Anda di halaman 1dari 13

IRMAYATNI M.

S
NIK : 162021034
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
PABRIK CAT
A. Pendahuluan
Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk
ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Sudah barang tentu
telaah yang dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu
investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun yang berdampak
positif. Dampak yang timbul ada yang langsung mempengaruhi pada saat
kegiatan usaha/proyek dilakukan sekarang atau baru terlihat beberapa waktu
kemudian di masa akan dating. Dampak lingkungan yang terjadi adalah
berubahnya suatu lingkungan dari bentuk aslinya seperti perubahan fisik
kimia, biologi atau sosial. Perubahan lingkungan ini jika tidak diantisipasi
dari awal akan merusak tatanan yang sudah ada, baik terhadap fauna, flora
maupun manusia itu sendiri.
Oleh karena itu, sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan, maka
sebaliknya dilakukan terlebih dahulu studi tentang dampak lingkungan yang
bakal timbul, baik dampak yang bakal timbul, juga mencarikan jalan keluar
untuk mengatasi dampak tersebut. Studi inilah yang kita kenal dengan nama
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Pengutamaan telaah
AMDAL secara khusus adalah meliputi dampak lingkungan di sekitarnya,
baik di dalam maupun di luar suatu usaha atau proyek, yang akan dijalankan.
Arti keberadaan suatu usaha atau proyek akan mempengaruhi kegiatan-
kegiatan yang berada di sekitar rencana lokasi, baik dampak rencana usaha
dan atau kegiatan terhadap kegiatan yang sudah ada.Dewasa ini penelitian
terhadap AMDAL suatu usaha sebelum dijalankan sangat penting.
Masyarakat semakin sadar akan pentingnya lingkungan yang sehat, baik
terhadap manusia, hewan dan tumbuh -tumbuhan. Pada akhirnya jika aspek
lingkungan dinyatakan tidak layak untuk dijalankan, maka sebaiknya
dibatalkan karena akan memperoleh kerugian lebih besar daripada
manfaatnya. Bahkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup sudah
merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha dan kegiatan yang
harus dijalankan. Hasil studi kelayakan ini nantinya sangat berguna untuk
para perencana, serta djuga bagi pengambilan keputusan.
Pengertian Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) menurut PP Nomor
27 Tahun 1999 pasal 1 adalah telaah secara cermat dan mendalam tentang
dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan kegiatan. Arti lain
analisis dampak lingkungan adalah teknik untuk menganalisis apakah proyek
yang akan dijalankan akan mencemarkan lingkungan atau tidak dan jika ya,
maka diberikan jalan laternatif pencegahannya.Sebelum dilakukannya
penelitian terhadap AMDAL ini, perlu diketahui dulu bagaimana rona
lingkungan hidup lokasi yang akan diteliti. Rona lingkungan hidup ini
dibutuhkan sebagai perbandingan kondisi awal lingkungan tersebut sebelum
dilakukan kegiatan dan setelah dilakukan kegiatan (proyek). Dari data
perbandingan ini dapat diketahui dampak apa saja yang terjadi setelah
kegiatan (proyek) dilakukan di daerah tersebut, dan dapat dicarikan alternatif
penyelesaian masalah yang ditimbulkan tersebut.
Rona lingkungan hidup adalah gambaran keadaan lingkungan di lokasi
kegiatan proyek pabrik cat. Rona lingkungan diperlukan dalam kajian analisis
dampak lingkungan karena dijadikan sebagai pembanding dan perkiraan
dampak yang akan datang. Rona lingkungan yang ditelaah tidak semua
komponen lingkungan tetapi hanya terbatas pada indikator yang paling tepat
dan penting dalam kaitannya dengan dampak atau isu pokok, terutama yang
berkaitan pada tahap pasca operasi.
Industri cat merupakan salah satu industri tertua didunia. Sekitar 20.000
tahun lalu, manusia yang hidup di gua-gua menggunakan cat untuk
berkomunikasi, dekorasi dan proteksi. Mereka menggunakan material-
material yang tersedia di alam seperti arang (karbon), darah, susu, dan
sadapan dari tanaman-tanaman yang memiliki warna yang menarik.
Cat adalah istilah umum yang digunakan untuk keluarga produk yang
digunakan untuk melindungi dan memberikan warna pada suatu objek atau
permukaan dengan melapisinya dengan lapisan berpigmen. Cat dapat
digunakan pada hampir semua jenis objek, antara lain untuk menghasilkan
karya seni (oleh pelukis untuk membuat lukisan), salutan industri (industrial
coating), bantuan pengemudi (marka jalan), atau pengawet (untuk mencegah
korosi atau kerusakan oleh air).
Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu
bahan dengan tujuan memperindah (decorative), memperkuat (reinforcing)
atau melindungi (protective) bahan tersebut. Setelah dikenakan pada
permukaan dan mengering, cat akan membentuk lapisan tipis yang melekat
kuat dan padat pada permukaan tersebut. Pelekatan cat ke permukaan dapat
dilakukan dengan banyak cara: diusapkan (wiping), dilumurkan, dikuas,
disemprotkan (spray), dicelupkan (dipping) atau dengan cara yang lain.
B. Fisik Kimia
1. Topografi
Secara admnistratif, lokasi area pembangnan pabrik cat dengan luas
tanah sekitar 10 hektar terletak di Jalan Raya Joyo Agung, Kecamatan
Lowokwaru, Malang. Areal proyek ini merupakan lahan kosong bekas
perkebunan warga setempat. Ketinggian areal yaitu 440 mdpl. Kondisi
jalan baru menggunakan aspal dan sedikit menanjak sehingga dapat
dikatakan bahwa kondisi jalan bagus. Topografi areal tersebut mencapai
440 mdpl. Tingkat keasaman tanah sebesar 7, dengan kata lain tanah
tersebut memiliki pH normal. Suhu tanah rata-rata sebesar 33 oC.
2. Klimatologi
Keadaan klimatologi di lokasi rencana proyek pembangunan pabrik
cat PT. Cat Sari Pahlawati mempunyai curah hujan rata-rata tahunan
sebesar 2174,8 mm/tahun, curah hujan tertinggi pada bulan Januari dengan
rata-rata sebesar 393,2 mm/bulan dan curah terendah pada bulan Agustus
sebesar 24,2 mm/bulan. Kecepatan angin rata-rata 2,2 km/jam. Lokasi
areal mempunyai suhu sebesar 32oC dengan kelembaban udara rata-rata
sebesar 50% (pengukuran dilakukan pada siang hari). Intensitas cahaya
pada lokasi sebesar 780x100 lux.
3. Kualitas Udara
a. Kadar Debu Udara Ambient
Kadar debu udara menunjukan tingkat yang masih dibawah baku
mutu yang dipersyaratkan (SK Gubernur Jatim No. 10 Tahun 2009)
sehingga lokasi sesuai untuk pembangunan pabrik cat.
b. Tingkat Kebisingan
Tingkat kebisingan (noise level) lingkungan yang diukur di lokasi
studi menghasilkannilai rata‐rata sebesar 50 dBA. Nilai ini relatif jauh
di bawah nilai baku mutu tingkatkebisingan lingkungan menurut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan, yaitu sebesar 70 dBA.
4. Geologi
Struktur tanah pada area pabrik cat PT. Cat Sari Pahlawati pada umumnya
relatif baik akan tetapi yang perlu mendapatkan perhatian adalah
penggunaan jenis tanah yang kering.
5. Hidrologi
Pada area pembangunan pabrik cat PT. Cat Sari Pahlawati menggunakan
air yang berasal dari air sumur bor yang akan berada pada area
pembangunan. Drainase dibuat dan dialirkan ke dalam kolam IPAL.
C. Biologi
1. Flora
Rona lingkungan di sekitar lokasi pembangunan pabrik cat merupakan daerah
kawasan terbangun yaitu lingkungan pemukiman penduduk.
2. Fauna
D. PENDUGAAN DAMPAK
1. Dampak Fisik
Pembangunan pabrik cat akan berdampak terhadap suatu komunitas
hewan dan tumbuhan. Hal tersebut tercermin dengan adanya proses
perataan lahan yang menimbulkan hilangnya resapan air. Selain itu,
kegiatan survei lapangan yang berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan adalah kegiatan pengukuran dan pemasangan patok serta
berkurangnya jumlah pohon menyebabkan meningkatnya suhu udara dan
menurunnya kelembaban udara serta terjadi perubahan suhu dan pH tanah.
Pada proses prakontruksi pengangkutan bahan material untuk
pembangunan pabrik yang menggunakan peralatan berat (misalnya
bulldozer) dengan menggunakan trailer, menimbulkan kebisingan.
Kebisingan ini dapat mengganggu aktivitas dan waktu istirahat warga yang
tinggal di sekitar pabrik.
2. Dampak Kimia
Adanya proses pembangunan pabrik cat yang membutuhkan material
bangunan dan pengangkutan bahan material tersebut menimbulkan adanya
pencemaran udara berupa asap kendaraan dan pekerjaan perataan tanah
(timbunan) pada musim kemarau berpotensi menimbulkan hamburan debu
dan pada musim hujan berpotensi meningkatkan tingkat TSS pada
perairan. Hamburan debu yang ada di udara dan terbawa angin akan
dihirup oleh warga. Hal tersebut dapat menyebabkan penyakit saluran
pernapasan. Pekerjaan konstruksi juga banyak dilakukan menggunakan
alat-alat yang menggunakan tenaga diesel, dan dalam pelaksanaannya bisa
menimbulkan asap. Oleh karena wilayah kegiatannya cukup luas dan
dalam waktu yang lama, maka dampak penurunan kualitas udara ini
merupakan dampak penting untuk ditelaah.
3. Dampak Biologi
Pembangunan pabrik cat akan berdampak pada fauna dan flora yang
ada disekitar area lahan pabrik. Penebangan pohon dan perataan lahan
sekaligus akan berpengaruh terhadap faunanya karena kehilangan
habitatnya.
Limbah yang dihasilkan akibat proses produksi cat adalah:
1. Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan meliputi:
a. Kemasan bekas: limbah ini dihasilkan dari bekas kemasan bahan
baku/penolong berupa kantong sak atau karung dari kertas dan plastik.
Sifatnya tidak beracun tetapi mudah terbakar
b. Lumpur / Sludge: dihasilkan dari proses pengolahan air limbah di IPAL
pabrik. Limbah ini bersifat B3 (bahan beracun dan berbahaya)
c. Sampah domestik: limbah dan sampah lainnya yang dihasilkan dari
kegiatan kantor pabrik
2. Limbah cair
Sumber utama limbah cair berasal dari pencucian, pembilasan dan
pembersihan tangki serta peralatan proses produksi cat yaitu:
a. Air pencucian
b. Ceceran dari proses produksi
c. Laboratorium dan bak-bak pencucian
d. Air pendingin dan Boiler (blow Down)
e. Pencucian alat-alat transportasi bahan-bahan baku dan penolong
pembuatan cat
f. Peralatan pengendalian pencemaran udara yang menggunakan air
seperti wey-scrubber dan alat lainnya
Sumber limbah lainnya adalah pencemara udara dan pembuatan resin yang
menggunakan air dalam proses pembuatannya pada beberapa pabrik berskala
besar.
E. Karakter Limbah dalam Proses Pembuatan Cat
Karakter limbah cair yang berasal dari proses pembuatan cat adalah
BOD, COD, TSS, pH, TOC, NH3-N, klorida, sulfat, sulfida, nitrogen sebagai
N, fosfor, minyak dan lemak, logam berat seperti merkuri (Hg), timbal (Pb),
cadmium (Cd), kromium (Cr6+), seng (Zn), besi (Fe) dan titanium (Ti) serta
parameter lainnya, bergantung pada jenis bahan baku penolong yang
digunakan.
Limbah industri cat dapat dikategorikan menjadi:
1. Sisa kantong bahan baku (container)
2. Debu pigmen
3. Off-spesification paint
4. Filter cartridges
5. Limbah cair dari pencucian peralatan
6. Emisi udara (voc)
F. Penanganan Limbah Industri Cat dalam Manajemen Industri
Seyogyanya dalam penanganan limbah industri dari sisi manajemen
industri adalah dengan melibatkan fungsi engineering, produksi, PPIC, mutu,
maintenance, lingkungan dan bagian lain yang relevan sehingga pendekatan
teknik yang parsial bisa dirubah menjadi komprehensif. Di samping fungsi
juga perlu diperhatikan komitmen terhadap kapasitas dengan perspektif baru.
Kunci masalah lingkungan yang berhubungan dengan industri cat adalah
penanganan terhadap limbah yang dihasilkan akibat proses produksi cat.
Penanganan limbah tersebut mengacu pada Baku Mutu Limbah yang
diperbolehkan dalam industri tersebut. Baku mutu limbah untuk industri cat
(yang sudah beroperasi) adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hal tersebut di atas, penanganan limbah industri cat yang dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi industri. Penanganan limbah industri
adalah sebagai berikut:
1. Penanganan Limbah Padat
a. Kemasan bekas
Limbah ini dihasilkan dari bekas kemasan bahan baku/penolong
berupa kantong/sak ataukarung dari kertas dan plastik. Sifatnya tidak
beracun tetapi mudah terbakar sehingga pengumpulan dilakukan setiap
hari kerja dan ditempatkan di TPS pabrik lalu diangkut/dibeli oleh
perusahaan daur ulang kemasan setiap minggu.
b. Lumpur/Sludge
Dihasilkan dari proses pengolahan air limbah di IPAL pabrik.
Limbah ini bersifat B3 (bahan beracun dan berbahaya) sehingga
penanggulangannya sangat hati-hati mulai dari pengumpulan,
pengeringan sampai pada pembuatannya menjadi “Flinkote Padat”
sebagai produk sampingan. Untuk 100 kg Lumpur kering (kadar air
30%) dapat dihasilkan 286 kg flinkote padat.
c. Sampah Domestik
Limbah ini berupa kertas, dedaunan dan lainnya dihasilkan dari
kegiatan kantor dan pabrik. Pengumpulan dilakukan setiap hari kerja di
TPS pabrik dan diangkut oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta ke TPA
seminggu sekali.
2. Penanganan Limbah Cair
Pengolahan limbah cair industri cat dapat menggunakan teknologi
pengolahan limbah secara fisik, kimia dan biologi untuk mengurangi kadar
parameter utama limbah cair yang dihasilkan.
Pengolahan limbah cair yang dihasilkan dalam proses pembuatan cat
dengan pemanfaatan IPAL yang meliputi :
a. Ekualisasi debit limbah, dengan tangki pengumpul;
b. Pengaturan pH
c. Pengendapan dengan penambahan bahan kimia alum, kapur atau
poliflok dan garam besi di dalam tangki flokulasi;
d. Pengentalan atau pengeringan Lumpur;
e. Penyaringan dengan menggunakan penyaring pasir atau media lainnya
Fenolbact dan Hidrobact di dalam tangki klorinasi;
f. Penyaringan dengan menggunakan karbon filter pada tangki filter; dan
Tangki penyimpanan akhir.
Untuk mengolah air limbah selain data kepekatan air limbah,
diperlukan juga data mengenai seberapa besar rata-rata jumlah air limbah
yang harus diolah. Supaya jumlah air limbah yang akan diolah itu dapat
diperkirakan, maka diperlukan data mengenai sumber air limbah. Air
limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis
dan besar kecilnya industri tersebut.
3. Pengelolaan Limbah Cair Industri Cat Solvent-Based
Penanganan limbah cair untuk industri pembuatan cat terutama
dilakukan pada saat pencucian peralatan pada pembuatan cat solvent-based
yang tidak boleh tercecer dan masuk ke saluran drainase melalui
pemeliharaan lingkungan pabrik yang baik dan benar, sehingga pembuatan
cat solvent-based dalam pembuangan limbah diharapkan mencapai zero
waste.
Pengolahan limbah cair industri cat dapat menggunakan teknologi
pengolahan limbah secara fisik, kimia dan biologi untuk mengurangi kadar
parameter utama limbah cair yang dihasilkan. Untuk proses pembuatan cat
solvent-based diupayakan tidak menghasilkan limbah cair dan untuk itu
diperlukan kebiasaan memelihara lingkungan yang baik dan menghemat
pemakaian air melalui pemanfaatan kembali air cucian tangki pada proses
pembuatan cat untuk pencucian berikutnya.
4. Unit Pengelolaan Limbah Cair Untuk Cat Solvent-Based
Pengolahan limbah cair yang dihasilkan dalam proses pembuatan cat
meliputi:
1. Ekualisasi debit limbah, dengan tangki pengumpul;
2. Pengaturan pH
3. Pengendapan dengan penambahan bahan kimia alum, kapur atau
poliflok dan garam besi di dalam tangki flokulasi;
4. Pengentalan atau pengeringan Lumpur;
5. Penyaringan dengan menggunakan penyaring pasir atau media lainnya
Fenolbact dan Hidrobact di dalam tangki klorinasi;
6. Penyaringan dengan menggunakan karbon filter pada tangki filter; dan
7. Tangki penyimpanan akhir.
Pengolahan limbah cair umumnya meliputi peraturan/penyesuaian pH
dan penggunaan bahan presipitasi kimia yang dilanjutkan dengan
pengendapan. Penggunaan penyaring pasir dan karbon dapat menurunkan
kadar logam berat sampai tingkat yang rendah.
Pengentalan Lumpur dan pengeringan merupakan hal yang umum untuk
sistem pengolahan yang lengkap, sistem ini menggunakan pengental dan
penjernih yang dilanjutkan dengan belt press atau gulungan pengeringan
sedangkan air yang dihasilkan oleh perlakuan ini dikembalikan ke unit awal
pengolahan limbah.
G. Pengendalian di dalam Pabrik untuk Mengurangi Pencemaran
Mengurangi Pencemaran Kebiasaan pemeliharaan lingkungan pabrik yang
baik dan juga dengan menggunakan kembali air pencucian pada proses
pembuatan cat atau proses pencucian berikutnya akan menghemat jumlah
pemakaian air. Jumlah pemakaian air terbanyak adalah untuk pendinginan, air
ini harus diupayakan untuk tidak terkontak atau terkontaminasi dangan bahan
baku, bahan penolong ataupun air proses. Pemisahan antara limbah cair yang
tidak terkontaminasi dan yang terkontaminasi serta pengurangan jumlah
pemakaian air untuk pencucian peralatan dengan menggunakan peralatan
penyemprotan bertekanan tinngi harus dilaksanakan.
1. Pengurangan Limbah Industri Dengan Penerapan Clean Technology
Selama ini praktek pengelolaan lingkungan di industri fokus pad
pengelolaan (treatment) yang dikenal dengan end of pipe (EOP) dari sisi
bisnis pendekatan ini tidak mendatangkan keuntungan ekonomis karen
investasi, operasi, pemeliharaan dan pembuangan (disposal) yang
dikeluarkan bersifat pusat biaya (cost centre). Disamping itu juga menjadi
beban karena sulitnya memenuhi atau memelihara konsistensi pemenuha
regulasi (comply with regulation) yang menjadi tujuan utama pendekatan
ini.
Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam pengurangan limbah
industri:
Pemilihan jenis teknologi yang digunakan dalam dunia usaha (4R:
Reduce, Reuse, Recycling, Recovery). Impelementasinya mulai dari
pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan baku, disain pabrik, teknologi
proses dan teknologi pengolahan limbah.
2. Mengatasi masalah lingkungan dengan EOP (End of Pipe) dan CTP
(Clea Technology Process).
EOP: Menangani limbah yang terjadi sebagai akibat kegiatan industri,
terutama ditujukan kepada industri-industri yang ada (existing). CTP:
Meminimalkan limbah dalam arti mulai dari Pemilihan dan Penanganan
Bahan Baku, Disain Pabrik dengan prinsipprinsip 4R, pemilihan teknologi
proses yang bersih dan hemat energi serta pengolahan limbah sejak awal
sudah harus dipikirkan. Pada beberapan dekade terakhir lebih banyak
perusahaan yang memanfaatkan Clean Technologies, guna memperoleh
keuntungan dan keunggulan dalam bidang industri yang mereka masuki.
Penekanan yang digunakan oleh industri dalam penerapan clean
technologies ini berupa penekanan outside dan inside perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Marzali, A. 2002, Pengelolaan Lingkungan Sosial, Kantor Menteri Negara


Lingkungan Hidup Bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta.
Salim, E. 1987, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3ES, Jakarta.
Soeratmo, 1990, Analisis Dampak Lingkungan, Gajah Mada University,
Yogyakarta.
Anonim. Rona Lingkungan Hidup, www.wikipedia.com/amdal/50- pengertian
rona-lingkungan.htm

Anda mungkin juga menyukai