Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMOROID

A. Pengertian
Hemoroid/wasir adalah pelebaran pembuluh darah vena di dalam anus atau
rektum bawah. bisaterjadi secara internal (terjadi diatas sfingter internal) atau
eksternal (terjadi diluar sfingter eksternal). Gejala termasuk perdarahan rectum,
pruritus, prolaps, dan nyeri pada orang yang terkena dampak, wasir muncul secara
berkala, tergantung pada jumlah tekanan anorektal (Lewis, 2011).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid
sangat umum terjadi pada umur 25-50an, 50% individu mengalami beberapa tipe
hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengalami
atau memperberat adanya hemoroid. Hemoroid diklasafikasikan menjadi 2 tipe.
Hemoroid internal, yaitu hemoroid yang terjadi diatas sfingter anal sedangkan yang
muncul diluar sfingter anal disebut hemoroid eksternal (Brunner & Suddarth, 2013).
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus
hemoroidalis. Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis, tetapi karena
sering menyebabkan keluhan pada pasien sehingga memberikan manifestasi untuk
diberikan intervensi (Muttaqin, 2011).
Stadium Hemoroid
Stadium Kondisi Klinis
I Hemoroid interna dengan perdarahan segar pada waktu nyeri tanpa defekasi
Hemoroid interna yang menyebabkan perdarahan dan mengalami prolaps pada
II
saat mengedan ringan, tetapi dapat masuk kembali secra spontan
Hemoroid interna yang mengalami perdarahan dan disertai prolaps dan
III
diperlukan intervensi manual memasukan kedalam kanalis
Hemoroid interna yang tidak kembali ke dalam atau berada terus menerus di
IV
luar

B. Etiologi
Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis atau
penyakit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan resiko
hemoroid seperti berikut ini.
1. Peradangan pada usus, seperti pada kondisi kolitif ulseratif atau penyakit crohn
2. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal

1|Page
3. Konsumsi makanan rendah serat
4. Obesitas
5. Hipertensi portal
6. Konstipasi
7. Sering mengejan
8. Pembesaran prostat
9. Fibriod uteri dan tumor rectum
10. Mengedan pada buang air besar yang sulit
11. Hubungan seks peranal

C. Anatomi Fisiologi Terkait


1. Anatomi
Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum dan
membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). Satu
inci terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot
sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar
15cm (5,9 inci).
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan
pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior mendarahi belahan
kanan (sekum, kolon asendens, dan duapertiga proksimal kolon transversum) dan
arteria mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon
transversum, kolon asendens, kolon sigmoid dan bagian proksimal rektum). Suplai
darah tambahan ke rectum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior
yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.
2. Fisiologi
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena
mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena hemoroidalis superior
(bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Vena hemoroidalis media
dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga merupakan bagian
sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior,
media, dan inverior, sehingga tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan
terjadinya aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan hemoroid.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : (1) kontraksi lamban dan tidak
teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat

2|Page
beberapa haustra; dan (2) peistaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan
segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan,
akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan
dirangang oleh reflek gastrokolik setelah makan, terutama setelah makan yang
pertama kali dimakan pada hari itu. Propulasi feses ke dalam rektum
menyebabkan terjadinya distensi dinding rektum dan merangsang refleks defekasi.
Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna
dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sedangkan sfingter eksterna dikendalikan
oleh system saraf voluntary. Refleks defekasi terintegrasi pada medula spinalis
segmen sakral kedua dan keempat.Serabut parasimpatis mencapai rektum melalui
saraf splangnikus panggul dan menyebabkan terjadinya kontraksi rectum dan
relaksasi sfingter interna.
Pada waktu rektum yang teregang berkontraksi, otot levator ani berelaksasi,
sehingga menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot sfingter
interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik keatas melebihi tinggi
masa feses. Defekasi dipercepat dengan tekanan intraabdomen yang meningkat
akibat kontraksi voluntar otot dada dengan glotis yang tertutup, dan kontraksi otot
abdomen secara terus-menerus (maneuver dan peregangan valsalva). Defekasi
dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot sfinfter eksterna dan levator ani.
Dinding rektum secara bertahap menjadi relaks, dan keinginan defekasi
menghilang. Rektum dan anus merupakan lokasi sebagian penyakit yang sering
ditemukan pada manusia. Penyebab umum konstipasi adalah kegagalan
pengosongan rektum saat terjadi peristaltik masa. Bila defekasi tidak sempurna,
rektum menjadi relaks dan keinginan defekasi menghilang. Air tetap terus
diabsorpsi dari massa feses, sehingga feses menjadi keras, dan menyebabkan lebih
sukarnya defekasi selanjutnya. Bila massa feses yang keras ini terkumpul disatu
tempat dan tidak dapat dikeluarkan, maka disebut sebagai impaksi feses. Tekanan
pada feses yang berlebihan menyebabkan timbulnya kongesti vena hemoroidalis
interna dan eksterna, dan hal ini merupakan salah satu penyebab hemoroid (vena
varikosa rektum) (Price,2005).

3|Page
D. Concept Map

4|Page
E. Tanda & Gejala
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terang pada defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan
dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh thrombosis.
Thrombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid ini dapat menimbulkan iskemia
pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri
sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat
mengeluh hal-hal seperti berikut :
1) Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah
buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus.
Pendarahan dapat juga timbul di luar wakyu BAB, misalnya pada orang tua.
Perdaran ini berwarna merah segar.
2) Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual
merupakan cirri khas/ karakteristik hemoroid.
3) Nyeri dan rasa tidak nyaman
Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di
bawah anus), benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.
4) Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus
Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan merupakan
tanda hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam bahkan dapat
menyebabkan pembengkakan kulit.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan colok dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsonoma rectum. Pada
hemoroid bentuknya tidak dapat diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak
cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
2. Anoskop: Di perlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar.
3. Proktosigmoidoskopi: Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.

5|Page
G. Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi yaitu :
1. Perdarahan, dapat sampai anemia.
2. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)
3. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah
dihalangi oleh sfingter ani.
4. Luka dan infeksi

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan derajat hemoroidnya.
1. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang
nyeri pada anal verge. Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan,
pemberian analgesik, sitz baths, dan pelunak feses. Tetapi jika pasien mengeluh
nyeri yang parah, maka eksisi di bawah anestesi lokal dianjurkan. Pengobatan
secara bedah menawarkan penyembuhan yang cepat, efektif dan memerlukan
waku hanya beberapa menit dan segera menghilangkan gejala. Penatalaksanaan
secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke lateral dan lutut
di lipat (posisi seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian
atas bokong didorong untuk memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong
berbentuk elips menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan
segera memperlihatkan bekuan darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang
dapat dikeluarkan dengan tekanan atau diangkat keluar dengan forsep.
2. Hemoroid Interna
Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya.
Hemoroid Interna
Derajat Berdarah Prolaps Reposisi
I + - -
II + + Spontan
III + + Manual
IV + Tetap Irreponible

6|Page
Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna
selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum
terbentuk trombus. Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.
1. Hemoroid derajat I dan II
Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan
lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri
atas makanan berserat tinggi, misalnya sayuran dan buah-buahan Makanan
berserat tinggi ini membuat gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak,
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara
berlebihan.
2. Hemoroid Derajat III dan IV
Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak
perlu dilakukan hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku)
dilakukan pada hemoroid yang menonjol, dibekukan dengan CO2 atau
NO2 sehingga mengalami nekrosis dan akhirnya fibrosis. Tidak dipakai secara
luas karena mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan luasnya.
Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang menahun
dan mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).

Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus


dan mukosa, pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa
pleksus. Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode :
1) Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna,
mengadakan jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan
eksisi di atas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem
diikat, diikuti usaha kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan karena mudah
dan tidak mengandung risiko pembentukan jaringan parut sirkuler yang biasa
menimbulkan stenosis.
2) Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan
membebaskan mukosa dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap
mukosa daerah itu, sambil mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3) Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih
unggul dan lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya
berkurang dibandingkan dengan metode yang lain.

7|Page
I. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Registrasi :
Diagnose Medis :
2. Identitas
Nama Pasien :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Agama :
3. Keluhan utama
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Riwayat penyakit dahulu
6. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
- Riwayat hemoroid
- Riwayat Merokok
- Riwayat Fibriod uteri dan tumor rectum
7. Pola Nutrisi dan Metabolik
- Konsumsi makanan rendah serat
- Pola makan tidak teratur
- Obesitas
8. Pola Eliminasi
- Susah BAB/konstipasi
- Perdarahan berwarna merah terang pada defekasi
9. Pola Aktivitas dan Latihan
- Lemah akibat nyeri
- Penurunan aktivitas
10. Pola Tidur dan Istirahat
- Gangguan tidur akibat nyeri pada anus
11. Pola Persepsi dan Kognitif
- Rasa gatal dan nyeri

8|Page
- Ketidaknyamanan akibat penyakit

J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen Cidera Fisik (Prosedur Pembedahan)
2. Kerusakan Integritas Kulit
3. Resiko Infeksi b.d Prosedur Invasif

K. Intervensi Keperawatan
No.
NOC NOC Rasional
Dx
1. Setalah dilakukan tind. Kep NIC: Monitor TTV 1) Mengetahui keadaan
selama 3x24 jam status 1) Monitor TTV fisik pasien
neurologis dapat ditingkatkan NIC: Manajemen Nyeri 2) Mengetahui tingkat
dari level 2 (banyak terganggu) 1) Lakukan pengkajian nyeri nyeri pasien
ke level 4 (sedikit terganggu) komprehensif 3) Mengetahui pasien
dengan kriteria hasil : 2) Dukung istirahat/tidur alergi atau tidak
NOC: Status Neurologis yang adekuat 4) Kolaborasikan
1) Kesadaran dipertahankan NIC: Pemberian Analgesik pemberian obat
dari level 3 (cukup 1) Tentukan lokasi, analgesik sesuai
terganggu) ke level 5 (tidak karakteristik, kualitas, dan indikasi
terganggu) keparahan nyeri 5) Mengetahui rute
2) Pola bernafas dipertahankan 2) Cek adanya riwayat alergi pemberian dan dosis
dari level 3 (cukup obat obat
terganggu) ke level 5 (tidak 3) Tentukan analgesik, rute
terganggu) pemberian, dan dosis
3) Pola istirahat-tidur untuk mencapai hasil
dipertahankan dari level 3 pengurangan nyeri yang
(cukup terganggu) ke level optimal
5 (tidak terganggu) 4) Kolaborasi pemberian
4) Tekanan nadi ditingkatkan obat
dari level 3 (cukup
terganggu) ke level 5 (tidak
terganggu)
5) Hipertermia ditingkatkan
dari level 3 (cukup
terganggu) ke level 5 (tidak
terganggu)
3. Setalah dilakukan tind. Kep NIC: Kontrol Infeksi 1) Menempatkan pasien
selama 3x24 jam keparahan 1) Alokasikan kesesuaian pada ruangan non-
infeksi dapat ditingkatkan dari luas ruang per pasien infeksi
level 2 (cukup berat) ke level 4 2) Bersihkan lingkungan 2) Meningkatkan intake
(ringan) dengan kriteria hasil : dengan baik setelah nutrisi pasien
NOC: Keparahan Infeksi digunakan 3) Kolaborasi pemberian
1) Kemerahan ditingkatkan 3) Cuci tangan sebelum dan terapi sesuai indikasi
dari level 1 (berat) ke level sesudah kegiatan
3 (sedang) 4) Tingkatkan intake nutrisi

9|Page
2) Cairan (luka) ditingkatkan yang tepat
dari level 2 (cukup berat) ke 5) Berikan terapi yang sesuai
level 4 (ringan)
3) Demam ditingkatkan dari
level 1 (berat) ke level 3
(sedang)
4) Hipotermia ditingkatkan
dari level 1 (berat) ke level
3 (sedang)
5) Nyeri ditingkatkan dari
level 1 (berat) ke level 3
(sedang)
6) Jaringan lunak ditingkatkan
dari level 2 (cukup berat) ke
level 4 (ringan)

L. Daftar Pustaka
1. Lewis, S.L (2011). Medical-Surgical Nursing: Assessment And Management Of
Clinical Problems, 8th Edition. Amerika: Elsevier Mosby
2. Muttaqin, A & Sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
3. Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction
4. Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC
5. Herdman Heather.T.2015.Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017.Edisi 10.Jakarta: EGC
6. Bulechek Gloria.2013.Nursing Interventions Classification (NIC).Edisi
6.CV.Mocomedia
7. Moorhead Sue.2013.Nursing Outcomes Classification (NOC).Edisi
5.CV.Mocomedia

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai