SKENARIO 2
Kelompok : 2
1
Skenario 1
Perutku Mual
Seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke klinik herbal UMP dengan
keluhan perutnya sering mual, kembung, terasa perih dan sesak di ulu hati sejak 2
bulan lalu. Keluhan berkurang bila diisi makanan dan terasa bertambah berat bila
telat makan dan pikirannya tegang. Ia ingin mengobati keluhannya dengan
pengobatan alternative herbal. Pemeriksaan fisik tidak didapat kelaianan.
I. Klarifikasi istilah
1. Audit
Audit medis sebagai upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan
rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis (Kepmenkes,
2005).
2. Fraud
Fraud adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk
mendapatkan keuntungan finansial dari program jaminan kesehatan
dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui perbuatan curang yang
tidak sesuai dengan ketentuan (Sulastomo, 2007).
3. Rawat Inap
Suatu bentuk perawatan dimana pasien dirawat dan tinggal di rumah
sakit untuk jangka waktu tertentu. Selama pasien dirawat, rumah sakit
harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien (Aditama,
2006)
2
6. Bagaimana alur pengolahan fraud?
3
Beberapa hal yang tidak sebaiknya dilakukan oleh Rumah Sakit :
4
Dilakukan untuk menentukan apakah yang di audit sesuai dengan
kondisi atas peraturan tertentu. Banyak dijumpai dalam pemerintahan.
c. Audit operasional
Merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi pada suatu
perusahaan. Langkah-langkah auditor operasional adalah pertama
dilakukan audit pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui latar
belakang objek, penelaah peraturan, ketentuan dan kebijakan,
penemuan objek yang memiliki potensial kelemahan. Kedua dilakukan
pengujian dan review untuk menilai efektivitas pengendalian
manajemen dengan memahami pengendalian yang berlaku, mengetahui
potensi kelemahan aktivitas, mendukung audit sementara dan
menjadikan audit sesungguhnya. Ketiga melakukan audit lanjutan
dengan melakukan pengembangan temuan mengenai keterkaitan
temuan satu dengan lainnya dan mengyajikan dalam kertas kerja audit
(KKA). Keempat pelporan dengan mengkomunikasikan hasil audit
termasuk rekomendasi pada pihak yang berkepentingan dan melaporkan
secara komprehensif.
Standar pelayanan pada rumah sakit terdiri dari standar profesi dan
standar pelayanan medis (Assaf, 2009).
a. Standar profesi adalah standar dari organisasi profesi kedokteran yang
diberlakukan di rumah sakit.
b. Standar pelayanan medis adalah standar lainnya dalam bidang keilmuan
kedokteran baik yang dibuat sendiri maupun yang dibuat pihak lain
diluar rumah sakit dan diberlakukan dirumah sakit. Standar pelayanan
medis antara lain dapat berupa giudlines (pedoman – pedoman), skema–
skema pengambilan keputusan, termasuk prosedur kerja maupun buku–
buku.
Adapun dalam rangka penjaminan mutu pelayanan maka, dilakukan
evaluasi medis. Evaluasi medis merupakan kegiatan yang berupa audit
internal dan atau management review. Kegiatan evaluasi medis terdiri dari:
1) Audit internal (termasuk audit medis) adalah kegiatan untuk menilai
apakah staf medis telah memberikan pelayanan sesuai standar–standar
tersebut yang dibuktikan dengan adanya dokumen – dokumen audit.
5
2) Management review adalah kegiatan manajemen dalam mengevaluasi
hasil temuan audit internal dan mengevaluasi standar – standar yang
berlaku yang dibuktikan dengan adanya risalah rapat.
6
- Rujukan yang tidak seharusnya
- Pelayanan sub standar
- Memperpanjang hari rawat pada FKTP rawat inap
- Menerima imbalan atas rujukan
d. Dinas Kesehatan :
- Memberikan rekomendasi tidak sesuai dengan kenyataan FKTP
(Permenkes, 2015).
a. Upcoding
Memberikan kode diagnosa, kode tindakan ataupun severity level
yang akan menghasilkan pembayaran yang lebih besar.
b. Premature discharge
Memulangkan pasien lebih cepat dari seharusnya (pasien belum
sembuh) untuk mencegah “kerugian” RS.
c. Under treatment
Memberikan pelayanan dibawah dari standar pelayanan kedokteran
(Pedoman Praktik Klinis/Clinical Pathways di RS) untuk mengurangi
biaya (Permenkes, 2015).
7
Gambar 1. Jenis Kecurangan Menurut Albrecht .W.Steve (Fraud
Examination)
8
dengan denda paling banyak sebesar 50% dari jumlah pengembalian kerugian
akibat tindakan kecurangan JKN. Tindakan kecurangan JKN yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan, sanksi administrasi dapat diikuti dengan pencabutan
surat izin praktik. Sanksi administrasi tidak menghapus sanksi pidana sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes, 2015).
9
c. Member informasi mengenai dasar hukum dan sanksi bagi pelaku fraud.
Diagnosis kanker
Wanita 25 tahun
kolon
Macam-macam
Faktor-faktor Dilakukan Rawat
penyimpangan asuransi
penyebab fraud inap 10 hari
Melaporkannya 15
Dilakukan Audit
hari
Alur 10
pengelolaan Jenis-jenis
fraud
V. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan pandangan MUI
terhadap asuransi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan pandangan bioetik
terhadap asuransi.
11
diperkuat lagi dengan dikeluarkannya undang-undang nomor 2 tahun 1992
tentang usaha perasuransian. Pemerintah sebagai pelaksana undang-undang,
mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian yang merupakan penjabaran dan
penjelasan terhadap Undang-undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha
perasuransian. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 1992 ini telah
dirubah dua kali yaitu pada tahun 1999, dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perasuransian dan pada tahun 2008 dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah nomor 39 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perasuransian.
Menteri keuangan merupakan menteri yang bertanggung jawab
terhadap usaha perasuransian. Untuk itu, menteri keuangan mengeluarkan
beberapa keputusan yang menunjang pelaksanaan usaha perasuransian antara
lain:
a. Keputusan Menteri Keuangan No 422 Th 2003 Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Auransi dan Reasuransi.
b. Keputusan Menteri Keuangan No.423 Th 2003 Tentang Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian.
c. Keputusan Menteri Keuangan No.424 Th 2003 Tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi.
d. Keputusan Menteri Keuangan No.425 Th 2003 Tentang Perizinan dan
Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha
Asuransi.
e. Keputusan Menteri Keuangan No.426 Th 2003 Tentang Perizinan
Usaha Asuransi.
Dewan Yurisprudensi Islam Liga Dunia Muslim, Mekkah, Saudi
Arabia, menganggap bahwa semua transaksi asuransi modern termasuk
asuransi jiwa dan niaga adalah bertentangan dengan ajaran Islam, akan tetapi
Dewan menyetujui adanya “Asuransi Koperatif”. Syaikh Ahmad Musthafâ al-
Zarqâ’ mengatakan bahwa hukum asuransi adalah boleh (mubâh), karena
hukum asal dari segala sesuatu itu adalah halal/boleh (al-ibâhah), di samping
juga syarak tidak hanya membatasi pada akad klasik yang sudah diketahui saja,
12
dan juga tidak melarang adanya bentuk akad baru yang muncul kemudian
sesuai kebutuhan zaman selama tidak bertentangan dengan aturan akad syariah
dan syaratsyaratnya secara umum (Husni Mubarok, 2016).
Sependapat dengan al-Zarqâ’, ‘Abd al-Wahhâb al-Khallâf mengatakan,
asuransi hukumnya boleh (jâiz), karena termasuk akad mudlârabah. Dan
mudlârabah adalah akad berserikat di dalam keuntungan, dimana satu pihak
bermodalkan harta, dan satu pihak lagi bermodalkan tenaga dan kerja. Yûsûf
al-Qaradlâwi dalam “Al-Halâl wa al-Haram fi al-Islâm” mengatakan bahwa
diharamkannya asuransi konvensional karena (1) semua anggota asuransi tidak
membayar uangnya itu dengan maksud tabarru’, bahkan nilai ini sedikitpun
tidak terlintas, (2) lembaga atau perusahaan asuransi pada umumnya memutar/
menginvestasikan kembali dana-dana tersebut dengan jalan riba.
Muhammad Abu Zahrah membolehkan asuransi yang bersifat sosial
(ta’mîn ta’âwuni), dan mengharamkan yang bersifat komersial. Alasan
membolehkan yang bersifat sosial kurang lebih sama dengan alasan mereka
yang membolehkan asuransi secara umum, demikian juga alasan
mengharamkan asuransi yang bersifat komersial sama dengan alasan mereka
yang mengharamkan asuransi (Husni Mubarak, 2014).
‘Abd al-Rahmân Isâ, Muhammad al-Bâhi, Abd al-Munshif Mahmûd,
Abd al-Wahhâb al-Khallâf, Ali alKhafîf, Taufiq ‘Ali Wahbah, Muhammad
Yûsûf Mûsa, dan lain-lain. Kebolehan asuransi menurut kelompok ini mengacu
pada sejumlah alasan, yakni :
(1) Praktik perusahaan asuransi saat ini tidak lain bertujuan untuk
memberikan khidmah (pelayanan) kepada masyarakat, berupa jaminan
atas adanya resiko dan musibah yang menimpa,
(2) Akad ta’mîn menyerupai akad muwâlah karena pada kedua belah
pihak adanya kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan,
(3) Akad ta’mîn menyerupai nizhâm ‘awâqil dalam Islam,
(4) Akad ta’mîn termasuk akad mudlârabah
(5) Akad ta’mîn bukanlah akad jual-beli, akan tetapi termasuk akad
tadlâmun/takâfuli antara para peserta asuransi dalam menghadapi
musibah dan meringankan dampaknya,
(6) Akad ta’mîn termasuk akad mu’âwadlah (pertukaran).
13
Faktor manfaat juga menjadi alasan bagi mereka membolehkan
asuransi. Di antara manfaat asuransi menurut mereka adalah :
1) sebagai sarana atau langkah kehati-hatian dan tindakan preventif,
2) Adanya rasa ketenangan dan keamanan,
3) Dapat membantu mengurangi beban ketika terjadi musibah, yang
belum tentu sanggup ia tanggung sendiri,
4) Sebagai sarana untuk kemajuan ekonomi dan pembangunan,
5) Termasuk akad mudlârabah, dimana peserta asuran sebagai
penanam modal dan pihak asuransi sebagai pengemban usaha, dan
keuntungan di antara mereka dibagi sesuai akad,
6) Mengandung manfaat dan kepentingan umum (mashlahah ‘âmah),
sebab premi-premi yang terkumpul bisa diinvestasikan untuk
proyek-prpyek yang produktif dan untuk pembangunan
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang
PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI’AH :
1) Premi
- Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad
tabarru'.
- Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat
menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa
dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak
memasukkan unsur riba dalam penghitungannya.
- Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan
dan hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada peserta.
- Premi yang berasal dari jenis akad tabarru' dapat diinvestasikan
14
Majelis Ulama Indonesia (MUI) NO: 21/DSN-MUI/X/2001 tentang
pedoman asuransi syariah. Fatwa tersebut memuat tentang bagaimana asuransi
yang sesuai dengan syariat agama islam.
1) Bentuk perlindungan
2) Unsur tolong menolong
Fatwa MUI NO: 21/DSN-MUI/X/2001 menyebutkan di dalam asuransi
syariah terdapat unsur tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai syariah.
3) Unsur kebaika
4) Berbagi Risiko dan Keuntungan
Dalam asuransi yang dikelola secara prinsip syariah, risiko dan
keuntungan dibagi rata ke orang-orang yang terlibat dalam investasi. Hal
ini dinilai cukup adil dan sesuai dengan syariat agama karena menurut
MUI, asuransi hendaknya tidak dilakukan dalam rangka mencari
keuntungan komersil.
5) Bagian dari Bermuamalah
Menurut MUI asuransi juga termasuk bagian dari bermuamalah karena
melibatkan manusia dalam hubungan finansial. Segala aturan dan tata
caranya tentu saja harus sesuai dengan syariat islam. Jadi dalam
berpartisipasi dalam bermuamalah, Anda dianggap ikut serta dalam
menjalani perintah agama.
6) Musyawarah Asuransi
7) Akad dalam asuransi syari’ah
Di dalam akad tidak boleh terdapat unsur gharar (penipuan), maysir
(perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan
maksiat karena tujuan akad adalah saling tolong-menolong dengan
mengharapkan ridha dan pahala dari Allah.
15
Ciri-ciri terjadinya fraud
a. Terdapatnya niat dan perencanaan jahat
b. Mendung unsur penipuan
c. Terdapat kekeliruan
d. Berdampak pada tuntutan criminal
e. Dapat dilakukan oleh insurer, insured, dan provider
(Sulastomo. 2007)
16
Jenis-jenis Fraud
Bentuk lain dari fraud adalah
- Upcoding
Memberikan kode diagnose, kode tindakan ataupun severity level yang
akan menghasilkan pembayaran yang lebih besar
- Premature discharge
Memulangkan pasien lebih cepat dari seharusnya (pasien belum sembuh)
untuk mencegah “kerugian” RS
- Under treatment
Memberikan pelayanan dibawah dari standar pelayanan kedokteran
(Pedoman Praktik Klinis/Clinical Pathways di RS) untuk mengurangi
biaya. (Permenkes, 2015)
VII. KESIMPULAN
Fraud merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh
peserta, petugas BPJS kesehatan, pemberi layanan kesehatan, serta
penyedia obat dan alat kesehatan dengan tujuan mendapat keuntungan
finansial. Bentuk fraud dapat di kelompokan menjadi tindakan pemalsuan,
penggelapan dan kecurangan computer. Skenario kali ini membahas
mengenai seorang perempuan yang menderita kanker kolon dan dirawat
inap selama 10 hari, namun pihak rumah sakit melaporkan pasien dirawat
inap selama 15 hari. Tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit
merupaka salah satu contoh bentuk fraud yang dilakukan oleh petugas
pemberi layanan kesehatan (pihak rumah sakit) dengan tujuan
mendapatkan keuntungan finansial. Namun sebelum menghakimi bahwa
pihak rumah sakit benar melakukan tindakan fraud maka harus dilakukan
audit pasien asuransi terlebih dahulu. Sanksi yang didapatkan oleh pihak
rumah sakit mendapat teguran secara lisan, teguran tertulis dan perintah
mengembalikan kerugian akibat tindakan kecurangan jaminan kesehatan
nasional. Tindakan fraud termasuk tindakan yang tidak baik dan disebut
moral hazard, yaitu persepsi yang buruk terhadap resiko yang memiliki
kecenderungan ugal – ugalan.
VIII. SARAN
17
1. Mahasiswa lebih dalam mempelajari materi yang terkait dengan topik
diskusi sehingga diskusi dapat berlangsung dengan lebih baik.
2. Mahasiswa lebih mempersiapkan hafalan surat yang di targetkan di
setiap pertemuan agar waktu untuk tutorial lebih efektif dan tetap
mencapai target yang di berikan.
DAFTAR PUSTAKA
18
M. Syakir Sula, 2004. Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem
Operasional .Jakarta Gema Insani Press, hlm. 31.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) NO: 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman
asuransi syariah
Peraturan Menteri Kesehatan No 36 Tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan
(Fraud) Dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan pada Sistem
Jaminan Sosial Nasional.
19