HARGA TETAPAN ATAU KOEFISIEN


SEL
Harga tetapan atau koefisien jarang untuk
ditentukan secara langsung, namun nilai tersebut diperoleh
dengan mengukur daya hantar listrik dari suatu larutan
dimana daya hantar jenisnya sudah diketahui atau
ditetapkan. Setiap kali penentuan tetapan sel, maka
hantaran dari sel diperoleh dengan mudah akan diubah

Laboratorium Analisa Instrumen


II-17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


menjadi bentuk daya hantar jenis dengan bantuan
persamaan .
Suatu metode yang penting harus untuk
menentukan derajat disosiasi, didasarkan atas pengukuran
konduktivitas elektrolit tersebut (metode konduktivitas
atau konduktometri). Metode ini berkaitan dengan fakta,
bahwa arus listrik dibawa oleh ion-ion yang terdapat dalam
larutan. Jumlah relatif ion-ion ini yang sangat erat
kaitannya dengan derajat disosiasi, akan menentukan
konduktivitas larutan ini. Konduktivitas sendiri adalah
suatu besaran yang diturunkan karena konduktivitas
tersebut tidak dapat diukur langsung. Untuk menenukan
konduktivitas kita harus mengukur resistansi spesifik
(resistivitas) dari larutan itu. Hal ini dapat dilakukan
dengan memasukkan larutan kedalam suatu sel kubus
bentuknya dengan sisi berkisar 1 cm yang dua dari dua
bidangnya paralel terbuat dari zat penghantar (konduktor,
contoh platinum). Kenyataannya tidak perlu menggunakan
sel khusus untuk pengukuran. Setiap sel dari dimensi-
dimensi yang konstan adalah sesuai bahwa sel konstannya
adalah sesuai bahwa sel konstannya telah ditentukan oleh
prosedur kalibrasi menggunakan suatu elektrolit , misalnya
larutan Kalium Klorat, dengan tahanan yang secara khusus
diketahui. Sel berbentuk kubus ini lalu dihubungkan
sebagai resistansi yang tidak diketahui dalam suatu rangkai
jembatan Weatstone, yang diberi aliran arus bolak-balik
yang simetris sempurna, pada tegangan rendah. Arus
searah akan menimbulkan perubahan-perubahan dalam
konsentrasi larutan karena elektrolisis. Resistansi spesifik,
 , dinyatakan dalam satuan ohm/cm. Kebalikan dari
resistansi spesifik, dinamakan konduktansi spesifik (daya
hantar spesifik) atau konduktivitas, K, dan dinyatakan

Laboratorium Analisa Instrumen


II-18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


dalam satuan ohm-1cm-1. Untuk larutan elektrolit, biasanya
kita menyatakan besaran yang disebut konduktivitas
molar,  , ini adalah suatu konduktivitas larutan yang
mengandung 1 mol zat terlarut antara dua elektroda yang
besarnya tidak terhingga, dan berjarak 1 cm satu sama lain.

V K V
  K.  atau   K.
m C mol

Dimana V adalah volume larutan dalam cm3 atau ml,


yang mengandung 1 mol zat terlarut dan C adalah
konsentrasi dalam mol/cm2. Konduktivitas molar
dinyatakan dalam satuan cm2/  mol.
Dalam abad yang lalu, Kohlranch menemukan
bahwa konduktivitas molar larutan elekrolit bertambah bila
diencerkan dan akan mencapai suatu nilai batas pada
larutan yang sangat encer. Kenaikkan konduktivitas molar
sesuai dengan teori Archenius, diakibatkan olek kenaikkan
derajat disosiasi, nilai batas itu sesuai dengan disosiasi ang
sempurna.
Nilai batas konduktivitas molar dinyatakan disini
dengan Ao (notasi A juga dipakai), sedangkan nilai
konduktivitas pada konsentrasi C dinyatakan dengan Ac.
Derajat disosiasi dapat dinyatakan sebagai rasio dari dua
konduktivitas molar ini untuk konsentrasi elektrolit
tersebut ( C)
AC

AO

Perbedaan dalam konduktivitas molar dengan


berubahnya konsentrasi untuk sejumlah elektrolit nampak
dalam tabel I.2.1. Larutan elektrolit yang dicontohkan

Laboratorium Analisa Instrumen


II-19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


masing-masing adalah Kalium Klorida, Natrium Klorida,
Asam Klorida, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida,
Natrium Asetat dan Asam asetat. Ketujuh larutan tersebut
diberikan perlakuan konsentrasi yang sama satu sama lain
dan diuji juga didapatkan konduktivitas molarnya untuk
tiap-tiap konsentrasi pada suhu 25oC atau suhu kamar
karena konduktansi larutan berbeda-beda menurut suhu
(pada suhu yang tinggi konduktansi menjadi lebih tinggi),
suhu dimana konduktansi ini diukur harus dinyatakan.
Nilai-nilai yang tertera pada tabel I.2.1 diukur pada 25oC.
Dari tabel ini dapat dilihat bahwa sementara untuk
kebanyakan elektrolit dalam tabel, perubahan
konduktivitas molar beberapa larutan pada perubahan
konsentrasi adalah kecil, dalam hal ini asam asetat terdapat
ketergantungan yang kuat pada konsentrasi.

Tabel II.3 Konduktivitas molar elektrolit pada 25oC dalam


satuan cm2/  mol
Konsent Elektrolit
rasi KCl NaC HCl NaO KO CH3COO CH3CO
mol/L l H H Na OH
O (=  c ) 150,1 126,2 423,7 260,9 283,9 91,3 358,6
0,0001 149,2 125,3 - - - - -
0,0002 - - - - - - 104,0
0,0005 148,3 124,3 422,2 246,5 270,1 809,4 64,5
0,004 147,5 123,5 421,1 244,7 268,2 88,7 48,7
0,002 146,5 122,2 219,2 242,5 266,2 87,7 35,2
0,005 144,2 119,8 214,5 238,8 261,1 85,7 22,8
0,01 141,6 119,8 210 234,8 258,9 83,7 16,2
(Vogel, 1999) 14
Dimana dalam tabel tersebut konduksivitas molar
digambarkan sebagai fungsi dari konsentrasi, dengan

Laboratorium Analisa Instrumen


II-20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


memakai segala fungsi logaritma untuk konsentrasi agar
dapat mencakup nilai-nilai yang lebih luas untuk ilustrasi
mewakili lima kelompok senyawa anorganik yang berbeda-
beda, yang dalam masing-masing kelompok variannya
kecil, misalnya kurva untuk asam nitrat akan berjalan
sangat dekat denga kurva milik asam Klorida.
Tetapi jika kita berpikir dengan kaitan dengan
derajat disosiasi kita dapat lihat bahwa hanya ada dua
golongan yang menunjukkan sifat yang berbeda. Golongan
pertama yang terdiri dari asam–asam kuat, basa–basa kuat ,
dan garam–garam (termasuk garam dari asam lemah dan
basa lemah), dinamakan elektrolit kuat. Zat–zat ini
berdisosiasi hampir sangat sempurna, bahkan pada derajat
pengenceran yang relatif rendah dalam larutan–larutan
0,01 molar, dan hanya ada sedikit perbedaan dalam derajat
disosiasi pada pengenceran lebih lanjut. Di lain pihak
elektrolit lemah(asam lemah dan basa lemah) mulai
berdisosiasi hanya pada konsentrasi yang sangat kecil atau
rendah dan perbedaan–perbedaan dalam derajat disosiasi
sangatlah besar pada daerah konsentrasi yang lebih rendah
dari ini.
(Vogel, 1999)

Titrasi Konduktometri.
Biasanya konduktometri merupakan prosedur
titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah prosedur titrasi.
Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti
reakasi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup
besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan
sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang
berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran
sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperatur

Laboratorium Analisa Instrumen


II-21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya
tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi.
Titrasi konduktometri sangat berguna bila
hantaran sebelum dan sesudah reaksi cukup banyak
berbeda. Metode ini kurang bermanfaat untuk larutan
dengan konsentrasi ionik terlalu tinggi, misalnya reaksi Fe 3-
dengan KMNO4, dimana perubahan hantaran sebelum dan
sesudah titik ekuivalen terlalu kecil dibandingkan dengan
besarnya konduktansi total.
Penambahan suatu elektrloit pada suatu larutan
elektrolit lain pada kondisi–kondisi lain yang tak
menghasilkan perubahan volum yang berarti akan
mempengaruhi konduktan (hantaran) larutan, tergantung
apakah ada atau tidak terjadi reaksi–reaksi ionik Jika tak
terjadi reaksi ionic, seperti pada penambahan satu garam
sederhana pada garam sedrhana lain(misal, kalium klorida
kepada natrium nitrat), konduktan hanya akan naik jika
semata–mata terjadi reaksi ionic. Konduktan dapat naik
atau turun, begitulah pada penambahan suatu basa pada
suatu asam kuat, hantaran turun disebabkan oleh
pergantian ion hydrogen yang konduktivitasnya tinggi
oleh kation lain yang konduktivitasnya lebih rendah. Ini
adalah prinsip yang mendasari titrasi–titrasi
konduktometri yaitu, substitusi ion–ion dengan suatu
konduktivitas oleh ion–ion dengan konduktivitas yang lain.
Konduktivitas suatu larutan (dari) suatu elektrolit
kuat A B akan berubah pada penambahan suatu reagensia
+ -

C+D-, dengan mengandaikan bahwa kation A+ (yang adalah


ion yang akan ditetapkan) bereaksi dengan ion D- dari
reagensia. Jika produk reaksi, AD, adalah relatif tak dapat
larut atau hanya sedikit terionisasi, reaksi dapat ditulis:
A+B- + C+D-  AD + C+B-

Laboratorium Analisa Instrumen


II-22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Jadi, dalam reaksi antara ion-ion A+ dan ion-ion D-, ion-ion
A+ digantikan ion-ion C+ sewaktu titrasi. Selagi titrasi
berlangsung, konduktan naik atau turun, bergantung pada
apakah konduktifitas dari ion-ion C+ lebih besar atau lebih
kecil dari pada konduktifitas ion-ion A+.
Selama berjalannya penetralan, pengendapan dan
sebagainya, pada umumnya dapat diharapkan perubahan
dalam konduktifitas, dan karenanya ini dapat digunakan
dalam penetapan titik akhir maupun jalannya reaksi,
konduktifitas ini diukur setelah setiap penambahan suatu
volume kecil reagensia, dan tidak–titik demikian diperoleh,
digambarkan untuk memberi grafik yang terdiri dari dua
garis lurus yang berpotongan pada titik ekivalen.
Ketepatan metode ini semakin besar, dengan semakin
runcingnya sudut perpotongan dan dengan semakin
dekatnya titik-titik grafik terletak pada suatu garis lurus.
Volume larutan tidak boleh berubah dengan berarti ini
dapat dicapai dengan menggunakan suatu reagensia
penitrasi yang 20 sampai 100 kali lebih pekat dibandingkan
larutan yang sedang dititrasi, dan yang terahir ini harus
seencer mungkin asal masih praktis. Jadi, secara
konduktifitas mengandung kira-kira 100 cm3 larutan pada
permulaan titrasi, reagensia (katakanlah, 50 kali
konsentrasi larutan yang sedang dianalisis). Dapat ditaruh
dalam mikroburet 5 cm3, yang berskala 0,01 atau 0,02 cm3.
Namun suatu koreksi untuk keenceran harus dibuat
dengan mengalikan nilai-nilai konduktifitas dengan factor (
V + v per V ). Dimana V adalah volume asli dari larutan
dan v adalah volume reagensia yang ditambahkan.
Konduktivitas dari produk reaksi pada titik
ekuivalen cukup berarti, reaksi sering dapat digunakan
untuk titrasi konduktonistri. Jika konduktivitas dari

Laboratorium Analisa Instrumen


II-23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


produk AD praktis tertekan sama sekali oleh A+ atau D-
yang cukup berlebih. Begitulah metode-metode
konduktometri dimana metode visual atau potensiometri
gagal memberi hasil karena kelarutan atau hidrolisis yang
sangat besar pada titik ekivalen, misalnya dalam banyak
reaksi pengendapan yang menghasilkan zat-zat yang
sedang terdapat larutannya, dalam titrasi langsung asam
lemah dengan basa lemah, dan dalam titrasi pergeseran
(subtitusi) garam (dari) asam atau basa yang lemah dengan
asam atau basa kuat. Suatu keuntungan penting adalah
bahwa metode ini sangat tepat dalam larutan yang encer
ataupun yang lebih pekat, metode ini juga dapat digunakan
dengan larutan-larutan yang berwarna. Hendaklah
diperhatika bahwa asam yang sangat lemah, seperti asam
boraks dan venol yang tidak dapat dititrasi secara
potensiometri dalam larutan air, dapat dititrasi secara
konduktrometri dengan relatif mudah. Campuran-
campuran asam-asam tertentu dapat dititrasi dengan lebih
tepat dengan metode-metode konduktometri ketimbang
dengan metode potensiometri. Begitulah campuran (dari)
asam klorida (asam kuat lainnya) dan asam asetat (atau
asam lemah lain dengan kekuatan yang sebanding) dapat
dititrasi dengan suatu basa lemah (misal larutan air
amoniak) atau dengan suatu basa kuat (misal, natrium
hidroksiada): diperoleh titik-titik akhir yang cukup
memuaskan.
Hendaknya diperhatikan pentingnya
pengendalian temperatur dalam pengukuran-pengukuran
konduktan. Sementara penggunaan termostat tidaklah
sangat penting dalam titrasi konduktometri kekonstanan
dalam temperatur dituntut tetapi biasanya kita hanya perlu

Laboratorium Analisa Instrumen


II-24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


menaruh sel kondutifitas itu dalam bejana besar penuh air
pada temperatur laboratorium.
Perubahan relatif ( dari) konduktifitas larutan
selama reaksi dan pada penambahan reagensia dengan
berlebih, sangat menentukan ketepatan reaksi, pada
kondisi optimum ini adalah kira-kira 0,5 % elektrolit asing
dalam jumlah besar, yang tak ambil bagian dalam reaksi,
tak boleh ada, karena zat-zat ini mempunyai efek yang
besar sekali pada ketepatan. Akibatnya, metode
konduktometri memiliki aplikasi yang jauh lebih terbatas
ketimbang prosedur-prosedur visual, potensiometri
ataupun ampero metri.
(drs. Asep Kadarrohman, 1994)

Bentuk Kurva Titrasi


Dalam menetapan titik akhir dalam percobaan
konduktometri diperlukan pengukuran–pengukuran untuk
mendapatkan kurva titrasi. Setelah dikoreksi dengan
perubahan volume dari data–data yang di variabelkan
sebagai fungsi dari penitrasi. Bila ada dua bagian yang
berbentuk linier maka langsung diambil titik potong
sebagai titik ekivalensi.
Pada daerah dimana titik ekivalensi telah
ditemukan, maka kurva titrasi akan menunjukkan
penyimpangan dari kelinieran garisnya. Hal ini disebabkan
kurva titrasi konduktometri reaksinya tidak langsung
sempurna. Bagian lengkungan kurva akan menjadi lebih
tampak karena reaksinya menjadi titik sempurna dan
larutannya juga menjadi encer.
Titrasi netralisasi adalah titrasi yang tepat untuk
menentukan titik akhir pada metode konduktometri. Hal
ini dikarenakan daya hantar dari ion–ion hidronium dan

Laboratorium Analisa Instrumen


II-25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


hidroksida dengan daya hantar hasil-hasil reaksinya,
sangat tinggi perbandingannya. Pada titrasi asam atau basa
kuat, sebuah kurvanya dikoreksi oleh adanya perubahan
volum dimana asam kuat dititrasi oleh basa kuat. Selama
titrasi, ion–ion hidronium tidak dapat bergerak atau
bermigrasi secara ceat sehingga selama dinetralisasi, kation
basa kuat akan menggantikannya dan daya hantar larutan
menjadi lebih rendah dari pergantian tadi. Pada titik
ekivalen akan terjadi konsentrasi yang terendah dari ion–
ion hidronium dan hidroksida, sehingga larutan
menunjukkan daya hantar yang terendah. Kemudian
setelah melewati titik ekivalen tadi, akan terjadi perubahan
arah kurva akibat adanya pertambahan konsentrasi ion–
ion dari basa kuat yang berlebih dan bertambah besar.
Pada titrasi asam lemah dan basa lemah tidak
akan terjadi kurva yang linier sebelum melewati titik
ekivalen sehingga akan terjadi kesulitan dalam
menentukan titik akhir dari larutan yang memiliki
konsentrasi pekat larutan. Memang pada awalnya memiliki
konsentrasi ion hydrogen tertentu, kemudian ketika terjadi
penambahan basa lemah akan dihasilkan suatu larutan
buffer yang menjadikan konsentrasi ion hidronium dalam
larutan menjadi lebih kecil lagi. Seiring dengan adanya
pengurangan ion hidronium tadi menyebabkan kation dan
anion dari asam lemah menjadi bertambah. Dan hal ini
menyebabkan perlawanan atau perbedaaan satu sama lain,
sehingga pada saat melakukan titrasi selanjutnya,
meskipun pH nya sudah stabil atau pada daerah buffer
dengan adanya pertambahan konsentrasi atas garam
merupakan hal yang berperan penting. Sehingga akhir dari
kesemuanya akan menghasilkan kenaikan dari daya hantar
yang berbentuk linier. Setelah melewati titik ekivalen maka

Laboratorium Analisa Instrumen


II-26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


bentuk kurvanya akan berubah semakin curam, dimana hal
ini dikarenakan daya hantar ion dari ion – ion hidroksida
bertambah besar.
Kurva titrasi untuk larutan yang berbeda derajat
disosiasi pada konduktometri, bentuknya kan lebih
dipengaruhi pada daya hantar listrik dari ion- ion.

Titrasi Asam Kuat-Basa kuat


Sebagai contoh, larutan HCl dititrasi oleh
NaOH.Kedua larutan ini adalah penghantar listrik yang
baik.Daya hantar H+ turun sampai titik ekivalen tercapai,
dalam hal ini jumlah H+ semakin berkurang didalam
larutan.Sedangkan daya hantar OH- semakin bertambah
setelah titik ekuivalen (TE) tercapai karena jumlah OH -
didalam larutan bertambah.Jumlah ion Cl- didalam larutan
tidak berubah karena itu daya hantarnya konstan dengan
penambahan NaOH.Daya hanytar ion Na+ bertambah
secara perlahan-lahan sesuai dengan jumlah ion Na+.
(Vogel, 1999)

Titrasi Pada Frekuensi Tinggi


Cara-cara konduktansi tergantung pada
pergerakan ion dalam suatu medan listrik. Pemakaian arus
AC dapat menghindarkan pengendapan elektrokimia,
karena setiap arus berubah arahnya. Ion yang sudah
terendapkan akan terlarut kembali. Kecepatan ion
terendapkan ataupun terlarutkan kembali dapat diatur
dengan mengatur frekuensi arus bolak-balik ini. Dengan
frekuensi tinggi diharapkan ion-ion tidak mempunyai
waktu yang cukup untuk mencapai kecepatan
maksimumnya. Pada keadaan tersebut terbentuklah
fenomena polarisasi molekular. Seperti kita ketahui pada

