Anda di halaman 1dari 52

STUDI KASUS

DAMPAK PERUBAHAN METODE KERJA


TERHADAP WAKTU DAN BIAYA
PROYEK BANDAR UDARA AHMAD YANI

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Peryaratan Kelulusan


Program Magister Teknik Sipil

Disusun Oleh :

ARIF HAIDAR NUR SHIDQI


NIM. 21010116410005

MAGISTER MANAJEMEN KONSTRUKSI


PROGRAM PASCASARJANA TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pengadaan jasa konstruksi memerlukan kontrak kerja antara


owner (pengguna jasa), kontraktor (penyedia jasa), konsultan pengawas dan
perencana. Kontrak kerja adalah suatu persetujuan yang dibuat oleh satu pihak
untuk menyelesaikan pekerjaan dari kepentingan pihak lain menurut
persyaratan yang telah disepakati bersama. Persetujuan yang didapat disebut
perjanjian kontrak. Perjanjian kontrak berfungsi sebagai pengendali kegiatan
proses pengadaan jasa konstruksi melalui klausul-klausul yang tercantum di
dalam dokumen kontrak atas kesepakatan pihak-pihak yang terkait.

Proyek konstruksi dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan


yang disusun berdasarkan surat perjanjian kontrak, syarat umum kontrak,
syarat khusus kontrak dan spesifikasi teknis. Pada perencanaan tersebut,
dilakukan penjadwalan proyek, yaitu kapan proyek dimulai dan diselesaikan.

Metode kerja merupakan suatu instrument yang sangat penting untuk


digunakan dikarenakan akan berhubungan langsung dengan waktu
pelaksanaan pekerjaan dan biaya pelaksanaan pekerjaan sehingga diperlukan
beberapa evaluasi penggunaan metode kerja seiring dengan pelaksanaan
proyek, namun pada kenyataannya hampir setiap proyek konstruksi tidak
menyadari pentingnya evaluasi metode kerja setelah mengalami keterlambatan
dan berujung konflik antara pengguna jasa ( owner), konsultan supervisi dan
penyedia jasa (kontraktor). Bila terjadi keterlambatan maka kerugian bagi
penyedia jasa (kontraktor) bukan hanya waktu namun juga biaya karena tentu
akan terjadi peningkatan penggunaaan sumber daya yang ada dan bagi
pengguna jasa (owner) dana yang tidak bisa terserap tepat waktu akan
memberikan kerugian finansial yang signifikan, maka seluruh pihak yang

2
terkait dalam proyek konstruksi perlu mengetahui terlebih metode kerja yang
telah disepakati agar dapat mengurangi potensi konflik yang akan terjadi dalam
proyek. Penelitian ini membahas Dampak Perubahan Metode Kerja Terhadap
Biaya dan Waktu Proyek Bandara A.yani .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian latar belakang masalah , maka dirumuskan


permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Apa dampak perubahan metode kerja terhadap biaya dan waktu proyek
Bandar Udara Ahmad Yani ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan metode kerja pada Proyek
Bandar Udara Ahmad Yani?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam studi kasus pada pembangunan


Proyek Bandar Udara Ahmad Yani bertujuan untuk:
1. Mengetahui dampak perubahan metode kerja pada biaya dan waktu proyek
Bandar Udara Ahmad Yani.
2. Mengetahui Faktor yang mempengaruhi perubahan metode kerja pada
proyek tersebut.

1.4 Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat berfokus pada masalah Dampak Perubahan


Metode Kerja pembangunan Proyek Bandara A.Yani, maka penelitian ini
dibatasi dengan uraian-uraian sebagai berikut:
1. Faktor yang diteliti adalah yang berkaitan dengan Waktu dan biaya
pembangunan Proyek Bandara A.yani.
2. Penelitian dibatasi pada kinerja waktu.

3
3. Subjek yang dijadikan narasumber berkaitan langsung dengan Proyek
Bandara A.Yani.
4. Proyek konstruksi yang dijadikan objek penelitian adalah Proyek Bandara
A.Yani.

1.5 Output/Keluaran

Pada akhir penelitian ini dituntut untuk menghasilkan suatu solusi dan
saran yang diharapkan dapat membantu dalam penyelesaian kasus tersebut.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi

Dipohusodo (1996) menyatakan bahwa proyek yang sesungguhnya


diartikan sebagai upaya yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran
dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta
sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu.
Dengan demikian, proyek adalah rangkaian kegiatan panjang yang dimulai
sejak direncanakan, kemudian dilaksanakan, sampai memberikan hasil sesuai
dengan perencanaan, dengan mengubah sumber daya dan dana tertentu secara
terorganisir yang dilaksanakan dalam jangka waktu yang terbatas.

Sementara itu, menurut Ervianto (2005), konstruksi adalah rangkaian


kegiatan membangun yang meliputi dua kelompok bangunan gedung (rumah,
kantor, pabrik dan lain-lain) dan bangunan sipil (jalan, jembatan, bendungan
dan infrastruktur lainnya). Konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau
satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area yang terdiri dari
bagian-bagian struktur. Dengan demikian, proyek konstruksi dapat diartikan
sebagai keseluruhan proses yang meliputi kegiatan merencanakan dan
melaksanakan untuk memperoleh hasil berupa satuan infrastruktur yang
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Dipohusodo (1996) yang menyatakan bahwa proyek konstruksi adalah proyek
yang berkaitan dengan upaya pembangunan sesuatu bangunan infrastruktur,
yang umumnya mencakup pekerjaan pokok yang termasuk dalam bidang
teknik sipil dan arsitektur, dan tidak jarang melibatkan disiplin ilmu lain.

Kegiatan utama pada proyek konstruksi adalah studi kelayakan, design


engineering, pengadaan dan konstruksi. Hasilnya berupa pembangunan
jembatan, gedung, pelabuhan, jalan raya dan sebagainya, yang biasanya

5
menyerap kebutuhan sumber daya yang besar serta dapat dimanfaatkan oleh
orang banyak (Husen, 2011).

Agar keinginan dan kebutuhan masing-masing pihak dalam suatu


proyek konstruksi dapat terealisasi dalam suatu usaha bersama untuk
pencapaian sasaran dan tujuan, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap
organisasi atau individual (stakeholder), baik internal maupun eksternal, yang
akan berperan mempengaruhi proyek konstruksi. Pihak-pihak yang terkait
(stakeholder) tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Husen, 2011) :
1. Pemilik Proyek : seseorang atau perusahaan yang mempunyai dana,
memberikan tugas kepada seseorang atau perusahaan yang memiliki
keahlian dan pengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan agar hasil proyek
sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.
2. Konsultan : seseorang atau perusahaan yang mempunyai dana,
memberikan tugas kepada seseorang atau perusahaan yang memiliki
keahlian dan pengalaman membangun proyek konstruksi, yang terdiri atas
:
a. Konsultan Perencana : seseorang atau perusahaan yang memiliki
keahlian dan pengalaman dalam merencanakan proyek konstruksi,
seperti halnya perencana arsitektur, perencana struktur, perencana
mekanikal dan elektrikal dan lain sebagainya.
b. Konsultan Pengawas : perusahaan yang memiliki keahlian dan
pengalaman dalam pengawasan proyek konstruksi.
c. Konsultan Manajemen Konstruksi : perusahaan yang mewakili
pemilik dalam pengelolaan proyek, sejak awal hingga akhir proyek
konstruksi.
3. Kontraktor : perusahaan yang dipilih dan disetujui untuk melaksanakan
pekerjaan konstruksi yang direncanakan sesuai dengan keinginan pemilik
proyek dan bertanggungjawab penuh terhadap pembangunan fisik proyek.
4. Subkontraktor : pihak yang ditunjuk oleh kontraktor dan disetuji oleh
pemilik proyek untuk mengerjakan sebagian pekerjaan kontraktor pada
bagian fisik proyek yang memiliki keahlian khusus/spesialis.

6
5. Pemasok (supplier) : pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok
material yang memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik proyek.

2.2 Kontrak Konstruksi

Kontrak konstruksi atau dokumen kontrak mengandung beberapa aspek


yang seluruhnya harus dicermati karena semuanya saling mempengaruhi dan
ikut menentukan baik buruknya suatu pelaksanaan. jenis kontrak yang ada di
Indonesia sebagai berikut:

KONTRAK DENGAN HARGA TETAP (fixed price contract)

Kontrak dengan harga tetap mewajibkan kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan


hingga selesai dengan jumlah total biaya pekerjaan sesuai dengan yang telah di
isyaratkan di dalam kontrak. Perbedaan antara biaya total yang dikeluarkan
kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan dengan biaya yang tercantum di dalam
kontrak menjadi resiko yang harus ditanggung sendiri oleh kontraktor, sehingga
dapat menjadi keuntungan atau kerugian bagi kontraktor.
Kontrak dengan harga tetap mengijinkan adanya perubahan harga selama masa
kontrak untuk penyelesaian terhadap kenaikan harga bahan, upah atau volume
pekerjaan. Tetapi dalam prakteknya terutama di Indonesia tidak semua kontrak
dengan harga tetap mengijinkan adanya perubahan tersebut.
Kontrak dengan harga tetap ada dua jenis :

KONTRAK LUMP SUM

Dalam kontrak lump sum ini kontraktor menawarkan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan dengan biaya tetap meskipun terjadi perubahan volume pekerjaan.

Jenis kontrak ini umum dipakai dalam konstruksi bangunan gedung karena detail
dan spesifikasi sudah dapat dipastikan sehingga pihak pemberi tugas (owner) sudah

7
dapat memastikan besarnya biaya yang akan dikeluarkannya. Jenis kontrak ini
membawa resiko yang lebih besar bagi kontraktor dibandingkan pemberi tugas.

KONTRAK HARGA SATUAN (unit price contract)

Pada kontrak harga satuan kontraktor menawarkan untuk menyelesaikan berbagai


jenis pekerjaan dengan harga satuan tiap pekerjaan tetap dengan volume sesuai
dengan yang dikerjakan.

Dalam pemakaian kontrak harga satuan ini, peran Quantity Surveyor sangat besar
dalam menghitung volume kemajuan proyek dan menentukan besarnya
pembayaran (progress payment) yang akan dilakukan pihak pemberi tugas.
Pihak pemberi tugas yang memakai kontrak harga satuan ini tidak dapat
memperkirakan secara pasti besarnya biaya total proyek hingga proyek 100%
selesai karena perubahan volume pekerjaan masih mungkin terjadi.
Pada jenis kontrak ini resiko yang diterima kontraktor maupun pemberi tugas
adalah sama atau resiko terbagi rata.

KONTRAK BIAYA DITAMBAH JASA (cost plus free contract)

Jenis kontrak ini mewajibkan pemberi tugas membayar biaya nyata yang
dikeluarkan kontraktor dalam menyelesaikan pekerjaan ditambah biaya atas jasa
yang dilakukan oleh kontraktor.

Kontrak biaya ditambah jasa sangat jarang digunakan, disebabkan kesulitan pihak
pemberi tugas dalam mengendalikan biaya yang dilakukan oleh kontraktor dalam
menyelesaikan pekerjaan. Kontrak jenis ini biasanya digunakan pada pekerjaan-
pekerjaan kecil atau sulit untuk ditetapkan terlebih dahulu harga satuannya atau
volume total pekerjaannya.
Kontrak biaya ditambah jasa dibedakan atas cara menetapkan besarnya biaya atas
jasa yang diberikan oleh kontraktor.

8
1. Biaya atas jasa yang besarnya terlebih dahulu ditetapkan (cost plus fixed fee)
dan tidak berubah meskipun biaya proyek bertambah atau berkurang.

2. Biaya atas jasa yang besarnya berdasarkan prosentase biaya nyata yang
dikeluarkan oleh kontraktor (cost plus % of cost). Prosentase ini ditetapkan
ditetapkan terlebih dahulu pada suatu nilai yang tetap.

3. Biaya atas jasa yang besarnya berdasarkan prosentase biaya nyata yang
dikeluarkan oleh kontraktor, dimana prosentase tersebut bervariasi terhadap
besarnya biaya nyata yang dikeluarkan oleh kontraktor (cost plus sliding
fee) yang biasa disebut target kontrak.

4. Biaya atas jasa ditetapkan berdasarkan suatu formula yang disepakati oleh
pemberi tugas dan kontraktor, tetapi berbeda dengan yang telah disebut
diatas (cost plus profit sharing), misalnya dengan bonus bila jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk penyelesaian pekerjaan lebih kecil dari yang
direncanakan dan dikenakan hukuman (pinalti) bila biaya yang dikeluarkan
lebih besar dari yang direncanakan.

5. Dalam jenis kontrak ini, resiko yang diterima oleh pemberi tugas lebih besar
di banding resiko yang diterima kontraktor.

. Adapun aspek-aspek yang terkandung dalam kontrak konstruksi adalah


sebagai berikut :

1. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang paling dominan dalam suatu
kontrak konstruksi. Aspek inilah yang menjadi pusat perhatian para para
pelaku industri jasa kontruksi, seolah-olah apabila aspek ini berhasil
dilaksanakan proyek tersebut diangap berhasil dan sukses. Padahal, aspek-
aspek lain seharusnya juga diperhatikan dan dikelola dengan baik agar
seluruh isi kontrak dapat dijalankan dan dipatuhi sebagaimana mestinya.
Umumnya aspek-aspek teknis yang tertera dalam dokumen kontrak adalah
sebagai berikut :

9
a. Syarat-syarat umum kontrak (General Condition of Contract)
b. Lampiran-lampiran (Appendix)
c. Syarat-syarat khusus kontrak (Special Condition of Contract /
Conditions of Contract – Particular)
d. Spesifikasi teknis (Technical Spesification)
e. Gambar-gambar kontrak (Contract Drawing)

2. Aspek Hukum
Sesungguhnya seluruh dokumen kontrak terutama
kontrak/perjanjian itu sendiri adalah hukum. Pasal 1338 KUHP
menyatakan bahwa seluruh perjanjian yang dibuat secara sah merupakan
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Beberapa contoh
mengenai pasal-pasal dalam kontrak kontruksi yang sarat dengan aspek
hukum, yaitu :
a. Penghentian sementara
b. Pengakhiran perjanjian/pemutusan kontrak
c. Penyelesaian perselisihan
d. Keadaan memaksa
e. Hukum yang berlaku
f. Bahasa kontrak
g. Domisili

3. Aspek Keuangan/Perbankan
Aspek-aspek keuangan/perbankan yang penting dalam kontrak
kontruksi antara lain :
a. Nilai kontrak (Contract Amount) / harga borongan
b. Cara pembayaran (Method of Payment)
c. Jaminan (Guarantee / Bonds)

Nilai kontrak dan cara pembayaran kiranya cukup/jelas, bahwa


kedua hak ini penting dicantumkan dalam kontak dan merupakan aspek
paling penting untuk dicantumkan karena pembayaran dan cara

10
pembayaran, dipandang dari sisi penyediaan jasa, merupakan tujuan akhir
dari suatu kontrak kerja.

Pembayaran dan cara pembayarannya sangat erat berkaitan dengan


jaminan yang harus disediakan, baik oleh penyedia jasa maupun
pengusaha jasa untuk menjamin/mengamankan pembayaran-pembayaran
tersebut. Jaminan-jaminan yang biasanya harus disediakan oleh penyedia
jasa adalah :
a. Jaminan uang muka
b. Jaminan pelaksana
c. Jaminan perawatan atas cacat

Sedangkan jaminan yang dapat diberikan oleh pihak pengguna jasa


adalah jaminan pembayaran.

4. Aspek Perpajakan
Dalam suatu kontrak kontrusi terkandung aspek perpajakan,
terutama yang berkaitan dengan nilai kontrak sebagai pendapatan
penyedia jasa. Jenis pajak yang terkait dengan jasa kontruksi adalah :
a. Pajak Pertambahan nilai (PPN)
b. Pajak Penghasilan (PPh)

Dasar hukum yang mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas


jasa kontruksi diatur pada pasal 4 (c) UU No.8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah diubah dengan UU No.18 Tahun 2000. Dasar Hukum
pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) atas penghasilan jasa kontruksi diatur
pada pasal 4 ayat 1 dan 2 UU No.7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan
sebagaimana telah diubah dengan UU No.17 Tahun 2000.

5. Aspek Peransuransian
Aspek peransuransian yang biasanya terdapat dalam kontrak
konstruksi adalah asuransi yang mencakup seluruh proyek termasuk

11
jaminan kepada pihak ketiga dengan masa pertanggungan selama proyek
berlangsung. Jenis asuransi umumnya dikenal dengan istilah contractor’s
all dan third party liability assurance (CAR dan TPL). Biasanya penerima
manfaat (beneficiary) dari asuransi ini adalah pengguna jasa tetapi yang
membayar premi adalah penyedia jasa. Besarnya nilai premi ini dapat
tercantum secara khusus dalam daftar bill of quantity (BoQ). Asuransi
jenis lainnya yang biasanya terdapat dalam kontrak adalah asuransi tenaga
kerja dan asuransi kesehatan.

6. Aspek Sosial Ekonomi


Aspek sosial ekonomi tidak jarang terdapat atau dipersyaratkan di
dalam kontrak konstruksi sebagai syarat-syarat kontrak. Hal-hal yang
berkaitan dengan aspek sosial ekonomi diantaranya keharusan
menggunakan tenaga kerja tertentu, menggunakan bahan-bahan
bangunan/material serta peralatan yang diperoleh di dalam negeri dan
dampak lingkungan.

7. Aspek Administrasi
Aspek administrasi di dalam kontrak konstruksi antara lain
keterangan mengenai para pihak, laporan keuangan, surat menyurat dan
hubungan kerja antara pihak.

2.3 Pre Fabricated Vertical Drain (PVD)

12
Preloading dan vertical drain pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kekuatan geser pada tanah, mengurangi kompresibilitas/kemampumampatan tanah,
dan mencegah penurunan (settlement) yang besar serta kemungkinan kerusakan
pada struktur bangunan. Preloading dan vertical drain umumnya digunakan pada
tanah dengan daya dukung yang rendah seperti pada tanah lempung lembek dan
tanah organik. Jenis tanah tersebut biasanya memiliki ciri seperti berikut : kadar air
yang ekstrim, kompresibilitas yang besar, dan koefisien permeabilitas yang kecil.
Teknik preloading menggunakan vertical drains merupakan metode perkuatan
tanah dengan cara mengurangi kadar air dalam tanah (dewatering). Waktu
konsolidasi yang dibutuhkan untuk jenis tanah seperti ini memakan waktu yang
lama meski dengan menggunakan beban tambahan yang besar, sehingga teknik
preloading mungkin kurang cocok untuk jadwal kontruksi yang membutuhkan
waktu singkat. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(preloading of subsoil)

Jika beban sementara melebihi beban akhir konstruksi maka kelebihan beban
tersebut mengacu kepada beban tambahan (surcharge), dimana dengan
menggunakan beban tambahan sementara (surcharge) yang melebihi beban kerja,
tanah akan berada pada kondisi overconsolidated dan secondary compression untuk
tanah overconsolidated akan jauh lebih kecil daripada tanah dengan normally

13
consolidated. Hal ini akan menguntungkan perencanaan tanah selanjutnya (Chu et
all., 2004).

Dari grafik di atas, dapat dilihat settlement yang terjadi akibat adanya beban
tambahan (surcharge) lebih besar daripada beban rencana (design load) pada selang
waktu yang sama. Selain dengan menggunakan teknik preloading dan
menggunakan beban tambahan sementara (surcharge), peningkatan mutu tanah
dapat juga dilakukan dengan menggunakan vertical drains, selain itu waktu
konsolidasi pun juga semakin singkat sebab aliran drainase yang terjadi bukan
hanya ke arah vertikal tapi juga ke arah horizontal. Drain-drain vertikal tersebut
dapat diisi dengan dengan pasir atau bahan lain yang memiliki permeabilitas besar.
Perkembangan vertical drains sendiri sudah dimulai sejak tahun 1925, dimana
D.J.Moran seorang insinyur berkebangsaan Amerika memperkenalkan pemakaian
drainase dari kolom-kolom pasir untuk stabilitas tanah pada kedalaman yang besar.
Kemudian untuk pertama kalinya instalasi drainase ini digunakan di California dan
seiring dengan berjalannya waktu, tipe drainase ini dikenal dengan istilah drainase
vertikal (vertical drain). Pada tahun 1936, diperkenalkan sistem drainase
menggunakan bahan sintetis oleh Kjellman di Swedia. Setelah di tes di beberapa
tempat pada tahun 1937 dengan bahan cardboard,

Dengan digunakannya prefabricated vertical drains, waktu yang dibutuhkan untuk

14
konsolidasi melalui teknik preloading pun menjadi semakin singkat dan
penurunan/settlement yang terjadi juga dapat direduksi. Bahkan proses installasi
nya pun saat ini sudah semakin berkembang dimana prefabricated vertical drain
dapat mencapai kedalaman 60 m dengan laju 1 m/dt.

Prinsip Vertical Drains


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tanah lempung lunak memiliki
permeabilitas yang rendah, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk
menyelesaikan konsolidasi. Untuk mempersingkat waktu konsolidasi tersebut,
drainase vertikal (vertical drains) dikombinasikan dengan teknik preloading.
Vertical drain tersebut sebenarnya merupakan jalur drainase buatan yang
dimasukkan kedalam lapisan lempung. Dengan kombinasi preloading, air pori
diperas keluar selama konsolidasi dan mengalir lebih cepat pada arah horizontal
daripada arah vertikal. Selanjutnya, air pori tersebut mengalir sepanjang jalur
drainase vertikal yang telah diinstalasi. Oleh karena itu, vertical drain berfungsi
untuk memperpendek jalur drainase dan sekaligus mempercepat proses konsolidasi.

(preloading dengan vertical drains)

Metode tradisional yang digunakan dalam pemasangan vertical drains ini yaitu
dengan membut lobang bor pada lapisan lempung dan mengisi kembali dengan
pasir yang bergradasi sesuai titik. Ukuran diameternya sekitar 200 - 600 mm dengan
panjang saluran sedalam lebih dari 5 meter. Karena tujuannya untuk memperpendek

15
panjang lintasan pengaliran, maka jarak antar drainase merupakan hal yang
terpenting.

Berikut adalah berbagai tipe vertical drains dengan masing-masing metode


instalasinya :

1. Sand drain, metode penginstalan dengan cara penumbukan (driven or vibratory


displacement type)
Pembuatan drainase pasir dengan metode ini digunakan secara luas karena biayanya
relatif murah, hanya saja metode seperti ini dapat merusak struktur tanah atau
bahkan mengurangi kuat geser tanah.

2. Sand drain, metode penginstalan dengan cara hollow stem continious-flight auger
(low displacement)
Pembuatan drainase pasir dengan metode ini memakai auger melayang menerus
dengan diameter 30 - 50 cm berjarak 2-5 m. Gangguan yang dihadapi biasanya lebih
ke arah rancangan drainase itu sendiri, bagaimana caranya agar drainase yang
dibuat memiliki kapasitas penyaluran air yang baik. Untuk itu, gradasi pasir harus
sesuai dengan keperluan.

3. Sand drain, metode penginstalan dengan cara jetted (non-displacement)

16
Metode dengan semprotan air (jetted) akan memakan waktu yang cukup lama
khususnya untuk menembus lapisan berbutir kasar. Kedalam untuk drainase tipe ini
umumnya kecil dari 30 m.

4. Prefabricated sand drain, metode penginstalan dengan cara tumbukan, getaran,


auger melayang, pengeboran
Yang membedakan penggunaan drainase pasir prefabricated yaitu penggunaan
bahan kain berisi material filter, lalu dimasukkan kedalam lubang drainase yang
dibuat sebelumnya apakah itu dengan pengeboran atau cara lainnya.

5. Prefabricated band shaped drains, metode penginstalan dengan driven atau


vibratory closed-end mandrel
Istilah lain yang biasanya digunakan untuk tipe ini yaitu prefabricated vertical drain
(PVD), umumnya berbentuk pita (band-shaped) dengan sebuah inti plastik beralur
yang dibungkus dengan selubung filterterbuat dari kertas atau atau susunan platik
tak beranyam (non woven plastic fabric). Ukuran yang biasa digunakan yaitu lebar
10 cm dan tebal 0.4 cm. Biasanya gangguan yang disebabkan oleh penggunaan
sistem drainase dengan PVD ini lebih kecil dibanding dengan sistem drainase pasir
konvensional.
Alat yang biasanya digunakan untuk membuat lubang drainase dengan PVD ini
bernama 'stitcher', seperti yang dapat dilihat dibawah ini.

17
Adapun beberapa langkah pengerjaan yang dilakukan untuk perbaikan tanah
menggunakan vertical drains, sebagai berikut:
- Uji laboratorium terhadap sampel tanah yang diambil dari titik pengamatan di
lapangan menggunakan alat sondir
- Perencanaan vertical drains dengan menggunakan data yang diperoleh dari uji
laboratorium, seperti Indeks pemampatan (Cc) dan Koefisien konsolidasi (Ch).
Lalu ditentukan diameter drainase, jarak, dan kedalamannya.
- Analisa stabilitas tanah dan settlement/penurunan

2.4 Contract Change Order (CCO)

Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada sebenarnya CCO (Contract


Change Order), Addendum dan Amandemen Kontrak adalah istilah yang
sama, hanya Addendum dan Amandemen Kontrak merupakan produk
lanjutan dari CCO (Contract Change Order). Jika terjadi CCO berarti akan
terjadi Addendum atau Amandemen Kontrak, sedangkan jika terjadi
Addendum atau Amandemen belum tentu telah terjadi CCO.
Mari dilihat dasar hukum alasannya.
Perpres 54 tahun 2010 Pasal 87 Ayat 1 tentang Perubahan Kontrak
menyatakan sebagai berikut:
a. Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan
dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia Barang/Jasa dapat
melakukan perubahan Kontrak yang meliputi:

18
b. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam
Kontrak;
c. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
d. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
lapangan; atau
e. mengubah jadwal pelaksanaan.

Perka LKPP No. 2 tahun 2011 tentang Standar Dokumen Pengadaan pada
Bagian Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK) Klausul Addendum atau
Perubahan Kontrak dalam hal ini diambil dari Standar Dokumen Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi Metoda Pascakualifikasi

34.1 Kontrak hanya dapat diubah melalui adendum kontrak.


34.2 Perubahan Kontrak bisa dilaksanakan apabila disetujui oleh para
pihak, meliputi:
perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan oleh
para pihak dalam kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan dalam
kontrak;
perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan
pekerjaan;
perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan, perubahan
pelaksanaan pekerjaan dan/atau penyesuaian harga.

34.3 Untuk kepentingan perubahan kontrak, PA/KPA dapat membentuk


Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksanaan Kontrak atas usul PPK.
Berdasarkan ketentuan di atas jelas dapat diketahui bahwa perubahan
kontrak dapat dilakukan dengan Adendum Kontrak. Artinya segala sesuatu
perubahan pada kontrak dilakukan melalui Adendum Kontrak.

19
Jenis Adendum Kontrak adalah:

 Adendum akibat perubahan lingkup pekerjaan (CCO) atau sering disebut


Adendum Tambah/Kurang, yang terbagi menjadi 4 (empat) jenis perlakuan,
yaitu:

a. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak tetap


b.Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak bertambah
c. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak tetap, target/sasaran berubah
d.Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak bertambah, target/sasaran
berubah
 Adendum akibat perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan atau sering
disebut Adendum Waktu.
 Adendum akibat penyesuaian harga/eskalasi atau sering disebut sebagai
Adendum Penyesuaian Harga/Eskalasi atau sering disebut Adendum
Harga/Nilai Kontrak. Basanya adendum jenis ini untuk kontrak tahun jamak
(multy years contract) atau terdapat kenaikan harga bahan bakar minyak.
CCO dalam Perpres 54/2010 disebut juga Perubahan Lingkup Pekerjaan.
Pada Perpres 54/2010 Pasal 87 pada kutipan di atas dapat terlihat jelas
karakteristik CCO:

(1) Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan
dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia Barang/Jasa dapat
melakukan perubahan Kontrak yang meliputi:

a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam


Kontrak;

20
b. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
lapangan; atau
d. mengubah jadwal pelaksanaan.

(2) Pekerjaan tambah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


dengan ketentuan:
tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari harga yang tercantum dalam
perjanjian/Kontrak awal; dan tersedianya anggaran.
(3) Penyedia Barang/Jasa dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan
utama berdasarkan Kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada pihak
lain, kecuali sebagian pekerjaan utama kepada penyedia Barang/Jasa
spesialis.
(4) Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan
besarnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Dokumen
Kontrak.
(5) Perubahan kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat
dilakukan sepanjang disepakati kedua belah pihak.

Sedangkan pada Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan Kontruksi Pasca


Kualifikasi Klausal Perubahan Lingkup Pekerjaan dapat dikutip sebagai
berikut:

35.1 Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lokasi


pekerjaan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan spesifikasi yang
ditentukan dalam Dokumen Kontrak, maka PPK bersama penyedia dapat
melakukan perubahan kontrak yang meliputi antara lain :
 menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak;
 mengurangi atau menambah jenis pekerjaan;

21
 mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan lokasi pekerjaan; dan/atau
 melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam kontrak
yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan.

Dari klausul di atas terlihat bahwa jenis CCO atau Perintah Perubahan
Kontrak atau Perintah Perubahan Kerja atau Perubahan Lingkup Pekerjaan
adalah sebagai berikut:
 Pekerjaan Tambah/Kurang (Volume dan Jenis Pekerjaan)
Volume pekerjaan pada item-item jenis pekerjaan yang terdapat dalam
Kontrak bertambah/berkurang disesuaikan kondisi

 Perubahan Spesifikasi Teknis dan Gambar Pekerjaan, pada Pekerjaan


Konstruksi perubahan ini sering disebut Revisi Desain
Revisi desain dilakukan jika terdapat perubahan yang sangat signifikan dan
kondisi lapangan membutuhkan perubahan penanganan sehingga desain atau
spesifikasi

 Penambahan Pekerjaan Baru


Penambahan item jenis pekerjaan yang sebelumnya tidak terdapat dalam
Kontrak dikarenakan kondisi lapangan membutuhkan penanganan jenis
pekerjaan tersebut.

Sebagai catatan sebelum dilaksanakannya pekerjaan CCO harus sudah ada


Berita Acara Persetujuan CCO yang terdiri dari Kepala Unit/Instansi terkait,
pelaksana, perencana, dan pengawas.

2.5 Keterlambatan (Delays)


Dalam penelitian yang dilakukan oleh Assaf dan Al-Hejji (2006),
keterlambatan konstruksi dapat didefinisikan sebagai “waktu yang melebihi

22
(melampaui) jadwal penyelesaian yang telah ditentukan dalam kontrak, atau
yang melewati jadwal yang telah disepakati kedua belah pihak untuk
menyelesaikan proyek”. Menurut Bordat et al. (2004) dalam Riyanto Nugraha
(2015), keterlambatan waktu pelaksanaan proyek adalah perbedaan antara
pelaksanaan proyek pada saat perjanjian kontrak awal dan selang waktu
penyelesaian proyek. Keterlambatan proyek akan mempengaruhi progres
proyek dan mengakibatkan penundaan kegiatan pelaksanaan proyek serta
mengakibatkan munculnya perselisihan (disputes) antara kontraktor (penyedia
jasa) dan owner (pengguna jasa).

Keterlambatan merupakan masalah yang paling sering terjadi,


merugikan, kompleks dan sangat berisiko dalam proyek-proyek konstruksi.
Karena pentingnya waktu baik bagi pemilik proyek (dalam hal kinerja) dan
kontraktor (dalam hal uang), hal tersebut merupakan sumber dari sengketa dan
klaim yang sering terjadi dalam proyek konstruksi yang mengarah pada
tuntutan hukum (Alaghbari et al., 2007).

Keterlambatan hampir selalu terjadi dalam setiap proyek konstruksi dan


besarnya keterlambatan tersebut bervariasi antara satu proyek dengan proyek
lainnya. Ada proyek yang hanya mengalami keterlambatan beberapa hari dari
jadwal (schedule); dan ada juga proyek yang mengalami penundaan lebih dari
satu tahun. Sehingga sangat penting untuk menentukan penyebab
keterlambatan yang sebenarnya untuk meminimalkan dan menghindari
keterlambatan dalam setiap proyek konstruksi (Ahmed et al., 2003 dalam
Alaghbari et al., 2007).

Kraiem dan Dickman yang dikutip dari Messah et al. (2013)


menyatakan, keterlambatan dapat dibagi menjadi 3 jenis utama, yaitu:
1. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non Excusable Delays)
Non Excusable Delays adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh
tindakan, kelalaian, atau kesalahan kontraktor.

2. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delays).

23
Excusable Delays adalah keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian-
kejadian di luar kendali baik pemilik maupun kontraktor. Pada kejadian
ini, kontraktor mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu saja.

3. Keterlambatan yang layak mendapat ganti rugi (Compensable Delays)


Compensable Delays adalah keterlambatan yang diakibatkan tindakan,
kelalaian atau kesalahan pemilik. Pada kejadian ini, kontraktor biasanya
mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu dan tambahan biaya
operasional yang perlu selama keterlambatan pelaksanaan tersebut.

Berdasarkan 3 jenis utama keterlambatan, faktor-faktor penyebab


keterlambatan proyek dapat dikelompokan sebagai berikut (Messah et al.,
2013):
1. Non Excusable Delays
Penyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
a. Identifikasi, durasi dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan
tidak tersusun dengan baik
Identifikasi aktivitas proyek merupakan tahap awal dari penyusunan
jadwal proyek. Identifikasi yang tidak lengkap akan mempengaruhi
durasi proyek secara keseluruhan dan mengganggu urutan kerja.

b. Ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja


Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam setiap tahapan
pelaksanaan proyek berbeda-beda, tergantung dari besar dan jenis
pekerjaannya. Perencanaan yang tidak sesuai kebutuhan di lapangan
dapat menimbulkan persoalan karena tenaga kerja adalah sumber daya
yang tidak mudah didapat dan mahal sekali harganya.
c. Kualitas tenaga kerja yang buruk
Kurangnya keterampilan dan keahlian pekerja dapat mengakibatkan
produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan rendah sehingga
memerlukan waktu yang lama dalam menyelesaikan proyek.
d. Keterlambatan penyediaan alat/material akibat kelalaian kontraktor

24
Salah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara
langsung adalah tersedianya peralatan dan material yang akan
digunakan. Keterlambatan penyediaan alat dan material di proyek
dapat dikarenakan keterlambatan pengiriman oleh supplier, kesulitan
untuk mendapatkannya dan kekurangan material itu sendiri.
Penyediaan alat dan material yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan
waktu yang direncanakan, akan membuat produktivitas pekerja
menurun karena banyaknya jam nganggur sehingga menghambat laju
pekerjaan.
e. Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek
Peralatan merupakan salah satu sumber daya yang digunakan secara
langsung di dalam pelaksanaan proyek. Perencanaan jenis peralatan
harus disesuaikan dengan karakteristik dan besarnya proyek sehingga
tujuan dari pekerjaan proyek dapat tercapai.
f. Mobilisasi sumber daya yang lambat
Mobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan supplier
ke lokasi proyek, antar lokasi dalam proyek dan dari dalam lokasi
proyek ke luar lokasi proyek. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
penyediaan jalan proyek dan waktu pengiriman alat ataupun material.
g. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/diperbaiki karena
cacat/salah
Faktor ini lebih mengarah pada mutu atau kualitas pelaksanaan
pekerjaan, baik secara struktur atau penyelesaian akhir yang
dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan proyek dan kualitas tenaga
kerja. Pada dasarnya semua perbaikan/pengulangan akibat cacat atau
salah memerlukan tambahan waktu.

h. Kesulitan finansial
Perputaran arus uang baik arus masuk maupun arus keluar harus
direncanakan dengan baik penggunaannya, agar tidak menimbulkan

25
kesulitan untuk proyek itu sendiri. Kesulitan pembiayaan oleh
kontraktor ini, terutama yang berkaitan dengan kewajiban
pembayaran ke pemasok material dan pembayaran upah tenaga kerja.
Hal ini akan menyebabkan tersendatnya dukungan sumber daya yang
ada dan membuat pelaksanaan pekerjaan menjadi terhambat.
i. Kurangnya pengalaman kontraktor
Pengalaman kontraktor berpengaruh dalam penanganan masalah
dalam bekerja bisa mengakibatkan keterlambatan proyek. Kontraktor
yang sudah berpengalaman dengan mudah mengatasi permaslahan
yang timbul, lain halnya dengan kontraktor yang kurang pengalaman,
akan membutuhkan waktu yang lebih banyak.
j. Koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi kontraktor
Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim. Dalam
pelaksanaan proyek konstruksi, koordinasi memerlikan komunikasi
yang baik agar masing-masing kelompok tidak terjadi pekerjaan yang
tumpang tindih.
k. Metode konstruksi/teknik pelaksanaan yang tidak tepat/salah
Kesalahan atau ketidaktepatan dalam memilih metode konstruksi,
walaupun mungkin tidak sampai menimbulkan kegagalan
penyelesaian stuktur, seringkali berdampak lebih lamanya waktu
penyelesaian yang diperlukan.
l. Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja
Kurangnya kontrol keselamatan kerja yang ada di dalam proyek dapat
mangakibatkan terjadinya kecelakaan kerja terhadap pekerja. Hal ini
dapat berdampak pada penderita secara fisik, hilangnya semangat
kerja dan trauma akibat kecelakaan yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan turunnya produktivitas kerja.

2. Excusable Delays
Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
a. Terjadinya hal-hal yang tak terduga seperti banjir badai, gempa bumi,
tanah longsor, kebakaran dan cuaca buruk

26
Cuaca sangat mempengaruhi produktivitas pekerja. Cuaca yang buruk
menyebabkan turunnya stamina para pekerja yang berarti menurunnya
produktivitas. Produktivitas pekerja yang rendah dan tidak sesuai
yang direncanakan akan mengakibatkan mundurnya jadwal proyek.
Gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran dapat menyebabkan
proyek terhenti sementara dan membutuhkan waktu lebih.
b. Lingkungan sosial politik yang tidak stabil
Aspek sosial politik seperti kerusuhan, perang, keadaan sosial yang
buruk dapat mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan proyek
karena perbaikan pekerjaan akibat kerusakan yang terjadi
memerlukan tambahan waktu yang akan memperpanjang jadwal
proyek secara keseluruhan.
c. Respon dari masyarakat sekitar yang tidak mendukung adanya proyek
Respon dari masyarakat sekitar proyek yang berbeda-beda, ada yang
mendukung dan ada pula yang menolak. Dengan adanya respon
negatif dari masyarakat sekitar menyebabkan adanya demo yang
berakibat pada berhentinya kegiatan proyek sesaat yang berarti
mundurnya jadwal pelaksanaan proyek.

