Anda di halaman 1dari 7

UPAYA MEMBANGUN KEPEMIMPINAN NASIONAL YANG BERWIBAWA

GUNA MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAH YANG BERSIH


DAN TERPERCAYA

Pendahuluan.

Pemerintahan yang bersih umumnya berlangsung di negara yang masyarakatnya


menghormati hukum. Pemerintahan yang seperti ini juga disebut sebagai pemerintahan
yang baik. Pemerintahan yang baik itu hanya bisa dibangun melalui pemerintahan yang
bersih dengan aparatur birokrasinya yang terbebas dari KKN. Dalam rangka mewujudkan
pemerintahan yang bersih, pemerintah harus memiliki moral dan proaktif serat check and
balances1.

Adanya perspektif yang berbeda dalam menjelaskan konsep good governance


maka tidak mengherankan kalau kemudian terdapat banyak pemahaman yang berbeda-
beda mengenai good governance. Namun, secara umum ada beberapa karakteristik dan
nilai yang melekat dalam praktik governance yang baik. Pertama, praktik governance
yang baik harus memberi ruang kepada aktor lembaga non-pemerintah untuk berperan
serta secara optimal dalam kegiatan pemerintahan sehingga memungkinkan adanya
sinergi di antara aktor dan lembaga pemerintah dengan non-pemerintah seperti
masyarakat sipil dan mekanisme pasar. Kedua, dalam praktik governance yang baik
terkandung nilai-nilai yang membuat pemerintah dapat lebih efektif bekerja untuk
mewujudkan kesejahteraan bersama. Nilai-nilai seperti efisiensi, keadilan, dan daya
tanggap menjadi nilai yang penting. Ketiga, praktik governance yang baik adalah praktik
pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktik KKN dan berorientasi pada kepentingan
publik. Karena itu, praktik pemerintahan dinilai baik jika mampu mewujudkan
transparansi, penegakan hukum, dan akuntabilitas publik.

Terkait dengan hal tersebit, dalam mengimplementasikan peran sebagai pemimpin


nasional terdapat beberapa permasalahan antara lain lemahnya kapasitas dan
pengalaman serta integritas, sehingga muncul berbagai permasalahan yang perlu
dicarikan solusinya agar peran pemimpin nasional optimal dalam membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih dan terpercaya. Hal ini sebagaimana yang terjadi di era
reformasi yang sudah berjalan kurang lebih 20 tahun, dimana penerapan Good
Governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan
clta-cita Reformasl. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam

1
.H. Parper, 2002, Filsafat Politik: Plato, Aristoteles, Augustinus, Machiaveli, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal:
59
2

pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good
Governance. Akan letapi, Hal tersebut tidak berarti Good Governance gagal diterapkan,
banyak upaya yang dilakukan pemerintah guna menciptakan iklim Good Governance
yang baik, diantaranya ialah mulai diupayakannya transparansi informasi terhadap publik
mengenai APBN sehingga memudahkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
menciptakan kebijakan dan dalam proses pengawasan pengelolaan APBN dan BUMN.
Hal tersebut dapat rnenjadi acuan terhadap akuntabilitas rnanajerial darl sektor publik
tersebut agar kelak lebih baik dan kredibel kedepannya.

Mendasari hal tersebut, maka timbul pertanyaan mendasar terkait mewujudkan


tata kelola pemerintah yang baik dan bersih adalah : Bagaimana upaya membangun
kepemimpinan nasional yang berwibawa guna mewujudkan tata kelola pemerintah yang
bersih dan terpercaya ?

Pembahasan.

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah landasan bagi penyusunan dan


penerapan kebijakan negara yang demokratis. Prinsip-prinsip good governance
merupakan unsur yang fundamental dalam rangka penyelenggaraan pemerintah yang
baik bersih korupsi, kolusi serta nepotisme. Pelaksanaan prinsip-prinsip good governance
tidak selalu berjalan mulus, terdapat kendala-kendala yang harus ditatanggulangi
bersama oleh pemerintah dan masyarakat, serta peningkatan upaya-upaya yang perlu
dilakukan guna semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sebagaimana
yang terjadi di era reformas dimana berbagai pemasalahan bangsa masih saja terus
terjadi, mulai dari korupsi, kolusi, nepotisme yang masih bercongkol saja di setiap lini
birokrasi di negeri kita. Selain itu, masalah penegakan hukum yang sulit berjalan.
Penegakan hukum yang cenderung terkesan tebang pilih dan tidak berkutik apabila
sudah berhadapan dengan pemodal, monopoli dalam kegiatan perekonomian,
kesejahteraan masyarakat yang masih rendah, disparitas ekonomi masyarakat yang
semakin tinggi, pembangunan yang pesat namun kurang memperhatikan kesejahteraan
rakyat, pengangguran yang semakin meningkat tiap tahun akibat pertumbuhan penduduk
tidak sebanding dengan banyaknya lapangan kerja, hingga munculnya konflik-konflik di
berbagai daerah yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan negara republik
Indonesia. Bahkan kondisi saat inipun masih banyak faktor-faktor penghambat majunya
3

pemerintahan yang baik yaitu masih banyaknya perilaku yang bertentangan dengan
kaidah good governace sebagaimana cita-cita reformasi2.

Berkaitan dengan hal tersebut, sangat diperlukan upaya untuk membangun


kepemimpinan nasional yang berwibawa guna mewujudkan tata kelola pemerintah yang
bersih dan terpercaya diantaranya melalui penerapan konsep Good Governace yang
terarah serta penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik

Konsep Good Governace Yang Terarah.

Konsep Good Governance tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, namun
melibatkan semua aktor dalam kepemerintahan. Aktor dalam kepemerintahan itu adalah
negara atau pemerintah sendiri, Swasta, dan Masyarakat madani (civil society). Banyak
pihak yang masih menganggap jika tata kelola pemerintahan yang baik hanya dilakukan
oleh pemerintah saja. Tata pemerintahan bukan hanya dalam pengertian struktur dan
manajemen lembaga atau eksekutif saja, namun pemerintah hanyalah bagian dari ketiga
sektor tadi. Aktor lain adalah sektor swasta dan civil society (masyarakat madani). Sektor
swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi dalam sistem pasar,
industri manufaktur, perdagangan, perbankan dan sektor informal lainnya yang bersifat
penyerapan tenaga kerja, peningkatan produksi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan masyarakat madani merupakan kelompok masyarakat dalam konteks
kenegaraan berada diantara pemerintah dan perseorangan, baik perseorangan maupun
kelompok tersebut berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi. Kelembagaan
masyarakat sipil dirasakan oleh masyarakat melalui fasilitas partisipasi masyarakat
dengan mobilisasi. Oleh karenanya memahami tata kelola pemerintahan yang baik
adalah memahami bagaimana integrasi peran antara pemerintah (birokrasi), sektor
swasta, dan civil society dalam suatu aturan main yang disepakati bersama. Lembaga
pemerintah harus mampu menciptakan kondisi dimana ekonomi, politik, sosial budaya,
hukum, dan keamanan yang kondusif. Di samping itu, sektor swasta berperan aktif dalam
menumbuhkan kegiatan perekonomian yang akan meluaskan lapangan kerja dan
pendapatan masyarakat. Sedangkan, civil society harus mampu berperan aktif dengan
berbagai macam aktivitas perekonomian, sosial, dan politik serta menjadi pengamat dan
kontrol terhadap jalannya aktivitas-aktivitas tersebut

2
Tata Pola Pemerintahan Yang Baik. Dikutip dari : http://blog-kuelvisusanti1992.blogspot.com/2014/06/tata-pola-
pemerintahan-yang-baik-dan.html, diakses pada 13 Juni 2018
4

Penerapan Prinsip-prinsip Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik.

Dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik tersebut harus dilakukan
dengan sinergi bersama antar ketiga segmen tersebut dalam mengelola sumber daya
alam, sumber daya manusia, lingkungan, perekonomian, dan stabilitas nasional. Terkait
dengan hal tersebut, maka syarat terciptanya good governance, meliputi partisipatoris,
rule of law (penegakan hukum), transparansi, responsiveness (daya tanggap),
konsensus, persamaan hak, efektivitas, dan akuntabilitas. Partisipatoris maknanya yaitu
setiap pembuatan kebijakan selalu melibatkan unsur masyarakat. Saat ini pemerintah
mulai memandang jika pembangunan Indonesia tidak dilakukan oleh satu sisi pemerintah
saja, namun masyarakat mulai diberi kewanangan dalam membangun masyarakat dan
daerahnya sendiri. Melalui UU No. 6 tahun 2014 tentang UU Desa, pemerintah percaya
jika aparatur desa dan masyarakatnya sanggup untuk membangun dan mengelola
daerahnya sendiri. Dengan adanya peraturan tersebut, berimbas kepada penggelontoran
dana desa yang jumlahnnya terbilang tidak sedikit bagi 76 ribu desa di seluruh penjuru
negeri. Salah satu kelebihan bangsa Indonesia adalah mengenai sifat gotong royong dan
musyawarah.Untuk menciptakan good governance yaitu penyelesaian permasalahan
dengan mengutamakan dialog/musyawarah untuk menjadi konsensus. Selain itu,
perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik harus didukung dengan perangkat hukum
yang kuat. Artinya penegakan hukum dengan menidak pelanggar, menjamin
perlindungan hak asasi manusia, tidak memihak, dan tidak pandang bulu. Kemudian,
dengan transparansi atau ruang kebebasan untuk memperoleh informasi publik bagi
warga negara. Transparansi mengenai APBN, APBD, dan anggaran belanja lainnya
harus menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk dilaksanakan. Harus ada ketegasan
antara yang menjad rahasia negara dan informasi yang terbuka untuk publik. Selain itu
lembaga publik harus mampu merespon kebutuhan masyarakat terutama yang berkaitan
dengan HAM. Pemerintah harus menjamin bahwa semua pihak tanpa terkecuali berhak
untuk terlibat dalam proses politik, tanpa ada satupun yang dikesampingkan. Disamping
itu, akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban dari suatu instansi pemerintahan
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan tehadap misi-misinya.
Secara garis besar, kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah harus transparan,
efektif, efisien dan mampu menjawab ketentuan dasar keadilan.

Adapun perubahan paradigma mengenai tata kelola pemerintahan yang baik dari
yang sebelumnya seolah rakyat dan pemerintah merupakan sisi lain yan terpisah
sehingga rakyat yang harus mengikuti keinginan pemerintah melalui aturan dan kebijakan
yang diambil. Pemerintah dalam keberadaannya sebagai pelayan masyarakat di banyak
5

bidang, bukan sebaliknya rakyat yang melayani pemerintah. Perubahan paradigma


tersebut memang memerlukan waktu karena persiapan aparatur negara masih dalam
tahap proses menuju good governance. Transformasi struktural tersebut ditandai dengan
semakin tumbuh dan berkembangnya proses demokratisasi, kemudian pemberdayaan,
dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam keikutsertaannya di berbagai bidang,
penegakan supremasi hukum, dan pemberantasan korupsi, kolusi, nepotisme didalam
birokrasi pemerintah. Adapun perubahan kepemerintahan yang baik misalnya perubahan
tata kelola negara dari yang mengandalkan kekuatan (power) mutlak menuju pelayanan
masyarakat, desentralisasi atau otonomi daerah, pemberdayaan masyarakat,
perekonomian pasar yang tidak monopoli, dan terciptanya tata kelola masyarakat
madani.

Konsep tata kelola pemerintahan yang baik dapat diartikan menjadi acuan untuk
menuju kesana. Artinya konsep good governance merupakan idealisme nilai dalam
proses menuju kesana. Membangun tata kelola pemerintahan yang baik adalah
mengubah cara kerja pemerintahan menjadi lebih akuntabel dan membangun pelaku-
pelaku di luar pemerintahan untuk berperan serta dalam membuat sistem baru yang
berpihak pada kepentingan umum. Dalam konteks ini, tidak ada satu tujuan
pembangunan yang dapat diwujudkan dengan mengubah karakteristik dan cara kerja
institusi negara atau pemerintah. Adapun faktor yang menjadi penghambat terhadap
upaya membangun good governance adalah human interest. Faktor kepentingan
merupakan faktor terkuat yang saat ini mempengaruhi baik buruknya dan tercapai atau
tidaknya sebuah negara serta pemerintahan yang baik. Sebab, memang menjadi sebuah
keniscayaan bahwa setiap manusia memiliki kepentingan. Baik kepentingan individu,
kelompok, maupun kepentingan masyarakat nasional atau bahkan internasional. Dalam
rangka mewujudkan kepentingan-kepentingan tersebut akan terjadi benturan. Dan dalam
usaha mewujudkan good governance juga akan terjadi benturan antar kepentingan.
Kepentingan-kepentingan antar individu, kelompok, golongan tersebut akan melahirkan
jarak dan sekat yang membatasi terwujudnya konsensus atau kepentingan bersama.
Sebuah tata kelola pemerintahan yang baik adalah merupakan hasil keputusan bersama
yang menjadi mufakat. Dalam konsep good governance, tata kelola pemerintahan yang
baik adalah kesepakatan bersama antara pemerintah (negara), pelaku ekonomi (swasta),
dan warga negara (civil society). Sehingga konsensus mengenai kebijakan yang baik
adalah produk dari hasil keputusan yang menjadi pertanggungjawaban bersama.
6

Penutup.

Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan,


bahwa penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, pada dasarnya menuntut
keterlibatan seluruh komponen pemangku kepentingan, baik di lingkungan birokrasi,
dunia usaha, maupun di lingkungan masyarakat, dan pelaksanaannya disamping
menuntut adanya koordinasi yang baik, juga persyaratan integritas, profesionalitas, etos
kerja dan moral yang tinggi. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah
pemerintah yang dekat dengan masyrakat dan dalam memberikan pelayanan harus
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Esensi mengenai pemerintahan yang baik
dicirikan dengan terselenggarakannya pelayanan publik yang baik. Hal ini sejalan dengan
esensi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang ditujukan untuk memberikan
kekuasaan pada daerah untuk mengatur msyarakatnya sendiri, serta meningkatkan
pelayanan publik.
Saran. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan hendaknya prinsip-
prinsip good governance ditegakkan dalam berbagai institusi penting pemerintah. Prinsip-
prinsip itu adalah meliputi partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum,
transparansi, berorientasi pada konsensus, kesetaraan, efektifitas dan efisiensi,
akuntabilitas, dan visi strategis. Tata kelola pemerintahan yang baik tidak akan bisa
tercapai apabila integritas pemerintah dalam menjalankan pemerintahan tidak dapat
dijamin. Indonesia adalah negara hukum. Namun, jika hukum tidak ditegakkan
sebagaimana semestinya, justru akan menjadi bumerang yang akan menyerang negara
da jalannya pemerintahan akan menjadi lebih buruk. Oleh karena itu konsistensi antara
tiga pilar good governance itu harus solid, antara pemerintahan, pelaku ekonomi/swasta,
dan masyarakat madani. Sehingga Indonesia akan bergerak menuju tata kelola
pemerintahan yang menjadi cita-cita dan tujuan daripada agenda reformasi. Sekian

DaftarPustaka :

- Term of Reference (ToR) Penyusunan Esai BS. Kepemimpinan


- H. Parper, 2002, Filsafat Politik: Plato, Aristoteles, Augustinus, Machiaveli,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal: 59
- Tata Pola Pemerintahan Yang Baik. Dikutip dari : http://blog-
kuelvisusanti1992.blogspot.com/2014/06/tata-pola-pemerintahan-yang-baik-
dan.html, diakses pada 13 Juni 2018
7

Kerangka Pemilkiran :
(A)

(X) (Y)
a b

Keterangan:
Variabel Pemula
A : Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
X : Upaya Membangun Kepemimpinan Nasional Yang Berwibawa
Y : Mewujudkan Tata Kelola Pemerintah Yang Bersih dan Terpercaya
Variabel Antara
a Konsep Good Governace Yang Terarah
b. Penerapan Prinsip-prinsip Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

Jakarta, 17 Juni 2018


Peserta

..............................
Nomor Perserta : .......

Anda mungkin juga menyukai