Anda di halaman 1dari 13

PROJECT BASED LEARNING (PJBL)

“Hipotiroid”

Disusun Oleh:
Kelompok 3 Reguler:

Denny (125070207111019)
Siti Rodliyah (135070200111001)
Erfan Dani (135070200111002)
Lala Aisyana (135070200111003)
Dewi Pujiastuti (135070200111004)
Angga Dwi Saputra (135070200111005)
Minchatul Fitri (135070200111006)
Esthi Dwi Yuliawati (135070200111007)
Anjang Feronika P. (135070200111008)
Aulia Dian P. (135070200111010)
Arinda Rizky F. (135070200111011)
Rifanny Dyah I. (135070207111002)
Septin Arianti M. (135070207111003)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di
berbagai jarinan sehingga dapat berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang penggunaan
oksigen pada sebagian besar sel di tubuh , membantu mengatur metabolisme lemak dan
karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan sel normal. Sebenarnya
kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan perlambatan
perkembangan mental dan fisik, kurangnya daya tahan terhadap dingin, serta pada anak–
anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan
menyebabkan badan kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan panas.
Pada survey dalam komunitas, prevalensi hipotiroidisme bervariasi dari 0,1 sampai 2
persen. Sedangkan prevalensi subklinik hipotirodisme lebih tinggi, antara 4 sampai 10 persen
pada orang dewasa, dengan kemungkinan tertinggi pada wanita lansia. Hipotiroidisme 5
sampai 8 kali lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki dengan berat badan lahir rendah
dan selama masa anak-anak.
Walaupun kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya
menyebabkan beberapa masalah terhadap kesehatan, oleh karena itu penting bagi seorang
perawat mengetahui fungsi dan komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan atau gangguan
pada kelenjar tiroid sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid tidak semakin berat.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Hipotiroid
2. Untuk mengetahui klasifikasi Hipotiroid
3. Untuk mengetahui etiologi Hipotiroid
4. Untuk mengetahui faktor resiko Hipotiroid
5. Untuk mengetahui epidemiologi Hipotiroid
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis Hipotiroid
7. Untuk mengetahui patofisiologi Hipotiroid
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Hipotiroid
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan Hipotiroid
10. Untuk mengetahui komplikasi Hipotiroid
BAB II
Hipotiroid
Definisi
Penyakit hipotiroidisme adalah penyakit yang terjadi akibat penurunan kadar
hormone tiroid yang bersikulasi. Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar
tiroid, hipofisis, atau hipotalamu. Kelainan hipotiroidisme berkebalikan dengan
hipetiroidisme yaitu dimana terdapat beberapa mekanisme fisiologis khusus. Hipotiroidisme
pada beberapa kasus disebabkan oleh autoimunitas terhadap kelenjar tiroid namun
imunitasnya lebih merusak kelenjar. Pada sebagian besar pasien, mula mula kelenjar
mengalami “tiroiditis” autoimun, yakni adanya peradagan pada kelenjar. Keaadaan ini
menyebabkan kemunduran kelenjar dan akhirnya timbul fibrosis pada kelenjar, dan hasil
akhirnya adalah berkurangnya atau tidak adanya sekresi hormone tiroid sama sekali,
beberapa jenis hipotiroidisme yang lain juga timbul, sering kali berkaitan dengan
membesarnya kelenjar tiroid.

