Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan akan dihargai, dicintai,
dimengerti, dan diterima oleh lingkunnya. Kebutuhan ini akan terpenuhi manakala manusia
melakukan sosialisasi dengan lingkungannya. Pasien isolasi sosial mengalami hambatan
dalam berinteraksi dengan lingkungannya dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga
pasien memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan khususnya perawata agar mampu
melakukan sosialisasi yang pada akhirnya kebutuhan pasien sebagai makhluk sosial
terpenuhi.
Asuhan keperawatan isolasi sosial yang terdiri dari pengkajian, diagnosis
keperawatan, tindakan keperawatan pada pasien dan keluarga ( pelaku rawat), evaluasi
kemampuan klien dan keluarga dan melakukan dokumentasi keperawatan.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah mengikuti pembelajaran, mahasiswa mampu melakukan asuahan keperawatan
isolasi sosial
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan konsep isolasi sosial
2. Menjelaskan langkah-langkah asuhan keperawatan isolasi sosial
a. Melakukan pengkajian isolasi sosial
b. Menentukan diagnosis yang tepat pada pasien dengan ISOS
c. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dan keluarga penderita
Isoalasi sosial
d. Melakukan evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam perawatan
pada pasien isos
e. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial
3. Mempraktikan asuhan keperawatan isolasi sosial

BAB II
TEORITIS
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN ISOS

I. Kasus (Masalah Utama)


Pengertian
Isolasi sosial
Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu
merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
membagi perasaan,pikiran,prestasi,atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain,yang di manifestasikan dengan sikap
memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang
lain ( Balitbang,2007).
Merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena
merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan
dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan
tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang, 2007).
Merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan maupun komunikasi dengan orang lain (Rawlins, 1993)
Jadi kesimpulannya dari para ahli diatas yakni isolasi sosial adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

II. Proses Terjadinya Masalah


Pattern Of Ineffective Coping Lack Of Stressor
(Koping individu
Parenting Development Task Internal And
(Pola asuh keluarga) tidak efektif) (Gangguan Tugas
External
perkembangan) (Stress internal
dan eksternal)
Misalnya : Misalnya : Misalnya : Misalnya :
Pada anak yang Saat individu Kegagalan Stress terjadi
kelahirannya tidak di menghadapi menjalin hubungan akibat ansietas
kehendaki akibat kegagalan, intim dengan yang
kegagalan KB, hamil menyalahkan orang sesama jenis atau berkepanjangan
diluar nikah, jenis lain, lawan jenis, tidak dan terjadi
kelamin yang tidak ketidakberdayaan, mampu mandiri bersamaan
diinginkan, bentuk menyangkal tidak dan menyelesaikan dengan
fisik kurang mampu tugas, bergaul, keterbatasan
menawan menghadapi bekerja , sekolah kemampuan
menyebabkan kenyataan dan menyebabkan individu untuk
keluarga menarik diri dari ketergantungan mengatasinya,
mengeluarkan lingkungan, terlalu pada orang tua, ansietas terjadi
komentar negative, tingginya self ideal rendahnya akibat berpisah
merendahkan dan dan tidak mampu ketahanan terhadap dengan orang
menyalahkan anak. menerima realitas berbagai terdekat,
dengan rasa syukur kegagalan. hilangnya
pekerjaan atau
orang yang
dicintai.

A. Faktor Predisposisi
1. Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus di
penuhi agar tidak terjadi perkembangan yang harus di penuhi agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan social.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat
fase perkembangan social nantinya akan dapat menimbulkan masalah.

Tahap Tugas
Perkembangan
Masa Bayi Menetapkan rasa percaya
Masa Bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku
mandiri
Masa Prasekolah Belajar menunjukkan inisiatif, rasa tanggung
jawab, dan hati nurani
Masa Sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan
berkompromi
Masalah Praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman
sesama jenis kelamin
Masa Remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau
bergantung pada orang tua
Masa Dewasa Muda Menjadi saling bergantung antara orang tua
dan teman, mencari pasangan, menikah, dan
mempunyai anak
Masa Tengah Baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah
dilalui
Masa Dewasa Tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan
dengan budaya

2. Faktor Komunikasi dalam keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan factor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan social. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidak jelasan (double bind) yaitu suatu keadaan di
mana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.

3. Faktor Sosial Budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu factor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini di sebabkan oleh norma-
norma yang salah di anut oleh keluarga di mana anggota yang tidak produktif seperti usia
lanjut, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat di asingkan dari lingkungan sosialnya.

4. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu factor pendukung terjadinya gangguan
dalam hubungan social. Organ tubuh yang dapat memengaruhi terjadinya gangguan
hubungan social adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami struktur
perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah kortikal.

B. Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan social yang dapat menimbulkan oleh factor internal
dan eksternal seseorang factor stresorpresipitasi dapat di kelompokan sebagai berikut.
1. Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor social budaya, yaitu stress yang di timbulkan oleh factor social
budaya seperti keluarga.
2. Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansistensi yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasi. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau tidak terpenuhi kebutuhan individu.