Laboratorium Analisa Instrumen


II-27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


suatu molekul diberikan medan listrik daru luar, maka
elektron dalam molekul tersebut cenderung bergerak
kearah elektroda positif, sedangkan inti cenderung ke arah
yang berlawanan. Akibatnya terjadi distorsi pada molekul
tersebut. Efek ini sifatnya temporer dan menghilang bila
medan dari luar dihilangkan.
Beberapa molekul memiliki suatu dupol listrik
yang permanen (yaitu pusat muatan positif dan negatif
terpisah pada jarak tertentu), misalkanH2O, CH3COOH
(aseton),CHCl3, nitrobenzena. Sedangkan molekul-molekul
CH4, CCl4, C6H6, p-dinitro benzena tidak mempunyai
momen dwi kutub. Dibawah pengaruh medan ,listrik
molekul polar mengorientasikan dirinya sedemikian rupa
ke arah kutub-kutub yang berlawanan. Jadi selain distori
akibat polarisasi secara temporer pada molekul tersebut,
terdapat pula polarisasi orientasi.
Kedua tipe polarisasi ini yaitu polarisasi orientasi
dan polarisasi distorsi mengjhasilkan suatu arus listrik
pada waktu yang sangat pendek bila diberi medan listrik.
Arus ini mengalir pada waktu yang sangat pendek. Apabila
medan yang diberikan sangat besar frekuensinya yaitu
suatu frekuensi radio, maka polarisasi menjadi jauh lebih
berarti sehingga arus hantaran menjadi cukup besar untuk
dihitung.
Biasanya sampel diletakkan diantara dua plat
kapasitor yang frekuensinya sedemikian rupa sehingga
sampel dapat beresonansi denmgan medan tersebut yang
dinyatakan dalam bentuk absorbsi energi. Analiosis secara
lbiner secara langsung dapat dilakukan dengan kurva
kalibrasi, sedangkan kelebihan dari cara ini adalah kita
tidak memerlukan suatu elektroda.

Laboratorium Analisa Instrumen


II-28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Reaksi-reaksi pengendapan dan pembentukan
komplek suatu reaksi dapat dijadikan dasar dari suatu
titrasi konduktometri jika produk reaksi sedikit sekali
dapat larut atau merupakan komplek yang stabil. Faktor-
faktor berikut harus dipertimbangkan sehubungan dengan
manfaat dan ketepatan titrasi itu :
1. Untuk mengurangi pengaruh sesator dalam titrasi
konduktometri sampai minimum, sudut antara dua
cabang kurva harus sekecil mungkin. Jika sudut sangat
tumpul sesator yang kecil dalam konduktometri dapat
menimbulkan penyimpangan yang besar. Kaidah-
kaidah pendekatan yang berikut akan bermanfaat.
a. Semakin kecil konduktifitas ion yang menggantikan
ion yang bereaksi, akan semakin tepatlah hasilnya (
jadi adalah lebih baik untuk menitrasi suatu garam
perak dengan litium klorida ketimbang dengan
asam klorida, kation dapat dititrasi dengan garam
litium dari anion dengan asetat ).
b. Semakin besar konduktifitas ( dari ) anion reagensia
yangbereaksi dengan kation yang akan ditetapkan,
atau sebaliknya, semakin runcing sudut ini.
c. Titrasi suatu garam yang sedikit terionisasi tak
memberi hasil-hasil yang baik, karena konduktifitas
nartk secara kontinyu dari sejak permulaanya.
Reaksi garam yang berbeda dalam sel boleh dikata
harus lengkap terdisosiasi : karena alasan yang
serupa, reagensia yang ditambahkan harus pula
suatu elektrolit yang kuat.
2. Keterlarutan endapan (disosiasi dari kompleks ) harus
kurang dari pada 5 %, penambahan etanol kadang –
kadang dianjurkan untuk mengurangi keterlarutan ,
tetapi pengaruhnya atas factor – factor yang diperinci

Laboratorium Analisa Instrumen


II-29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


pada satu harus dicairkan selalu. Jika keterlarutan
endapan adalah kecil sehingga terabaikan , konduktan
pada titik ekivalen akan diberikan oleh AB dan AC yang
diamati (lihat dalam kurva). Penambahan
reagenberlebih menekan keterlarutan dalam endapan ,
dan jika keterlarutan tidak terlalu besar, kedudukan titik
B dapat ditetapkan dengan meneruskan bagian–bagian
lurus dari kedua lengan kurva sampai mereka
berpotongan.
3. Laju pengendapan yang lambat , terutama dengan
endapan– ndapan mikrokristalin memperpanjang
waktu titrasi. Pembibitan atau penambahan etanol
(konsentrasi 30–40%) dapat mempunyai efek yang
menguntungkan.
4. Jika endapan mempunyai sifat–sifat adsorbsi yang
menonjol, komposisi endapan tak akan konstan , dan
dapat terjadi sesator yang cukup berarti.Oklusi dapat
terjadi dengan endapan mikro bersalin.
Titrasi oksidasi reduksi atau redoks.Matode
konduktometri tak begitu sesuai untuk mempelajari titrasi–
titrasi oksidasi reduksi. Hampir semua reaksi harus
dialkukan dengan adanya asam atau basa yang sangat
berlebih, yang sedikit banyak akan menutupi sama sekali
perubahan konduktan yang ditimbulkan oleh reaksi redoks
itu.

