Anda di halaman 1dari 52

PRESENTASI KASUS

KEBIDANAN
PREEKLAMPSIA BERAT
Oleh:
dr. Krissattryo Rosarianto

Pembimbing:
dr. Hendryk Kwandang, M. Kes
dr. Benidiktus Setyo Untoro

RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang


2018
Latar Belakang
❑ Preeklampsia merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas
ibu dan bayi yang tertinggi di Indonesia.
❑ Preeklampsia dan eklampsia dikenal dengan nama Toksemia Gravidarum
merupakan suatu sindroma yang berhubungan dengan vasospasme,
peningkatan resistensi pembuluh darah perifer, dan penurunan perfusi
organ .
❑ Beragam pendapat telah diutarakan dalam pemahaman preeklampsia
secara mendasar dan telah dilakukan pula berbagai peneltian untuk
memperoleh penatalaksanaan yang dapat dipakai sebagai dasar
pengobatan untuk preeklampsia. Namun demikian, preeklampsia tetap
menjadi satu di antara banyak penyebab morbiditas dan mortalitas ibu
dan janin di Indonesia, sehingga masih menjadi kendala dalam
penanganannya.
❑ Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi, preeklampsia masih
merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal
yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan
tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera
dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Laporan Kasus
Identitas
❑ Nama Pasien : Ny. M
❑ Usia : 32 th
❑ JK : Perempuan
❑ Agama/ Suku : Islam/ Jawa

❑ Nama Suami : Tn.M


❑ Usia : 31 th
❑ Alamat : Turen
❑ Tanggal periksa : 3 Januari 2018
❑ No. RM : 446xxx
Anamnesa
Autoanamnesa (3 Januari 2018) pukul 12:00 di IGD
❑ Keluhan Utama
❑ Pasien G2P1A0 hamil 38-39 minggu mengeluh perut terasa
berkontraksi
❑ Riwayat Penyakit Sekarang
❑ Pasien G2P1A0 hamil 38-39 minggu mengeluh perutnya
berkontraksi sejak pk 07.00, kontraksi perut yang dirasakan hilang
timbul, tidak disertai keluarnya lendir maupun darah dari jalan
lahir. Keluhan nyeri kepala, penglihatan kabur, nyeri ulu hati
disangkal. BAB dan BAK normal. Sebelumnya pasien
memeriksakan dirinya ke PKM, disana TD pasien 170/90, lalu
pasien disarankan ke fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk
periksa urin lengkap. Pasien pergi ke klinik Cakra Husada dan
setelah periksa urin, didapatkan hasil protein urin (+)3
❑ Pasien akhirnya dirujuk ke IGD RSUD Kanjuruhan
❑ Riwayat Penyakit Dahulu
❑ Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, penyakit jantung, alergi
obat, kejang disangkal

❑ Riwayat Keluarga
❑ Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami
penyakit serupa. Pasien juga menyangkal adanya riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, asthma, penyakit jantung, hepatitis, tuberkulosis
paru, penyakit ginjal, kejang, kembar dalam keluarga.
❑ Riwayat Haid
❑ Haid pertama kali umur : 13 tahun
❑ Siklus haid : teratur, 28 hari / bulan
❑ Durasi dan banyaknya haid : 5-7 hari, 3-4 kali ganti
pembalut
❑ Hari pertama haid terakhir : 9 April 2017
❑ Taksiran persalinan : 16 Januari 2018
❑ KB : Tidak KB
❑ Riwayat Antenatal Care
❑ Pasien rutin memeriksakan kehamilan 1 bulan sekali sejak usia
kehamilan 12 minggu di bidan praktek pribadi. Pernah
dilakukan pemeriksaan USG 2x pada usia kehamilan 16 dan 33
minggu di RSUD Kanjuruhan Kepanjen. Imunisasi TT sudah
dilakukan saat usia kehamilan 16 minggu. Selama ANC pasien
tidak merasakan adanya keluhan apapun. Pada pemeriksaan
USG tersebut pasien dinyatakan kondisi janin baik dengan
presentasi kepala.

❑ Riwayat Perkawinan dan Kehamilan


❑ Pasien menikah baru 1 kali ini. Lama menikah dengan suami
sekarang 4 tahun. Ini adalah kehamilannya yang pertama
Pemeriksaan Fisik ( 3 Januari 2018 di IGD)

❑ Keadaan umum : pasien tampak sakit sedang


❑ Kesadaran : compos mentis, GCS: 456
❑ BB : 67 kg TB: 165 BMI: 24.61
❑ Tanda vital :
❑ Tekanan darah : 170/110 mmHg.
❑ Denyut jantung : 87 x/menit reguler.
❑ Pernapasan : 20 x/menit.
❑ Suhu aksiler : 37.20 C
❑ Paru
❑ Inspeksi : gerak nafas simetris pada kedua dinding dada, retraksi(-),
tampak sesak (-)
❑ Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris, nyeri tekan (-)
❑ Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
❑ Auskultasi : vesicular (+) rhonki (-) wheezing (-)

❑ Jantung
❑ Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
❑ Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V Midclavicularis S
❑ Auskultasi : S1S2 single, regular, gallop (-) murmur (-)
❑ Abdomen
❑ Inspeksi : tampak membuncit , striae gravidarum (+), linea nigra (+)
❑ Auskultasi : BJA 155x/menit, regular
❑ Palpasi :
❑ Leopold I : TFU 2 jari dibawah prosesus xyphoideus , teraba 1 bagian besar,
bulat, lunak, tidak melenting. Kesan: bagian janin pada fundus adalah bokong
❑ Leopold II : Kanan: Teraba bagian-bagian kecil, Kiri: Teraba tahanan
memanjang, rata dan keras. Kesan: Punggung janin ada di perut kiri ibu
❑ Leopold III: Teraba 1 bagian besar, bulat, keras, melenting. Kesan: presentasi
kepala
❑ Leopold IV: Konvergen. Kesan: Kepala janin belum masuk PAP

❑ His (-)

❑ Extremitas : akral lembab, sianosis (-), edema (-)


❑ Genitalia
❑ Inspeksi : Vulva dalam keadaan tenang, odem labia (-), lender
(-), darah (-)

❑ Inspekulo : Tidak dilakukan

❑ VT : Belum teraba pembukaan, kantung ketuban tak


teraba, portio tebal,kenyal, posisi posterior, penipisan serviks
belum dapat ditentukan, bagian bawah janin pada bidang Hodge 1.
Hasil
pemeriksaan
urinalisis
3 Januari
2018
Resume
❑ Pasien G2P1A0 hamil 38-39 minggu mengeluh perutnya berkontraksi sejak pk
07.00, kontraksi perut yang dirasakan hilang timbul, tidak disertai keluarnya
lendir maupun darah dari jalan lahir. Keluhan nyeri kepala, penglihatan kabur,
nyeri ulu hati disangkal. BAB dan BAK normal. Sebelumnya pasien
memeriksakan dirinya ke PKM, disana TD pasien 170/90, lalu pasien
disarankan ke fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk periksa urin lengkap.
Pasien pergi ke klinik Cakra Husada dan setelah periksa urin, didapatkan hasil
protein urin (+)3. Pasien akhirnya dirujuk ke IGD RSUD Kanjuruhan.
❑ Pasien rutin memeriksakan kehamilan 1 bulan sekali ke bidan praktek
pribadi sejak usia kehamilan 12 minggu. Pernah dilakukan
pemeriksaan USG 2x pada usia kehamilan 16 dan 33 minggu di RSUD
Kanjuruhan Kepanjen. Imunisasi TT sudah dilakukan saat usia
kehamilan 16 minggu. Selama ANC pasien tidak merasakan adanya
keluhan apapun, tapi tekanan darah memang cenderung tinggi, tapi
tidak setinggi sekarang. Pada pemeriksaan USG tersebut pasien
dinyatakan kondisi janin baik dengan presentasi kepala.
❑ Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/110, nadi
87 x/menit. Pada pemeriksaan status obstetrik didapatkan TFU 2
jari di bawah prosess xyphoideus, punggung janin di sebelah kiri,
dan presentasi kepala, DJJ 155x/menit reguler, his (-). Saat
dilakukan VT belum teraba pembukaan, kantung ketuban tak
teraba, portio tebal,kenyal, posisi posterior, penipisan serviks
belum dapat ditentukan, bagian bawah janin pada bidang Hodge
1.

❑ Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan protein urin yang


positif (3+).
Diagnosis
❑ Diagnosis Kerja
❑ Ibu: G1P0A0 hamil 38-39 minggu dengan PEB belum inpartu

❑ Janin: Janin tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala


Rencana Pemeriksaan Penunjang

❑ Darah Lengkap

❑ Liver Function Test

❑ Renal Function Test


Rencana Terapi
❑ IVFD RL 20 tpm
❑ Lapor dokter SpOG, advis:
❑ Cek lab PEB

❑ SM protap
❑ MgSO4 20% 6 gr drip dalam RL 500cc 1gr/jam

❑ Lanjut MgSO4 20% 4 gr bolus pelan habis dalam 15 menit

❑ Setelah drip habis masuk 2 gr diulang tiap 2 jam sampai dengan


24 jam pemberian
❑ Nifedipin 3x10mg

❑ Siapkan SC
Edukasi
❑ Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita, rencana
pemeriksaan dan rencana terapi yang akan dilakukan.

❑ Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.

❑ Menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi jika tidak dilakukan


penanganan dengan segera dan dengan baik.
Prognosis
❑ Ibu
❑ Ad vitam : dubia ad bonam
❑ Ad sanationam : dubia ad bonam
❑ Ad fungsionam : dubia ad bonam

❑ Janin
❑ Ad vitam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Preeklampsia
• Kelainan hipertensi yang spesifik pada kehamilan
• Gangguan multisystem organ.
• Terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu,
• Dapat terjadi bersamaan dengan kelainan hipertensi
lainnya.
• Kelainan hipertensi paling umum yang menjadi penyulit
pada kehamilan,
• Hipertensi onset baru dan proteinuria onset baru.
Etiologi

Abnormalitas Prostasiklin
Iskemia
Invasi dan
Uteroplasenta
Trofoblas Tromboksan

Faktor Disfungsi
Faktor Genetik
Imunologis Endotel
Klasifikasi Pre Eklampsia

Preeklamsia ringan: Preeklampsia berat:

• Tekanan darah >140 / 90 mmHg • Tekanan darah >160 / 110 mmHg.


pada kehamilan > 20 minggu. • Proteinuria kuantitatif (Esbach)  2
• Proteinuria kuantitatif (Esbach)  300 gr / 24 jam, atau dipstick  +2.
mg / 24 jam, atau dipstick  +1. • Trombosit < 100.000 / mm3.
• Hemolisis mikroangiopathi (
peningkatan LDH )
• Peningkatan SGOT / SGPT.
• Adanya sakit kepala hebat atau
gangguan serebral, gangguan
penglihatan.
• Nyeri di daerah epigastrium yang
menetap.
Epidemiologi
❑ Insidens preeklampsia relatif stabil antara 4-5 kasus per
10.000 kelahiran hidup pada negara maju.

❑ Pada negara berkembang insidens bervariasi antara 6-10


kasus per 10.000 kelahiran hidup.

❑ Angka kematian ibu bervariasi antara 0%-4%. Kematian ibu


meningkat karena komplikasi yang dapat mengenai
berbagai sistem tubuh. Penyebab kematian terbanyak ibu
adalah perdarahan intraserebral dan oedem paru.
❑ Kematian perinatal berkisar antara 10%-28%. Penyebab
terbanyak kematian perinatal disebabkan karena prematuritas,
pertumbuhan janin terhambat, dan meningkatnya kejadian
solutio plasenta.

❑ Sekitar kurang lebih 75% eklampsi terjadi antepartum dan 25%


terjadi pada postpartum. Hampir semua kasus ( 95% ) eklampsi
antepartum terjadi pada terjadi trisemester ketiga.

❑ Dilaporkan angka kejadian rata-rata sebanyak 6% dari seluruh


kehamilan dan 12 % pada kehamilan primigravida. Lebih banyak
dijumpai pada primigravida daripada multigravida terutama
primigravida usia muda.
Faktor Risiko
Nullipara

Kehamilan ganda

Obesitas

Riwayat keluarga preeklampsia – eklampsia

Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya

Diabetes mellitus gestasional

Adanya trombofilia

Adanya hipertensi atau penyakit ginjal


Diagnosis

Kriteria diagnostik preeklampsia meliputi adanya hipertensi, yang


didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sebesar
140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolic sebesar 90
mmHg atau lebih setelah usia gestasi 20 minggu pada wanita
dengan tekanan darah normal sebelumnya.
Patofisiologi

Peningkatan
Cedera Hipovolemia
Vasospasme kepekaan
Endotel Intravaskuler
vaskuler
Aliran Darah di Organ-Organ

Aliran darah Aliran darah


Aliran darah Aliran darah Aliran darah
ginjal dan uterus dan
di otak paru di mata
fungsi ginjal choriodesidua
Manifestasi Klinis

Tekanan Kenaikan
Proteinuria
darah berat badan

Nyeri Nyeri Gangguan


kepala epigastrium penglihatan
Tujuan Penanganan
Mencegah terjadinya pre
eclampsia berat atau
eclampsia

Melahirkan janin hidup

Mencegah pendarahan
intrakranial

Mencegah gangguan fungsi


organ vital
Penatalaksanaan
Preeklampsia Ringan
• Rawat Jalan
• Rawat Inap
• Sikap terhadap Kehamilan
Preeklampsia Berat
• Manajemen cairan
• Pencegahan kejang
• Pengobatan hipertensi
• Observasi Klinis
• Pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat
• Sikap terhadap kehamilan
Pre Eklampsia Ringan

Rawat Jalan
• Tirah baring
• Obat- obat diuretic antihipertensi, sedative tidak
diperlukan
• Berikan diet cukup protein, rendah karbohidrat dan
lemak, garam secukupnya dan roboransia prenatal
• Dilakukan pemeriksaan lab lengkap
Rawat Inap
• Bila tidak ada perbaikan tekanan darah, kadar proteinuria
selama 2 minggu
• Adanya satu atau lebih tanda-tanda preeklampsia berat
• Selama di RS dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
laboratorik
• Pemeriksaan kesejahteraan janin berupa USG Doppler, evaluasi
pertumbuhan janin dan cairan amnion
• Konsultasi ke bagian lain jika perlu

Sikap terhadap kehamilan


• Pada kehamilan preterm (<37 minggu) bila tekanan darah
normal selama perawawatan, ditunggu sampai aterm
• Pada kehamilan aterm, persalinan ditunggu sampai terjadi
onset persalinan atau pertimbangkan induksi persalinan
Pre Eklampsia Berat

Manajemen cairan
• Cairan yang diberikan dapat berupa 5% ringer dextrose atau cairan garam faal jumlah
tetesan:<125cc/jam atau infuse dekstrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan
infuse ringer laktat (60-125 cc/jam) 500 cc.
• Monitoring input cairan (melalui oral ataupun infuse) dan output cairan (melalui urin)
• Di pasang foley kateter untuk mengukur pengeluaran urin
Pencegahan kejang
• Loading dose : initial dose 4 gram MgSO4: intravena, (40 % dalam 10 cc) selama 15
menit
• Maintenance dose : Diberikan infuse 6 gram dalam larutan ringer/6 jam; atau
diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram im tiap
4-6 jam
• Syarat-syarat pemberian MgSO4
• Magnesium sulfat dihentikan bila ada tanda tanda intoksikasi atau setelah 24 jam
pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir.
Pengobatan hipertensi
• Tekanan darah diturunkan secara bertahap, yaitu penurunan awal 25% dari
tekanan sistolik dan tekanan darah diturunkan mencapai < 160/105 atau MAP
< 125
• Nifedipin. Dosis 10-20 mg/oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg
dalam 24 jam

Observasi klinis
• Nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium dan kenaikan cepat berat
badan.
• Selain itu perlu dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria,
pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan USG
dan NST.

Sikap terhadap kehamilan


• Aktif : berarti kehamilan segera diakhiri/diterminasi bersamaan dengan
pemberian medikamentosa.
• Konservatif (ekspektatif): berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan
dengan pemberian medikamentosa.
Indikasi Perawatan Aktif

• Umur kehamilan ≥ 37 • Adanya tanda-


minggu tanda fetal distress
• Adanya tanda-tanda/gejala-
gejala impending eklampsia • Adanya tanda-
• Kegagalan terapi pada tanda intra uterine

Ibu
perawatan konservatif, yaitu: growth restriction
keadaan klinik dan
laboratorik memburuk
Janin • NST nonreaktif
• Diduga terjadi solusio dengan profil
plasenta
biofisik abnormal
• Timbul onset persalinan,
ketuban pecah atau • Terjadinya
perdarahan oligohidramnion
Komplikasi
Solutio plasenta, terjadi pada ibu yang menderita hipertensi

Hipofibrinogenemia, dianjurkan pemeriksaan fibrinogen secara berkala.

Nekrosis hati, akibat vasospasme arteriol

Sindroma HELLP, yaitu hemolisis,elevated liver enzymes dan low platelet.

Kelainan ginjal

DIC.

Prematuritas, dismaturitas, kematian janin intra uterine


Prognosis
❑ Kriteria yang dipakai untuk menentukan prognosis eklamsia
adalah kriteria Eden:
❑ Koma yang lama.
❑ Nadi > 120x/menit.
❑ Suhu > 40 ° C
❑ TD sistolik > 200 mmHg.
❑ Kejang > 10 kali.
❑ Proteinuria > 10 gr/dl.
❑ Tidak terdapat oedem.
❑ Dikatakan buruk bila memenuhi salah satu kriteria di atas.
PEMBAHASAN
Kasus Teori
❑ Pasien adalah seorang wanita ❑ Kejadian PEB banyak dijumpai
berusia 32 tahun, pada perempuan usia muda dan
primigravida primigravida

❑ Keluhan nyeri kepala, nyeri ❑ Anamnesis lebih ditekankan


untuk mencari adanya faktor
ulu hati, gangguan
resiko dan tanda-tanda
penglihatan disangkal
preeklampsia dengan gejala
berat ataupun impending
eclampsia
❑ Tekanan darah pasien SMRS
sudah 170/90 ditambah
dengan pasien sudah ❑ Dari data ini sudah
membawa hasil pemeriksaan mengarahkan diagnosis ke PEB
urine sebelumnya yang
menunjukkan hasil
Kasus Teori
❑ Pada pemeriksaan fisik ❑ Pada kasus PEB gejala yang
didapatkan tekanan darah menunjukkan sering tidak khas,
170/110 bahkan sering tidak bergejala
kecuali pada kasus-kasus yang
berat
❑ Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan protein urin yang
positif (3+). ❑ Hipertensi merupakan hasil
pemeriksaan utama dalam
kasus PEB

❑ Sebenarnya lebih baik jika


pemeriksaan protein dilakukan
secara kuantitatif, sehingga
diagnosis menjadi lebih kuat,
karena pemeriksaan proteinuria
secara kualitatif menurut teori
dapat menunjukkan hasil positif
palsu atau negative palsu
Kasus Teori

❑ Pemeriksaan penunjang lain seperti ❑ Untuk menegakkan diagnosis PEB, selain


darah lengkap, fungsi liver dan ginjal proteinuria dapat juga dilihat dari hasil
sebaiknya juga dilakukan, karena pemeriksaan trombosit, fungsi hepar
mengingat bahwa PEB juga dan fungsi ginjal
melibatkan berbagai sistem organ,

❑ Dengan dilakukannya terminasi


❑ Pada pasien ini tatalaksana yang kehamilan, diharapkan juga akan
diberikan adalah IVFD RL 20 tpm lalu menghilangkan proses dari preeklampsia
dilanjutkan dengan penanganan aktif itu sendiri. Selain itu pengawasan yang
berupa pemberian MgSO4, ketat pada pasien ini saat post partum
antihipertensi dan terminasi juga diperlukan mengingat kondisi
kehamilan. preeklampsia juga bisa terjadi saat
postpartum.
KESIMPULAN
❑ Pasien ini didiagnosa G1P0A0 hamil 38-39 minggu belum inpartu dengan
preeklampsia berat, janin tunggal hidup intrauterine.

❑ Penegakan diagnosis pada pasien ini didasarkan pada pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pasien terdiagnosis preeklampsia berat karena dari pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya hipertensi dan pada pemeriksaan penunjang
ditemukan adanya proteinuria.

❑ Penatalaksanaan pada pasien ini antara lain pemberian cairan intravena,


pemberian MgSO4, antihipertensi oral dan terminasi kehamilan.

❑ Rencana pada pasien ini selanjutnya adalah mengobservasi kondisi pasien saat
post partum terutama yang berkaitan dengan kondisi preeklampsia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai