Anda di halaman 1dari 1

Aku Membencimu (Dalam Rinduku)

By: Ahimsa Azaleav


Aku membencimu dalam rinduku. Benci pada setiap hurufmu yang begitu mudahnya menyapa
tanpa kelu. Membuatku berada dalam ruang rindu yang maya. Kamu seperti ada, akan selalu
ada, tapi ilusi. Kamu selalu datang untuk kemudian pergi lagi. Membuatku kembali lagi ke
persimpangan: menunggumu lagi atau membuat cerita baru? Ah, sayangnya aku belum
seutuhnya mampu menulis cerita yang baru. Bagaimanalah, penaku masih padamu.
Aku membencimu dalam rinduku. Aku benci pada keraguanmu. Tapi sekaligus masih menunggumu
dengan segenap keyakinanku. Karena katamu, kamu bahkan masih ragu dengan dirimu sendiri. Sedang
aku? Aku hanyalah perempuan penunggu yang tak punya daya. Menunggumu datang dengan segenap
rindu yang sama membuncahnya. Lalu merayakannya penuh keyakinan pada-Nya. Meski kamu tak
membawa persembahan apa-apa. Karena bagiku, kamu saja lebih dari cukup untuk membuat hati ini
tenteram. Tapi bagaimanalah, aku tak punya apa-apa untuk buang semua ragumu.
Aku membencimu dalam rinduku. Aku membenci diriku sendiri yang merindukanmu, tapi juga mengutuk
bibirku yang biru membisu ketika waktu mempertemukan kita di koordinat yang sama. Aku membenci
kamu yang masih saja membuat denyut nadiku mencepat setiap mata kita tak sengaja bertemu. Seakan
rindu ini runtuh karena melihatmu, tapi tidak, karena tak ada apapun tentang perayaan rindu yang kita
lakukan. Kamu dengan segala pesonamu bercerita banyak hal pada siapapun yang ada--kecuali aku.
Sementara aku, dengan wajah polosku hanya bisa diam sambil berupaya agar rindu ini tak tampak
membuncah di hadapanmu. Bagaimanalah, bukankah kita masih menikmati segala pretensi yang terpancar
dalam sikap kita?
Aku membencimu. Tapi merindukanmu. Berpura-pura berhenti menunggumu. Tapi menunggumu,
meskipun hanya mampu lewat doa.
Medan, 2 April 2017
12.48 WIB

Anda mungkin juga menyukai