Pengukuran Daya Hantar Listrik


Pengukuran daya hantar memerlukan sumber
listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan
(rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan larutan.

Laboratorium Analisa Instrumen


II-30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Perhitungan Daya Hantar Larutan
Perbandingan I/A disebut kostata sel (  ) , maka
dari persamaan
II 
K  
R  A R
C O

1000 R
I 1

R 1000
Untuk larutan Ionis A, B, dan C

I

1
R 1000

C A  A  C B  B  C C C
o o o

Pengukuran–pengukuran hantaran biasanya dilakukan
pada larutan berair (H2O adalah penghantar yang buruk,.
LH2O = 5 x 10-8mho/cm pada 25oC). Pada konsentrasi tinggi ,
kenaikan konsentrasi menyebabkan naiknya hantaran
secara linier. Ini akan memiliki maksimum untuk
selanjutnya menurun. Contoh aplikasinnya, misalkan pada
analisis kandungan NO2 : H2O dalam nitrat berasap.
Hantaran diukur pada HNO3 sebelum dan sesudah
pengolahan dengan KNO3. Air alam serta air pendingin
dalam industri juga umumnya ditentukan hantarannya
dengan KNO3.Ini merupakan prosedur yang cepat dan baik
untuk melakukan analisis air. Dan juga bermanfaat untuk
penentuan amoniak dikeluarkan kemudian hantaran
spesifik pada lingkungan ion-ion lain yang mudah
diendapkan, sedangkan ion spesifik itu sendiri
kelariutannya kecik. Nilai k ditentukan swebelum dan
sesudah penambahan reagen pengendap.

Laboratorium Analisa Instrumen


II-31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Sumber Listrik
Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari
baterai) melalui larutan merupakan proses faraday, yaitu
oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua elektroda.
Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi elektrokimia
pada elektroda-elektrodanya, dalam hal ini aliran arus
listrik bukan akibat proses faraday. Perubahan karena
proses faraday dapat merubah sifat listrik sel, maka
pengukuran konduktometri didasarkan pada arus non
faraday atau arus AC

Tahanan Jembatan
Jembatan Wheastone merupakan jenis alat yang
dignakan untuk pengukuran daya hantar. Sumber listrik
AC, S mempunyai frekuensi 60 sampai 1000 Hz pada
potensial 6 sampai 10 V. Tahanan RAC dan RBCdapat
dihitung dari posisi kontak C.

Sel
Salah satu bagian adalah sel yang terdiri dari
sepasang elektroda yang terbuat dari bahan yang sama.
Biasanya elektroda berupa logam yang dilapisi logam yang
dilapisi lagam platina untuk menambah kesangkilan
(keefektifan) permukaan elektroda.
(drs. Asep Kadarohman,1994)
Pengukuran konduktivitas laboratorium digunakan
untuk :
1. Menetapkan derajat barang tambang untuk menafsir
efek dari total konsentrasi ion pada kesetimbangan
kimia, efek psikologi pada tumbuhan/hewan, ukuran
korosi.

Laboratorium Analisa Instrumen


II-32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2. Mengukur derajat dari barang tambang dari
penyulingan.
3. Menentukan nilai variabel pada pemisahan konsentrasi
mineral dari air mentah dan limbah variasi kecil masuk
pada suatu musim ditemukan pada persediaan air
berlawanan secara tajam dengan naik turun sehari-hari
pada beberapa air sungai yang terpolusi. Limbah berisi
sampah perdagangan berarti juga mungkin
menunjukkan keseharuan yang lama.
4. Menafsir ukuran sampel digunakan untuk menentukan
bahan kimia pada umumnya dan mengecek hasil dari
analisa kimia.
5. Mengukur sejumlah reagen ion dibutuhkan pada
beberapa percepatan dan penetralan reaksi. Titik akhir
ditujukan dengan perubahan pada kemiringan kurva
dihasilkan dari konduktivitas sejumlah bidang dari
pembacaan beret.
6. Menaksir total sisa penyaringan pada sample dengan
mengalirkankan konduktivitas dengan faktor empiris.
Faktor ini mungkin bermacam–macam dari 0,55 sampai
0,9 bergantung pada kelarutan komponen dari air dan
temperatur pengukuran. Faktor tinggi relatif mungkin
diperlukan untuk kandungan garam atau air rebus,
padahal faktor yang lebih rendah digunakan ketika luas
hidroxide atau asam bebas muncul. Walaupun
penguapan hasil sampel pada perubahan dari
bikarbonat menjadi karbonat. Faktor empiris diperoleh
secara bersamaan suplay air konstan dengan membagi
pemisahan dengan konduktivitas. Mendekati mil
equivalen/lt juga kation dan anion pada beberapa air
dengan mengalikan konduktivitas dengan 0,01.

Laboratorium Analisa Instrumen


II-33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.2 Aplikasi Industri
Pemanfaatan Cu-NaA dan NaA dengan Perkursor SiO2
dari Sekam Padi untuk Adsorbsi Gas NOx

Berkembang pesatnya penduduk Indonesia pada


saat ini menimbulkan berbagai efek negatif, salah satunya
adalah penurunan kualitas lingkungan. Hal ini
dikarenakan meningkatnya jumlah industri yang bergerak
untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Serta
terjadinya penurunan kualitas lingkungan yang dipicu oleh
banyaknya produksi gas NOx pada industri dan emisi
kendaraan bermotor. Gas NOx merupakan komponen gas
pencemar udara yang potensial. Beberapa contoh
kelompok NOx adalah nitrogen dioksida (NO2), di atmosfer
keduanya dapat bereaksi membentuk ozon, menyebabkan
timbulnya hujan asam dan membahayakan kesehatan
karena dapat mengganggu pernafasan. Salah satu
pemecahan masalah ini adalah dengan menggunakan
prinsip adsorbsi. Adsorben digunakan untuk mengadsorb
gas NOx dan biasanya berupa karbon aktif.
Saat ini sekam padi banyak terdapat di Indonesia
dan belum banyak dimanfaatkan, sehingga menjadi limbah
yang mengganggu lingkungan. Kadar SiO2 pada sekam
padi yang tinggi (94-96%) menjadi suatu alasan
digunakannya sekam padi untuk sintesis zeolit, di mana
salah satu manfaatnya dapat digunakan sebagai adsorben.
Penelitian ini diawali dengan pembuatan abu dari
sekam padi yang dapat dijadikan sebagai sumber silika
untuk sintesis zeolit NaA yang disintesis dengan metode
hidrotermal dari campuran gel silikat dan gel aluminat
dengan perbandingan tertentu, lalu ditambahkan logam Cu
untuk menambah adsorbtivitas zeolit NaA. Zeolit yang

Laboratorium Analisa Instrumen


II-34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


diperoleh kemudian digunakan sebagai adsorben dan
dikarakterisasi menggunakan difraksi sinar X, FT-IR dan
pengukuran luas permukaan dengan metilen biru. Uji
adsorbsi NOx pada zeolit NaA dan Cu dopped NaA dengan
cara mengalirkan gas NOx pada adsorben. Konsentrasi
yang terukur pada adsorben diukur menggunakan metode
kolorimeter.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa zeolit
NaA dapat digunakan sebagai adsorben gas NOx dan
dopping logam Cu pada zeolit dapat mempengaruhi
adsorbtivitasnya. Konsentrasi optimum dopping Cu yang
dapat menyerap gas NOx dengan maksimal adalah 6% Cu-
NaA. Total NOx yang dapat teradsorb pada adosrben ini
sebesar 0,1061 mmol. Adapun urutan kemampuan
adsorben menyerap gas NOx adalah sebagai berikut:
6% Cu-NaA > 9% Cu-NaA > NaA > 3% Cu-NaA > 12% Cu-
NaA.
(Riesthandie, Dr.rer.nat Irmina Kris Murwani)

Laboratorium Analisa Instrumen

Anda mungkin juga menyukai