Klasifikasi
Terdapat beberapa tipe hipotiroid,

1. Bergantung pada lokasi timbulnya masalah,

a. Hipotiroid Primer
Hipotiroid primer timbul akibat proses patologis yang merusak kelenjar
tiroid.Penyebab paling sering (95% 0f pasien) adalah kelainan dari kelenjar
tiroid. Ketika penurunan fungsi tiroid terjadi dalam rahim, hasilnya adalah
retardasi mental berat atau kretinisme, perlu digaris bawahi bahwa peran
penting hormon tiroid memainkan peran dalam perkembangan dan
pertumbuhan. Hypotirodism pada pasien dewasa mungkin dikaitkan dengan
penurunan dalam jaringan tiroid. Penurunan dalam jaringan tiroid biasanya
karena penyakit autoimun, yang mengarah ke rusaknya dari parenkim tiroid,
tetapi juga dapat terjadi akibat hasil operasi atau pengobatan yodium radioaktif.
Tidak semua kasus hypotiroidism berhubungan dengan penurunan ukuran
kelenjar tiroid. Hypotiroidism juga dapat dikaitkan dengan pembesaran tiroid,
yang dihasilkan dari infiltrasi limfositik seperti pada penyakit Hashinoto atau
kekurangan yodium diet
b. Hipotiroid sekunder
Hypotiroidism sekunder ditandai dengan penurunan sekresi TSH dan kemudian
menurun pelepasan hormon tiroid. Ini adalah hasil dari 'gangguan hipofisis
anterior hipotalamus dan kadang-kadang dapat terjadi dalam hubungan dengan
kelainan lainnya hormon hipofisis anterior. Hypotiroidism sekunder adalah
bukan karena perubahan pada tingkat kelenjar tiroid itu sendiri dan secara ketat
karena kurangnya rangsangan dari reseptor TSH karena TSH rilis terganggu.
(Patricia Molina,2003)
c. Hipotiroidisme Tertier
Terjadi ketika hipotalamus gagal menghasilkan TRH yang cukup. Biasanya
disebut juga disebut hypothalamic-pituitary-axis hypothyroidism.

2. Bergantung pada usia awitan hipotiroidisme

a. Hipotiroid dewasa atau miksedema


Hipotiroid Miksedema adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan
subkutan dan intersisial lainnya. Meskipun miksedema terjadi pada
hipotiroidisme yang sudah berlangsung lama dan berat, istilah tersebut hanya
dapat digunakan untuk menyatakan gejala ekstrim pada hipotiroidime yang
berat
b. Hipotiroidisme juvenilis
Timbulnya sesudah usia 1 sampai 2 tahun
c. Hipotiroid congenital atau kreatinin
Disebabkan oleh kekurangan hormon tiroid sebelum atau segera sesudah lahir.
Pada anak - anak ini hipotiroid kongenital disebabkan oleh agenesis atau
disgenesis kelenjar tiroid atau gangguan sintesis hormon tiroid. Disgenesis
kelenjar tiroid berhubungan dengan mutasi pada gen PAX8 dan thyroid
transcription factor 1 dan 2 (Gillam & Kopp, 2001).
Etiologi
Menurut Kowalak, 2012 penyebab hipotiroidisme pada dewasa meliputi:

1. Produksi hormone tiroid yang tidak adekuat, biasanya sesudah tiroidektomi atau
terapi radiasi atau akibat inflamasi, tiroiditis autoimun yang kronis (penyakit
hashimoto) atau keadaan seperti amyloidosis serta sarkoidosis (jarang)

2. Kegagalan hipofisis memproduksi TSH, kegagalan hipotalamus memproduksi TRH


(thyropin-releasing hormone), kelainan bawaan sintesis hormone tiroid, defisiensi
yodium (biasanya dari makanan), atau pemakaian obat-obat antitiroid, seperti
propiltiourasil.

Menurut Kowalak, 2012 penyebab hipotiroidisme pada anak, meliputi:

1. Perkembangan embrionik mengalami defek (penyebab paling sering) sehingga


timbul kelainan kongenital, yakni kelenjar tiroid tidak terdapat atau tidak
berkembang (kretinisme pada bayi)

2. Defek resesif autosom yang diturunkan pada sintesis tiroksin (penyebab paling
sering berikutnya)

3. Obat-obat antitiroid yang digunakan selama kehamilan dan menyebabkan


kretinisme pada bayi (penyebab yang jarang dijumpai)

4. Tiroiditis autoimun yang kronis (kretinisme terjadi sesudah usia dua tahun)

5. Defisiensi yodium selama kehamilan.

Faktor resiko

 Wanita dengan usia diatas 60 tahun. Hal ini mungkin dikarenakan adanya
dengeneratif ditambah dengan risiko pada saat muda pasca melahirkan.

 Mempuntai penyakit autoimmune, missal hashimoto. Penyakit ini dapat menyerang


jaringan tiroid yang berujung pada penurunan produksi hormone tiroksin
 Riwayat keluarga. hal ini mungkin dapat terjadi karena adanya pewarisan gen mutasi
PAX8 dan tyroid transcription factor 1.

 Pernah terpapar radioactive iodine/medikasi antitiroid. Hal ini mungkin terjadi


karena setelah terpapar sel-sel tiroid tak mampu lagi menghasilkan hormone
tiroksin.

 Pernah terpapar radiasi pada leher dan bagain atas dada. Hal ini mungkin dapat
terjadi karena sel-sel tiroid terlumpuhkan oleh radiasi sehingga tak mampu lagi
menghasilkan hormone tiroksin.

 Tiredektomi. Pernah melakukan pengangkatan tiroid menjadi salah satu factor risiko
hipotiroid karena dengan demikian, kelenjar tiroid absen dalam pembentukan
hormone tiroksin.

Epidemiologi
Pada survey dalam komunitas, prevalensi hipotiroidisme bervariasi dari 0,1 sampai 2
persen. Sedangkan prevalensi subklinik hipotirodisme lebih tinggi, antara 4 sampai 10
persen pada orang dewasa, dengan kemungkinan tertinggi pada wanita lansia.
Hipotiroidisme 5 sampai 8 kali lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki dengan berat
badan lahir rendah dan selama masa anak-anak.
NHANES 1992-2002 melaporkan bahwa prevalensi hipotiroidisme lebih tinggi pada
kulit putih (5,1%) dan Mexico Amerika dari pada Afrika Amerika (1,7%). Afrika Amerika
memiliki nilai rata-rata TSH lebih rendah

Manifestasi klinis
Manifestasi klinis hipotiroid
1. kulit dan rambut
- kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
- pembengkakan, tangan, mata dan wajah
- rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
- tidak tahan dingin
- pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
2. musculoskeletal
- volume otot bertambah, glossomegali
- kejang otot, kaku, paramitoni
- artalgia dan efusi synovial
- osteoporosis
- pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
- umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
- kadar fosfat alkali menurun
3. neurologik
- letargi dan mental menjadi lambat
- kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang, penurunan reflek
tendon)
- ataksia (serebelum terkena)
- Gangguan saraf (carfal tunnel)
- Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
4. kardiorespiratorik
- bradikardi, disritmia, hipotensi
- curah jantung menurun, gagal jantung
- efusi pericardial(sedikit, temponade sangat jarang)
- kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang Tmendatar / inverse
- penyakit jantung iskemik
- hipotensilasi
- efusi pleural
- dyspnea
5. gastrointestinal
- konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen.
- obstruksi usus oleh efusi peritoneal
- aklorhidia, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
6. Renalis
- aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
- retensi air (volume plasma berkurang)
- hipokalsemia
7. hematologi
- anemia normokrom normositik
- anemia mikrositik/makrositik
- gangguan koagulasi ringan
8. sistem endokrin
- pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/masa menstruasi yang
memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi
- gangguan fertilitas
- gangguan hormone pertumbuhann dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat
hipoglikemi
- gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
- Insufiensi kelenjar adrenal autoimun
- psikologis/emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku maniak
-manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bulan (moon face), wajah
kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin
menurun, lemah, ekspresi wajah kosong dan lemah

Patofisiologi
(Terlampir)

Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan radioimmunoassay memperlihatkan kadar t3 dan t4 yang rendah

b. Peningkatan kadar tsh bila penyebabnya gangguan tiroid, penurunan kadar tsh
jika etiologinya gangguan hipotalamus atau hipofisis

c. Pemeriksaan faal tiroid yang membedakan antara hipotiroid primer, sekunder,


tertier, dan euthyroid sick syndrome

d. Kenaikan kadar kolesterol, trigliserida, dan alkali fosfatase dalam serum darah
e. Anemia normositik normokromik

f. Kadar natrium serum yang rendah, penurunan ph, dan peningkatan tekanan
parsial karbon dioksida yang menunjukkan asidosis respiratorik

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis

Sasaran utama adalah mengembalikan status metabolik normal dengan


menggantikan hormon tiroid. Terapi tambahan untuk kasus hipotiroidisme berat
adalah mempertahankan fungsi vital, memantau nilai gas darah arteri, dan
memberikan cairan secara hati-hati karena terdapat bahaya intoksikasi air.

Terapi Farmakologis

 Levotiroksin sintetik (Synthroid atau Levothroid) adalah sediaan pilihan.


 Kompres panas eksternal sebaiknya tidak dilakukan karena akan meningkatkan
kebutuhan oksigen dan dapat memicu kolaps vaskular.
 Glukosa pekat dapat diberikan jika terjadi hipoglikemia.
 Jika terjadi koma miksedema, hormon tiroid diberikan per intravena sampai pasien
kembali sadar. Koma miksedema merupakan keadaan yang mengancam nyawa
yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme,
merupakan stadium lanjut dari hipotiroidisme yang jarang, dan umumnya
menyerang pasien usia lanjut, dan lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-
laki.

Interaksi Hormon Tiroid dengan Obat Lain


 Hormon tiroid meningkatkan kadar glukosa darah, sehingga mungkin diperlukan
penyesuaian dosis insulin atau agens hipoglikemik oral.
 Hormon tiroid dapat meningkatkan efek farmakologis digitalis, glikosida, anti-
koagulan, dan indometasin, sehingga diperlukan pemantauan dan pengkajian
efek samping obat secara cermat.
 Efek hormon tiroid dapat ditingkatkan dengan antidepresan fenitoin dan trisiklik.
Penatalaksanaan Keperawatan

Meningkatkan Asuhan di Rumah dan di Komunitas


1.) Mengajarkan Pasien Tentang Perawatan Diri
Instruksi lisan dan tertulis harus diberikan mengenai hal berikut:
 Kerja obat yang diharapkan dan efek samping medikasi.
 Pemberian medikasi yang benar.
 Pentingnya terus meminum obat yang diresepkan, bahkan setelah gejala
membaik
 Kapan harus mencari bantuan medis.
 Pentingnya nutrisi dan diet untuk membantu penurunan berat badan dan
meningkatkatkan pola dan defekasi normal.
 Pentingnya pemeriksaan lanjutan secara periodik.

Pasien dan keluarga harus tahu bahwa banyak gejala yang teramati selama
proses penyakit akan hilang dengan terapi yang efektif.

2.) Melanjutkan Asuhan


 Pantau pemulihan pasien dan kemampuan pasien menghadapi perubahan yang
belakangan terjadi, berikut status fisik dan kognitif pasien serta pemahaman
pasien dan keluarga terhadap instruksi yang diberikan sebelum dipulangkan dari
rumah sakit.
 Dokumentasikan dan laporkan kepada penyedia layanan kesehatan primer pasien
tentang tanda dan gejala yang tidak jelas yang dapat mengindikasikan
ketidakadekuatan atau kelebihan hormon tiroid. (Smeltzer, 2013)

Komplikasi
 Gondok
Stimulasi terus menerus agar tiroid mengeluarkan hormon, dapat menyebabkan
kelenjar membesar. Gondok dapat mengganggu pernapasan dan saat menelan
makanan dan mempengaruhi penampilan.
 Masalah jantung
Hipotiroid juga dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung,
terutama karena tingginya tingkat LDL yang dapat terjadi pada orang dengan tiroid
kurang aktif. Bahkan hipotiroid subklinis, kondisi yang lebih jinak dari hipotiroid
dapat menyebabkan peningkatan kadar kolestrol total dan merusak kemampuan
memompa jantung. Hipotirod juga dapat menyebabkan pembesaran jantung dan
gagal jantung
 Masalah tiroid pada wanita hamil dapat mempengaruhi perkembangan bayi. Selama
tiga bulan pertama kehamilan, bayi menerima semua hormon tiroid dari ibunya. Jika
ibu memiliki hipotiroidisme, bayi tidak mendapatkan cukup hormon tiroid. Hal ini
dapat menyebabkan masalah dengan perkembangan mental (WebMD, 2015)
 Peripheral neuropathy
Merusak saraf perifer, yaitu saraf yang membawa informasi dari otak dan saraf
tulang belakang ke seluruh tubuh
 Myxedema
Myxedema adalah bentuk yang paling parah dari hipotiroid. Seseorang dengan
myxedema bisa kehilangan kesadaran atau pergi ke dalam koma. Kondisi ini juga
dapat menyebabkan suhu tubuh turun sangat rendah, yang dapat menyebabkan
kematian (WwebMD, 2015).
 Infertilitas
Kadar hormon tiroid yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada ovulasi
(MeetDoctor, 2015)

Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Kelelahan
NOC : fatique level
NIC : energy management
2. Ketidakefektifan pola nafas
NOC : resp status : ventilation
NIC : ventilation assistance
3. Hipotermi
NOC : Termoregulation
NIC : Temperature Regulation

BAB III
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Kelenjar tiroid merupakan salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring. Lobus lateral kanan dan kiri terletak
satu pada setiap sisi trakhea. Yang menghubungkan lobus adalah massa jaringan yang
disebut isthmus, terletak di depan trakhea. Lobus yang berbentuk piramid, kecil, kadang-
kadang melanjut ke atas dari isthmus. Kelenjar tiroid adalah satu-satunya kelenjar endokrin
yang menyimpan hasil sekresinya dalam jumlah besar. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur
kecepatan tubuh untuk membakar energi, memproduksi protein dan mengatur kesensitifan
tubuh terhadap hormon lainnya.
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid
yang rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-
kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena
hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel,
hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk
tubuh

Saran
Melihat dari kasus kelainan pada kelenjar tiroid, maka diharapkan para tenaga medis
dan perawat harus lebih profesional dan berpengalaman dalam mengkaji seluruh sistem
metabolisme yang mungkin terganggu karena adanya kelainan pada kelenjar ptiroid. Karena
penanganan dan pengkajian yang tepat akan menentukan penatalaksanaan pengobatan
yang cepat dan tepat pula pada kelainan kelenjar tiroid.

Daftar pustaka
Kowalak Jennifer, Welsh William, & Mayer Brenna. 2012. Professional Guide to
Pathophysiology: Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Corwin, E,J, 2000, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta

Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. IPD Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: Departemen IPD FK UI
Behrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Nelson Textbook 0f Pediatrict. Edisi 15, vol 3.
Jakarta: EGC
Stein, Jay H. 2001. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: EGC
Meisenberg, Gerhard. 2006. Principles of Medical Biochemeistry. China. Mosby
Elsevier
Nissenson, Allen R. 2005. Clinical Dialysis. New York: The McGraw-Hill Complications
Norwitz Errol R & Schorge John O. 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Edisi
ke-2. Jakarta: Erlangga
Molina, Patricia E. 2010. Endocrine Physiology. Edisi ke-3. USA. Mc Graw Hill
Medical.
Rubenstein David, Wayne David, Bradley John. 2007. Lecture Notes: Kedokteran
Klinis. Edisi 6. Jakarta: Erlangga
Sacher, Ronald A. 2004. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Jakarta: EGC
Chanrasoma, parakrama. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi 2.Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 6. Jakarta: EGC
Molina, Patricia E. 2010. Endocrine Physiology. Edisi ke-3. USA. Mc Graw Hill Medical.

Smeltzer, Susan C. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed. 12. Jakarta.
EGC
Philip R Orlander. 2015. Hypothyroidism. http://emedicine.medscape.com/article/122393-
overview . Diakses tanggal 18 September 2015
MeetDoctor. 2015. Pusat informasi Hipotiroid. http://meetdoctor.com/topic/hipotiroid-1

Greenstein dan Wood.2010.At A Glance Sistem Endokrin.Jakarta:Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai