Anda di halaman 1dari 6

Proses Pembuatan Urea

Gambar 1 Diagram proses pembuatan urea

a. Input
Dalam proses pembuatan urea, bahan baku (input) yang digunakan antara
lain:Amoniak cair (0,58 MT/T urea) dengan spesifikasi berikut:
• NH3 : 99,5 % wt (minimal).
• H2O : 0,5 % wt (maksimal).
• Oil Content : 5,0 ppm (maksimal).
• Temperatur : 25 ~ 30 0C
• Tekanan : 18 Kg/cm2g.
Gas CO2 ( 0,76 MT/T Urea) dengan spesifikasi berikut:
• CO2 : 98 % wt (min).
• Total Sulfur : 1,0 ppm vol (maks).
• Temperatur : 38 0C
• Tekanan : 0,6 Kg/cm2g.
Bahan Pembantu
• Cooling water. Make Up
• Medium Pressure Steam (MS) 42 Kg/cm2g
• Boiler Feed Water (BFW)
• Instrument Air
• Plant Air
• Filtered Water turbidity
• Normal Electric Power
Pelumas
Medripal, DTE oil Light, DTE Oil Heavy, DTE Oil Heavy Medium, DTE Oil Extra Heavy,
Macoma, Turalic C-220, Spartan EP-150, dll.
Bahan Kimia
Phosfat; Kaporit, Chlorine, Asam Sulfat, dan bahan kimia lain.

b. Proses
Proses pembuatan urea yang digunakan di PT Pusri I-B Palembang terbagi menjadi 4
bagian proses utama yakni:

• Unit sintesis

Gambar 2 Diagram proses unit sintesis

• Unit purifikasi

Gambar 3 Diagram proses unit purifikasi

• Unit recovery
Gambar 4 Diagram proses unit recovery

• Unit kristalisasi dan pembutiran


Gambar 5 Diagram proses unit kristalisasi dan pembutiran

• Unit Sintesis
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, yakni untuk mensintesa Urea
dengan mereaksikan Liquid NH3 dan gas CO2 di dalam reaktor urea dan ke dalam
reaktor ini dimasukkan juga larutan recycle karbamat yang berasal dari bagian recovery.
Tekanan operasi di Sintesa adalah 175 Kg/cm2 G. Hasil Sintesa Urea dikirim ke bagian
Purifikasi untuk dipisahkan dari amoniak karbamat dan kelebihan amoniaknya setelah
dilakukan stripping oleh CO2. Amoniak cair dari Amoniak Reservoir (FA-401)
dipompakan dari tekanan 16,5 Kg/cm2g menjadi 200 Kg/cm2g. Sebelum masuk ke
reaktor terlebih dahulu dipanasi hingga 67 0C dan masuk ke reaktor melalui kerangan
EMV-102. Gas Karbon dioksida dari pabrik Amoniak dipisahkan kandungan airnya di
Suction Separator (FA-161), dikompress hingga 200 Kg/ Kg/cm2g baru masuk ke reaktor
(DC-101) melalui kerangan EMV-101.
Reaksi kimia pembentukan urea (1) dan (2):

2NH3 (l) + CO2 (g) --> NH2COONH4 (l) + 38000 kal ... (1) (amoniak karbamat)
NH2COONH4 (l)--> H2O (l) + NNH2CONH2 (l) + 6000 kal ... (2) (Urea)

Reaksi (1) memiliki kecepatan tinggi tanpa katalis bahkan sampai hampir sempurna
asalkan tekanan system lebih tinggi daripada tekanan dekomposisinya. Pembentukan
amoniak karbamat merupakan reaksi yang sangat eksotermik, oleh karena itu
pemindahan panas secara terus menerus perlu dilakukan agar temperatur tidak melebihi
temperatur dekomposisinya.

Reaksi (2) adalah reaksi endotermik lemah, sehingga kelebihan panas maka akan
memperbesar laju pembentukan biuret, hal ini ditekan dengan amoniak excess dan waktu
tinggal yang singkat. Perlu diingat Biuret tidak dikehendaki karena akan mengurangi
produk urea dan menjadi racun bagi tanaman.
Rekasi kimia dengan produk sampingan biuret:

2NH2CONH2 (l) --> NH2CONHCONH2 (l) + NH3 (g)…(3).

Pembentukan biuret hal lain yang sangat penting diperhatikan di seksi purifikasi dan
finishing.

Reaksi (3) berlangsung reversibel dan variabel dasar yang berpengaruh pada reaksi ini
adalah temperatur, konsentrasi amoniak dan waktu tinggal. Biasanya pembentukan
biuret ini dan lelehan urea dan dalam larutan urea yang pekat dengan konsentrasi
amoniak yang rendah sekali, biuret menjadi tinggi. Untuk mencegah pembentukan biuret
yang tinggi, maka perlu sekali diperhatikan kelebihan amoniak dalam proses
pembentukan urea. Dalam hasil urea, kandungan biuret yang diizinkan tidak lebih dari
1%, hal ini sangat penting karena urea dipakai untuk pemupukan tanaman, kalau biuret
tinggi maka tanaman akan mati. Biuret adalah racun bagi tanaman.
Dalam pengoperasian pabrik urea dan kontrol proses harus diatur dan dipilih sedemikian
rupa, sehingga kandungan biuret dari prill urea sekitar 0,5%. Tahap dekomposisi dalam
proses urea adalah 3 tingkat, mulai dari tekanan 17 Kg/cm2g, 2,5 Kg/cm2g dan tekanan
atmosfer. Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan amoniak karbamat, air dan amoniak
berlebihan dari larutan urea sebelum larutan urea dikirim ke crystallyzer. Konsentrasi
larutan urea yang dikirim ke crystallyzer berkisar antara 71% berat.

Reaksi antara CO2 dan amoniak menjadi urea berlangsung secara reversibel, yang
sangat dipengaruhi oleh tekanan, temperatur, komposisi reaktor, dan waktu reaksi
berlangsung.
Dengan temperatur dan tekanan yang tinggi akan mempertinggi konversi amoniak
karbamat menjadi urea. Kondisi reaktor operasi untuk dapat berlangsung reaksi yang
baik adalah 190-2000C dan 200-250 kg/cm2g dengan waktu tinggal 25-30 menit.
Konversi untuk menghasilkan urea berkurang kalau air didalamnya bertambah,
sedangkan rasio NH3/CO2 umpan reaktor yang sesuai adalah (4/1). Reaksi kimia untuk
menghasilkan urea berlangsung dalam reaktor urea. Bahan reaktan dan hasil reaksi
dalam reaktor sangat korosif dan merusak alat reaktor itu sendiri, maka perlu dilindungi
permukaan dalam reaktor. Pada proses total recycle (improved) dipakai reaktor dengan
lapisan pelindung bagian dalam adalah metal titanium (Ti).
Pada temperatur, tekanan reaktor dan perbandingan mol NH3/CO2 yang rendah akan
menurunkan konversi CO2. Selain itu penurunan konversi CO2 juga akan memperbesar
kandungan CO2 dalam larutan, jika terlalu tinggi maka keseimbangan di High Pressure
Absorber ( DA-401) akan hilang, maka proses absorbsi akan terganggu sehingga CO2
lolos bersama-sama dengan NH3 dari top HPA membentuk amoniak karbamat padat
yang akan menyumbat pipa-pipa dan merusak peralatan yang terbuat dari besi karbon.
Secara keseluruhan reaksi CO2 dan amoniak menjadi urea adalah eksotermis, maka
temperatur reaktor perlu diatur. Pengaturan temperatur reaktor dapat dilakukan dengan:

 Menginjeksikan amoniak berlebihan ke dalam reaktor.


 Mengembalikan sebagian larutan karbamat recycle ke reaktor.
 Memanaskan amoniak yang akan masuk ke reaktor

Anda mungkin juga menyukai