C. Rentang Respon
Respon Adaptif ResponMaladaptif
Solitude
Otonomi
Kebersamaan
Saling ketergantungan
Manipulsif
Impulsive
Narkisisme
Kesepian
Menarik diri
Ketergantungan

Berikut ini akan di jelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi social
1 Respons Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat di terima oleh norma-norma social budaya
secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu masih dalam batas normal ketika
menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respon adaptif.
a. Solitude adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa yang telah
dilakukan, dilindungi sosialnya dan merupakan suatu cara untuk menentukan langkah
selanjutnya.
b. Otonomi adalah kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran dan perasaan dalam berhubungan social
c. Kebersamaan adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima
d. Saling Ketergantungan adalah ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptive adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di
suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptife.
a. Manipulasi
1. orang lain diperlakukan seprti objek
2. hubungan terpusat pada masalah pengendalian
3. individu berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang
lain
b. Narkisisme
1. harga diri yang rapuh
2. secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian
3. sikap egosentris
4. pencemburu
5. marah jika orang lain tidak mendukung
c. Impulsif
1. tidakmampu merencanakan sesuatu
2. tidak mampu belajar dari pengalaman
3. penilaian yang buruk
4. tidak dapat diandalkan

D. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2007, hlm. 281) individu yang mengalami respon sosial maladaptif
menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas.Mekanisme
tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik yaitu sebagai berikut:
1. Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisocial
a. Proyeksi merupakan keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan
emosikepada orang lain karena kesalahan sendiri. (Rasmun, 2004, hlm. 35)
b. Spliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan
dirinya dalam menilai baik buruk. (Rasmun, 2004, hlm. 36)
2. Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang
a. Splitting
b. Formasi reaksi
c. Proyeksi
d. Isolasi merupakan perilaku yang menunjukan pengasingan diri dari lingkungan dan
orang lain. (Rasmun, 2004, hlm. 32)
e. Idealisasi orang lain
f. Merendahkan orang lain
g. Identifikasi proyeksi

III. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pohon Masalah

Effect Resiko Gsp:Halusinasi

Core problem Isolasi Sosial

Cause Harga diri rendah

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji


a. Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
b. Data yang perlu dikaji
Data Subjektif :
a. Ny.m saat diajak untuk berkomunikasi terkadang diam, menunduk dan kontak mata
yang kosong saat perbincangan dihentikan
b. Tn.M lebih suka menyendiri daripada berbincang-bincang dengan orang lain

Data Objektif :
a. Klien tampak diam menyendiri
b. kontak mata kurang

C. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien
Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain karena malas,aktivitas klien lebih
sering menyendiri,melamun,terlihat murung dan gelisah saat perawat berbicara dengan
klienkurang ada kontak mata dari klien.

2. Diagnosis Keperawatan
Isolasi sosial

3. Tujuan Khusus / SP 1
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan
d. kerugian menarik diri
e. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap
f. Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan social

4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi penyebab isolasi social pasien
c. Diskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
d. Diskusikan dengan pasien kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
e. Ajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Anjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam jadwal kegiatan harian

5. Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

A. Orientasi
1. Salam Teraupeutik
Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan nama Saya Tarmizi Taher panggil saja saya
dengan nama Tarmizi. Saya mahasiswa Keperawatan STIKES BANTEN yang akan merawat
bapak. Saya bertugas disini dari tanggal 27 Juli-1 agustus 2015 dan dari jam 07.00-14.00
WIB. Jika ada sesuatu yang ingin bapak sampaikan jangan sungkan-sungkan untuk
menyampaikan kepada saya. mudah mudahan saya bisa membantu. Kalau boleh saya tau
nama Bapak siapa dan suka dipanggil siapa?.”

2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini ?”
3. Kontrak
a. Topik : “Senang ya bisa berkenalan dengan Ibu/Bapak hari ini,bagaimana
kalau kita berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus membicarakan tentang
bidang/hobby yang bapak sukai?
b. Waktu : “Berapa lama Bapak/Ibu ingin berbincang-bincang dengan saya ?
bagaimana kalo 10 menit saja ? jam berapa Bapak/ibu ingin memulainya ?
c. Tempat :”Ingin dimana Bapak/Ibu berbincang-bincang dengan saya ?
bagaimana kalo di ruang makan ?
d. Tujuan : “Agar Ibu/Bapak dengan orang lain dapat saling mengenal”

B. Kerja
1. “Apa yang membuat Bapak/Ibu tidak suka bergaul dengan orang lain?”
2. “Apakah karena sikap atau perilaku orang lain terhadap Bapak/Ibu atau ada alasan
lain ?”
3. “Apakah keuntungannya kalau kita punya banyak teman ?”
4. “Menurut Bapak/Ibu, apakah kerugiannya kalau kita tidak punya teman”
5. “Cara berkenalan :Nama,suka dipanggil siapa,Hobby dan alamat atau asal?”
C. Terminasi
Evaluasi respons klien berharap tindakkan keperawatan
a. Evaluasi klien (Subjektif)
b. “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah berkenalan dengan saya ?”
c. Evaluasi perawat (objektif)
“Coba Bapak/Ibu ulangi cara berkenalan yang tadi bapak/ibu sudah
lakukan?”

D. Rencana Tindak Lanjut (reinforcement)


“Baik Bapak/ibu sekarang kita bisa masukan ke dalam jadwal
harian :Bapak/ibu kapan saja mau berkenalan:Saya harap nanti Bapak/ibu bisa lakukan
sesuai jadwal disini?”

E. Kontrak yang Akan Datang


a. Topik :“Bagaimana kalau besok kita belajar mengenai caraberkenalan
dengan satu orang .”
b. Waktu : “ Bapak/Ibu inginnya jam berapa ? Bagaiman kalau jam 13.00,
setelah Bapak/ibu makan siang ?”

c. Tempat : “ Dimana nanti kita bercakap-cakap ? Bagaimana kalau disini


saja diruang makan ?

Anda mungkin juga menyukai