Anda di halaman 1dari 14

HEMATOMA EPIDURAL

No. ICD 10 : S06.4

Tingkat Kemampuan : 3B

BATASAN

Perdarahan terjadi diantara durameter dan tulang tengkorak. Perdarahan ini terjadi karena terjadi
akibat robeknya salah satu cabang arteria meningea media, robeknya sinus venosus
durameter atau robeknya arteria diploica. Robekan ini sering terjadi akibat adanya fraktur tulang
tengkorak.

Anamnesis

 Riwayat Trauma
 Lucid interval (hilangnya kesadaran pada saat terjadinya trauma dan penurunan dari status
mental yang drastis )
 Mual Pusing

Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan fisik sebaiknya melaului evaluasi pada kejadian trauma dan hubungannya
dengan defisit neurologis, antara lain:
 Bradikardi dengan atau tanpa hipertensi yang menunjukkan pada peningkatan tekanan
intracranial
 Fraktur tulang tengkorak, hematoma, laserasi.
 Otorrehea dan rhinorhea CSF yang berasal dari fratur tengkorak dengan disrupsi duramater
 Hemotympani
 Instabilitas dari tulang belakang
 Penunrunan derajat kesadaran (GCS Score)
 Anisokoria (dilatasi pupil ipsilateral karena hernisai unkal dengan kompresi dari
N.occulomotorius)
 Lesi N. Fasialis
 Kelemahan (hemiparesis kontralateral akibat dari kompresi pedunkulus vertebra)
 Defisit neurologik fokal lainnya (afasia, kelainan lapangan pandang, mati rasa, ataksia)
tergantung pada derajat lesi yang terjadi. Temuan tersebut adalah sebagai berikut:
Kelemahan (unilateral atau bilateral). Defisit sensorik dengan parestesis radikuler
(unilateral atau bilateral), gangguan refleks, gangguan pada tonus spincter anus dan
kandung kemih

Kriteria Diagnosis

1. Adanya trauma kepala disertai dengan sakit kepala, mual dan muntah yang semakin berat
2. CT-Scan kepala : didapatkan gambaran epidural hematoma
3. Kepala : terdapat fraktur linier
4. Adanya lucid interval
5. Adanya lateralisasi atau tanda herniasi otak

Diagnosis Banding

1. Hematoma subdural atau intraserebral


2. Edema otak
3. Stroke-ICH
4. Tumor otak

Pemeriksaan Penunjang

CT-Scan kepala dengan kontras, bila tidak tersedia dilakukan foto polos kepala AP/Lateral. Pada
CT-Scan akan didapatkan gambaran bikonveks atau lensa cembung.

Terapi

a. Non Bedah :
1. Infus Nacl 0,9 %
2. Mannitol 5 cc/kgBB/20 menit (bila ada herniasi atau rapi deterioration)
3. Bila kejang diberi Valium 5-10 mg/iv dilanjutkan dengan phenitoin loading 15
mg/iv dalam 100cc PZ ½ jam dilanjutkan 5 mg/kgBB/hari
b. Bedah :
1. Burrhole (kraniotomi) diagnostik (bila tidak tersedia CT-Scan kepala atau kondisi
pasien sangat cepat memburuk)
2. Trepanasi bila ada CT-Scan

Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam/malam


Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
HEMATOMA SUBDURAL

No. ICD 10 : S06.5

Tingkat Kemampuan : 3B

Definisi

Perdarahan terjadi di antara durameter dan arakhnoidea. Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya
vena jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus
venosus di dalam durameter atau karena robeknya arachnoid.

Anamnesis

 Sakit kepala yang menetap


 Rasa mengantuk yang hilang-timbul
 Linglung
 Perubahan ingatan

Pemeriksaan Fisik

 Papil edema
 Diplopia akibat kelumpuhan n. III
 Anisokor pupil
 Defisit motorik

Kriteria Diagnosis

a. Adanya trauma di kepala disertai dengan sakit kepala, mual dan muntah yang semakin
berat
b. CT-Scan kepala : didapatkan gambaran subdural hematoma
c. Foto kepala : terdapat fraktur linier
d. Adanya lateralisasi atau tanda herniasi otak

Diagnosis Banding

a. EDH
b. SAH
c. Stroke-ICH
d. Tumor otak

Pemeriksaan Penunjang

CT-Scan kepala dengan atau tanpa kontras, foto skull AP/Lateral

Terapi

 Tindakan Tanpa Operasi


Pada kasus perdarahan yang kecil (volume 30 cc ataupun kurang) dilakukan tindakan
konservatif.
 Tindakan Operasi
Baik pada kasus akut maupun kronik, apabila diketemukan adanya gejala-gejala yang
progresif, maka jelas diperlukan tindakan operasi untuk melakukan pengeluaran
hematoma. Tetapi sebelum diambil keputusan untuk dilakukan tindakan operasi, yang
tetap harus kita perhatikan adalah airway, breathing dan circulation (ABCs).
 Tindakan operasi ditujukan kepada:
o Evakuasi seluruh SDH
o Merawat sumber perdarahan
o Reseksi parenkim otak yang nonviable
o Mengeluarkan ICH yang ada.
 Kriteria penderita SDH dilakukan operasi adalah:
o Pasien SDH tanpa melihat GCS, dengan ketebalan > 10 mm atau
pergeseran midline shift > 5 mm pada CT-scan
o Semua pasien SDH dengan GCS < 9 harus dilakukan monitoring TIK
o Pasien SDH dengan GCS < 9, dengan ketebalan perdarahan < 10 mm dan
pergeseran struktur midline shift. Jika mengalami penurunan GCS > 2
poin antara saat kejadian sampai saat masuk rumah sakit
o Pasien SDH dengan GCS < 9, dan/atau didapatkan pupil dilatasi
asimetris/fixed
o Pasien SDH dengan GCS < 9, dan/atau TIK > 20 mmHg.
Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam/malam


Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
INTRACEREBRAL HEMATOMA (ICH)

NO. ICD 10 : 161.9

Tingkat Kemampuan : 3B

Definisi

Perdarahan tiba-tiba ke dalam rongga diantara otak dan selaput otak (rongga subaraknoid)
diantara lapisan dalam (pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid mater) para jaringan yang
melindungan otak (meninges).

Anamnesis

 Sakit kapala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya dan berat (kadangkala disebutsakit
kepala thunderclap)
 Nyeri muka atau mata
 Penglihatan ganda
 Kehilangan penglihatan sekelilingnya

Pemeriksaan Fisik
 Fraktur tulang kepala
 Tanda-tanda peningkatan TIK

Kriteria Diagnosis
 Anamnesa
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Penunjang : CT scan kepala tanpa kontras

Diagnosis Banding
 SDH
 EDH
 SAH
Pemeriksaan Penunjang
 Jumlah sel darah lengkap
 Prothrombin time (PT), activated partial thromboplastin time (aPTT)
 CT-scan urgensi tanpa zat kontras
 Angiografi serebral
 MRI

Terapi
 Intubasi endotrakeal pada pasien melindungi dari aspirasi yang disebabkan oleh refleks
proteksi saluran nafas yang tertekan.
 Intubasi untuk hiperventilasi pasien dengan tanda-tanda herniasi
 Cegah sedasi berlebihan
Jika disangka terjadinya herniasi, dapat dilakukan intervensi dibawah ini :
 Gunakan agen osmotik, seperti mannitol, yang mengurangi TIK sebesar 50%dalam 30
menit, puncaknya setelah 90 menir, dan berakhir dalam 4 jam.
 Diuretik loop, seperti furosemid, juga menurunkan TIK tanpa meningkatkan
serumosmolalitas.
 Monitoring
 Awasi aktivitas jantung, oksimetri, tekanan darah otomatis, dan CO2 tidal-
akhir,ketika diaplikasikan.
 Pengawasan CO2 tidal-akhir pada pasien yang diintubasi memungkinkan klinisi
menghindari hiperventilasi berlebihan atau tidak mencukupi. Target pCO2 adalah
30-35 mmHg untuk mengurangi peningkatan TIK
 Anti hipertensi
 Terapi kejang

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
CEDERA MEDULLA SPINALIS

NO. ICD 10 : S14.109A


Tingkat Kemampuan : 3B

Definisi
Adalah cedera di tulang belakang akibat adanya trauma dengan disertai dengan nyeri dan
atau tanpa disertai dengan adanya defisit neurologis

Kriteria Diagnosis
a) Adanya trauma di tulang belakang disertai dengan nyeri lokal di lokasi tulang belakang
dan jejas dislokasi tulang belakang
b) Foto vertebra : terdapat fraktur kompresi, dislokasi
c) Adanya defisit neurologis

Diagnosis Banding
 Sindroma Guillian Barre
 Stroke – ICH
 Tumor otak

Pemeriksaan Penunjang
 Foto polos vertebra AP/Lat
 CT-Scan, bila diperlukan
 MRI bila diperlukan

Terapi
 Non Bedah:
o Fiksasi, imobilisasi (collar dan papan pengangkut) dan Resusitasi
o Solumendrol (harus diberikan sebelum 8 jam pertama), dengan dosis:
 Awal : 30 mg/kgBB diencerkan aqua 40 cc/drip dalam 15 menit. Berikutnya
: 5,4 mg/kgBB diencerkan 100 cc/drip dalam 60 menit selama 23 jam
Kontra Indikasi Solumedrol : Hamil, DM, Herpes, TB Aktif, Ulkus
Peptikum, Umur < 13 tahun
 Terapi jika terdapat spinal syok (beri vosopressor bukan cairan)
 Atasi bradikardi (beri Sulfat atropin)
 Cegah hipotermi
 Bedah : Dekompresi/Reposisi/Fiksasi/ Stabilise indikasi

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
ABSES SEREBRI
NO. ICD10 : G06.0
Tingkat Kemampuan : 3B

Definisi

Abses serebri aalah proses supuratif fokal dalam parenkim otak yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, jamur atau protozoa

Kriteria Diagnosis
 Gejala klinis tergantung :
o Lokasi abses
o Besar abses
o Jumlah lesi
o Edema serebri yang menyertai
o Respons tubuh terhadap infeksi
o Virulensi kuman
o Fokus infeksi
 Gejala klinis yang tersering adalah :
o Nyeri kepala
o Demam
o Defisit neurologis fokal
o Nausea, vomiting
o Kejang
o Kaku kuduk
o Papil bendung
o Penurunan kesadaran

Diagnosis Banding
 Tumor otak (astrositoma)
 Infark serebri
 Tuberkuloma
 Kista arachnoid

Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
 Radiologis : CT-Scan, MRI

Terapi
a. Non Bedah : Pemberian antibiotik jangka panjang (± 6 minggu) dan sampai kultur negatif
2 kali berturut-turut
 Cefotaxime : Dewasa 1 gram tiap 8 jam, iv bila sangat berat dapat dinaikkan 2 gram
tiap 4 jam iv. Anak : 50 mg/kg iv setiap 6 jam
 Ceftriaxone : Dewasa : 2 gram iv tiap 12 jam. Anak : 75 mg/kg dosis inisial
dilanjutkan 100 mg/kg/hari di bagi setiap 12 jam

Ditambah salah satu dari bawah ini :


 Metronidazole : Dewasa : 30 mg/kg/hari iv di bagi setiap 12 jam. Anak : 10 mg/kg iv
setiap 8 jam atau
 Chloramphenicol : Dewasa : 1 gr iv tiap 6 jam. Anak : 15-25 mg/kg iv setiap 6 jam
Bila telah ada hasil kultur, maka antibiotik disesuaikan dengan sensitivitasnya. Bila ada
riwayat trauma atau operasi kepala diberikan tambahan Vancomycin. Medikamentosa
tambahan : kartiko steroid, anti konvulsan.
b. Bedah
 Operatif drainase atau excise
 Penanganan fokus infeksi primer
SPONDILITIS TB
NO.ICD10 :A18.01
Tingkat Kemampuan : 3B

Definisi
Infeksi pada tulang belakang yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.

Anamnesis
 Malaise
 Demam
 Proses penyakit yang berlangsung kronik
 Penurunan berat badan
 Keringat malam
 Nyeri tulang belakang
 Riwayat infeksi paru-paru akibat TB
 Riwayat kontak dengan penderita TB

Pemeriksaan Fisik
 Kifosis pada tulang belakang
 Gibbus
 Sinus pada tulang belakang
 Pembesaran kelenjar getah bening regional
 Defisit neurologis

Pemeriksaan Penunjang
 Imaging :
o X-Ray :
o CT-scan (jika perlu)
o MRI (jika perlu)
o Bone Scan (jika perlu)
 Laboratorium : darah rutin, CRP, ESR, kultur dan tes sensitifitas, tes tuberculin. Lainnya
jika diperlukan

Kriteria Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Terapi
 Non Operatif:
o Terapi OAT
o Roborantia
o Orthosis (jika perlu)
 Operatif
o Debridement
o Evakuasi abses (jika perlu)
o Stabilisasi posterior (jika perlu)
Komplikasi
 Sepsis
 Cedera saraf/pembuluh darah
 Infeksi tidak teratasi
 Kelumpuhan

Anda mungkin juga menyukai