3. Compensable Delays
Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
a. Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat
Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan
pemakian yang mendesak. Kesalahan-kesalahan akan timbul karena
adanya tekanan waktu sehingga memerlukan perbaikan-perbaikan.
Akibatnya jadwal yang telah direncanakan akan berubah dan
memerlukan tambahan waktu.
b. Persetujuan izin kerja yang lama
Persetujuan izin kerja merupakan hal yang lazim dalam melaksanakan
suatu aktivitas pekerjaan seperti gambar dan contoh bahan. Proses
persetujuan izin ini akan menjadi kendala yang bisa memperlambat
proses pelaksanaan pekerjaan apabila untuk mendapatkan izin

27
tersebut diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengambil
keputusan.
c. Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksi
Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan pada saat
proyek sudah terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan
perubahan jadwal yang telah dibuat kontraktor. Setiap pembongkaran
ulang dalam pelaksanaan proyek memerlukan tambahan waktu
penyelesaian.
d. Sering terjadi penundaan pekerjaan
Kondisi finansial pemilik yang kurang baik dapat berakibat
penundaan atau penghentian pekerjaan proyek yang bersifat
sementara, yang secara langsung berakibat pada mundurnya jadwal
proyek.
e. Keterlambatan penyediaan meterial
Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material
yang disiapkan oleh pemilik. Masalah akan terjadi apabila pemilik
terlambat menyediakan material kepada kontraktor dari waktu yang
telah dijadwalkan. Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas
pekerja rendah karena menganggur, yang mengakibatkan
keterlambatan proyek.
f. Dana dari pemilik yang tidak mencukupi
Proyek dapat berhenti dan mengalami keterlambatan karena dana dari
pemilik proyek yang tidak cukup.
g. Sistem pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak sesuai kontrak
Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya
terus menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut
kontraktor sanggup menyediakan dana secara konsisten agar
kelancaran pekerjaan tetap terjaga. Pembayaran termin dari pemilik
yang tidak sesuai kontrak dapat merugikan pihak kontraktor karena
akan mengacaukan semua sistem pendanaan proyek tersebut dan
mempengaruhi kelancaran pekerjaan kontraktor.

28
h. Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilik
Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat
kebebasan kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas.
Keterbatasan inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan
pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lambat

Pengendalian Biaya
Posisi biaya proyek saat monitoring tidak terlepas dari status kemajuan
pada saat monitoring. Dengan kata lain, biaya proyek pada saat monitoring
diperoleh dengan membandingkan total pengeluaran biaya (berdasarkan
laporan keuangan) dengan rencana anggaran pada tingkat kemajuan tercapai
pada saat yang sama (berdasarkan laporan progress) tersebut lebih besar, sama
atau lebih kecil dari proyeksi anggaran biaya yang direncanakan.
a. Anggaran Biaya Proyek
Acuan yang digunakan sebagai tolak ukur didalam
pengendalian proyek adalah rencana anggaran biaya. Anggaran biaya
merupakan perencanaan terperinci perkiraan biaya seluruh item
pekerjaan, yang didistribusikan sesuai time schedule yang telah
ditetapkan. Bahan-bahan yang diperlukan didalam penyusunan rencana
anggaran biaya antara lain berupa gambar rencana, spesifikasi teknis,
analisa sumber daya, dan analisa harga satuan. Contoh rencana
anggaran biaya dan pendistribusiannya dapat disajikan dalam tabel 3.2
dan tabel 3.3 berikut ini :

Tabel 3.2 Rencana anggaran biaya proyek (Soekirno, 1995)


No Uraian Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Harga

Total Harga =

Tabel 3.3 Rencana alokasi anggaran biaya proyek (Soekirno, 1995)

29
Uraian
No Harga Alokasi Anggaran Biaya
Pekerjaan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt

Unsur biaya pelaksanaan dapat terbagi menjadi dua, yaitu :


 Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya langsung adalah biaya yang harus dikeluarkan yang
berhubungan langsung dengan pekerjaan-pekerjaan dilapangan.
Secara umum yang termasuk biaya langsung adalah biaya tenaga
kerja, material, peralatan, dan juga biaya subkontraktor. Biaya
langsung akan bersifat sebagai biaya normal apabila dilakukan
dengan metode yang efisien, dan dalam waktu normal proyek.
Biaya untuk durasi waktu yang dibebankan (imposed duration
date) akan lebih besar dari biaya untuk durasi waktu yang normal,
karena biaya langsung diasumsikan dikembangkan dari metode
dan waktu yang normal sehingga pengurangan waktu akan
menambah biaya dari kegiatan proyek. Total waktu dari semua
paket kegiatan dalam proyek menunjukkan total biaya langsung
untuk keseluruhan proyek. Proses ini membutuhkan pemilihan
beberapa kegiatan kritis yang mempunyai biaya percepatan
terkecil.
 Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang
tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi, tetapi harus
ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. (Frederika,
2010)

30
Secara umum yang termasuk biaya tidak langsung antara
lain gaji karyawan, biaya transportasi, biaya sewa alat, dan biaya-
biaya overhead seperti pengawasan, administrasi, konsultan,
bunga, dan biaya lain-lain/biaya tak terduga. Biaya tidak langsung
tidak dapat dihubungkan dengan paket kegiatan dalam proyek.
Biaya tidak langsung secara langsung bervariasi dengan waktu,
oleh karena itu pengurangan waktu akan menghasilkan
pengurangan dalam biaya tidak langsung.
b. Anggaran Kas Proyek
Setelah anggaran biaya dan pendistribusian anggaran biaya
berdasarkan time schedule dibuat, maka langkah selanjutnya dibuat
anggaran kas proyek (Project Cashflow). Project Cashflow merupakan
taksiran penerimaan dan pengeluaran yang akan atau sedang
dikerjakan.
Adapun kegunaan Project Cashflow yaitu dalam hal :
 Mengetahui kemungkinan posisi kas pada masa yang akan dating.
 Mengetahui terlebih dahulu kapan akan terjadi kekurangan kas,
serta kapan akan terjadi kelebihan kas.
 Menetapkan jumlah pinjaman yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu proyek.
 Mengetahui jumlah bunga pinjaman modal kerja.
 Memperkirakan posisi biaya pada akhir proyek.
Penyusunan Project Cashflow dilakukan pada saat dimulainya
suatu proyek sampai dengan proyek selesai (termasuk masa
pemeliharaan). Skala waktu penyusunan Project Cashflow adalah bulan
dan setiap bulan dilakukan penyesuaian. Hal ini dilakukan mengingat
realisasi umumnya tidak sesuai dengan yang direncanakan dengan
dapat mengikuti penerimaan maupun pengeluaran yang sebenarnya.
Setiap kali dilakukan penyesuaian sekaligus dilakukan prakiraan
rencana anggaran dari sisa pekerjaan yang belum dilaksanakan.

31
Sama halnya dengan laporan kemajuan pekerjaan, maka
laporan biaya proyek dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti
gambar 3.11 berikut ini :

Biaya
Perkiraan pengeluaran sampai akhir proyek A

Saat pelaporan

Anggaran proyek B

VC
ACWP
VS

BCWS

BCWP

Waktu (bulan)

Gambar 3.11 Grafik perkiraan biaya akhir proyek (Soeharto, 2001)


Keterangan :
VC = Varian biaya
VS = Varian waktu
A–B = Kenaikan biaya diatas anggaran

c. Laporan Biaya Proyek


Untuk mengetahui status biaya pada saat pengukuran
kemajuan pekerjaan, dilakukan dengan cara membandingkan rencana
anggaran biaya pada saat kemajuan tercapai dengan laporan
pengeluaran biaya sampai dengan saat monitoring.

32
Adanya laporan pengeluaran biaya baik laporan harian,
mingguan, maupun bulanan, manajer proyek selaku pimpinan proyek
beserta personil inti lainnya secara terus-menerus mengendalikan
segala macam (material, tenaga kerja, dan peralatan) serta faktor
penunjang lain yang akan mempengaruhi besar kecilnya biaya proyek.
Isi laporan bulanan pembiayaan proyek meliputi :
 Biaya umum (Overhead).
 Biaya konstruksi dilapangan. Biaya ini dikelompokkan menjadi
biaya langsung dan biaya tidak langsung.
 Pembelian material, pembayaran upah tenaga kerja, dan pembelian
atau sewa peralatan.
 Laporan penggunaan dana, meliputi rencana penggunaan dana
bulan yang akan datang dan rencana arus kas (Cashflow).
 Analisa perkiraan biaya dan jadwal penyelesaian proyek.

3.7 Metode Pengendalian Proyek


Suatu sistem pengawasan dan pengendalian proyek disamping
memerlukan perencanaan yang realistis juga harus dilengkapi dengan pemantauan
yang segera dapat memberikan petunjuk dan mengungkapkan adanya
penyimpangan. Untuk masalah biaya, identifikasi dilakukan dengan
membandingkan biaya sesungguhnya yang dikeluarkan dengan anggaran yang
telah ditetapkan. Sedangkan untuk jadwal, dianalisa kurun waktu yang telah dicapai
dibandingkan dengan perencanaan. Dengan demikian akan terlihat apabila terjadi
penyimpangan antara perencanaan dengan kenyataan dan mendorong untuk
mencari penyebabnya.
Salah satu metode yang dipakai untuk meningkatkan efektifitas dalam
memantau dan mengendalikan kegiatan proyek adalah konsep nilai hasil.

3.7.1 Konsep Nilai Hasil (Earned Value Analysis)


Menurut Soeharto, 1995, metode konsep nilai hasil adalah konsep
menghitung besarnya biaya yang menurut anggaran sesuai dengan pekerjaan

33
yang telah diselesaikan atau dilaksanakan (Budgeted Cost of Work Performed).
Asumsi yang digunakan konsep nilai hasil adalah bahwa kecenderungan yang
ada dan terungkap pada saat pelaporan akan terus berlangsung. Dengan
menggunakan metode konsep nilai hasil maka dapat dikembangkan untuk
membuat perkiraan atau proyeksi keadaan proyek pada masa depan yang
merupakan masukan yang sangat berguna bagi pengelola maupun pemilik,
karena dengan demikian mereka memiliki cukup waktu untuk memikirkan
cara-cara menghadapi segala persoalan di masa yang akan datang. Sebagai
contoh untuk memproyeksikan apakah dana sisa cukup untuk menyelesaikan
proyek. Secara lebih detail manfaat dari metode dengan menggunakan Konsep
Nilai Hasil adalah sebagai berikut :
1. Memperlihatkan perbedaan biaya pelaksanaan dan anggaran.
2. Menghitung besar perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa.
3. Menghitung besar perkiraan biaya total untuk proyek.
4. Memperlihatkan perbedaan waktu pelaksanaan dengan jadwal.
5. Memperkirakan lama waktu pelaksanaan dari pekerjaan yang tersisa.
6. Memperlihatkan besar proyeksi keterlambatan pada akhir proyek bila
kondisi masih seperti pelaporan.

3.7.2 Indikator – Indikator Metode Konsep Nilai Hasil ( KNH )


Metode konsep nilai hasil dapat digunakan untuk menganalisis kinerja
dan membuat perkiraan pencapaian sasaran. Untuk itu digunakan tiga
indikator, yaitu ACWP (Actual Cost Work Performed), BCWP (Budgeted Cost
of Work Performed), dan BCWS (Budgeted Cost of Work Schedule).
1. ACWP (Actual Cost Work Performed)
ACWP (Actual Cost Work Performed) adalah jumlah biaya aktual
dari pekerjaan yang telah dilaksanakan, yang dapat digunakan sebagai alat
analisis biaya dan jadwal yang didesain untuk membantu mengevaluasi
apakah proyek masih dalam jadwal dan anggaran atau tidak. Biaya ini
diperoleh dari data-data bidang keuangan proyek pada masa pelaporan
(misal pada akhir bulan). Segala pengeluaran biaya sesungguhnya

34
dikumpulkan dan dicatat untuk dibebankan kepada masing-masing
elemen kerja, termasuk perhitungan overhead. Sehingga ACWP
merupakan jumlah nyata/aktual dari pengeluaran atau dana yang
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan pada kurun waktu tertentu.
2. BCWP (Budgeted Cost of Work Performed)
BCWP (Budgeted Cost of Work Performed) adalah nilai hasil dari
sudut pandang nilai pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap anggaran
yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Bila angka
ACWP dibandingkan dengan BCWP, akan terlihat perbandingan antara
biaya yang telah dikeluarkan untuk pekerjaan yang telah terlaksana
terhadap biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk maksud tertentu.
3. BCWS (Budgeted Cost of Work Schedule)
BCWS (Budgeted Cost of Work Schedule) merupakan jumlah
anggaran untuk pekerjaan yang dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan.
Jumlah ini akan memberitahukan mengenai biaya dari semua tugas yang
dijadwalkan melalui tanggal mulainya proyek. Disini terjadi perpaduan
antara biaya, jadwal dan lingkup pekerjaan dimana masing-masing elemen
pekerjaan telah diberi alokasi biaya dan jadwal yang kemudian akan
menjadi tolak ukur dalam penyelesaian pekerjaan.
Dengan adanya ketiga indikator yang terdiri dari ACWP, BCWP, dan
BCWS, dalam suatu perhitungan pelaksanaan suatu proyek maka kita dapat
menghitung berbagai faktor yang menunjukkan kemajuan dan kinerja
pelaksanaan proyek tersebut, seperti :
a) Varians biaya (CV) dan varians jadwal terpadu (SV).
b) Memantau perubahan varians terhadap angka standar.
c) Indeks produktivitas dan kerja.
d) Prakiraan biaya penyelesaian proyek.
a. Varians Biaya dan Varians Jadwal Terpadu
Kemajuan proyek yang dianalisis dengan menggunakan metode
varians sederhana dianggap kurang akurat, hal ini disebabkan metode tersebut
tidak mengintegrasikan aspek biaya dan jadwal. Untuk mengatasinya, dapat

35
digunakan metode konsep nilai hasil dengan indikator ACWP, BCWP, dan
BCWS.
Varians yang dihasilkan disebut varians biaya terpadu (CV) dan
varians jadwal terpadu (SV). Varians jadwal terpadu (SV) dipakai untuk
menentukan apakah proyek yang sedang dijalankan masih sesuai jadwal
rencana atau tidak. Selisih jadwal adalah selisih antara BCWP dan BCWS.
Sedangkan varians biaya (CV) dipakai untuk menentukan apakah proyek yang
sedang dijalankan masih dalam batas anggaran atau melebihi anggaran
rencananya. Selisih biaya adalah selisih antara BCWP dan ACWP. Sebagai
contoh terlihat pada tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4 Data Varians Biaya dan Jadwal


Bulan ke- 1 2 3 4 5 6 7 8
Anggaran
60 140 280 480 660 870 1020 1080
(BCWS)
Pengeluaran
90 210 410 640 840 - - -
(ACWP)
Nilai Hasil
40 100 210 380 530 - - -
(BCWP)
Varian Biaya
-50 -110 -200 -260 -310 - - -
(CV)
Varian Jadwal
-20 - 40 -80 -100 -130 - - -
(SV)
Ketiga indikator Konsep Nilai Hasil yang meliputi ACWP, BCWP,
dan BCWS dapat digambarkan dalam bentuk grafik secara bersama-sama
dengan biaya sebagai sumbu vertikal dan jadwal sebagai sumbu horizontal.

Rp

1080 Batas anggaran

840
36

660
VC
Gambar 3.12 Analisis varians terpadu Disajikan dengan Grafik “ S ”.
(Soeharto, 1995)

Menurut Soeharto 1995, rumus varian biaya dan jadwal adalah sebagai berikut
:

Varians Biaya ( CV ) = BCWP – ACWP

Varians Jadwal ( SV ) = BCWP – BCWS

Sumber : Soeharto, I. 1995, “Manajemen Proyek (Dari Konseptual


Sampai Operasional)” , hal. 271.

37
Angka negatif pada varians biaya menunjukkan situasi dimana biaya
yang diperlihatkan lebih tinggi dari yang dianggarkan disebut overrun, angka
nol menunjukkan pekerjaan terlaksana sesuai dengan biaya, dan angka positif
berarti pekerjaan terlaksana dengan biaya kurang dari anggaran disebut cost
underrun. Demikian juga halnya dengan jadwal. Angka negatif berarti
terlambat, angka nol berarti tepat dan angka positif berarti lebih cepat dari
rencana.

Tabel 3.5 Analisis Varians Terpadu


Varians Varians
Jadwal Biaya Keterangan
( SV ) ( CV )
Pekerjaan terlaksana lebih cepat dari jadwal dengan
Positif Positif
biaya lebih kecil dari anggaran.
Pekerjaan terlaksana tepat sesual jadwal dengan biaya
Nol Positif
lebih rendah dari anggaran.
Pekerjaan terlaksana sesuai anggaran dan selesai lebih
Positif Nol
cepat dari jadwal.
Nol Nol Pekerjaan terlaksana sesuai jadwal dan anggaran.
Pekerjaan selesai terlambat dan menelan biaya lebih
Negatif Negatif
tinggi dari anggaran.
Pekerjaan terlaksana sesuai jadwal dan menelan biaya
Nol Negatif
di atas anggaran.
Pekerjaan selesai terlambat dan menelan biaya sesuai
Negatif Nol
anggaran.
Pekerjaan selesai lebih cepat dari rencana dengan
Positif Negatif
menelan biaya di atas anggaran.

Sumber : Soeharto, I. 1995, “Manajemen Proyek (Dari Konseptual


Sampai Operasional)”, hal. 273.

38
b. Indeks Produktivitas dan Kinerja
Pengelola proyek seringkali ingin mengetahui efisiensi penggunaan
sumber dana. Ini dinyatakan sebagai indeks produktifitas atau indeks kinerja.
Adapun rumus-rumusnya adalah sebagai berikut :

Indeks Kinerja Biaya ( CPI ) = BCWP : ACWP


Indeks Kinerja Jadwal ( SPI ) = BCWP : BCWS

Sumber : Soeharto, I. 1995, “Manajemen Proyek (Dari Konseptual


Sampai Operasional)” , hal. 273.

Cost Performance Index (CPI) digunakan untuk menentukan status


dari proyek. Dimana jika nilai CPI < 1, berarti proyek akan mengalami
kerugian jika tidak diambil tindakan-tindakan perbaikan.
Schedule Performance Index (SPI) digunakan untuk membandingkan
bobot pekerjaan di lapangan dan dalam perencanaan. Jika nilai SPI < 1, maka
progress proyek tertinggal dibanding rencana.
Bila angka indeks kinerja ditinjau lebih lanjut, maka akan terlihat hal-
hal sebagai berikut :
1. Angka indeks kinerja kurang dari 1 berarti pengeluaran lebih besar
dari anggaran atau waktu pelaksanaan lebih lama dari jadwal yang
direncanakan. Bila anggaran dan jadwal sudah dibuat secara
realistis, maka berarti ada suatu kesalahan dalam pelaksanaan
proyek.
2. Sejalan dengan pikiran di atas, bila angka indeks kinerja
penyelenggaraan proyek lebih baik dari perencanaan, dalam arti
pengeluaran lebih kecil dari anggaran atau jadwal lebih cepat dari
rencana.
3. Makin besar perbedaan dari angka 1, maka makin besar
penyimpangannya dari perencanaan dasar atau anggaran, bahkan
bila didapat angka yang terlalu tinggi, yang berarti prestasi

39
pelaksanaan pekerjaan sangat baik, perlu diadakan pengkajian
apakah mungkin perencanaannya atau anggarannya justru tidak
realistis.

Untuk menentukan kapan suatu kegiatan harus mendapat perhatian


khusus, maka digunakan Critical Ratio (CR). Rumusnya adalah sebagai
berikut:
Critical Ratio (CR) = SPI x CPI

Batasan yang disarankan untuk kondisi CR adalah sebagai berikut :


a. Jika CR berada antara 0,9 sampai 1,2 maka kegiatan dalam keadaan
baik.
b. Jika CR berada antara 0,8 sampai 0,9 atau 1,2 sampai 1,3 maka
kegiatan perlu mendapatkan perhatian khusus.
c. Jika CR berada di bawah 0,8 atau di atas 1,3 maka kegiatan dalam
keadaan kritis.

c. Analisa Kemajuan Proyek


Pada saat pelaksanaan misalnya misalnya didalam laporan bulanan,
data yang terkumpul mengenai kemajuan pekerjaan dan pengeluaran biaya
dianalisa untuk tiap paket kerja yang meliputi:
 Kemajuan fisik aktual dihitung berdasarkan anggaran yang
dialokasikan.
 Pengeluaran tercata pada laporan keuangan.
 Perencanaan dasar dan anggaran yang mengakibatkan jadwal dan
biaya.
Ketiga indikator diatas setelah dianalisa akan memberikan gambaran
yang tepat dan lengkap perihal kinerja tiap item pekerjaan, yaitu mengenai
pencapaian jadwal dan anggaran. Berdasarkan kinerja pada saat pelaporan
diperkirakan biaya dan jadwal akhir proyek.

d. Perkiraan Biaya dan Waktu Penyelesaian Proyek

40
Didalam membuat perkiraan biaya dan jadwal penyelesaian proyek
yang didasarkan atas hasil analisis yang diperoleh pada saat evaluasi, akan
memberikan petujuk analisa perkiraan biaya total proyek atau EAC (Estimate
At Completion) yaitu perkiraan biaya untuk penyelesaian proyek, dan analisa
jadwal keterlambatan atau TAC (Time At Completion) yaitu perkiraan
waktu/durasi proyek berdasarkan pengamatan saat ini. Perkiraan tidak dapat
memberikan jawaban dengan angka yang tepat karena didasarkan pada asumsi
pada berbagai asumsi. Jadi tergantung pada akurasi asumsi yang dipakai.
Meskipun demikian, pembuatan perkiraan biaya atau jadwal amat bermanfaat
karena memberikan peringatan dini mengenai hal-hal yang akan terjadi
mengenai masa yang akan datang, bila kecenderungan yang ada pada saat
pelaporan tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, maka masih tersedia
kesempatan untuk mengadakan pembetulan. Dalam membuat proyeksi diatas,
digunakan rumus-rumus perkiraan biaya penyelesaian sebagai berikut:
BAC : Budgeted At Completion
EAC : Estimate At Completion
VAC : Varian At Completion
BCWR : Budgeted Cost for Work Remaining
BCWR = BAC – BCWP
CPI = BCWP / ACWP
Dua hubungan yang validitas adalah :
VAC = BAC – EAC
EAC = ACWP + ETC
Karena kecenderungan proyek yang terus berlanjut sampai selesai, maka :
ETC = BCWR / CPI
EAC = BAC / CPI = BAC (ACWP/BCWP)

Sparrow (1998) dalam Gerosa (2009) jika proyek saat ini yaitu pada-n
bulan terakhir mengalami kecenderungan biaya telah berubah dan diperkirakan
akan berlangsung sampai akhir penyelesaian proyek, maka :
ETC = (BAC – BCWP) / CPIn

41
EAC = ACWP + (BCWR/CPIn)
Dua metode diatas telah menunjukkan suatu validitas secara
keseluruhan dari sebuah proyek bila menggunakan n=3.
Untuk rumus EAC yang digunakan untuk meramalkan kemungkinan
maksimum dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek adalah sebagai
berikut :
EAC = BAC/(CPI-SPI) = BAC/CR
Keterangan:
BAC : (Budgeted At Completion) Anggaran keseluruhan.
BCWP : (Budgeted Cost of Work Performed) anggaran yang senilai
dengan pekerjaan yang dilaksanakan.
ACWP : (Actual Cost Work Performed) Jumlah biaya aktual dari
pekerjaan yang telah dilaksanakan.
BCWR : (Budgeted Cost for Work Remaining) anggaran biaya untuk
pekerjaan tersisa.
CPI : (Cost Performed Index) Indeks prestasi biaya.
EAC : (Estimate At Completion) perkitaan total biaya akhir proyek.
Selain itu Brandon (1998) juga dalam Gerosa (2009) mengemukakan
tentang perhitungan penundaan jadwal (SD) dan rencana pada penyelesaian
(PAC), yaitu:
TAC = PAC/SPI
DAC = PAC – TAC
Keterangan :
SPI : (Schedule Performed Index) Indeks kinerja waktu yang
diperoleh saat eavaluasi.
TAC : (Time At Completion) Waktu pada penyelesaian proyek.
DAC : (Delay At Completion) Penundaan pada penyelesaian proyek.

42
Pengertian Umum Proyek
Ada beberapa pengertian tentang proyek, seperti yang diungkapkan oleh para ahli
diantaranya sebagai berikut :
1. Merupakan gabungan dari beberapa sumber daya yang dihimpun dalam suatu wadah
organisasi sementara, untuk mencapai sasaran tertentu. (Cleland dan King, 1987)
2. Suatu kegiatan yang berlangsung dalam waktu tertentu dengan alokasi sumber daya
yang terbatas dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang telah digariskan.
(Suharto, 1990)
Daur kegiatan untuk mencapai tujuan proyek tampak pada gambar 3.1 yang
menyajikan langkah berkesinambungan dengan tujuan untuk mencapai hasil yang baik.

PERENCANAAN
1. Tentukan sasaran
2. Survey sumber daya
3. Menyusun strategi

PENGENDALIAN PELAKSANAAN
1. Membandingkan 1. Alokasi sumber daya
hasil dengan rencana 2. Alokasi pelaksanaan
2. Laporan 3. Motivasi staf
3. Pemecahan masalah

Gambar 3.1 Daur kegiatan untuk mencapai tujuan proyek (prijono, 1994)

3.2 Hubungan Biaya, Waktu, dan Kualitas


Ketentuan mengenai biaya, kualitas, dan waktu penyelesaian konstruksi sudah diikat
dalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai. Apabila muncul hal-
hal yang tidak diperhitungkan selama proses pelaksanaan, maka harus segera dilakukan
perbaikan. Usaha perbaikan penyimpangan tersebut bagaimanapun tidak dapat mengubah
kesepakatan pembiayaan dan jangka waktu pelaksanaan. Bahkan segala macam bentuk
penyimpangan terhadap kesepakatan tentang kualitas dan waktu pekerjaan biasanya
mengandung resiko dan sanksi denda.
Dalam penyelenggaraan sebuah proyek, faktor biaya merupakan bahan pertimbangan
utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus ditanamkan pemberi
tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Fluktuasi pembiayaan suatu konstruksi bangunan
juga tidak lepas dari pengaruh situasi ekonomi yang mungkin dapat berupa kenaikan harga
material, harga peralatan, dan upah tenaga kerja. Karena inflasi, kenaikan biaya sebagai akibat
pengembangan biaya bank, kesempitan modal kerja, atau penundaan pelaksanaan kegiatan
karena suatu keterlambatan. Disamping itu masih ada pengaruh yang datang dari masalah
produktivitas, kemudian ketersediaan sarana dan prasarana awal dilokasi proyek, atau kejadian
khusus seperti sengketa hukum dan sebagainya. Sedangakan masalah-masalah yang
berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan konstruksi lebih banyak disebabkan oleh mekanisme
penyelenggaraan, seperti keterlambatan jadwal perencanaan, perubahan-perubahan pekerjaan
selama berlangsungnya konstruksi, kelayakan jadwal, masalah-masalah produktivitas,
peraturan-peraturan dari pemerintah mengenai keamanan perencanaan dan metode
pelaksanaan konstruksi, dampak lingkungan, kebijakan diketenagakerjaan dan sebagainya.
Kemudian masalah-masalah yang mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan lebih
banyak berawal dan didominasi oleh kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan
kemampuan dan keterampilan teknis, misalnya dalam penyusunan kriteria perencanaan dan
spesifikasi, pengelolaan segi finansial sebagai penunjang, tata cara penyediaan material,
peralatan, dan pengawasan. Selanjutnya masih terdapat masalah-masalah tambahan yang
cukup penting yang berpengaruh terhadap jadwal, waktu, dan kualitas, yaitu upaya analisa
ekonomi biaya tinggi, program-program pelatihan tenaga kerja. Ringkasan uraian tersebut
dapat diberikan dalam bentuk bagan seperti pada gambar 3.2.
Hubungan antara biaya, waktu, dan kualitas saling tarik-menarik, artinya jika ingin
meningkatkan kinerja yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti
dengan menaikkan kualitas yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya melebihi anggaran.
Sebaliknya, bila ingin menekan maka biasanya harus berkompromi dengan mutu dan jadwal.
Inflasi

 Penundaan  Sengketa hukum


 Modal kerja  Bunga bank

Pembiayaan

Lokasi proyek
Produktivitas
Jadwal konstruksi
Ekonomi biaya tinggi
Rekayasa nilai
Pelatihan pekerjaan
 Tenaga terampil
 Jadwal waktu  Kualitas alat dan
 Perubahan pekerjaan Waktu bahan
 Peraturan pemerintah Kualitas  Pemeriksaan,
Konstruksi
 Pengadaan alat dan pengawasan,
bahan perencanaan dan
spesifikasi teknis
 Pengadaan Alat
dan Bahan
Gambar 3.2 Ketergantungan biaya, waktu, dan kualitas (Dipohusodo, 1996)

