Disusun Oleh :
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
terkait dalam proyek konstruksi perlu mengetahui terlebih metode kerja yang
telah disepakati agar dapat mengurangi potensi konflik yang akan terjadi dalam
proyek. Penelitian ini membahas Dampak Perubahan Metode Kerja Terhadap
Biaya dan Waktu Proyek Bandara A.yani .
3
3. Subjek yang dijadikan narasumber berkaitan langsung dengan Proyek
Bandara A.Yani.
4. Proyek konstruksi yang dijadikan objek penelitian adalah Proyek Bandara
A.Yani.
1.5 Output/Keluaran
Pada akhir penelitian ini dituntut untuk menghasilkan suatu solusi dan
saran yang diharapkan dapat membantu dalam penyelesaian kasus tersebut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
menyerap kebutuhan sumber daya yang besar serta dapat dimanfaatkan oleh
orang banyak (Husen, 2011).
6
5. Pemasok (supplier) : pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok
material yang memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik proyek.
Dalam kontrak lump sum ini kontraktor menawarkan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan dengan biaya tetap meskipun terjadi perubahan volume pekerjaan.
Jenis kontrak ini umum dipakai dalam konstruksi bangunan gedung karena detail
dan spesifikasi sudah dapat dipastikan sehingga pihak pemberi tugas (owner) sudah
7
dapat memastikan besarnya biaya yang akan dikeluarkannya. Jenis kontrak ini
membawa resiko yang lebih besar bagi kontraktor dibandingkan pemberi tugas.
Dalam pemakaian kontrak harga satuan ini, peran Quantity Surveyor sangat besar
dalam menghitung volume kemajuan proyek dan menentukan besarnya
pembayaran (progress payment) yang akan dilakukan pihak pemberi tugas.
Pihak pemberi tugas yang memakai kontrak harga satuan ini tidak dapat
memperkirakan secara pasti besarnya biaya total proyek hingga proyek 100%
selesai karena perubahan volume pekerjaan masih mungkin terjadi.
Pada jenis kontrak ini resiko yang diterima kontraktor maupun pemberi tugas
adalah sama atau resiko terbagi rata.
Jenis kontrak ini mewajibkan pemberi tugas membayar biaya nyata yang
dikeluarkan kontraktor dalam menyelesaikan pekerjaan ditambah biaya atas jasa
yang dilakukan oleh kontraktor.
Kontrak biaya ditambah jasa sangat jarang digunakan, disebabkan kesulitan pihak
pemberi tugas dalam mengendalikan biaya yang dilakukan oleh kontraktor dalam
menyelesaikan pekerjaan. Kontrak jenis ini biasanya digunakan pada pekerjaan-
pekerjaan kecil atau sulit untuk ditetapkan terlebih dahulu harga satuannya atau
volume total pekerjaannya.
Kontrak biaya ditambah jasa dibedakan atas cara menetapkan besarnya biaya atas
jasa yang diberikan oleh kontraktor.
8
1. Biaya atas jasa yang besarnya terlebih dahulu ditetapkan (cost plus fixed fee)
dan tidak berubah meskipun biaya proyek bertambah atau berkurang.
2. Biaya atas jasa yang besarnya berdasarkan prosentase biaya nyata yang
dikeluarkan oleh kontraktor (cost plus % of cost). Prosentase ini ditetapkan
ditetapkan terlebih dahulu pada suatu nilai yang tetap.
3. Biaya atas jasa yang besarnya berdasarkan prosentase biaya nyata yang
dikeluarkan oleh kontraktor, dimana prosentase tersebut bervariasi terhadap
besarnya biaya nyata yang dikeluarkan oleh kontraktor (cost plus sliding
fee) yang biasa disebut target kontrak.
4. Biaya atas jasa ditetapkan berdasarkan suatu formula yang disepakati oleh
pemberi tugas dan kontraktor, tetapi berbeda dengan yang telah disebut
diatas (cost plus profit sharing), misalnya dengan bonus bila jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk penyelesaian pekerjaan lebih kecil dari yang
direncanakan dan dikenakan hukuman (pinalti) bila biaya yang dikeluarkan
lebih besar dari yang direncanakan.
5. Dalam jenis kontrak ini, resiko yang diterima oleh pemberi tugas lebih besar
di banding resiko yang diterima kontraktor.
1. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang paling dominan dalam suatu
kontrak konstruksi. Aspek inilah yang menjadi pusat perhatian para para
pelaku industri jasa kontruksi, seolah-olah apabila aspek ini berhasil
dilaksanakan proyek tersebut diangap berhasil dan sukses. Padahal, aspek-
aspek lain seharusnya juga diperhatikan dan dikelola dengan baik agar
seluruh isi kontrak dapat dijalankan dan dipatuhi sebagaimana mestinya.
Umumnya aspek-aspek teknis yang tertera dalam dokumen kontrak adalah
sebagai berikut :
9
a. Syarat-syarat umum kontrak (General Condition of Contract)
b. Lampiran-lampiran (Appendix)
c. Syarat-syarat khusus kontrak (Special Condition of Contract /
Conditions of Contract – Particular)
d. Spesifikasi teknis (Technical Spesification)
e. Gambar-gambar kontrak (Contract Drawing)
2. Aspek Hukum
Sesungguhnya seluruh dokumen kontrak terutama
kontrak/perjanjian itu sendiri adalah hukum. Pasal 1338 KUHP
menyatakan bahwa seluruh perjanjian yang dibuat secara sah merupakan
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Beberapa contoh
mengenai pasal-pasal dalam kontrak kontruksi yang sarat dengan aspek
hukum, yaitu :
a. Penghentian sementara
b. Pengakhiran perjanjian/pemutusan kontrak
c. Penyelesaian perselisihan
d. Keadaan memaksa
e. Hukum yang berlaku
f. Bahasa kontrak
g. Domisili
3. Aspek Keuangan/Perbankan
Aspek-aspek keuangan/perbankan yang penting dalam kontrak
kontruksi antara lain :
a. Nilai kontrak (Contract Amount) / harga borongan
b. Cara pembayaran (Method of Payment)
c. Jaminan (Guarantee / Bonds)
10
pembayaran, dipandang dari sisi penyediaan jasa, merupakan tujuan akhir
dari suatu kontrak kerja.
4. Aspek Perpajakan
Dalam suatu kontrak kontrusi terkandung aspek perpajakan,
terutama yang berkaitan dengan nilai kontrak sebagai pendapatan
penyedia jasa. Jenis pajak yang terkait dengan jasa kontruksi adalah :
a. Pajak Pertambahan nilai (PPN)
b. Pajak Penghasilan (PPh)
5. Aspek Peransuransian
Aspek peransuransian yang biasanya terdapat dalam kontrak
konstruksi adalah asuransi yang mencakup seluruh proyek termasuk
11
jaminan kepada pihak ketiga dengan masa pertanggungan selama proyek
berlangsung. Jenis asuransi umumnya dikenal dengan istilah contractor’s
all dan third party liability assurance (CAR dan TPL). Biasanya penerima
manfaat (beneficiary) dari asuransi ini adalah pengguna jasa tetapi yang
membayar premi adalah penyedia jasa. Besarnya nilai premi ini dapat
tercantum secara khusus dalam daftar bill of quantity (BoQ). Asuransi
jenis lainnya yang biasanya terdapat dalam kontrak adalah asuransi tenaga
kerja dan asuransi kesehatan.
7. Aspek Administrasi
Aspek administrasi di dalam kontrak konstruksi antara lain
keterangan mengenai para pihak, laporan keuangan, surat menyurat dan
hubungan kerja antara pihak.
12
Preloading dan vertical drain pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kekuatan geser pada tanah, mengurangi kompresibilitas/kemampumampatan tanah,
dan mencegah penurunan (settlement) yang besar serta kemungkinan kerusakan
pada struktur bangunan. Preloading dan vertical drain umumnya digunakan pada
tanah dengan daya dukung yang rendah seperti pada tanah lempung lembek dan
tanah organik. Jenis tanah tersebut biasanya memiliki ciri seperti berikut : kadar air
yang ekstrim, kompresibilitas yang besar, dan koefisien permeabilitas yang kecil.
Teknik preloading menggunakan vertical drains merupakan metode perkuatan
tanah dengan cara mengurangi kadar air dalam tanah (dewatering). Waktu
konsolidasi yang dibutuhkan untuk jenis tanah seperti ini memakan waktu yang
lama meski dengan menggunakan beban tambahan yang besar, sehingga teknik
preloading mungkin kurang cocok untuk jadwal kontruksi yang membutuhkan
waktu singkat. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
(preloading of subsoil)
Jika beban sementara melebihi beban akhir konstruksi maka kelebihan beban
tersebut mengacu kepada beban tambahan (surcharge), dimana dengan
menggunakan beban tambahan sementara (surcharge) yang melebihi beban kerja,
tanah akan berada pada kondisi overconsolidated dan secondary compression untuk
tanah overconsolidated akan jauh lebih kecil daripada tanah dengan normally
13
consolidated. Hal ini akan menguntungkan perencanaan tanah selanjutnya (Chu et
all., 2004).
Dari grafik di atas, dapat dilihat settlement yang terjadi akibat adanya beban
tambahan (surcharge) lebih besar daripada beban rencana (design load) pada selang
waktu yang sama. Selain dengan menggunakan teknik preloading dan
menggunakan beban tambahan sementara (surcharge), peningkatan mutu tanah
dapat juga dilakukan dengan menggunakan vertical drains, selain itu waktu
konsolidasi pun juga semakin singkat sebab aliran drainase yang terjadi bukan
hanya ke arah vertikal tapi juga ke arah horizontal. Drain-drain vertikal tersebut
dapat diisi dengan dengan pasir atau bahan lain yang memiliki permeabilitas besar.
Perkembangan vertical drains sendiri sudah dimulai sejak tahun 1925, dimana
D.J.Moran seorang insinyur berkebangsaan Amerika memperkenalkan pemakaian
drainase dari kolom-kolom pasir untuk stabilitas tanah pada kedalaman yang besar.
