Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan sumber daya alam yang
sangat melimpah dibandingkan dengan negara lainnya di dunia. Sebagai negara
kepulauan yang memiliki 17.508 pulau dan memilki luas daratan sekitar 2 juta km2
serta wilayah yang membentang sepanjang ekuator dari 95 BT hingga 141 BT
(sekitar 5000 km) dan 6 LU hingga 11 LS tentu menggambarkan seberapa luas
wilayah Negara Indonesia ini. Dengan luas wilayah yang sangat besar ini tentu
pula berbanding lurus dengan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
maupun di permukaannya baik yang dapat di perbaharui (renewable) maupun yang
tidak dapat di perbaharui (unrenewable).Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
(UUD 1945) secara yuridis menjamin untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut memelihara ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.Hal ini berarti
bahwa pembangunan yang digalakkan dewasa ini juga tidak lepas dari tujuan
nasional itu sendiri, yakni menuju terciptanya masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Untuk itu perlu potensi serta tenaga
yang ada dalam mengelola serta menikmati sumber daya alam maupun sumber
daya manusia yang di miliki oleh Bangsa Indonesia sebagai Rahmat Tuhan Yang
Maha Esa.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah factor – factor penuebab terjadinya illegal maining
2. Pendekatan Analisis Deskriptif Dampak Lingkungan Sosial Kemasyarakatan?

3. Analisis Deskriptif Variabel Faktor-faktor Pengaruh Dampak Lingkungan?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yaitu mengetahui dampak terjadinya illegal maining
terdahap segala aspek.

D. Manfaat Penelitian
Kita jadi mengetahui mengenai dampak yang terjadi jika adanya suatu perusahaan
yang illegal maining
BAB II PEMBAHASAN

1.1 Factor – factor terjadinya illegal maining

Indonesia memiliki sumber daya alam yang luar biasa, hanya pembagian
keuntungan ke bawah yang sering tidak fair.Wajar bila sering muncul illegal
mining atau penambang illegal yang merusak lingkungan. Lha wong Negara
sendiri yang memberi contoh tidak adil ini.
Negara sering mengeruk SDA sekuat tenaga tanpa mempedulikan nasib
warga sekitar.Kebanyakan mereka mendapatkan “sampah” atau lingkungan yang
hancur daripada royalty ataupun keuntungan dari eksploitasi SDA.Sentralisasi
penambangan memang memunculkan penambangan illegal yang tidak puas dengan
nasib yang tersisihkan.
Pada banyak kasus yang kaya dan makmur hanya segelintir orang dari
penambangan legal ini.Tidak heran rasa iri dan cemburu membuat rakyat layak
menentukan nasibnya sendiri. Lha wong Negara tak peduli dengan urusan perut
mereka.
Ketidakadilan ini juga buah dari sempitnya lapangan pekerjaan dan
kemiskinan di sekitar daerah tambang.Lagi-lagi Negara patut dipersalahkan, dalam
hal ini pemerintah sebagai kepanjangan tangan dari Negara, bisa disebut sebagai
pihak yang rakus, tidak fair dan membiarkan terjadinya illegal mining.Kesalahan
pemerintah yang paling besar adalah tidak mendistribusikan hasil penambangan
legal secara adil.
Saat muncul tuntutan dari warga sekitar tambang, pemerintah cuci tangan
dengan melemparkan tanggung jawab ke pemerintah daerah.Ini menimbulkan dan
memberi kesempatan munculnya “lintah” baru setelah pemerintah.Para pemerintah
daerah ini menjadi sole agent yang mendayagunakan daerah tambang untuk
keuntungan diri sendiri dan kelompoknya.
Para pemda ini muncul sebagai raja baru atau mafia atas pengolahan
tambang. Siapapun yang melawan akan digencet bahkan dihilangkan nyawanya.
Ini terbukti kasus-kasus penganiayaan, intimidasi pada mereka yang melawan
aparat pemda dalam mengolah daerah tambang.Raja-raja kecil ini jauh lebih kejam
dari pemerintah, karena menjadi penjajah bagi rakyatnya sendiri.
Demokrasi dan otonomi ternyata bisa memunculkan diktator-diktator baru di
daerah.Apalagi dengan sokongan politik dari pusat, maka sulit sekali rakyat keluar
dari tekanan para raja kecil ini.Negara yang harusnya hadir melindungi rakyatnya,
malah memberi ruang dan kongkalikong menindas rakyatnya.
Perlawanan rakyat kecil ini bukan tidak mungkin akan semakin bergelora
bila Negara tak mampu hadir melindungi rakyatnya. Percikan bunga api yang bisa
membakar seluruh kehidupan sosial dan menghancurkan negeri ini. Sebaiknya
Negara dalam hal ini pemerintah, melakukan evaluasi atas aturan tambang,
pembagian royalty dan dampak penambangan bagi masyarakat sekitar.

