Anda di halaman 1dari 21

Peranan Jaringan Saraf pada Rasa Nyeri

Lund Mila Elfrida Bintari Teme

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11510


email : mila.teme@yahoo.com

Pendahuluan

Manusia memiliki begitu banyak saraf dalam tubuhnya. Saraf ini, menyebabkan
manusia, bisa mendengar, mencium bau, merasakan sentuhan, dan sebagainya. Nyeri
merupakan suatu keluhan subjektif yang dapat disebabkan oleh berbagai penyebab dan
keluhan nyeri seringkali ditemukan dalam praktek sehari‐hari. Nyeri pada telapak kaki yang
tertusuk paku dapat menyertai suatu penyakit. Hampir setiap orang pernah merasakan nyeri
pada kulit.1
Rasa nyeri dapat dirasakan karena ada peranan dari jaringan saraf yang dapat
menghantarkan impuls dari otak menuju ke efektor untuk memberikan suatu respon atau
tanggapan terhadap stimulus yang telah diterima sebelumnya. informasi mengenai
lingkungan dalam dan lingkungan luar dapat mencapai SSP melalui berbagai reseptor
sensorik. Reseptor-reseptor itu adalah transducer yang mengubah berbagai bentuk energi
menjadi potensial aksi di neuron. Untuk itu diperlukan adanya alat indra yang berperan dalam
rangsang mekanik, sehingga dapat menimbulkan jawaban dalam bentuk gerakan otot rangka,
otot polos, maupun otot jantung.

Pembahasan

Jaringan saraf makroskopis


Susunan saraf merupakan sistem manunggal dan terpadu. Secara anatomis, jaringan
saraf terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.1

Susunan saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang (medulla
spinalis).2 Masing-masing dillindungi oleh tulang tengkorak dan kolumna vertebralis.
Susunan saraf pusat merupakan sistem sentral pengontrol tubuh yang menerima,

1
menginterpretasi, dan mengintgrasi semua stimulus, menyampaikan impuls saraf ke otot dan
kelenjar, serta menciptakan aksi selanjutnya.1

1. Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh manusia. Otak adalah suatu massa
jaringan yang besar, lunak, dan berada di dalam tulang tengkorak. Otak terdiri atas
bagian kelabu dan bagian putih. Bagian yang berwarna kelabu terdiri dari badan-
badan sel saraf, sedangkan bagian yang berwarna putih mengandung sel-sel saraf
yang membentuk hubungan antara bagian otak yang satu dengan lainnya. Sedangkan
medulla spinalis, terbentang dari vertebra sampai lumbal ke-2 dalam saluran spinalis,
sedikit di atas tulang tungging, dengan panjang kira-kira 17 inci. Serabut saraf dan
keluar medulla spinalis dengan membawa impuls menuju dan dari pusat
pengendalian. Gerakan refleks tertentu yang tidak disadari diatur oleh medulla
spinalis, sebagai contoh menarik tangan menjauhi sesuatu yang panas.1
Otak diselubungi oleh selaput. Selaput yang menyelubungi otak disebut selaput
meninges. Selaput ini dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Duramater, lapisan terluar yang melekat pada tulang.
b. Arachnoid, lapisan tengah berbentuk seperti sarang laba-laba.
c. Piameter, lapisan yang melekat pada permukaan otak.
Di antara arachnoid adan piamater terdapat ruang berisi cairan pelindung otak dari
suatu benturan. Bagian-bagian otak meliputi otak besar (cerebrum), otak kecil
(cerebellum), otak tengah (mesensfalon), dan sum-sum lanjutan (medula oblongata).
a. Otak besar mempunyai permukaan yang berlipat-lipat dan memiliki dua
lapisan, yaitu lapisan tipis di bagian luar (korteks) dan lapisan tebal di
bagian dalam (medulla). Korteks berwarna kelabu berisi badan sel saraf
dan medulla berwarna putih berisi dendrit serta akson. Otak besar bagian
belakang berfungsi untuk penglihatan, sedangkan bagian samping
merupakan pusat pendengaran. Bagian tengah otak besar merupakan pusat
pengatur kepekaan kulit dan otot yang berhubungan dengan rangsang
panas, dingin, sentuhan, serta tekanan. Di bagian tengah dan belakang otak
besar terdapat daerah sebagai pusat perkembangan kecerdasan, sikap,
kepribadian, dan ingatan.
b. Fungsi otak kecil adalah sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan pusat
koordinasi kerja otot ketika bergerak. Otak kecil terdiri dari 2 bagian, yaitu
kiri dan kanan. Kedua bagian tersebut dihubungkan oleh jembatan varol

2
yang berfungsi untuk menghantarkan impuls otot-otot bagian kanan dan
kiri tubuh.
c. Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Bagian atas
otak tengah merupakan pusat refleks mata dan pusat pendengaran.
d. Sum-sum lanjutan atau batang otak mempunyai fungsi sebagai pengatur
pernapasan, denyut jantung, suhu tubuh, serta pusat pelebaran dan
penyempitan pembuluh darah. Sum-sum lanjutan merupakan penghubung
antara otak dengan sum-sum tulang belakang.
2. Sum-sum tulang belakang mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai penghubung
impuls yang berasal dari otak serta sebagai pusat gerak refleks. Sum-sum tulang
belakang menempati rongga tulang belakang dan berbentuk memanjang. Selaput
pembungkusnya sama seperti otak yaitu medulla spinalis. Penampang melintang
sumsum tulang belakang terbagi atas dua bagian, yaitu bagian dalam dan bagian luar.
Bagian dalam berwarna kelabu, banyak mengandung badan sel saraf dan sel saraf
penghubung. Bagian luar berwarna putih dan banyak mengandung serabut saraf.1
Selain itu, medulla spinalis merupakan struktur yang berbentuk silinder, berwarna
putih keabu-abuan, yang mulai di atas setinggi foramen magnum sebagai lanjutan dari
medula oblongata. Pada orang dewasa, medula spinalis berakhir setinggi pnggir
bawah vertebrata L1. Pada anak kecil medula spinalis pada anak-anak lebih panjang
dan berakhir setinggi pinggir atas vertebrata L3. Medulla spinalis di daerah cervikal
yang merupakan asal dari plexus brachialis, dan di torax bagian bawah dan lumbal
yang merupakan asal dari pleksus lumbrosakralis terdapat pelebarab fusiformis yang
disebut intumescentia cervicals dan lumbalis. Di inferior, medula spinalis meruncing
menjadi conus medullaris. Dari puncak conus ini berjalan turun lanjutan piamater,
yaitu fillum terminal, yang kemudian melekat pada bagian belakang os cocygis. Di
garis tengah anterior, medula spinalis terdapat sebuah fisura longitudinal yang dalam,
yaitu fisura mediana anterior, dan pada permukaan posterior terdapat alur yang
dangkal yaitu sulcus medianus posterior.

Susunan saraf perifer terdiri dari saraf cranial, saraf spinal, dan ganglia (kumpulan sel
saraf). Saraf cranial akan berhubungan dengan otak, sementara saraf spinal berkaitan dengan
medulla spinalis. Susunan saraf jenis ini terdiri dari sel-sel saraf dan serabutnya terletak
diluar otak dan medulla spinalis, yang merupakan penghubung ke bagian tubuh lainnya.

Ada 12 pasang saraf cranial, yaitu:2

3
1. N. olfactorius, saraf sensorik penghidu
2. N. opticus, saraf sensori penglihatan
3. N. oculomotoris, mempersarafi empat otot penggerak bola mata extrinsic
4. N. trochlearis, mempersarafi satu otot penggerak bola mata
5. N. trigeminus, mempersarafi sensorik wajah dan otot penguyah
6. N. abduscens, untuk abduksi bola mata
7. N. facialis, mempersarafi otot ekspresi wajah
8. N. vestibulocochlearis, saraf pendengaran dan keseimbangan
9. N. glossopharyngeus, mempersarafi struktur lidah dan pharynx
10. N. vagus, merupakan campuran saraf sensorik dan motorik yang ‘mengembara’ ke
thorax dan abdomen
11. N. accessories, merupakan tambahan dari N. vagus
12. N. hypoglossus, saraf yang berjalan ke bawah lidah dan menginervasi oto lidah.
Kemudian, ada 31 pasang saraf spinal yag terdiri dari ribuan srabut saraf, dengan rincian
sebagai berikut:2

 8 pasang nervi cevicalis


 12 pasang nervi thoracales
 5 pasang nervi lumbal
 5 pasang nervi sacralis
 1 pasang coccygeales
Ada 2 tipe sel saraf pada susunan saraf perifer yaitu:

1. aferen/sensorik, yang merupakan sel saraf yang menghantarkan informasi dari


reseptor sensorik menuju susunan saraf pusat.
2. eferen/motorik, yang merupakan sel saraf yang menghantarkan informasi dari susunan
saraf pusat menuju efektor (otot atau kelenjar)

Susunan saraf perifer selanjutnya dikelompokkan lagi berdasarkan aspek fungsional


menjadi dua yaitu susunan saraf somatic dan susunan saraf visceral.

Susunan saraf somatic dibagi menjadi dua divisi, yaitu:3

1. aferen somatic, terdiri dari sel-sel yang menerima dan memproses input sensorik dari
kulit, otot rangka, tendo, sendi, mata, lidah, hidung, dan telinga, serta
menghantarkannya melalui saraf cranial dan saraf spinal.

4
2. eeferen somatic, tersusun oleh jaras neuronal yang turun dari otak melalui batang otak
dan medulla spinalis untuk menghantar sistem motorik perifer (LMN). Stimulasi
motorneuron akan selalu mengeksitasi otot rangka untuk berkontraksi (tidak pernah
inhibisi). Sistem ini mergulasi kontraksi volunter otot rangka.
Susunan saraf viseral juga terbagi menjadi 2 divisi, yaitu:

1. aferen viseral, mencakup struktur neural yang menghantarkan informasi sensorik dari
reseptor organ visceral: kardiovaskuler, respirasi, digestif, traktus urinarius dan sistem
reproduksi.
2. eferen viseral, lebih dikenal sebagai sistem saraf otonom. Divisi ini terdiri dari serabut
saraf yang berasal dari otak dan medulla spinalis untuk menimbulkan eksitasi atau
inhibisi otot polos, jantung, dan kelenjar kulit serta organ visera. Sisitem ini
merupakan modulator dan coordinator aktivitas visceral involunter seperti denyut
jantung dan sekresi kelenjar. Susunan saraf otonom terdri dari 2 sistem, yaitu:
1. sistem simpatis, yang mempunyai aktivitas stimulasi khususnya pada keadaan
darurat. Responsnya antara lain peningkatan denyut nadi atau jantung,
peningkatan kekuatan jantung, peningkatan gula darah, dan peningkatan tekanan
darah.
2. sistem parasimpatis, berkaitan dengan aktivitas untuk konservasi dan restorasi
sumber-sumber tubuh, antara lain mencakup penurunan detak jantung dan
kekuatannya, serta peningkatan gastrointestinal.

Susunan saraf simpatis dan parasimpatis

Susunan saraf simpatis dinamakan juga susunan torakolumbal karena badan sel
neuron primer terletak dalam cornu lateral medulla spinalis segmmen thoracal 1-lumbal 2.
Serabut eferennya meninggalkan medulla spinalis dalam radix ventralis, kemudian berjalan
dalam n. spinalis. Dan keluar dari n. spinalis sebagai ramus communicans albus untuk
bersinaps dalam ganglion simpatik dengan neuron postganglionic.2,4

5
Sistem saraf simpatik mempunyai simpul saraf atau ganglion disepanjang tulang belakang
sebelah depan, mulai ruas leher terbawah sampai dengan tulang ekor. Tiap simpul saraf saling
berhubungan sehingga menjadi dua deretan, yaitu deretan kiri dan kanan. Tiap simpul
dihubungkan oleh sumsum tulang belakang . dari tiap simpul terdapat saraf yang menuju ke
ginjal, paru-paru, jantung, dan organ-organ lainnya.

Berdasarkan lokasinya, ganglion simpatis dibedakan menjadi:2,4

1. ganglion paravertebralis ialah ganglion yang terletak berdekatan dan sejajar dengan
columna vertebralis.
2. ganglion prevertebralis ialah ganglion yang terletak di depan columna vertebralis di
cavum abdomen.
Susunan saraf parasimpatis dinamakan juga susunan cranio-sacral karena neuron
primer sistem ini bagian terbesar terdapat dalam nucleus nervi craniales dan sebagian kecil
terdapat dalam cornu lateralis medulla spinalis segmen sacralis. Sistem saraf ini berupa
jaring-jaring yang saling berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh
tubuh.Neuron parasimpatik preganglionik terdapat dalam nucleus edinger westphal (N.III),
nucleus salivatorius superior (N. VII), nucleus salivatorius inferior (N. IX), dan nucleus
dorsalis (N. X).5

6
Gambar 1. Sistem simpatis dan parasimpatis

7
Tabel 1 Perbedaan Sistem Simpatis dan Parasimpatis5

Simpatik Parasimpatik

Pusat Thoraco-lumbal Cranio-sacral

Ganglion Dekat SSP Jauh dari SSP

Ganglion berantai dan kolateral Ganglion terminal

Neuron Pendek Panjang


preganglionik

Neuron Panjang Pendek


postganglionil

Keadaan tubuh Siaga dan waspada “fright, fight, Santai, relaksasi


and flight”

Energi Pemakaian/pengeluaran Pemulihan/penyimpanan

Pengaruh kerja Luas tersebar di seluruh tubuh Terlokasi

Daya kerja Lama Singkat

Jaringan Saraf Mikroskopik

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan yang terdiri dari
jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dapat
8
diatur sedemikian rupa. Kemampuan untuk mentransmisi suatu respon terhadap stimulasi, diatur
oleh sistem saraf melalui 3 cara, yaitu:5

1. Input sensorik
Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor yang terletak di tubuh baik
ekternal (reseptor somatik) maupun internal (reseptor viseral).
2. Aktivitas integratif
Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di sepanjang saraf sampai
ke otak dan medula spinalis, yang kemudian akan menginterprestasi dan mengintegrasi
stimulus sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi. Sebagian besar integrasi dilakukan
dalam sistem saraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang belakang.
3. Output motorik
Impuls dari otak dan medula spinalis memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar
tubuh, yang disebut efektor. Dengan kata lain, disini terjadi penghantaran sinyal dari sistem
saraf pusat ke sel-sel efektor, sel otot, atau sel kelenjar yang mengaktualisasikan respons
tubuh terhadap stimulus tersebut.

Saraf yang menghubungkan sinyal motoris dan sensoris antara sistem saraf pusat dan bagian
tubuh lain secara bersamaan disebut sistem saraf tepi atau sistem saraf perifer.
Sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan eferen.5,6
a. Serabut aferen (sensorik) menstransmisikan informasi dari reseptor sensorik ke SSP.
b. Saraf eferen (motorik) menstransmisikan informasi dari SSP ke otot dan kelenjar. Sistem
eferen ini memiliki 2 subdvisi.
1) Divisi somatik (Volunter) berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal dan
pembentukan respons motorik volunter pada otok rangka.
2) Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respons involunter pada otot polos,
otot jantung, dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur,
yaitu saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medula spinalis dan saraf
parasimpatis yang berasal dari area otak dan sakral pada medula spinalis.

Dari reseptor ke efektor, informasi dikomunikasikan dari reseptor ke efektor dalam satu saraf
dari satu neuron ke neuron berikutnya melalui kombinasi sinyal listrik dan sinyal kimiawi.5

Sel-sel pada sistem saraf

Sistem saraf tersusun atas dua jenis sel yang utama,yaitu neuron dan sel-sel pendukung. Neuron
adalah sel yang sungguh-sungguh menghantarkan pesan di sepanjang jalur komunikasi sistem

9
saraf. Sisanya yang lebih banyak adalah sel-sel pendukung, yang disebut juga glia, yang
memberikan struktur dalam sistem saraf, serta melindungi dan membantu neuron secara umum.5

1. Neuron
Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang dikhususkan untuk menghantarkan dan
mengirimkan sinyal dalam tubuh dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Neuron terdiri dari
badan sel dan perpanjangan sitoplasma.5
1) Badan sel atau Perikarion
Badan sel ini pada umumnya relatif besar yang tersusun atas:
a. Satu nukleus tunggal, nukleus yang menonjol, dan organel lainnya
seperti kompleks golgi dan mitokondria, tetapi nukleus ini tidak
memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi.
b. Badan Nissi, terdiri dari retikulum endoplasma kasar dan ribosom-
ribosom bebas serta berperan dalam sintesis protein.
c. Neurofibril, yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat
melalui mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan perak.
Dari sini, ciri neuron yang paling menonjol adalah penjuluran yang mirip serat,
yang disebut prosesus, sehingga sel mampu mencapai jarak yang jauh untuk
menghantarkan pesan. Ada 2 jenis penjuluran neural yang umum, yaitu dendrit
dan akson.
2) Dendrit
Dendrit adalah perpanjangan dari sitoplasma yang berfungsi menghantarkan
impuls ke sel tubuh atau mengirimkan sinyal dari ujungnya ke seluruh bagian
tubuh lain neuron. Dendrit adalah adaptasi struktural yang meningkatkan luas
permukaan neuron tempat neuron itu menerima input dari neuron lain atau
reseptor sensori. Permukaan dendrit penuh dengan spina dendrit yang
dikhususkan untuk berhubungan dengan neuron lain.
3) Akson
Adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit.
Bagian ini menghantarkan impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel
otot atau kelenjar, atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.
Pada akson, terdapat pelapisan akson, yaitu
a. Semua akson dalam sistem saraf perifer dibungkus oleh lapisan
schwann, disebut juga neurilema, yang dihasilkan sel-sel schawnn.
Akson besar, memiliki lapisan dalam yang disebut mielin, suatu
kompleks lipoproteinyang dibentuk oleh membran plasmasel-sel
schwann. Akson ini yang tampak berwarna putih, disebut serabut

termielinisasi. Mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan


mempercepat hantaran impuls saraf. Nodus ranvier menunjukkan celah
antara sel-sel schwann yang berdekatan. Celah ini merupakan tempat
pada akson dimana mielin dan lapisan schwaann terputus, sehingga
hanya melapisi sebagian akson.akson yang berdiameter kecil biasanya
tidak termielinisasi dan tertanam pada sitoplasma sel schwann.
b. Akson dalam SSP tidak memiliki lapisan neirilema.

10
Serabut termielinisasi tanpa neurilima terdapat di bagian putih otak dan
medulla spinalis. Dalam SSP, mielin dihasilkan dari oligodendrosit,
bukan dari sel schwann. Selian itu, mielin bertanggung jawab untuk
tampilan putih pada substansi putih. Sedangkan serabut tidak
termielinisasi tanpa neurilima terdapat dalam substansi abu-abu otak
dan medulla spinalis.
c. Terminasi akhir dari semua serabut saraf tidak memiliki neurilima dan
mielin.
d. Regenerasi neuron yang rusak memrlukan neurilima:
- Neuron tidak dapat membelah secara mitosis, tetapi serabut
dapat beregenerasi jika badan selnya masih utuh.
- Jika akson mengalami kerusakan berat, maka neurilima
yang merupakan lapisan sel schwann, yang melapisinya
melakukan pembelahan mitosis untuk menutup luka.
- Jika bagian distal akson rusak, bagian akson terdekat
dengan badan sel akan membuat percabangan baru.
- Lapisan neurilima kosong menjadi semacam tubulus seluler
untuk mengarahkan akson yang teregenerasi, setiap
percabangan akson tambahan yang masuk lapisan celah
akan terdisintegrasi.
e. Neuron dalam SSP tidak memiliki neurilima dan tidak beregenerasi.

2. Klasifikasi neuron

Berdasarkan fungsinya, neuron diklasifikasikan secara fungsional berdasarkan arah transmisi


impulsnya, yaitu:5,6

a. Neuron sensorik(aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit,


organ indra, ke sistem saraf pusat (SSP).
b. Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP ke efektor.
c. Interneuron atau neuron asosiasi (neuron yang berhubungan) ditemukan
seluruhnya salam SSP. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik
atau menyampaikan informasi ke interneuron lain.

Berdasarkan strukturnya, neuron diklasifikasikan secara struktural berdasarkan jumlah


prosesusnya.
a. Neuron multipolar memiliki satu akson dan dua dendrit atau lebih. Sebagian besar
neuron motorik yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis, masuk dalam
golongan ini.
b. Neuron bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit. Neuron ini ditemukan pada
organ indra, seperti mata, telinga, dan hidung.
c. Neuron unipolar (pseudounipolar) kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal.
Neuron ini terdapat pada embrio dalm fotoreseptor mata.

11
Sel neuroglial

Biasanya dsebut glial. Sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang
berfungsi sebagai jaringan ikat. Tidak seperti neuron, sel glial dapat menjalani mitosis selama
rentang kehidupannya dan bertanggung jawab atas terjadinya tumor sistem saraf.

Kelompok neuron

Neuron mempunyai beberapa kelompok, yaitu:5

1. Nukleus merupakan kumpulan badan sel neuron yamg terletak di dalam SSP.
2. Ganglion merupakan kumpulan badan sel neuron yang terletak di bagian luar SSP
dalam saraf perifer.
3. Saraf merupakan prosesus sel saraf(serabut) yang terletak di luar SSP. Serabut ini
disatukan dan ditunjang oleh jaringan ikat, yang membawa pembuluh darah dan
pembuluh limfatik.
4. Saraf gabungan. Sebagian besar saraf perifer adalah saraf gabungan, yang
mengandung serabut aferen dan serabut eferen yang termielinisasi dan yang tidak
termielinisasi.
5. Traktus adalah kumpulan serabut saraf dalam otak atau medula spinalis yang memiliki
origo dan tujuan yang sama.
6. Komisura adalah pita serabut saraf yang menghubungkan sisi-sisi yang berlawanan
pada otak dan medula spinalis.

Impuls saraf

Komponen listrik dari transmisi saraf menangani transmisi impuls di sepanjang neuron.
Permeabilitas membran sel neuron terhadap ion natrium dan kalium bervariasi dan dipengaruhi
oleh perubahan kimia serta listrik dalam neuron tersebut ( terutama neurotransmitter dan stimulus
organ receptor ). Dalam keadaan istirahat , permeabillitas membran sel menciptakan kadar kalium
intrasel yang tinggi dan kadar natrium intra sel yang rendah, bahkan pada pada kadar natrium
extrasel yang tinggi. Impuls listrik timbul oleh pemisahan muatan akibat perbedaan kadar ion
intrasel dan extrasel yang dibatasi membran sel.5

Potensial membran istirahat dimana sel saraf yang sedang beristirahat, seperti sel lain
dalam tubuh, mempertahankan perbedaan potensial listrik (voltase) pada membran sel diantara
bagian dalam sel dan cairan ekstraseluler di sekeliling sel voltase dalam sel relatif pada keadaan
istirahat berkisar antara -50 milivolts (mV) sampai -80 mV terhadap voltase di luar, bergantung
pada kondisi neuron dan ekstraleluler yang mengelilingi sel. Membran sel dalam keadaan istirahat
dianggap bermuatan listrik, atau terpolarisasi. Keadaan terpolarisasi ini dapat dibuktikan dengan
menempatkan elektroda menit di dalam dan di luar membran. Polarisasi (potensial istirahat)
disebabkan oleh konsentrasi ion natrium dan kalium yang tidak seimbang di dalam dan di luar sel,

12
serta perbedaan permeabilitas membran terhadap ion ini dan ion lain. Pada umumnya, membran
neuron sangat permeabel terhadap ion K+ dan cl- serta relatif impermiabel terhadap ion Na+.
Membran ini impermiabel terhadap molekul protein intraseluler besar yang bermuatan negatif.
Konsentrasi ion kalium di dalam membran sel lebih tinggi daripada di luar membran sel, sedangkan
konsentrasi ion natrium di luar sel lebih tinggi daripada di dalam sel. Karena tingkat permeabilitas
membran terhadap ion Kalium sekitar 75 kali lebih besar daripada terhadap ion Natrium, maka
difusi ion kalium keluar dari sel lebih cepat daripada ion Natrium ke dalam sel. Saat ion kalium
bermuatan positif keluar dari sel, ion tersebut meninggalkan molekul protein bermuatan negatif
yang terlalu besar untuk dapat berdifusi melalui membran. Hal ini mengakibatkan bagian dalam sel
mengalami elektronegativitas.5

Depolarisasasi

Potensial membran istirahat berubah dengan adanya stimulus. Ion Natrium masuk ke intrasel secara
cepat. Pembentukan potensial aksi pada tempat perangsangan. Jika stimulus cukup kuat, potensial
aksi akan dialirkan secara cepat ke sepanjang membran sel.5

Repolarisasi

Potensial istirahat kembali terjadi. Ion kalium keluar dari dalam sel dan permeabilitas membran
berubah kembali. Terjadi pemulihan keadaan negatif di dalam sel dan positif diluar sel. Potensial
aksi yang terjadi atau impuls pada saat terjadi depolarisasi dialirkan ke ujung saraf dan mencapai
ujung akson ( akson terminal ). Saat potensial aksi mencapai akson terminal akan dikeluarkanlah
neurotransmitter, yang melintasi synaps dan dapat saja merangsang saraf berikutnya.5

Potensial aksi

Jika diberikan rangsangan pada suatu membran sel maka akan terjadi suatu rangkaian
proses yang dinamakan potensial aksi. Potensial aksi dapat terjadi pada berbagai jenis sel antara
lain sel saraf, sel otot skelet, otot polos maupun otot jantung. Pada saat stimulus (misalnya energi
mekanik, kimia, listrik, panas dll.) datang ke membran sel, maka permeabilitas membran sel akan
meningkat, akibatnya terjadilah difusi ion natrium dengan cepat ke dalam sel sehingga di dalam sel
menjadi lebih positif. Proses masuknya ion natrium sehingga spasi intrasel menjadi positif ini
dinamakan depolarisasi. Suatu stimulus harus cukup kuat (mencapai nilai ambang) untuk dapat
menimbulkan depolarisasi. Jika tidak cukup, maka depolarisasi tidak akan terjadi. Jadi prinsipnya

13
berlaku hokum All or None (semua atau tidak sama sekali), maksudnya adalah bahwa jika stimulus
yang datang tidak cukup maka akan gagal terjadi depolarisasi. Jika depolarisasi sudah dimulai,
maka depolarisasi akan berlanjut sampai dengan potensial membran mencapai kira-kira +40 mV.
Ini disebut sebagai depolarisasi maksimal. Proses ini berlangsung sangat cepat, kurang dari 1
milidetik (ms). Selanjutnya segera setelah puncak depolarisasi, Na+ dipompa keluar sehingga
akhirnya potensial membran menjadi –90 mV kembali. Proses ini dinamakan repolarisasi.
Keseluruhan proses mulai dari datangnya stimulus sampai dengan repolarisasi selesai berlangsung
selama kira-kira 3 milidetik.6

Proses hantaran impuls

Sistem saraf merupakan suatu sistem yang akan menerima, menghantarkan,


menganalisa dan menyimpan informasi sebagai tanggapan terhadap perubahan lingkungan, ia akan
membuat formula reaksi yang sesuai. Komunikasi antar sel dapat dilakukan dengan pelepasan
molekul informasi. Ada dua kelompok molekul informasi yaitu primary messenger terdiri atas
neurotransmitter dan hormon serta secondary messenger. Sel target untuk primary messenger
mempuntai mekanisme khusus untuk mengenal messenger dan untuk meneruskan pesan dari
permukaan luar sel ke dalam sel. Lokasi pengenalan ini disebut reseptor, dan ini terkait dengan
mekanisme tranducer yang akan memperkuat dan menditribusikan pesan di dalam sel target.
Molekul yang ditimbulkan oleh mekanisme tranducer tadi disebut secondary messenger

Biolistrik

Impuls syaraf adalah pesan syaraf yang dialirkan sepanjang akson dalam bentuk gelombang

listrik. Impuls berjalan dari satu neuron ke neuron yang lain melalui sinapsis.2
Proses Jalannya Impuls Melalui Sel Syaraf: 2
a. Dalam keadaan tidak ada rangsang, neuron dalam keadaan istirahat.
b. Saat neuron istirahat, muatan listrik diluar neuron bermuatan positif. Sedangkan muatan

listrik di dalam neuron bermuatan negatif (Polarisasi)


c. Apabila ada rangsangan maka bagian tubuh akan mengenalinya (reseptor) dan kemudian

menimbulkan impuls syaraf

14
d. Impuls syaraf terjadi karena terjadinya perubahan dari keadaan polarisasi menjadi

depolarisasi (muatan listrik di luar neuron bermuatan negatif dan muatan listrik di dalam

neuron bermuatan positif).


e. Proses depolarisasi ini berlangsung cepat dan berjalan sepanjang neuron. Inilah yang

dimaksud dengan impuls syaraf.(Impuls bisa mencapai kecepatan 1/1000 detik).


f. Setelah impuls berlalu, neuron akan kembali ke keadaan semula (polarisasi).
g. Saat impuls berjalan sampai di teminal sinapsis, impuls akan dibawa oleh neurotransmiter

menuju neuron lainnya. Begitu seterusnya sampai impuls berjalan menuju otak.
h. Di otak, impuls akan diterjemahkan dan ditanggapi dalam bentuk yang disesuaikan

dengan bentuk rangsangannya

Neurotransmitter

Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara neuron.


Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan
datangnya potensial aksi.3

Neurotransmitter mengadakan perubahan perubahan kimia dalam neuron-neuron yang


menerima impuls-impuls saraf itu. Perubahan-perubahan ini menyebabkan akson-akson
mengantarkan impuls saraf itu dalam bentuk elektrik. Setelah berjalan menuju akson dan kemudian
keluar dari akson menuju ke tombol terminal, maka impuls saraf datang ke sinapsis, yakni suatu
celah kecil yang memisahkan satu neuron dari neuron berikutnya dalam rangkaina itu. neuron
pertama, yakni neuron yang mengirim impuls saraf disebut neuron presinaptik, dan neuron kedua,
yakni neuron yang menerima impuls saraf yang disebut neuron postsinaptik. Impuls saraf itu
kemudian harus melompati sinapsis itu dan merangsang neuron berikutnya bila impuls itu terus
berjalan dalam rangkaian itu. untuk bisa melompati sinapsis itu, impuls membuat tombol terminal
mengeluarkan suatu bahan kimia, yang dinamakan neurontransmitter. Neurontransmitter kemudian

15
mengalir melalui sinapsis dan merangsang neuron berikutnya. Neurontransmitter merangsang
neuron postsinaptik dengan memasuki tempat reseptor(reseptor site) pada dendrit atau tubuh sel
dari neuron postsinaptik. Proses yang menyebabkan impuls saraf itu berjalan menuju ke akson
disebut proses elektrikal, sedangkan proses yang menyebabkan impuls saraf itu melewati sinapsis
disebut proses kimia.6

Kebanyakan senyawa neurotransmitter yang ada di sistem saraf pusat ataupun perifer
mempunyai sifat berat molekulnya rendah, larut dalam air, asam amino seperti gamma amino
butryric acid (GABA), glisin dan aspartat. Kemudian bersifat derivate asam amino seperti
dopamine, nor epinefrin, spinefrin, serotonin dan hstamin serta mempunyai sifat amines seperti
asetilkolin. Hanya ada satu tipe senyawa neurotransmitter yang dilepas dari terminal neuron,
sehingga sel dari sistem saraf pusat dan perifer dapat dikenal dari transmitter yang dikeluarkan.1

Senyawa senyawa yang berfungsi sebagai neurotransmitter otak ialah dopamine,


norepinefrin, epinefrin, serotinin, asetilkolin, GABA, glutamate, glisin, histamine dan subtansi
P. asetilkolin dilepas oleh neuron motorik yang berakir di otot rangka.

Asetilkolin juga dilepas oleh neuron parasimpatis dalam SSO dan oleh neuron tertentu di
otak. Nor epinefrin dan epinefrin berfungsi sebagai hormon yang disekresi kelenjar adrenal.
Serotinin merupakan derivate dari asam amino triptofan yang ada di dalam SSP dan pada sel sel
tertentu dalam darah dan pencernaan.1,6

Beberapa gas dapat berfungsi sebagai neurotransmitter, antara lain nitrogen monoksida dan
karbondioksida. Gas gas tersebut tidak berikatan dengan sel pascasinaps, namun berdifusi ke
dalam sel pascasinaps untuk melakukan kerja. Beberapa neurotransmitter seperti asetilkolin dan
norepinefrin, dapat merangsang atau menghambat sel pascasinaps. Akan tetapi, neurotransmitter
seringkali memiliki efek yang sama (eksitasi atau inhibisi) pada semua sel yang diikat olehnya,
contoh neurotransmitter yang bersifat inhibitor adalah gamma amino butryric acid (GABA) dan
glisin. Dan contoh neurotransmitter yang bersifat eksitator adalah asetilkolin, epinefrin,
norepinefrin, dll.4

Berbagai neurotransmitter mempunyai fungsi yang bermacam macam, tetapi mereka


mempunyai nasib metabolisme yang sama yaitu disintesis dalam neuron lalu disimpan di dalam

16
pool intraseluler fungsional. Dan dilepas setelah depolarisasi neural ke dalam sinapsis. Melakukan
kontak dengan reseptor prasinaptik atau pascasinaptik, kemudian akan di inaktifkan.1

Sensasi Nyeri

Pada rasa nyeri, nyeri itu muncul ketika ujung saraf-saraf telanjang yang terdapat pada
hampir semua jaringan tubuh tiba-tiba terangsang oleh zat-zat penyebab nyeri. Nyeri bisa terjadi
karena adanya infeksi, peregangan saraf, cedera, dan sebagainya. Rasa nyeri dapat menimbulkan
suatu gerak refleks sebagai respon terhadap nyeri, contohnya ketika bersentuhan dengan benda
tajam. Tujuan dari mekanisme refleks akibat nyeri ini yaitu untuk menghindarkan tubuh dari kontak
yang terlalu lama dengan hal-hal yang berbahaya dan dapat melukai tubuh.7

Nyeri adalah suatu bentuk kecerdasan tubuh yang proses terjadinya tidak disadari.
Mekanisme munculnya rasa nyeri juga sangat berkaitan dengan sistem saraf yang berfungsi
menghantarkan rasa nyeri itu ke otak sehingga otak bisa memberi respons yang dibutuhkan. Selain
itu, rasa nyeri juga menyangkut sistem pertahanan tubuh yang meliputi berbagai sel imun serta
berbagai sel-sel dan hormon yang bertugas untuk perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi. Hal
inilah yang bertugas untuk memelihara kelangsungan hidup tubuh manusia.7

Pengkajian Refleks

Refleks adalah respons terhadap suatu rangsang. Gerakan yang timbul disebut gerakan
reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan gerakan yang bangkit untuk menyesuaikan diri
baik untuk menjamin ketangkasan gerakan volunter maupun untuk membela diri. Gerakan
reflektorik tidak saja dilaksanakan oleh anggota gerak akan tetapi setiap otot lurik dapat
melakukan gerakan reflektorik. Selain itu rangsangan tidak saja terdapat di permukaan tubuh,
akan tetapi semua impuls perspeptif dapat merangsang gerakan reflektorik, termasuk impuls
pancaindra. Setiap suatu rangsangan yang direspons dengan gerakan, menandakan bahwa antara
daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak secara reflektorik itu terdaoat hubungan. Lintasan
yang menghubungkan reseptor dan efektor itu dikenal sebagai busur refleks. Reseptor di kulit
mendapat perangsangan. Suatu impuls dicetuskan dan dikirim melalui serabut radiks dorsalis ke
sebuah saraf di substansia grisea medula spinalis. Atas kedatangan impuls tersebut, neuron itu
merangsang saraf motorik di kornu anterior, yang pada gilirannya menstimulasi serabut otot untuk
berkontraksi. Reseptor, serabut aferen, interneuron di substansia grisea, saraf motorik, serta
aksonnya berikut otot yang dipersarafinya merupakan busur refleks yang segmental. Sebagian
besar refleks spinal adalah refleks segmental.4

Refleks-refleks yang melibatkan kegiatan pancaindra dan kebanyakan refleks superfisial


terjadi dengan perantara busur refleks segmental yang dilengkapi juga dengan lintasan
suprasegmental. Refleks profunda berarti refleks terjadi sebagai respons atas perangsangan

17
terhadap otot, sedangkan refleks superfisial adalah refleks yang terjadi akibat perangsangan
permukaan kulit atau mukosa. Pada refleks plantar, penggoresan terhadap kulit telapak kaki akan
menimbulkan plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari kaki pada kebanyakan orang yang sehat.
Respons yang abnormal terdiri atas ekstensi serta pengembangan jari-jari kaki dan elevasi ibu jari
kaki. Respon ini disebut respon ektensor plantar.4

Suatu respons fleksor dapat ditimbulkan dengan rangsangan di kulit atau dengan peregangan
otot, tetapi respons fleksor kuat yang disertai gerakan menarik diri hanya dibangkitkan oleh suatu
rangsang yang berbahaya. Karena itu rangsang ini disebut rangsang nosiseptif. Respon menarik
diri dari fleksi ekstremitas yang dirangsang menjauhkan tungkai dari sumber iritasi dan ekstensi
ekstremitas yang menyangga tubuh. Refleks menarik diri sangat kuat, refleks ini menguasai jaras-
jaras spinal sehingga membatalkan semua kegiatan refleks lain yang terjadi pada saat yang
bersamaan.4

Refleks Polisinaps

Jalur refleks polisinaps bercabang-cabang secara kompleks. Jumlah sinaps di tiap cabang
bermacam-macam. Oleh karena di tiap sinaps terjadi lambatan sinaps, penghantaran kegiatan di
cabang dengan sinaps sedikit memakan waktu yang lebih cepat sehinggga akan mencapai neuron
motorik terlebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh penghantar kegiatan melalui jalur yang lebih

panjang. Akibatnya dari satu rangsang, neuron motorik dapat menerima rentetan impuls dalam
kurun waktu yang lama, sehingga respons juga memanjang.8

Refleks fleksor merupakan refleks polisinaps khas, yang terjadi sebagai jawaban
terhadap rangsang nosiseptif dan biasanya nyeri di kulit atau jaringan subkutan. Respon yang
timbul berupa kontraksi otot fleksor dan inhibisi otot ekstensor, sehingga bagian yang terkena
melakukan fleksi dan tertarik dari rangsangan tersebut. Bila diberikan rangsangnya cukup kuatb
pada ekstremitas, respon yang timbul bukan hanya beru[pa fleksi ekstremitas tersebut, melainkan
juga ekstensi ekstremitas kontralateral. Respon ekstensor menyilang ini merupakan bagian dari
refleks fleksor. Penyebaran impuls eksitasi ini naik dan tuun melalui medula spinalis menuju
neuron motorik yang semakin lama semakin banyak dinamkan penyebaran stimulus dan
penambahan jumlah unit motorik yang terlibat dinamakan retkrutmen unit motorik. Croosed
refleks ektensor merupakan kombinasi antara fleksor yang berlangsung pada tungkai yang terkena
rangsang sakit dan refleks ekstensor pada tungkai yang tidak terkena rangsangan sakit untuk
mempertahankan posisi tubuh. Kedua macam refleks tersebut terjadi prinsip persarafan timbal
balik untuk kelompok otot agonis dan antagonis, yaitu saat tungkai kanan terjadi refleks fleksor
maka otot ekstensornya relaksasi. Pada saat yang sama tungkai kiri terjadi refleks ekstensor maka
otot-otot fleksornya akan relaksasi.8

18
Gerak biasa dan gerak refleks

Suatu gerakan terjadi biasanya diawali dengan adanya rangsangan. Gerakan yang terjadi ada
yang kita sadari dan yang tidak disadari. Pada gerak biasa, mekanismennya yaitu rangsang –
rseptor – saraf sensorik – otak – saraf motorik – efektor – gerakan. Contohnya proses terbukanya
payung saat hujan. Proses tersebut dimulai dari adanya titik-titik hujan yang mengenai reseptor
pada kulit. Reseptor selanjutnya mengirimkan impuls titik-titik air hujan sepanjang neuron
sensorik menuju ke neuron asosiasi di dalam sumsum spinal, kemudian dilanjutkan ke otak. Otak
megolah impuls ‘titik-titik air hujan” dan selanjutnya memutuskan untuk membuka payung. Dari
otak impuls “membuka payung” dikirim melalui neuron asosiasi ke sumsum spinal selanjutnya ke
neuron motorik ditangan, sehingga tangan bisa bergerak cepat membuka payung. Gerakan
membuka payung tersebut merupakan gerakan yang disadari sebelumnya. Dengan kata lain, gerak
terjadi karena ada perintah dari otak. Gera tersebut dinamakan gerak biasa.9

Pada gerak refleks, contohnya kaki yang tertusuk paku. Paku yang mengenai kaki merupakan
rangsangan atau impuls yang diterima oleh kulit kaki. Impuls tersebut diteruskan oleh neuron
sensorik menuju ke sumsum tulang belakang yang meneruskannya ke neuron asosiasi. Dari
neuron asosiasi, impuls bergerak ke neuron motorik yang kemudian meneruskannya ke otot kaki,
sehingga kita bisa menarik kaki ke atas dengan cepat pada saat tertusuk paku. Gerakan kaki
tersebut hanya dikendalikan oleh sumsum tulang belakang, sedangkan otak tidak terlibat. Gerakan
seperti ini disebut gerak refleks yang terjadi dengan cepat sebagai reaksi otomatis terhadap
rangsangan dari lingkungan.9

Jalannya gerak refleks, yaitu:9

Rangsang – reseptor – saraf sensorik – sumsum tulang belakang – saraf motorik – efektor –
gerakan.

Pada umumnya, gerak refleks merupakan upaya tubuh kita untuk menghindari bahaya. Suatu
saat tatkala impuls telah mencapai sumsum tulang belakang, neuron asosiasi mengirim impuls
lain ke otak. Ketika impuls tersebut sampai ke otak, seseorang baru menyadari bahwa telah
mengangkat kaki karena merasa sakit terkena paku. Menurut pusat terjadinya, gerak refleks dibagi
menjadi dua, yaitu refleks otak, misalnya kejap mata yang tidak melalui sumsum tulnag belakang,
tetapi langsung ke otak. Adapun otak memberikan tanggapan di luar kendali kemauan sadar
manusia. Refleks sumsum tulang belakang misalnya refleks lutut.9

Penutup

Untuk menjalankan fungsinya manusia membutuhkan koordinasi semua anggota tubuh.


Aktivitas seluruh anggota tubuh dikendalikan oleh sistem saraf. Saraf bekerja dengan
menggunakan impuls. Untuk pengorganisasian penerimaan rangsang dan pembentukan efektor
dikendalikan dan diorganisir oleh susunan saraf pusat dan dilaksanakan oleh susunan saraf tepi.

19
Daftar Pustaka

1. R Barbara. Asisten keperawatan: suatu pendekatan proses keperawatan. Jakarta: EGC;


2003.h.71
2. Setyanegara. Ilmu bedah saraf. Edisi ke-6. Jakarta: Gramedia pustaka utama; 2010. h.29-
47.
3. Staf pengajar departemen farmakologi. Kumpulan kuliah frmakologi. Jakarta: EGC;
2008.h.327-8.
4. Mutaqqin A. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta:
Salemba medika; 2008. h.41-5, 58-60.
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.154. dan Reece C,
Mitchell. Biologi. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga; 2005.h.200.

6. Semiun Y. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius; 2006.h.204-5.


7. Mustika W. Dunia tanpa suara. Jakarta: PT Elex Media Kamputindo; 2009.h.78-9.

8. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2002.h.128.

20
9. Wariyono S, Muharomah Y. Mari belajar ilmu alam sekitar. Jakrta: Departemen
Pendidikan Nasional; 2008.h.35-36.

21

Anda mungkin juga menyukai