Jurding Asad
Jurding Asad
Pada tahap pertama, perbandingan antara SSTP, SSTP + ACT, dan grup WL pasca
intervensi, tercapai melalui serangkaian uji ANCOVA dengan nilai pra intervensi sebagai
kovariat. Hasil signifikan ditindaklanjuti dengan uji kontras linear perbedaan grup per grup
(WL vs SSTP, WL vs SSTP + ACT, SSTP vs SSTP + ACT). Koreksi Bonferroni
diaplikasikan ke kontras linear untuk membenarkan beberapa perbandingan, dengan hasil
nilai P = .0167.
Tahap kedua pada penelitian ini memeriksa efek pada follow up dan termasuk semua
keluarga yang menerima intervensi serta selesai 6 bulan mengikuti penilaian. Perbandingan
antara keluarga yang menerima SST (n=16), dan keluarga yang menerima SSTP + ACT
(n=12) pada 6 bulan penilaian dilakukan serangkaian uji ANCOVA dengan nilai pra
intervensi sebagai kovariat. Semua keluarga WL menerima SSTP sendirian kecuali 1 yang
menerima SSTP + ACT.
HASIL
Karakteristik Sampel
Analisis Pendahuluan
Kurang dari 10% data hilang dan pola data yang hilang adalah acak. Dalam
menghasilkan skor skala jika <30% data yang hilang untuk peserta pada skala tersebut,
kemudian skor skala dihasilkan dari data sisanya. Apabila 30% data hilang untuk peserta
pada skala tersebut, kemudian peserta dikecualikan dari analisis skala tersebut.
Konten SSTP dan ACT disampaikan per protokol dalam semua sesi kelompok
terjadwal dengan pengecualian bahwa dalam 8,19% dari sesi tersebut, beberapa aspek dari
DVD SSTP tidak dimainkan karena kesulitan teknis atau manajemen waktu. Dalam semua
suasana, konten pada DVD SSTP masih disampaikan secara verbal. Penyampaian protokol
dinilai oleh seorang terapis sekunder untuk 50,81% dari sesi dengan persetujuan 100%
dengan terapis primer. 11 keluarga menerima intervensi melalui format loka karya akhir
pekan (4 kelompok SSTP, 4 kelompok SSTP+ACT, 3 kelompok WL). Dalam kelompok
SSTP, peserta yang hadir rata-rata 5,31 (SD 0,79) dari 6 sesi kelompok dan rata-rata 2,87 (SD
0,34) dari 3 konsultasi telepon. Dalam kelompok SSTP dengan ACT, peserta menghadiri
rata-rata 5,25 (SD 0,97) dari 6 sesi kelompok, rata-rata 2,75 (SD 0,44) dari 3 konsultasi
telepon, dan rata-rata 1,95 sesi kelompok ACT (SD 0,22). Jika seorang peserta melewatkan
sebuah sesi kelompok terjadwal, setiap upaya yang dibuat untuk mengatur sebuah sesi
perbaikan individual, dengan peserta SSTP menerima rata-rata 0,44 (SD 0,40) sesi perbaikan
SSTP dan peserta SSTP dengan ACT menerima rata-rata 0,55 (SD 1,0) sesi perbaikan SSTP
dan rata-rata 0,10 (SD 0,31) sesi perbaikan ACT.
Keluaran Primer dari RCT: Perbandingan Kelompok pada Pascaintervensi
DISKUSI
Anak-anak dengan CP berada pada risiko yang meningkat terhadap masalah perilaku
dan emosional, dengan 1 dari 4 mengembangkan kelainan perilaku. Studi ini pertama kali
untuk mendemonstrasikan bahwa intervensi pengasuhan, terutama SSTP atau SSTP
dikombinasikan dengan ACT, manjur dalam penargetan masalah perilaku dan emosional
pada anak-anak dengan CP. SSTP saja dikaitkan dengan reduksi dalam masalah perilaku dan
emosional anak yang dilaporkan orang tua konsisten dengan penelitian sebelumnya. Lebih
jauh lagi, SSTP dikombinasikan dengan ACT dikaitkan dengan reduksi pada gaya
pengasuhan disfungsional. Ukuran efek yang diperoleh dalam keluarga anak-anak dengan
ASD (Intensitas ECBI = 0,26; Masalah ECBI = 0,16). Ini menggambarkan kebutuhan yang
penting bagi pelayanan klinis untuk menangani masalah perilaku dan emosional pada anak-
anak dengan CP, sebaik kecocokan antara kebutuhan penting ini dan kemanjuran intervensi
pengasuhan. Intervensi pengasuhan, terutama Triple P didesain untuk penyebaran setingkat
populasi, secara mudah diimplementasikan dalam pelayanan kesehatan atau pendidikan,
dapat disampaikan dalam wilayah dengan sumber daya yang tinggi dan rendah, dan tersedia
dalam 25 negara. Intervensi pengasuhan, seperti SSTP, karena itu harus membentuk bagian
dari perawatan standar untuk keluarga anak-anak dengan CP.
Hasil tersebut menyarankan bahwa ACT menyediakan kontribusi tambahan, dengan
manfaat utama ditunjukkan untuk gaya pengasuhan dan hiperaktivitas anak. Kombinasi
intervensi SSTP dan ACT, tetapi bukan SSTP saja, dikaitkan dengan reduksi pada
hiperaktivitas anak, overreaktivitas orang tua, verbositas orang tua, dan masalah perilaku
anak pada skala Intensitas ECBI. Pada follow up selama 6 bulan, keluarga yang menerima
intervensi kombinasi SSTP dengan ACT menunjukkan reduksi pada hiperaktivitas anak,
kelemahan orang tua, dan verbositas orang tua dibandingkan dengan keluarga yang menerima
SSTP saja. Kombinasi intervensi SSTP dengan ACT memungkinkan peningkatan
pengasuhan oleh peningkatan fleksibilitas psikologis.
Keluarga yang menerima SSTP saja dan bukan keluarga yang menerima kombinasi
SSTP dengan ACT, menunjukkan penurunan gejala emosional anak pada SDQ dibandingkan
dengan WL. Lebih jauh lagi, perbedaan antara SSTP saja dan kombinasi SSTP dengan ACT
didekati makna, dengan SSTP menunjukkan penurunan gejala emosional anak. Ini adalah
sebuah penemuan yang menarik, sebagaimana ia menantang untuk memahami bagaimana
penambahan ACT mungkin dapat menurunkan efek intervensi SSTP. Hal tersebut mungkin
bahwa ACT, dengan fokus pada kesadaran, penerimaan emosi, dan tindakan pengasuhan
yang bernilai, peningkatan kepedulian orang tua terhadap pengaruh anak, demikian
menggembungkan skor gejala emosional anak pada pengukuran laporan orang tua dari SDQ.
Hal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Sebuah keterbatasan dari studi ini adalah bahwa tujuan ukuran sampel dari 98
keluarga tidak dapat dicapai, mengarah ke kekuatan yang dikurangi. Lebih jauh lagi, keluaran
primer adalah laporan orang tua. Penelitian selanjutnya harus menyelidiki apabila intervensi
pengasuhan adalah sebuah supplemen yang berguna terhadap intervensi yang ada untuk
keluarga anak-anak dengan CP; sebagai contoh, emndukung sebuah intervensi pengayaan
lingkungan atau sebuah program terapi rumah. Sebagai tambahan, penelitian harus fokus
pada mengkonfirmasikan sebuah manfaat tambahan dari ACT, mneyelidiki
penggeneralisasian, dan menguji sebuah intervensi pengasuhan ACT terpadu. Efek dari ACT
yang disampaikan orang tua pada gejala emosional anak dan kepedulian orang tua dari
pengaruh anak menjamin penelitian lebih jauh. Apabila ACT meningkatkan kepedulian orang
tua terhadap emosi anak, hal tersebut mungkin memberi arti untuk menargetkan responsivitas
dan hubungan orang tua-anak.
KESIMPULAN
Studi ini mendemonstrasikan, melalui sebuah RCT, kemanjuran dari sebuah
intervensi pengasuhan yang tersedia, SSTP, dalam menargetkan masalah perilaku dan
emosional pada anak-anak dengan CP. Lebih jauh lagi, hasil tersebut menyarankan bahwa
ACT menyampaikan manfaat tambahan di atas dan sterusnya kemapanan intervensi
pengasuhan. Hal tersbut merekomendasikan bahwa intervensi pengasuhan dimasukkan ke
dalam pelayanan standar untuk keluarga anak-anak dengan CP.