Sudah saatnya penambangan illegal diberantas secara tuntas, jangan ada lagi yang
jadi korban.Mereka yang sudah menikmati hasil tambang secara illegal, harus
mendapatkan hukuman yang setimpal.
1.2 Pendekatan Analisis Deskriptif Dampak Lingkungan Sosial
Kemasyarakatan

Untuk mengetahui dampak penambangan pasir dan batu di suatu wilayah terhadap
lingkungan sosial kemasyarakatan terutama di sekitar areal pertambangan,
diperlukan pendekatan analisis data secara deskriptif yang bertujuan sebagai
berikut.

1. .Inventarisasi dampak sosio-kultural akibat penambangan pasir batu.


2. Mengetahui keinginan masyarakat penambang dan masyarakat lokal dalam
penambangan pasir dan batu.
3. Mengurangi kecenderungan terjadinya konflik sosial akibat penambangan
pasir dan batu.
4. Pemberdayaan masyarakat dalam proses penambangan pasir batu
5. Mengurangi dan menekan sekecil mungkin dampak yang terjadi akibat
proses penambangan pasir dan batu.
6. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam kebijakan pengelolaan
lingkungan penambangan pasir batu yang berwawasan lingkungan
7. Model pengelolaan lingkungan areal pertambangan pasir batu yang
berwawasan lingkungan.

Penganalisisan dilakukan berdasarkan ciri-ciri struktur sosial yang berkembang


dalam kehidupan masyarakat.

Ciri-ciri struktur sosial itu dapat digambarkan melalui posisi, peran dan
bentuk hubungan sosial di antara institusi-institusi yang terkait dengan kegiatan
eksploitasi sumberdaya alam, yaitu:

1. pemerintah;
2. pelaku bisnis, terutama pada pengusaha dan investor yang menanamkan
usahanya di sektor sumberdaya alam;
3. masyarakat sekitar daerah eksploitasi sumberdaya alam; dan organisasi-
organisasi sosial yang memiliki kepedulian terhadap kerusakan
lingkungan akibat eksploitasi sumberdaya alam (Usman, S., 2004).
Pemerintah sebagai salah satu unsur penting dalam pengendalian kegiatan
penambangan pasir dan batu, perlu juga dianalisis sejauh mana peran kebijakan
penambangan pasir dan batu pemerintah sudah dilaksanakan. Analisis terhadap
kebijakan pemerintah sebagai variabel independen mempengaruhi variabel
terpengaruh, yaitu asal kebijakan, mekanisme, finansial, kelembagaan, sumberdaya
aparatur pemerintah, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan masyarakat,
jumlah penambangan tanpa izin serta bangunan check dam.
Masyarakat mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap penambangan
pasir dan batu, sehingga diperlukan pendekatan khusus terhadap permasalahan
yang ada dalam bentuk analisis situasi dan kondisi yang dipengaruhi oleh persepsi
masyarakat tersebut. Persepsi ini berkecenderungan akan menciptakan konflik
apabila akar permasalahan tidak segera ditelusuri dan diatasi sedini mungkin.
Pelaku bisnis selalu berorientasi ekonomi, artinya berusaha memperoleh
keuntungan semaksimal mungkin dengan modal yang terbatas.Pandangan
semacam itu sangat riskan dan menyebabkan dampak yang berujung penurunan
tingkat kualitas lingkungan hidup.Pendayagunaan sumberdaya alam harus tetap
memperhatikan asas konservasi, namun tidak hanya cukup dengan menyebut
pengelolaan konservasi tetapi menjadi pengelolaan bisnis konservasi (Marsono, D:
1999).

Organisasi sosial peduli lingkungan berfungsi sebaga sarana kontrol, yang


perlu dianalisis keterkaitannya dengan stake holders yang lain.
Selain itu untuk memperdalam pembahasan setiap komponen permasalahan,
tinjauan analisis disertai dengan studi literature, survei kondisi sosio-kultural
masyarakat di lapangan serta data masyarakat di sekitar wilayah areal
pertambangan pasir batu.Kajian mengenai analisis kebijakan publik yang telah
dikeluarkan oleh Pemerintah diperlukan pula sebagai upaya pengendalian atau
kontrol seberapa jauh peran pemerintah terhadap kegiatan penambangan pasir dan
batu.

Rekayasa Manusia dalam Pengendalian Material Gunungapi Merapi


Gunung Merapi sebagai salah satu gunungapi teraktif di dunia, aliran lava pijar
terbentuk dari puncak kubah aktif sering terlihat, membangkitkan awan panas yang
mengiringi lahar.Ahli-ahli mancanegara dari Perancis, Jepang, Amerika, Jerman
dan negara-negara lain aktif melakukan penelitian terhadap Gunung Merapi,
karena merupakan fenomena alam yang sangat menarik untuk dijadikan bahan
penelitian.Salah satu produk Gunungapi Merapi yang bermanfaat adalah material
vulkanik yang berupa pasir, kerikil, kerakal dan batu-batu berukuran sampai
dengan bongkah.Material vulkanik ini merupakan hasil erupsi dari Gunung Merapi
kemudian sebagian tertransportasi dengan media air dan terendapkan di sungai
(Purbawinata, M.A, dkk. 1997).

Aliran lahar dari Gunungapi Merapi ini apabila tidak dikendalikan akan
dapat membahayakan masyarakat di sepanjang aliran sungai, sehingga diperlukan
adanya dam-dam penahan banjir lahar dari Gunung Merapi yang telah dibuat oleh
Proyek Pengendalian Banjir Lahar Gunung Merapi yang disebut dengan bangunan
Sabo. Kondisi lingkungan sosial masyarakat di sekitar lereng gunungapi Merapi
menjadi sangat rentan dan menyebabkan kecemasan masyarakat, karena setiap saat
bencana alam tersebut dapat terjadi.Akan tetapi faktor kecintaan pada tempat
kelahiran atau kampung halaman yang sangat kuat menyebabkan mereka tetap
berkeinginan menempati wilayahnya, meskipun terletak pada daerah rawan
bencana.

Fungsi bangunan Sabo dalam buku Manual Perencanaan Sabo (2000) adalah
mampu mengendalikan angkutan sedimen sehingga tercapai kondisi sungai yang
aman, seimbang dan akrab dengan lingkungan sekitarnya, selain itu dapat
dimanfaatkan untuk memperoleh nilai tambah sebagai tempat penampungan bahan
galian golongan C. Akan tetapi fungsi bangunan Sabo tersebut dalam
penerapannya belum optimal karena sifatnya yang temporal, mengingat sumber
material yang terangkut aliran lahar berhubungan langsung dengan arah erupsi dari
Gunung Merapi. Adanya perubahan arah erupsi dari Gunung Merapi menyebabkan
keterbatasan jumlah material pasir dan batu.Dengan demikian pada saat ini di
beberapa alur sungai fungsi bangunan Sabo tersebut belum termanfaatkan dan
kurang efektif.

Manfaat dan Dampak Penambangan Bahan Galian Pasir dan Batu


Pasir dan batu hasil endapan aliran lahar tersebut dari segi sosial ekonomi menjadi
primadona pengusaha yang memanfaatkannya sebagai bahan bangunan karena
kualitasnya yang sangat baik. Dari pasir dan batu ini masyarakat dapat
memperoleh kesejahteraan, pengusaha memperoleh keuntungan dengan cara
menambang bahan galian tersebut. Dari hasil Pajak Bahan Galian Golongan C
dapat memberikan Pendapatan Asli Daerah bagi Pemerintah Daerah
KabupatenSleman Berbagai upaya dilakukan untuk mengeksploitasi/mendapatkan
pasir dan batu Merapi, gejala tersebut harus cepat ditangkap dan diwaspadai oleh
Pemerintah Daerah, para pakar lingkungan hidup dan masyarakat, untuk kemudian
diantisipasi sedini mungkin segala kemungkinan dampak yang akan ditimbulkan.
Aktivitas penambangan yang tidak terkontrol akan dapat mengakibatkan
permasalahan-permasalahan lingkungan. Rusaknya jalan akibat lalu-lintas
transportasi pengangkutan material hasil tambang.

Di antaranya adalah rusaknya dam pengendali banjir lahar G. Merapi, terjadi


proses tanah longsor di kanan kiri tebing S. Boyong, dari pendataan yang
dilakukan oleh Badan Pertambangan dan Energi, Dinas Pengairan Pertambangan
dan Penanggulangan Bencana Alam, Kabupaten Sleman (2005) banyak dijumpai
adanya penambangan tanpa izin, lokasi penambangan sepanjang S. Boyong
merupakan daerah bahaya G. Merapi.

Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya pemantauan dan pengelolaan


lingkungan agar kondisi lingkungan pada saat sekarang ini tidak berkembang
menjadi semakin parah lagi. Secara garis besar perlu upaya penanganan
permasalahan-permasalahan tersebut secara terpadu, meliputi aspek peraturan dan
perundang-undangan, manajemen/pengelolaan sumberdaya alam yang profesional
meliputi tahapan perencanaan desain penambangan yang berwawasan lingkungan,
proses penambangan yang dapat mengupayakan sekecil mungkin terjadinya
kerusakan lingkungan serta pengendalian lingkungan dan pencemaran akibat
eksploitasi sumberdaya alam mineral tersebut.

Selain itu dari aspek sosial budaya perlu upaya


penanggulangan/pengendalian kemungkinan terjadinya konflik sosial
kemasyarakatan akibat penambangan sirtu tersebut. Faktor manusia dalam proses
penambangan yang tidak memperhatikan lingkungan tentu akan membawa dampak
kerusakan lingkungan baik pada faktor fisik maupun faktor biotiknya. Interaksi
antarmanusia dengan alam menjadi tidak harmonis, dalam arti manusia melakukan
eksploitasi yang melebihi kapasitas atau daya dukung alam yang mengkibatkan
pencemaran atau kerusakan pada sistem ekologi.Rencana pengembangan Taman
Nasional Gunung Merapi, merupakan suatu upaya untuk tetap mempertahankan
keanekaragaman hayati dan mempersempit lahan penambangan pasir dan batu.
Faktor manusia ini sangat kompleks sehingga banyak menghasilkan persepsi-
persepsi dari masyarakat yang beraneka ragam dan berkecenderungan
menimbulkan konflik.Demikian juga faktor pemerintah dalam upaya pengelolaan
lingkungan pertambangan pasir dan batu perlu dianalisis untuk mendapatkan suatu
keadaan yang sedang terjadi pada saat ini serta keadaan yang diinginkan di masa
mendatang.

1.3 Analisis Deskriptif Variabel Faktor-faktor Pengaruh Dampak Lingkungan

Proses eksploitasi/penambangan pasir batu di wilayah lerang Gunungapi


Merapi Kabupaten Sleman perlu mendapatkan perhatian yang serius dalam upaya
pengelolaan lingkungan hidup, agar tidak menimbulkan permasalahan lingkungan
hidup yang dapat memberikan dampak negatif di kemudian hari.
Dalam proses pengelolaan penambangan pasir Gunung Merapi, harus diperhatikan
antara persediaan pasir batu dengan permintaan pasir batu. Artinya eksploitasi
dapat dilakukan secara optimal sesuai dengan kapasitas atau batas daya dukung
yang ada.Karena pasokan material pasir dari Gunung Merapi sangat terbatas, maka
penambangan perlu diatur agar terjadi keseimbangan antara pasokan material
dengan pengambilan material.

Dalam pendekatan analisis terhadap permasalahan dampak penambangan


pasir batu khususnya terhadap aspek sosio kultural, dapat ditinjau dari 2 faktor
independent yaitu:

1. Kebijakan Pemda, pada waktu sebelum otonomi daerah dan sesudah otonomi
daerah.
2. Persepsi Masyarakat, pada kondisi keadaan yang sekarang sedang terjadi dan
kondisi keadaan yang akan dating.

Dari kedua variable /kategori independen tersebut kemudian dibandingkan dengan


variabel/kategori dependen yang mempunyai keterkaitan hubungan satu dengan
yang lain, kemudian didiskripsikan dalam bentuk narasi (data kualitatif).

Variabel dependen yang dapat dijadikan dasar untuk menganalisa permasalahan


dampak akibat penambangan pasir batu adalah sebagai berikut.
1. Sumber
2. Mekanisme
3. Finansial
4. Kelembagaan
5. Sumberdaya Manusia Aparatur
6. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
7. Masyarakat
8. Pendapatan Masyarakat
9. Jumlah penambangan tanpa izin
10.Bangunan Check Dan hubungan antara bangunan dan material pasokan
11.Krisis Lahan

Deskripsi hubungan antar variabel independen dan dependen dapat dianalisis


satu persatu menurut dasar variabel dependen, dalam pembahasan sebagai berikut.

1.Sumber

Kebijakan pemerintah pada waktu sebelum otonomi daerah bersifat sentralisasi,


kemudian karena tuntutan masyarakat kebijakan tersebut berubah menjadi
desentralisasi. Dimana memberikan kewenangan penuh kepada pemerintah daerah
untuk mengeluarkan kebijakan di sektor pertambangan bahan galian golongan c.
Hal ini menguntungkan pemerintah daerah untuk dapat mengeluarkan kebijakan
secara langsung pada saat ada kegiatan penambangan yang telah melebihi
kapasitas daya dukung lingkungan yang ada.
Persepsi masyarakat terhadap penambangan pasir dan batu pada saat sekarang ini
biasanya dipelopori oleh LSM atau sekelompok komunitas masyarakat yang ada di
sekitar wilayah penambangan. Sehingga dapat dijadikan kesimpulan sementara
bahwa persepsi ini merupakan cerminan dari keseluruhan masyarakat, akan tetapi
perlu tindak lanjut harapan pada masa yang akan datang persepsi ini dapat tumbuh
langsung dari masyarakat luas.

2.Mekanisme
Tidak ada perubahan mendasar dalam hal petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknik dalam pengelolaan penambangan pasir dan batu. Akan tetapi yang
perlu diperhatikan disini adalah pemerintah harus lebih konsekuen dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang ada.
Masyarakat dalam menyalurkan aspirasinya pada saat ini sudah dilakukan secara
demokratis tetapi cenderung tidak terkontrol.Perlunya pengendalian dalam
penyaluran aspirasi masyarakat, agar tidak ada pihak ke tiga yang
memanfaatkannya.

3.Finansial

Dengan kewenangan penuh pemerintah daerah, otomatis segala pembiayaan


menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.Hal ini berpengaruh pada kenaikan
APBD untuk membiayai sarana dan prasarana dalam rangka manajemen
sumberdaya alam yang efektif dan efisien.Dari sudut finansial bagi pengusaha
pasir dan batu pada prinsipnya pengusaha selalu mendapatkan keuntungan.Akan
tetapi masyarakat setempat untuk mengaplikasikan konsep pemberdayaan
masyarakat, dalam kegiatan penambangan masyarakat setempat harus
mendapatkan skala prioritas dalam pekerjaan yang tentu saja berakibat pada
peningkatan pendapatan masyarakat.

4.Kelembagaan
Banyaknya perubahan yang terjadi dalam kebijakan pada waktu otonomi
daerah dan setelah otonomi daerah yang berkaitan dengan aspek-aspek sosio
kultural masyarakat. Contohnya dengan adanya kelembagaan khusus yang
menangani Bidang Pertambangan dalam pengelolaan penambangan pasir batu di
wilayah lerang Gunungapi Merapi Kabupaten Sleman.Berakibat positif terhadap
dampak penambangan pasir batu yaitu kontrol semakin efektif.

5.Sumberdaya Manusia Aparatur

Sumberdaya manusia aparatur perlu peningkatan kualitas keahlian,


penunjukan pimpinan instansi memegang teguh asas profesionalisme sesuai
dengan keahliannya. Dengan SDM yang profesional maka kebijakan yang akan
dikeluarkan pemerintah dapat berjalan dengan baik.SDM aparatur perlu melakukan
kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat terhadap kegiatan penambangan pasir
dan batu, responsif terhadap berbagai keluhan masyarakat di sekitar wilayah areal
pertambangan.
6.Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan asli daerah setelah otonomi daerah terus meningkat.Perubahan


retribusi bahan galian golongan c menjadi pajak bahan galian golongan c membuat
wajib pajak yaitu para pengusaha pertambangan tidak dapat mengelak lagi dari
keharusan membayar pajak.Akan tetapi PAD yang meningkat tersebut tidak dapat
dinikmati masyarakat sekitar areal pertambangan secara langsung, sehingga perlu
upaya pembagian prosentase pendapatan pajak dengan skala prioritas memihak
kepada masyarakat di sekitar areal pertambangan.

7.Masyarakat

Masyarakat sekarang cenderung eksplosif apabila ada sedikit saja


permasalahan lingkungan sosial di wilayahnya.Masyarakat bebas mengeluarkan
pendapat, bahkan akibat penambangan pasir dan batu ini pernah terjadi konflik
antara masyarakat pro penambangan dan anti penambangan. Demonstrasi
dilakukan di depan gedung DPRD Kabupaten Sleman.

Adanya perbedaan persepsi ini perlu langkah sosialisasi dan pembinaan yang terus
menerus untuk meredamkan konflik sosial yang dapat terjadi lagi. Masyarakat
harus lebih diberdayakan dalam setiap proses kegiatan penambangan, mulai dari
tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan maupun pengendalian.

8.Pendapatan MasyarakatHubungan pendapatan masyarakat terutama masyarakat


penambang setelah otonomi daerah menjadi sedikit berkurang akibat terbebani
pajak. Walaupun pada prakteknya masyarakat biasanya tidak terkena langsung
penarikan pajak, tetapi karena pembeli pasir dan batu terkena pajak mengakibatkan
pembeli membeli pasir dan batu dari penambang dengan harga relatif lebih murah.
Sebagian masyarakat melakukan kegiatan penambangan untuk mendapatkan
tambahan pendapatan, dan ada yang sebagai mata pencaharian pokok. Oleh karena
keterbatasan jumlah material pasir dan batu yang makin lama makin kecil, maka
perlu dipikirkan upaya alternatif pekerjaan lain yang lebih menguntungkan.

9.Jumlah penambangan tanpa izin


Penambangan tanpa izin pada saat ini mudah dikontrol, terutama
penambangan dalam skala besar dengan mempergunakan back hoe.Hal tersebut
karena adanya kebijakan pelarangan pengambilan material pasir dan batu kecuali
pada aliran atau alur-alur sungai. Persepsi penambang menambang tanah miliknya
sendiri, menyebabkan mereka kurang sadar untuk mengurus perizinan, selain itu
efek setelah mempunyai izin akan berkelanjutan dengan kewajiban secara rutin
membayar pajak, membuat penambang tanpa izin tidak membutuhkannya dan
berkecenderungan menghindarinya.

10.Bangunan Check Dan hubungan antara bangunan dan material pasokan

Hubungan antara bangunan check dam dengan sumber material Pasokan


yang melebihi kapasitas harus cepat-cepat dimanfaatkan sehingga masyarakat
dapat secara langsung menikmati hasilnya untuk peningkatan kesejahteraan dan
meningkatkan perekonomiannya. Hal tersebut yaitu penambangan pasir batu perlu
dilakukan dengan catatan harus dilaksanakan desain penambangan yang baik agar
tidak merusak lingkungan. Selain itu agar tidak mengganggu fungsi dari dam
penahan banjir lahar Gunung Merapi. Perlu diketahui bahwa apabila dam terisi
penuh oleh material Gunung Merapi, maka fungsi dam sebagai penahan sedimen
tidak dapat berlangsung secara efektif karena apabila ada erupsi Gunung Merapi
lagi maka aliran lahar yang mengangkut material lahar dingin tersebut akan
langsung bergerak ke arah hilir sungai dengan tanpa adanya penahan. Sehingga
perlu pengelolaan lebih lanjut untuk perbaikan langkah selanjutnya dalam tahapan
proses hasil dari penilaian output yang dihasilkan.

11. Krisis Lahan


Bab III Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai