Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
EKOLOGI HEWAN
KERAGAMAN JENIS HERPETOFAUNA NOKTURNAL DI KAWASAN
HUTAN ERIA
KECAMATAN SINGKAWANG TIMUR
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini ialah untuk mengetahui tingkat
keanekaragaman spesies herpetofauna dan jumlah individu yang ditemukan di
Riam Eria Kelurahan Nyarumkop, Kecamatan Singkawang Timur, Kalimantan
Barat.
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari praktikum ini ialah memberikan informasi
mengenai keanekaragaman spesies dan jumlah individu herpetofauna yang terdapat
di Riam Eria Kelurahan Nyarumkop, Kecamatan Singkawang Timur, Kalimantan
Barat sehingga dapat digunakan dalam usaha pelestarian atau konservasi,
pengelolaan, pemanfaatan serta perlindungan herpetofauna dimasa mendatang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Herpetofauna
Herpetofauna berasal dari kata “herpeton” yaitu kelompok binatang melata
dengan anggota amfibi dan reptil. Berdasarkan habitatnya yang serupa, sama-sama
vertebrata ektotermal, dan metode pengamatan yang serupa, pada saat ini amfibi
dan reptil dimasukkan ke dalam satu bidang ilmu herpetologi (Kusrini, 2008).
Meskipun amfibi dan reptil dimasukkan ke dalam satu bidang kajian, mereka tetap
organisme yang berbeda. Reptil memiliki kulit bagian luar (integumen) yang
ditutupi oleh sisik kedap air, dimana memungkinkannya untuk tidak bergantung
sepenuhnya terhadap air. Sebaliknya amfibi memiliki kulit yang sangat permeabel
sehingga mereka harus bergantung sepenuhnya pada air (Paul and Hogan, 2008).
Herpetofauna merupakan kelompok hewan melata, anggota dari kelompok
ini adalah Amfibi dan reptil. Amfibi dan reptil merupakan hewan yang sering
disebut berdarah dingin. Istilah ini kurang tepat karena suhu bagian dalam yang
diatur menggunakan perilaku mereka seringkali lebih panas daripada burung dan
mamalia terutama pada saat mereka aktif. Amfibi maupun reptil bersifat ektoterm
dan poikiloterm yang berarti mereka menggunakan sumber panas dari lingkungan
untuk memperoleh energi (Kusrini et al. 2008).
Herpetofauna sendiri memiliki peranan penting dalam ekosistem, yaitu
secara ekologi maupun ekonomi antaralain yaitu peran penting dalam ekosistem
dan merupakan bioindikator lingkungan, merupakan predator hama dan serangga
yang merugikan manusia (Duelman dan Trueb, 1976), merupakan salah satu hewan
eksotik dan komoditas ekspor (Kusrini dan Alford, 2006).
2.3 Amfibi
Amfibi merupakan satwa poikilotherm atau ektotermik yang berarti amfibi
tidak dapat menggunakan proses metabolisme di dalam tubuhnya untuk dijadikan
sebagai sumber panas, tetapi amfibi memperoleh sumber panas dari lingkungan
untuk mendapatkan energi. Oleh karena itu amfibi mempunyai ketergantungan
yang tinggi terhadap kondisi lingkungan (Mistar 2003).
Amfibi memiliki kulit berglandula yang halus tanpa sisik dan dua pasang
tungkai atau berkaki empat Pada saat dewasa ekor yang ada pada Ordo Anura hilang
dan kepala langsung bersambung dengan tubuh tanpa leher yang bisa mengerut
seperti penyu, serta tungkainya berkembang dengan kaki belakang lebih panjang
(Goin, Goin & Zug 1978).
Amfibi terbagi dalam 3 (tiga) ordo yaitu Urodela (Salamander),
Gymnophiona (Sesilia) dan Anura (katak dan kodok). Ordo Urodela (Salamander)
merupakan kelompok Amfibi yang berekor. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh
memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanium.
Urodela memiliki 3 sub ordo dan 9 famili dengan terdapat kurang lebih 400 jenis
di seluruh dunia, tetapi tidak terdapat anggota jenis yang ditemukan di indonesia.
Daerah persebaran terdekat adalah Vietnam, Laos dan Thailand.
Ordo Gymnophiona atau dikenal dengan nama Sesilia, terdiri dari 34 genus
dan 5 (lima) famili, terdapat 163 jenis atau 3,5 % dari seluruh jenis Amfibi. Jenis
ini sulit dijumpai karena hidup di sungai-sungai kecil maupun besar, pada
perkembangannya saat stadium larva terdapat sirip pada bagian ekor dan kemudian
akan mereduksi setelah dewasa kemudian hidup dalam liang-liang tanah (Mistar
2008). Satwa ini dianggap langka, empat dari tujuh suku dikenal secara luas, hanya
salah satunya, yaitu Ichtyophiidae, yang telah tercatat di Asia Tenggara (Iskandar
1998).
Ordo Anura (katak dan kodok), merupakan Amfibi yang terbesar dan sangat
beragam, terdiri lebih dari 4.100 jenis katak dan kodok. Katak dan kodok berbeda
dari ciri katak yang memiliki kulit tipis dan halus, tubuh ramping, kaki yang lebih
kurus dan panjang. Kodok memiliki tubuh yang lebih pendek dan gemuk dengan
kulit kasar dan tertutup bintil-bintil. Warna katak bervariasi, dari hijau, coklat,
hitam, merah, oranye, kuning dan putih. Ukuran SVL (Snout Vent Length) Anura
berkisar dari 1-35 cm, tetapi kebanyakan berkisar antara 2-12 cm (Kusrini et al.
2008).
2.4 Reptil
Reptil berbeda dengan Amfibi yang tidak bersisik, seluruh Reptil
merupakan hewan bersisik dan telurnya mempunyai cangkang (Calcareous)
(Mistar 2008). Warna kulit pada reptil beragam dari warna yang menyerupai
lingkungannya sampai warna yang membuat reptil mudah terlihat. Terdapat
perbedaan ukuran dan bentuk maupun warna tubuh antara reptil jantan dan betina
dan sebagian reptil tidak tergantung pada air sehingga dapat bebas beraktifitas di
daratan. Reptil terbagi dalam 4 ordo yaitu ordo Rhyncocephalia (Tuatara),
Crocodylia (Buaya), Testudinata (Kura-kura dan penyu), Squamata (Ular dan
kadal).
Reptil bernapas dengan paru-patu. Paru-parunya ada dua buah, kiri dan
kanan. Pada ular, paru-paru sebelah kiri umumnya rudimeter, sehingga tampak
hanya ada satu paru-paru yang sangat panjang (Van Hoeve 2003). Reptil
mempunyai peredaran darah ganda. Dalam sekali beredar, darah dua kali melewati
jantung. Pertama-tama paru-paru, disebut peredaran darah kecil, yang ke seluruh
tubuh disebut peredaran darah besar (Mahardono 1980).
Indonesia memiliki tiga dari keempat ordo, yaitu ordo Testudinata,
Squamata dan Crocodylia sedangkan ordo Rhyncocephalia merupakan Reptil
primitif yang terdiri dari satu jenis dan hanya terdapat di Selandia Baru. Ordo
Squamata, dapat ditemukan di tipe habitat terrestrial, arboreal dan juga aquatik.
Ordo ini dibagi lebih lanjut menjadi tiga sub-ordo, yaitu Sauria yang mencakup
Kadal (Lacertilia), Amphisbaenia, dan Serpentes (Ophidia) yang mencakup Ular.
Kadal merupakan kelompok terbesar dalam reptil. Kadal terdiri dari 3,751 jenis
dalam 383 genus dan 16 famili, atau 51% dari seluruh jenis reptil. Amphisbaenia
terdiri dari empat famili yang kemudian dibagi menjadi 21 genus dan 140 jenis,
atau sekitar 2% dari seluruh reptil. Ular atau Serpentes, terdiri dari 2,389 jenis
dalam 471 genus dan 11 famili, atau sekitar 42% dari seluruh jenis Reptil (Kusrini
et al. 2008).