Kemudian untuk pertama kalinya instalasi drainase ini digunakan di California dan
seiring dengan berjalannya waktu, tipe drainase ini dikenal dengan istilah drainase
vertikal (vertical drain). Pada tahun 1936, diperkenalkan sistem drainase
menggunakan bahan sintetis oleh Kjellman di Swedia. Setelah di tes di beberapa
tempat pada tahun 1937 dengan bahan cardboard,
14
konsolidasi melalui teknik preloading pun menjadi semakin singkat dan
penurunan/settlement yang terjadi juga dapat direduksi. Bahkan proses installasi
nya pun saat ini sudah semakin berkembang dimana prefabricated vertical drain
dapat mencapai kedalaman 60 m dengan laju 1 m/dt.
Metode tradisional yang digunakan dalam pemasangan vertical drains ini yaitu
dengan membut lobang bor pada lapisan lempung dan mengisi kembali dengan
pasir yang bergradasi sesuai titik. Ukuran diameternya sekitar 200 - 600 mm dengan
panjang saluran sedalam lebih dari 5 meter. Karena tujuannya untuk memperpendek
15
panjang lintasan pengaliran, maka jarak antar drainase merupakan hal yang
terpenting.
2. Sand drain, metode penginstalan dengan cara hollow stem continious-flight auger
(low displacement)
Pembuatan drainase pasir dengan metode ini memakai auger melayang menerus
dengan diameter 30 - 50 cm berjarak 2-5 m. Gangguan yang dihadapi biasanya lebih
ke arah rancangan drainase itu sendiri, bagaimana caranya agar drainase yang
dibuat memiliki kapasitas penyaluran air yang baik. Untuk itu, gradasi pasir harus
sesuai dengan keperluan.
16
Metode dengan semprotan air (jetted) akan memakan waktu yang cukup lama
khususnya untuk menembus lapisan berbutir kasar. Kedalam untuk drainase tipe ini
umumnya kecil dari 30 m.
17
Adapun beberapa langkah pengerjaan yang dilakukan untuk perbaikan tanah
menggunakan vertical drains, sebagai berikut:
- Uji laboratorium terhadap sampel tanah yang diambil dari titik pengamatan di
lapangan menggunakan alat sondir
- Perencanaan vertical drains dengan menggunakan data yang diperoleh dari uji
laboratorium, seperti Indeks pemampatan (Cc) dan Koefisien konsolidasi (Ch).
Lalu ditentukan diameter drainase, jarak, dan kedalamannya.
- Analisa stabilitas tanah dan settlement/penurunan
18
b. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam
Kontrak;
c. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
d. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
lapangan; atau
e. mengubah jadwal pelaksanaan.
Perka LKPP No. 2 tahun 2011 tentang Standar Dokumen Pengadaan pada
Bagian Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK) Klausul Addendum atau
Perubahan Kontrak dalam hal ini diambil dari Standar Dokumen Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi Metoda Pascakualifikasi
19
Jenis Adendum Kontrak adalah:
(1) Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan
dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia Barang/Jasa dapat
melakukan perubahan Kontrak yang meliputi:
20
b. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
lapangan; atau
d. mengubah jadwal pelaksanaan.
21
mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan lokasi pekerjaan; dan/atau
melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam kontrak
yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan.
Dari klausul di atas terlihat bahwa jenis CCO atau Perintah Perubahan
Kontrak atau Perintah Perubahan Kerja atau Perubahan Lingkup Pekerjaan
adalah sebagai berikut:
Pekerjaan Tambah/Kurang (Volume dan Jenis Pekerjaan)
Volume pekerjaan pada item-item jenis pekerjaan yang terdapat dalam
Kontrak bertambah/berkurang disesuaikan kondisi
22
(melampaui) jadwal penyelesaian yang telah ditentukan dalam kontrak, atau
yang melewati jadwal yang telah disepakati kedua belah pihak untuk
menyelesaikan proyek”. Menurut Bordat et al. (2004) dalam Riyanto Nugraha
(2015), keterlambatan waktu pelaksanaan proyek adalah perbedaan antara
pelaksanaan proyek pada saat perjanjian kontrak awal dan selang waktu
penyelesaian proyek. Keterlambatan proyek akan mempengaruhi progres
proyek dan mengakibatkan penundaan kegiatan pelaksanaan proyek serta
mengakibatkan munculnya perselisihan (disputes) antara kontraktor (penyedia
jasa) dan owner (pengguna jasa).
23
Excusable Delays adalah keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian-
kejadian di luar kendali baik pemilik maupun kontraktor. Pada kejadian
ini, kontraktor mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu saja.
24
Salah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara
langsung adalah tersedianya peralatan dan material yang akan
digunakan. Keterlambatan penyediaan alat dan material di proyek
dapat dikarenakan keterlambatan pengiriman oleh supplier, kesulitan
untuk mendapatkannya dan kekurangan material itu sendiri.
Penyediaan alat dan material yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan
waktu yang direncanakan, akan membuat produktivitas pekerja
menurun karena banyaknya jam nganggur sehingga menghambat laju
pekerjaan.
e. Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek
Peralatan merupakan salah satu sumber daya yang digunakan secara
langsung di dalam pelaksanaan proyek. Perencanaan jenis peralatan
harus disesuaikan dengan karakteristik dan besarnya proyek sehingga
tujuan dari pekerjaan proyek dapat tercapai.
f. Mobilisasi sumber daya yang lambat
Mobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan supplier
ke lokasi proyek, antar lokasi dalam proyek dan dari dalam lokasi
proyek ke luar lokasi proyek. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
penyediaan jalan proyek dan waktu pengiriman alat ataupun material.
g. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/diperbaiki karena
cacat/salah
Faktor ini lebih mengarah pada mutu atau kualitas pelaksanaan
pekerjaan, baik secara struktur atau penyelesaian akhir yang
dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan proyek dan kualitas tenaga
kerja. Pada dasarnya semua perbaikan/pengulangan akibat cacat atau
salah memerlukan tambahan waktu.
h. Kesulitan finansial
Perputaran arus uang baik arus masuk maupun arus keluar harus
direncanakan dengan baik penggunaannya, agar tidak menimbulkan
25
kesulitan untuk proyek itu sendiri. Kesulitan pembiayaan oleh
kontraktor ini, terutama yang berkaitan dengan kewajiban
pembayaran ke pemasok material dan pembayaran upah tenaga kerja.
Hal ini akan menyebabkan tersendatnya dukungan sumber daya yang
ada dan membuat pelaksanaan pekerjaan menjadi terhambat.
i. Kurangnya pengalaman kontraktor
Pengalaman kontraktor berpengaruh dalam penanganan masalah
dalam bekerja bisa mengakibatkan keterlambatan proyek. Kontraktor
yang sudah berpengalaman dengan mudah mengatasi permaslahan
yang timbul, lain halnya dengan kontraktor yang kurang pengalaman,
akan membutuhkan waktu yang lebih banyak.
j. Koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi kontraktor
Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim. Dalam
pelaksanaan proyek konstruksi, koordinasi memerlikan komunikasi
yang baik agar masing-masing kelompok tidak terjadi pekerjaan yang
tumpang tindih.
k. Metode konstruksi/teknik pelaksanaan yang tidak tepat/salah
Kesalahan atau ketidaktepatan dalam memilih metode konstruksi,
walaupun mungkin tidak sampai menimbulkan kegagalan
penyelesaian stuktur, seringkali berdampak lebih lamanya waktu
penyelesaian yang diperlukan.
l. Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja
Kurangnya kontrol keselamatan kerja yang ada di dalam proyek dapat
mangakibatkan terjadinya kecelakaan kerja terhadap pekerja. Hal ini
dapat berdampak pada penderita secara fisik, hilangnya semangat
kerja dan trauma akibat kecelakaan yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan turunnya produktivitas kerja.
2. Excusable Delays
Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
a. Terjadinya hal-hal yang tak terduga seperti banjir badai, gempa bumi,
tanah longsor, kebakaran dan cuaca buruk
26
Cuaca sangat mempengaruhi produktivitas pekerja. Cuaca yang buruk
menyebabkan turunnya stamina para pekerja yang berarti menurunnya
produktivitas. Produktivitas pekerja yang rendah dan tidak sesuai
yang direncanakan akan mengakibatkan mundurnya jadwal proyek.
Gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran dapat menyebabkan
proyek terhenti sementara dan membutuhkan waktu lebih.
b. Lingkungan sosial politik yang tidak stabil
Aspek sosial politik seperti kerusuhan, perang, keadaan sosial yang
buruk dapat mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan proyek
karena perbaikan pekerjaan akibat kerusakan yang terjadi
memerlukan tambahan waktu yang akan memperpanjang jadwal
proyek secara keseluruhan.
c. Respon dari masyarakat sekitar yang tidak mendukung adanya proyek
Respon dari masyarakat sekitar proyek yang berbeda-beda, ada yang
mendukung dan ada pula yang menolak. Dengan adanya respon
negatif dari masyarakat sekitar menyebabkan adanya demo yang
berakibat pada berhentinya kegiatan proyek sesaat yang berarti
mundurnya jadwal pelaksanaan proyek.
3. Compensable Delays
Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
a. Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat
Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan
pemakian yang mendesak. Kesalahan-kesalahan akan timbul karena
adanya tekanan waktu sehingga memerlukan perbaikan-perbaikan.
Akibatnya jadwal yang telah direncanakan akan berubah dan
memerlukan tambahan waktu.
b. Persetujuan izin kerja yang lama
Persetujuan izin kerja merupakan hal yang lazim dalam melaksanakan
suatu aktivitas pekerjaan seperti gambar dan contoh bahan. Proses
persetujuan izin ini akan menjadi kendala yang bisa memperlambat
proses pelaksanaan pekerjaan apabila untuk mendapatkan izin
27
tersebut diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengambil
keputusan.
c. Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksi
Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan pada saat
proyek sudah terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan
perubahan jadwal yang telah dibuat kontraktor. Setiap pembongkaran
ulang dalam pelaksanaan proyek memerlukan tambahan waktu
penyelesaian.
d. Sering terjadi penundaan pekerjaan
Kondisi finansial pemilik yang kurang baik dapat berakibat
penundaan atau penghentian pekerjaan proyek yang bersifat
sementara, yang secara langsung berakibat pada mundurnya jadwal
proyek.
e. Keterlambatan penyediaan meterial
Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material
yang disiapkan oleh pemilik. Masalah akan terjadi apabila pemilik
terlambat menyediakan material kepada kontraktor dari waktu yang
telah dijadwalkan. Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas
pekerja rendah karena menganggur, yang mengakibatkan
keterlambatan proyek.
f. Dana dari pemilik yang tidak mencukupi
Proyek dapat berhenti dan mengalami keterlambatan karena dana dari
pemilik proyek yang tidak cukup.
g. Sistem pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak sesuai kontrak
Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya
terus menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut
kontraktor sanggup menyediakan dana secara konsisten agar
kelancaran pekerjaan tetap terjaga. Pembayaran termin dari pemilik
yang tidak sesuai kontrak dapat merugikan pihak kontraktor karena
akan mengacaukan semua sistem pendanaan proyek tersebut dan
mempengaruhi kelancaran pekerjaan kontraktor.
28
h. Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilik
Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat
kebebasan kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas.
Keterbatasan inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan
pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lambat
Pengendalian Biaya
Posisi biaya proyek saat monitoring tidak terlepas dari status kemajuan
pada saat monitoring. Dengan kata lain, biaya proyek pada saat monitoring
diperoleh dengan membandingkan total pengeluaran biaya (berdasarkan
laporan keuangan) dengan rencana anggaran pada tingkat kemajuan tercapai
pada saat yang sama (berdasarkan laporan progress) tersebut lebih besar, sama
atau lebih kecil dari proyeksi anggaran biaya yang direncanakan.
a. Anggaran Biaya Proyek
Acuan yang digunakan sebagai tolak ukur didalam
pengendalian proyek adalah rencana anggaran biaya. Anggaran biaya
merupakan perencanaan terperinci perkiraan biaya seluruh item
pekerjaan, yang didistribusikan sesuai time schedule yang telah
ditetapkan. Bahan-bahan yang diperlukan didalam penyusunan rencana
anggaran biaya antara lain berupa gambar rencana, spesifikasi teknis,
analisa sumber daya, dan analisa harga satuan. Contoh rencana
anggaran biaya dan pendistribusiannya dapat disajikan dalam tabel 3.2
dan tabel 3.3 berikut ini :
Total Harga =
29
Uraian
No Harga Alokasi Anggaran Biaya
Pekerjaan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt
30
Secara umum yang termasuk biaya tidak langsung antara
lain gaji karyawan, biaya transportasi, biaya sewa alat, dan biaya-
biaya overhead seperti pengawasan, administrasi, konsultan,
bunga, dan biaya lain-lain/biaya tak terduga. Biaya tidak langsung
tidak dapat dihubungkan dengan paket kegiatan dalam proyek.
Biaya tidak langsung secara langsung bervariasi dengan waktu,
oleh karena itu pengurangan waktu akan menghasilkan
pengurangan dalam biaya tidak langsung.
b. Anggaran Kas Proyek
Setelah anggaran biaya dan pendistribusian anggaran biaya
berdasarkan time schedule dibuat, maka langkah selanjutnya dibuat
anggaran kas proyek (Project Cashflow). Project Cashflow merupakan
taksiran penerimaan dan pengeluaran yang akan atau sedang
dikerjakan.
Adapun kegunaan Project Cashflow yaitu dalam hal :
Mengetahui kemungkinan posisi kas pada masa yang akan dating.
Mengetahui terlebih dahulu kapan akan terjadi kekurangan kas,
serta kapan akan terjadi kelebihan kas.
Menetapkan jumlah pinjaman yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu proyek.
Mengetahui jumlah bunga pinjaman modal kerja.
Memperkirakan posisi biaya pada akhir proyek.
Penyusunan Project Cashflow dilakukan pada saat dimulainya
suatu proyek sampai dengan proyek selesai (termasuk masa
pemeliharaan). Skala waktu penyusunan Project Cashflow adalah bulan
dan setiap bulan dilakukan penyesuaian. Hal ini dilakukan mengingat
realisasi umumnya tidak sesuai dengan yang direncanakan dengan
dapat mengikuti penerimaan maupun pengeluaran yang sebenarnya.
Setiap kali dilakukan penyesuaian sekaligus dilakukan prakiraan
rencana anggaran dari sisa pekerjaan yang belum dilaksanakan.
31
Sama halnya dengan laporan kemajuan pekerjaan, maka
laporan biaya proyek dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti
gambar 3.11 berikut ini :
Biaya
Perkiraan pengeluaran sampai akhir proyek A
Saat pelaporan
Anggaran proyek B
VC
ACWP
VS
BCWS
BCWP
Waktu (bulan)
32
Adanya laporan pengeluaran biaya baik laporan harian,
mingguan, maupun bulanan, manajer proyek selaku pimpinan proyek
beserta personil inti lainnya secara terus-menerus mengendalikan
segala macam (material, tenaga kerja, dan peralatan) serta faktor
penunjang lain yang akan mempengaruhi besar kecilnya biaya proyek.
Isi laporan bulanan pembiayaan proyek meliputi :
Biaya umum (Overhead).
Biaya konstruksi dilapangan. Biaya ini dikelompokkan menjadi
biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Pembelian material, pembayaran upah tenaga kerja, dan pembelian
atau sewa peralatan.
Laporan penggunaan dana, meliputi rencana penggunaan dana
bulan yang akan datang dan rencana arus kas (Cashflow).
Analisa perkiraan biaya dan jadwal penyelesaian proyek.
33
yang telah diselesaikan atau dilaksanakan (Budgeted Cost of Work Performed).
Asumsi yang digunakan konsep nilai hasil adalah bahwa kecenderungan yang
ada dan terungkap pada saat pelaporan akan terus berlangsung. Dengan
menggunakan metode konsep nilai hasil maka dapat dikembangkan untuk
membuat perkiraan atau proyeksi keadaan proyek pada masa depan yang
merupakan masukan yang sangat berguna bagi pengelola maupun pemilik,
karena dengan demikian mereka memiliki cukup waktu untuk memikirkan
cara-cara menghadapi segala persoalan di masa yang akan datang. Sebagai
contoh untuk memproyeksikan apakah dana sisa cukup untuk menyelesaikan
proyek. Secara lebih detail manfaat dari metode dengan menggunakan Konsep
Nilai Hasil adalah sebagai berikut :
1. Memperlihatkan perbedaan biaya pelaksanaan dan anggaran.
2. Menghitung besar perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa.
3. Menghitung besar perkiraan biaya total untuk proyek.
4. Memperlihatkan perbedaan waktu pelaksanaan dengan jadwal.
5. Memperkirakan lama waktu pelaksanaan dari pekerjaan yang tersisa.
6. Memperlihatkan besar proyeksi keterlambatan pada akhir proyek bila
kondisi masih seperti pelaporan.
34
dikumpulkan dan dicatat untuk dibebankan kepada masing-masing
elemen kerja, termasuk perhitungan overhead. Sehingga ACWP
merupakan jumlah nyata/aktual dari pengeluaran atau dana yang
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan pada kurun waktu tertentu.
2. BCWP (Budgeted Cost of Work Performed)
BCWP (Budgeted Cost of Work Performed) adalah nilai hasil dari
sudut pandang nilai pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap anggaran
yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Bila angka
ACWP dibandingkan dengan BCWP, akan terlihat perbandingan antara
biaya yang telah dikeluarkan untuk pekerjaan yang telah terlaksana
terhadap biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk maksud tertentu.
3. BCWS (Budgeted Cost of Work Schedule)
BCWS (Budgeted Cost of Work Schedule) merupakan jumlah
anggaran untuk pekerjaan yang dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan.
Jumlah ini akan memberitahukan mengenai biaya dari semua tugas yang
dijadwalkan melalui tanggal mulainya proyek. Disini terjadi perpaduan
antara biaya, jadwal dan lingkup pekerjaan dimana masing-masing elemen
pekerjaan telah diberi alokasi biaya dan jadwal yang kemudian akan
menjadi tolak ukur dalam penyelesaian pekerjaan.
Dengan adanya ketiga indikator yang terdiri dari ACWP, BCWP, dan
BCWS, dalam suatu perhitungan pelaksanaan suatu proyek maka kita dapat
menghitung berbagai faktor yang menunjukkan kemajuan dan kinerja
pelaksanaan proyek tersebut, seperti :
a) Varians biaya (CV) dan varians jadwal terpadu (SV).
b) Memantau perubahan varians terhadap angka standar.
c) Indeks produktivitas dan kerja.
d) Prakiraan biaya penyelesaian proyek.
a. Varians Biaya dan Varians Jadwal Terpadu
Kemajuan proyek yang dianalisis dengan menggunakan metode
varians sederhana dianggap kurang akurat, hal ini disebabkan metode tersebut
tidak mengintegrasikan aspek biaya dan jadwal. Untuk mengatasinya, dapat
35
digunakan metode konsep nilai hasil dengan indikator ACWP, BCWP, dan
BCWS.
Varians yang dihasilkan disebut varians biaya terpadu (CV) dan
varians jadwal terpadu (SV). Varians jadwal terpadu (SV) dipakai untuk
menentukan apakah proyek yang sedang dijalankan masih sesuai jadwal
rencana atau tidak. Selisih jadwal adalah selisih antara BCWP dan BCWS.
Sedangkan varians biaya (CV) dipakai untuk menentukan apakah proyek yang
sedang dijalankan masih dalam batas anggaran atau melebihi anggaran
rencananya. Selisih biaya adalah selisih antara BCWP dan ACWP. Sebagai
contoh terlihat pada tabel 3.4 berikut :
Rp
840
36
660
VC
Gambar 3.12 Analisis varians terpadu Disajikan dengan Grafik “ S ”.
(Soeharto, 1995)
Menurut Soeharto 1995, rumus varian biaya dan jadwal adalah sebagai berikut
:
37
Angka negatif pada varians biaya menunjukkan situasi dimana biaya
yang diperlihatkan lebih tinggi dari yang dianggarkan disebut overrun, angka
nol menunjukkan pekerjaan terlaksana sesuai dengan biaya, dan angka positif
berarti pekerjaan terlaksana dengan biaya kurang dari anggaran disebut cost
underrun. Demikian juga halnya dengan jadwal. Angka negatif berarti
terlambat, angka nol berarti tepat dan angka positif berarti lebih cepat dari
rencana.
38
b. Indeks Produktivitas dan Kinerja
Pengelola proyek seringkali ingin mengetahui efisiensi penggunaan
sumber dana. Ini dinyatakan sebagai indeks produktifitas atau indeks kinerja.
Adapun rumus-rumusnya adalah sebagai berikut :
39
pelaksanaan pekerjaan sangat baik, perlu diadakan pengkajian
apakah mungkin perencanaannya atau anggarannya justru tidak
realistis.
40
Didalam membuat perkiraan biaya dan jadwal penyelesaian proyek
yang didasarkan atas hasil analisis yang diperoleh pada saat evaluasi, akan
memberikan petujuk analisa perkiraan biaya total proyek atau EAC (Estimate
At Completion) yaitu perkiraan biaya untuk penyelesaian proyek, dan analisa
jadwal keterlambatan atau TAC (Time At Completion) yaitu perkiraan
waktu/durasi proyek berdasarkan pengamatan saat ini. Perkiraan tidak dapat
memberikan jawaban dengan angka yang tepat karena didasarkan pada asumsi
pada berbagai asumsi. Jadi tergantung pada akurasi asumsi yang dipakai.
Meskipun demikian, pembuatan perkiraan biaya atau jadwal amat bermanfaat
karena memberikan peringatan dini mengenai hal-hal yang akan terjadi
mengenai masa yang akan datang, bila kecenderungan yang ada pada saat
pelaporan tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, maka masih tersedia
kesempatan untuk mengadakan pembetulan. Dalam membuat proyeksi diatas,
digunakan rumus-rumus perkiraan biaya penyelesaian sebagai berikut:
BAC : Budgeted At Completion
EAC : Estimate At Completion
VAC : Varian At Completion
BCWR : Budgeted Cost for Work Remaining
BCWR = BAC – BCWP
CPI = BCWP / ACWP
Dua hubungan yang validitas adalah :
VAC = BAC – EAC
EAC = ACWP + ETC
Karena kecenderungan proyek yang terus berlanjut sampai selesai, maka :
ETC = BCWR / CPI
EAC = BAC / CPI = BAC (ACWP/BCWP)
Sparrow (1998) dalam Gerosa (2009) jika proyek saat ini yaitu pada-n
bulan terakhir mengalami kecenderungan biaya telah berubah dan diperkirakan
akan berlangsung sampai akhir penyelesaian proyek, maka :
ETC = (BAC – BCWP) / CPIn
41
EAC = ACWP + (BCWR/CPIn)
Dua metode diatas telah menunjukkan suatu validitas secara
keseluruhan dari sebuah proyek bila menggunakan n=3.
Untuk rumus EAC yang digunakan untuk meramalkan kemungkinan
maksimum dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek adalah sebagai
berikut :
EAC = BAC/(CPI-SPI) = BAC/CR
Keterangan:
BAC : (Budgeted At Completion) Anggaran keseluruhan.
BCWP : (Budgeted Cost of Work Performed) anggaran yang senilai
dengan pekerjaan yang dilaksanakan.
ACWP : (Actual Cost Work Performed) Jumlah biaya aktual dari
pekerjaan yang telah dilaksanakan.
BCWR : (Budgeted Cost for Work Remaining) anggaran biaya untuk
pekerjaan tersisa.
CPI : (Cost Performed Index) Indeks prestasi biaya.
EAC : (Estimate At Completion) perkitaan total biaya akhir proyek.
Selain itu Brandon (1998) juga dalam Gerosa (2009) mengemukakan
tentang perhitungan penundaan jadwal (SD) dan rencana pada penyelesaian
(PAC), yaitu:
TAC = PAC/SPI
DAC = PAC – TAC
Keterangan :
SPI : (Schedule Performed Index) Indeks kinerja waktu yang
diperoleh saat eavaluasi.
TAC : (Time At Completion) Waktu pada penyelesaian proyek.
DAC : (Delay At Completion) Penundaan pada penyelesaian proyek.
42
Pengertian Umum Proyek
Ada beberapa pengertian tentang proyek, seperti yang diungkapkan oleh para ahli
diantaranya sebagai berikut :
1. Merupakan gabungan dari beberapa sumber daya yang dihimpun dalam suatu wadah
organisasi sementara, untuk mencapai sasaran tertentu. (Cleland dan King, 1987)
2. Suatu kegiatan yang berlangsung dalam waktu tertentu dengan alokasi sumber daya
yang terbatas dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang telah digariskan.
(Suharto, 1990)
Daur kegiatan untuk mencapai tujuan proyek tampak pada gambar 3.1 yang
menyajikan langkah berkesinambungan dengan tujuan untuk mencapai hasil yang baik.
PERENCANAAN
1. Tentukan sasaran
2. Survey sumber daya
3. Menyusun strategi
PENGENDALIAN PELAKSANAAN
1. Membandingkan 1. Alokasi sumber daya
hasil dengan rencana 2. Alokasi pelaksanaan
2. Laporan 3. Motivasi staf
3. Pemecahan masalah
Gambar 3.1 Daur kegiatan untuk mencapai tujuan proyek (prijono, 1994)
Pembiayaan
Lokasi proyek
Produktivitas
Jadwal konstruksi
Ekonomi biaya tinggi
Rekayasa nilai
Pelatihan pekerjaan
Tenaga terampil
Jadwal waktu Kualitas alat dan
Perubahan pekerjaan Waktu bahan
Peraturan pemerintah Kualitas Pemeriksaan,
Konstruksi
Pengadaan alat dan pengawasan,
bahan perencanaan dan
spesifikasi teknis
Pengadaan Alat
dan Bahan
Gambar 3.2 Ketergantungan biaya, waktu, dan kualitas (Dipohusodo, 1996)
Pada bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang digunakan untuk mencari
Pengaruh Perubahan Metode kerja terhadap Waktu dan biaya Proyek Bandara A.yani
Semarang. Agar data yang dihasilkan dari proses penelitian akurat, pada bab ini akan dijelaskan
metode penelitian yang digunakan selama proses berlangsung.
Penelitian ini dilakukan pada pembangunan Proyek Pengembangan Jalan Akses Bandara
A.yani Paket -1 yang dibangun oleh PT Hutama - Nindya (KSO) selaku
pelaksana/kontraktor di Kota Semarang
Mulai
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Analisa Data
Kesimpulan
Selesai
3.3 Identifikasi Pokok Masalah Penelitian
Sebuah penelitian selalu berangkat dari sebuah pokok permasalahan yang akan
dijadikan bahan penelitian. Dalam tahap ini ditentukan pokok masalah apa yang akan dijadikan
objek bahasan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, pokok masalah yang akan diangkat
adalah Dampak Perubahan Metode Kerja terhadap biaya dan waktu pada Proyek Bandara
A.Yani.
Data yang dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan dan penyusunan laporam tugas
akhir dapat diklasifikasikan dalam dua jenis data yaitu
a. Data Primer
b. Data Sekunder
3.7 Metode Analisis
DAFTAR PUSTAKA
Alaghbari W., Kadir, M.R.A., Salim, A., and Ernawati. (2007). “The Significant Factors
Causing Delay of Building Construction Projects in Malaysia”, Engineering,
Construction, and Architectural Management vol. 14, no. 2.
Al-Najjar, JM (2008), “Factor Influencing Time and Cost Overrun on Construction Project in
Gaza Trip”, Thesis, Islamic University of Gaza.
Alwi, S. (2002), Identification the Incidence or Rework in High Rise Building Construction
in Indonesia. Jurnal Teknik Sipil Untar Nomor 2. Jakarta.
Assaf, S. A., Al-Hejji, S. (2006). Causes of delay in large construction projects. International
Journal of Project Management 24(4).
Badri, Sofwan, 1997. Dasar-dasar Network planning, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Chundawan, Erick. (2014). Model Sumber dan Penyebab Rework pada Tahapan Proyek
Konstruksi. Tesis. Surabaya: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Universitas
Kristen Petra.
Gould, FE 1997, Managing The Construction Process: Estimating, Scheduling and Project
Control, Prentice-Hall, Inc, United State of America.
Herdianto, Ardhan, dan Tanjungsari, Ayunda D. R., Evaluasi Pengerjaan Ulang (Rework)
pada Proyek Konstruksi Gedung di Semarang, Jurnal Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro, 2015.
HS Salim., 2003, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Sinar Grafika, Jakarta.
Josephson, PE., Larsson, B. and Li H., Illustrative Benchmarking Rework and Rework Costs
in Swedish Construction Industry, Journal of Management in Engineering, 18(2),
2002.
Nurdiani, Nina. (2013). Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang: Cara Pemancangan, Kendala Dan
Teknologi Terbaru. Architecture Department, Faculty of Engineering, Binus
University.
Siswanto, Muhammad. (2015). Analisis Penyebab Time Delays dan Cost Overruns Dalam
Pelaksanaan Proyek Konstruksi Bangunan Gedung di Kota Banda Aceh. Universitas
Syiah Kuala.
Soeharto, Iman. 1999. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional, Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.