3.3 Perencanaan Proyek


Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen proyek yang sangat penting,
yaitu memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang akan datng yang diperlukan
untuk mencapai sasaran. Hal ini berarti pertama-tama kita harus menentukan sasaran yang
hendak dicapai kemudian mencoba menyusun urutan langkah-langkah kegiatan untuk
mencapainya.
Dalam menyelenggarakan proyek, tahap dan kegunaan perencanaan dapat dibedakan
menjadi perencanaan dasar dan perencanaan pengendalian. Segera setelah kegiatan proyek
dimulai, maka dipersiapkan perencanaan dasar yang berupa penyusunan jadwal induk,
anggaran, penetapan standar mutu, penetapan organisasi pelaksana, dan urutan langkah-
langkah pelaksanaan pekerjaan. Jadi perencanaan ini dimaksudkan untuk meletakkan dasar-
dasar berpijak bagi suatu penyelenggara proyek, yaitu bila pelaksanaan fisik sudah berjalan,
data-data informasi ini kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan data-data perencanaan
dasar. Kegiatan ini berupa menganalisis dan membandingkan hasil pelaksaaan fisik dilapangan
terhadap perencanaan dasar kemudian membuat pembetulan-pembetulan yang diperlukan,
sering kali harus diikuti dengan pembuatan perencanaan ulang bertujuan agar pelaksanaan
pekerjaan selalu terarah menuju sasaran yang disebut perencanaan untuk pengendalian.
Unsur-unsur perencanaan yang berkaitan dengan manajemen proyek adalah jadwal,
prakiraan, sasaran, prosedur, dan anggaran. Tidak semua perencanaan mengandung semua
unsur tersebut. Suatu perencanaan yang baik memerlukan keterangan yang jelas mengenai
unsur-unsur yang menjadi bagian dari perencanaan, sehingga seluruh bagian organisasi dan
personil yang terlibat mengetahui arah tindakan yang dituju. Penjelasan lebih lanjut dari unsur-
unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jadwal
Jadwal adalah penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan langkah-langkah
kegiatan yang sistematis untuk mencapai sasaran. Pendekatan yang sering dipakai
untuk penyusunan jadwal adalah pembentukan jaringan kerja, yang
menggambarkan suatu grafik hubungan urutan pekerjaan.
2. Prakiraan
Prakiraan adalah usaha yang dilakukan secara sistematis untuk melihat keadaan
masa depan dengan data-data yang tersedia. Tujuan prakiraan adalah memberikan
informasi untuk dipakai sebagai salah satu dasar perencanaan dan pengendalian.
3. Sasaran
Sasaran adalah tujuan yang spesifik dimana semua kegiatan diarahkan dan
diusahakan untuk mencapainya. Terdapat tiga sasaran proyek yaitu jadwal,
anggaran, dan mutu.
4. Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan dan prosedur memegang peranan penting dalam penyelenggaraan suatu
kegiatan besar. Sebab kebijakan dan prosedur merupakan alat komunikasi yang
diharapakan dapat mengatur, mengkoordinasi, dan menyatukan arah gerak bagian-
bagian kegiatan yang dilakukan. Kebijakan dapat diartikan sebagai petunjuk
dalam pengambilan keputusan. Bila kebijakan memberikan petunjuk apa yang
perlu dan dapat dilakukan, maka prosedur menjelaskan bagaimana cara
melakukan. Prosedur dapat digunakan untuk :
 Mengurangi kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh kurang adanya
komunikasi.
 Mengurangi adanya tumpang tindih dan pengulangan.
 Mengurangi tugas-tugas pengambilan keputusan, karena prosedur itu
sendiri merupakan keputusan-keputusan mengenai bagaimana pekerjaan
dilakukan.
5. Anggaran
Anggaran menunjukkan perancangan penggunaan dana untuk melaksanakan
pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. Dalam penyelenggaraan proyek, suatu
anggaran yang disusun rapi yaitu anggaran yang dikaitkan dengan rencana jadwal
pelaksanaan pekerjaan, merupakan patokan dasar atau pembanding dalam
kegiatan pengendalian. Anggaran menjadi tidak sesuai dengan kenyataan, bila
perbedaan anggaran sudah terlalu besar, maka penggunaannya sebagai alat
perencanaan dan pengendalian menjadi tidak ampuh lagi. Oleh karena itu
anggaran perlu disesuaikan bila hal ini memang diperlukan dari segi pengendalian
dan perencanaan. Jadi penyesuaian disini adalah untuk membuat anggaran tetap
terhadap situasi akhir. Dengan demikian sifat-sifat ketat dan realistik dari suatu
anggaran tetap terjaga.

3.4 Pelaksanaan Proyek


Tahap pelaksanaan dilapangan dimulai sejak ditetapkannya pemenang lelang, dan
diawali dengan menerbitkan surat perintah kerja serta penyerahan lapangan dengan segala
keadaannya kepada kontraktor. Kontraktor mengawali pekerjaannya dengan mengeluarkan
surat pemberitahuan saat mulai bekerja yang sekaligus memuat informasi mengenai organisasi
dan petugas lapangannya. Kemudian dimulailah pekerjaan-pekerjaan persiapan, pengujian
material, survey pengukuran dan persiapan tata cara dan prosedur penanganan masalah-
masalah administratif.
Selanjutnya perlu mengembangkan jadwal rencana kerja menjadi jadwal terinci.
Pengembangan jadwal rencana kerja harus mampu mengantisipasi kemungkinan munculnya
permasalahan dan hamabatan, termasuk memperhitungkan jalan keluarnya. Jadwal rencana
detail berlaku sebagai kerangka induk untuk dijabarkan lebih rinci lagi dalam bentuk jadwal,
pengadaan material, alat-alat dan tenaga kerja, penagihan, pembayaran prestasi, dan
penyusunan arus kas, kemudian perlu ditetapkan pedoman praktis mekanisme dalam rangka
mewujudkan sistem pengelolaan, koordinasi, pengendalian dan pemeriksaan pekerjaan
kontraktor sampai sedetail mungkin.
Selama proses konstruksi berjalan dilakukan pengendalian dengan selalu mengikuti
laporan dan evaluasi pekerjaan, termasuk jadwal rencana kerja yang dipersiapkan secara teratur
dalam bentuk periodik harian, mingguan, dan bulanan. Biasanya setiap laporan dilengkapi foto-
foto keadaan dan perkembangan lapangan disertai pula catatan-catatan penting seperlunya.
Penerapan pelaksanaan pekerjaan yang didasarkan pada rencana kerja dan dan waktu ke waktu
harus selalu dimonitoring, termasuk mengevaluasi segala kendala dan hambatan yang dihadapi
agar segera dapat diberikancara penyelesaiannya. Untuk itu perlu diadakan rapat-rapat
koordinasi secara periodik.
Setiap proses pelaksanaan konstruksi memerlukan program pengendalian mutu hasil
pekerjaan berdasarkan pada sistem pengendalian yang menyeluruh. Pelaksanaan tugas kegiatan
pengendalian mutu hakikatnya adalah pemantauan langkah demi langkah terhadap proses
pelaksanaan pekerjaan. Jadi bukan hanya memberikan penilaian terhadap hasil suatu proyek.
Proses pemantauan mencakup penilaian terhadap metode kerja, pengadaan tenaga kerja,
termasuk kesehatan dan keselamatan kerja.
BAB III
METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang digunakan untuk mencari
Pengaruh Perubahan Metode kerja terhadap Waktu dan biaya Proyek Bandara A.yani
Semarang. Agar data yang dihasilkan dari proses penelitian akurat, pada bab ini akan dijelaskan
metode penelitian yang digunakan selama proses berlangsung.

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pembangunan Proyek Pengembangan Jalan Akses Bandara
A.yani Paket -1 yang dibangun oleh PT Hutama - Nindya (KSO) selaku
pelaksana/kontraktor di Kota Semarang

3.2 Tahapan Penelitian

Mulai

Identifikasi pokok masalah penelitian

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder :


1. Survey Lapangan Jurnal dan buku yang
2. Wawancara dengan Site engineer terkait topik penelitian

Analisa Data

Pembahasan dan Perbandingan

Kesimpulan

Selesai
3.3 Identifikasi Pokok Masalah Penelitian
Sebuah penelitian selalu berangkat dari sebuah pokok permasalahan yang akan
dijadikan bahan penelitian. Dalam tahap ini ditentukan pokok masalah apa yang akan dijadikan
objek bahasan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, pokok masalah yang akan diangkat
adalah Dampak Perubahan Metode Kerja terhadap biaya dan waktu pada Proyek Bandara
A.Yani.

3.4 Studi Pustaka


Studi pustaka mutlak diperlukan dalam sebuah penelitian ilmiah. Studi pustaka
memberikan referensi mengenai masalah yang akan kita pecahkan sekaligus memberikan
metode pemecahan masalah yang akan kita jadikan objek penelitian. Merujuk pada referensi
Dokumen Kontrak dan Spesifikasi Teknik Proyek Bandara A.Yani

3.5 Pengumpulan data dilapangan


Pengumpulan data dilapangan dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung
dilokasi proyek dan wawancara (tanya jawab) dengan bagian yang berkompeten yaitu Site
Engineer. .

3.6 Sumber Data

Data yang dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan dan penyusunan laporam tugas
akhir dapat diklasifikasikan dalam dua jenis data yaitu
a. Data Primer
b. Data Sekunder
3.7 Metode Analisis
DAFTAR PUSTAKA

Alaghbari W., Kadir, M.R.A., Salim, A., and Ernawati. (2007). “The Significant Factors
Causing Delay of Building Construction Projects in Malaysia”, Engineering,
Construction, and Architectural Management vol. 14, no. 2.

Al-Najjar, JM (2008), “Factor Influencing Time and Cost Overrun on Construction Project in
Gaza Trip”, Thesis, Islamic University of Gaza.

Alwi, S. (2002), Identification the Incidence or Rework in High Rise Building Construction
in Indonesia. Jurnal Teknik Sipil Untar Nomor 2. Jakarta.

Andi, 2005. Studi Mengenai Faktor-FaktorPenyebab Rework pada Proyek-Proyek di


Surabaya, Skripsi, Universitas Kristen Petra, Indonesia.

Assaf, S. A., Al-Hejji, S. (2006). Causes of delay in large construction projects. International
Journal of Project Management 24(4).

Badri, Sofwan, 1997. Dasar-dasar Network planning, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Chundawan, Erick. (2014). Model Sumber dan Penyebab Rework pada Tahapan Proyek
Konstruksi. Tesis. Surabaya: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Universitas
Kristen Petra.

Gould, FE 1997, Managing The Construction Process: Estimating, Scheduling and Project
Control, Prentice-Hall, Inc, United State of America.

H.B. Sutopo.2006.Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya Dalam


Penelitian.Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Herdianto, Ardhan, dan Tanjungsari, Ayunda D. R., Evaluasi Pengerjaan Ulang (Rework)
pada Proyek Konstruksi Gedung di Semarang, Jurnal Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro, 2015.
HS Salim., 2003, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Sinar Grafika, Jakarta.

Josephson, PE., Larsson, B. and Li H., Illustrative Benchmarking Rework and Rework Costs
in Swedish Construction Industry, Journal of Management in Engineering, 18(2),
2002.

Nugraha, Riyanto. (2015). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan


Proyek Pik. Mall dan Hotel Untuk Acuan Pengendalian Pelaksanaan Proyek Tahap
Berikutnya, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana.

Nurdiani, Nina. (2013). Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang: Cara Pemancangan, Kendala Dan
Teknologi Terbaru. Architecture Department, Faculty of Engineering, Binus
University.

Siswanto, Muhammad. (2015). Analisis Penyebab Time Delays dan Cost Overruns Dalam
Pelaksanaan Proyek Konstruksi Bangunan Gedung di Kota Banda Aceh. Universitas
Syiah Kuala.

Soeharto, Iman. 1999. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional, Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai