mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus
listrik. Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan kesamaan
yanag menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh
kontroler sebagai otaknya (Petruzella, 2001).
Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara elektronik berfungsi mengubah
tegangan fisika (misalnya: temperatur, cahaya, gaya, kecepatan putaran) menjadi besaran listrik
yang proposional. Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan ini harus memnuhi
persyaratan-persyaratan kualitas yakni :
a. Linieritas
Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik konversi harus linier.
b. Tidak tergantung temperatur
Keluaran inverter tidak boleh tergantung pada temperatur disekelilingnya, kecuali sensor
suhu.
c. Kepekaan
Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai masukan yang ada
dapat diperoleh tegangan listrik keluaran yang cukup besar.
d. Waktu tanggapan
Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk mencapai nilai
akhirnya pada nilai masukan yang berubah secara mendadak. Sensor harus dapat berubah cepat
bila nilai masukan pada sistem tempat sensor tersebut berubah.
Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor dapat dikelompokan menjadi 3
bagian yaitu:
a) sensor thermal (panas)
b) sensor mekanis
c) sensor optik (cahaya)
Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan
panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu.
Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda, photo multiplier,
photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer, dsb.
Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti perpindahan
atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level dsb.
Contoh; strain gage, linear variable deferential transformer (LVDT), proximity, potensiometer,
load cell, bourdon tube, dsb.
Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya,
pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai benda atau ruangan.
Contoh; photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier, pyrometer
optic, dsb.
Macam-macam Sensor
Beberapa jenis sensor yang banyak digunakan dalam rangkaian elektronik antara lain sensor
cahaya, sensor suhu, dan sensor tekanan.
Jenis sensor secara garis besar bisa dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Sensor Fisika
2. Sensor Kimia
Sensor fisika adalah sensor yang mendeteksi suatu besaran berdasarkan hokum-hukum fisika.
Yang termasuk kedalam jenis sensor fisika yaitu:
- Sensor cahaya
- Sensor suara
- Sensor suhu
- Sensor gaya
- Sensor percepatan
Sensor kimia adalah sensor yang mendeteksi jumlah suatu zat kimia dengan cara mengubah
besaran kimi menjadi besaran listrik. Biasanya ini melibatkan beberapa reaksi kimia. Yang
termasuk kedalam jenis sensor kimia yaitu :
- Sensor PH
- Sensor Gas
- Sensor oksigen
- Sensor Ledakan
- dll
1. Sensor cahaya
sensor cahaya
Sensor cahaya terdiri dari 3 kategori. Fotovoltaic atau sel solar adalah alat sensor sinar yang
mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik, dengan adanya penyinaran cahaya akan
menyebabkan pergerakan elektron dan menghasilkan tegangan. Demikian pula dengan
Fotokonduktif (fotoresistif) yang akan memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada
selselnya, semakin tinggi intensitas cahaya yang terima, maka akan semakin kecil pula nilai
tahanannya. Sedangkan Fotolistrik adalah sensor yang berprinsip kerja berdasarkan pantulan
karena perubahan posisi/jarak suatu sumber sinar (inframerah atau laser) ataupun target
pemantulnya, yang terdiri dari pasangan sumber cahaya dan penerima.
Berfungsi untuk mengubah sinar matahari menjadi arus listrik DC. Tegangan yang
dihasilkan sebanding dengan intensitas cahaya yang mengenai permukaan solar cell. Semakin
kuat sinar matahari tegangan dan arus listrik Dc yang dihasilkan semakin besar. Simbol Solar
Cell:
Bahan pembuat solar cell adalah silicon, cadmium sullphide, gallium arsenide
danselenium.
Gambar penampang solar cell :
Depletion layer adalah pertemuan antara substrat tipe P dan subtrat tipe N.
Prinsip kerja: Bila cahaya jatuh pada solar cell, depletion layer akan berkurang dan
elektron berpindah melalui hubungan “pn”. Besarnya arus yang mengalir sebanding dengan
perpindahan elektron yang ditentukan intensitas cahayanya.
B. Fotoconductiv
b. Fotodiode
Berfungsi untuk mengubah intensitas cahaya menjadi konduktivitas dioda. Fotodiode
sejenis dengan dioda pada umummya, perbedaannya pada fotodiode ini adalah dipasangnya
sebuah lensa pemfokus sinar untuk memfokuskan sinar jatuh pada pertemuan ”pn”.
Simbol Fotodiode :
Prinsip kerja : Energi pancaran cahaya yang jatuh pada pertemuan “pn” menyebabkan
sebuah elektron berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron berpindah ke luar dari
valensi band meninggalkan hole sehingga membangkitkan pasangan elektron bebas dan hole.
c. Fototransistor
Berfungsi untuk mengubah intensitas cahaya menjadi konduktivitas transistor.
Fototransistor sejenis dengan transistor pada umummya. Bedaannya, pada fototransistor
dipasang sebuah lensa pemfokus sinar pada kaki basis untuk memfokuskan sinar jatuh pada
pertemuan ”pn”.
Simbol Fototransistor :
2. Sensor Tekanan
Sensor Tekanan
Sensor tekanan - sensor ini memiliki transduser yang mengukur ketegangan kawat, dimana
mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar penginderaannya pada perubahan
tahanan pengantar (transduser) yang berubah akibat perubahan panjang dan luas penampangnya.
3. Sensor Proximity
Sensor Proximity
Sensor proximity merupakan sensor atau saklar yang dapat mendeteksi adanya target jenis
logam dengan tanpa adanya kontak fisik. Biasanya sensor ini tediri dari alat elektronis solidstate
yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif
yang berlebihan. Sensor proximity dapat diaplikasikan pada kondisi penginderaan pada objek
yang dianggap terlalu kecil atau lunak untuk menggerakkan suatu mekanis saklar.
4. Sensor Ultrasonik
Sensor Ultrasonik
Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana
sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan
perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang suara
dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus
dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek yang dapat diindera
diantaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun tekstil.
6. Sensor Magnet
sensor magnet
Sensor Magnet atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan
magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar dua
kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini
dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap ataupun
uap.
Sensor Penyandi (Encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran menjadi
sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat. Sensor ini
biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu; Pertama, Penyandi rotari tambahan (yang
mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa untuk masing-masing putaran) yang akan
membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar. Kedua, Penyandi absolut (yang
memperlengkapi kode binary tertentu untuk masing-masing posisi sudut) mempunyai cara kerja
sang sama dengan perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang
dihasilkan sehingga membentuk suatu pengkodean dalam susunan tertentu.
8. Sensor Suhu
sensor suhu
Terdapat 4 jenis utama sensor suhu yang umum digunakan, yaitu thermocouple (T/C)- lihat
gambar 1.6, resistance temperature detector (RTD), termistor dan IC sensor.Thermocouple pada
intinya terdiri dari sepasang transduser panas dan dingin yang disambungkan dan dilebur
bersama, dimana terdapat perbedaan yang timbul antara sambungan tersebut dengan sambungan
referensi yang berfungsi sebagai pembanding.Resistance Temperature Detector (RTD) memiliki
prinsip dasar pada tahanan listrik dari logam yang bervariasi sebanding dengan suhu.
Kesebandingan variasi ini adalah presisi dengan tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada
pendeteksian tahanan. Platina adalah bahan yang sering digunakan karena memiliki tahanan
suhu, kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas. Termistor adalah resistor yang peka terhadap
panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu negatif, karena saat suhu meningkat maka
tahanan menurun atau sebaliknya. Jenis ini sangat peka dengan perubahan tahan 5% per C
sehingga mampu mendeteksi perubahan suhu yang kecil. Sedangkan IC Sensor adalah sensor
suhu dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chipsilikon untuk kelemahan penginderanya.
Mempunyai konfigurasi output tegangan dan arus yang sangat linear.
1. Thermokopel
Berfungsi sebagai sensor suhu rendah dan tinggi, yaitu suhu serendah 3000F sampai dengan suhu
tinggi yang digunakan pada proses industri baja, gelas dan keramik yang lebih dari 30000F.
Thermokopel dibentuk dari dua buah penghantar yang berbeda jenisnya (besi dan konstantan) dan
dililit bersama.
Prinsip Kerja :
Jika salah satu bagian pangkal lilitan dipanasi, maka pada kedua ujung penghantar yang lain akan
muncul beda potensial (emf). Thermokopel ditemukan oleh Thomas Johan Seebeck tahun 1820 dan
dikenal dengan Efek Seebeck.
Efek Seebeck:
Sebuah rangkaian termokopel sederhana dibentuk oleh 2 buah penghantar yang berbeda jenis (besi
dan konstantan), dililit bersama-sama. Salah satu ujung T merupakan measuring junction dan ujung
yang lain sebagai reference junction. Reference junction dijaga pada suhu konstan 320F (00C atau
680F (200C). Bila ujung T dipanasi hingga terjadi perbedaan suhu terhadap ujung Tr, maka pada
kedua ujung penghantar besi dan konstantan pada pangkal Tr terbangkit beda potensial (electro
motive force/emf) sehingga mengalir arus listrik pada rangkaian tersebut.
Kombinasi jenis logam penghantar yang digunakan menentukan karakteristik linier suhu terhadap
tegangan.
Tipe-tipe kombinasi logam penghantar thermokopel:
a. Tipe E (kromel-konstantan)
b. Tipe J (besi-konstantan)
c. Tipe K (kromel-alumel)
d. Tipe R-S (platinum-platinum rhodium)
e. Tipe T (tembaga-konstantan)
Tegangan keluaran emf (elektro motive force) thermokopel masih sangat rendah, hanya beberapa
milivolt. Thermokopel bekerja berdasarkan perbedaan pengukuran. Oleh karena itu jika ukntuk
mengukur suhu yang tidak diketahui, terlebih dulu harus diketahui tegangan Vc pada suhu referensi
(reference temperature). Bila thermokopel digunakan untuk mengukur suhu yang tinggi makaa akan
muncul tegangan sebesar Vh. Tegangan sesungguhnya adalah selisih antara Vc dan Vh yang disebut
net voltage (Vnet).
Besarnya Vnet ditentukan dengan rumus:
Vnet = Vh - Vc Keterangan :
Vnet = tegangan keluaran thermokopel
Vh = tegangan yang diukur pada suhu tinggi
Vc = tegangan referensi
Gambar grafik tegangan terhadap suhu pada thermokopel tipe E, J, K dan R :
Gambar di bawah ini menunjukkan beberapa thermokopel yang dihubungkan secara seri membentuk
thermopile. Thermopile ini diletakkan di titik tengah pyrometer radiasi dan lensa yang digunakan
untuk memfokuskan radiasi (pancaran panas) agar jatuh pada thermopile.
Gambar Thermopile:
Untuk masa sekarang thermokopel sudah dibuat dengan kemasan yang mempunyai unjuk kerja yang
lebih peka yang disebut thermopile yang digunakan sebagai pyrometer radiasi.
Grafik hubungan suhu terhadap arus keluaran:
Thermistor dibentuk dari bahan oksida logam campuran, kromium, kobalt, tembaga, besi atau nikel.
Bentuk Thermistor :
a. Butiran
Digunakan pada suhu > 7000C dan memiliki nilai resistansi 100 Ω hingga 1 MΩ. b. Keping
Digunakan dengan cara direkatkan langsung pada benda yang diukur panasnya. c. Batang
Digunakan untuk memantau perubahan panas pada peralatan elektronik, mempunyai resistansi tinggi dan
disipasi dayanya sedang. Thermistor dibuat sekecil-kecilnya agar mencapai kecepatan tanggapan (respon time)
yang baik.
Pemakaian thermistor didasarkan pada tiga karakteristik dasar, yaitu:
a. Karakteristik R (resistansi) terhadap T (suhu)
b. Karakteristik R (resistansi) terhadap t (waktu)
c. Karakteristik V (tegangan) terhadap I (arus)
Grafik hubungan antara resistansi terhadap suhu thermistor :
Hubungan antara resistansi dan suhu penghantar logam merupakan perbandingan linear. Resistansi bertambah
sebanding dengan perubahan suhu padanya. Besar resistansinya dapat ditentukan berdasarkan rumus :
Keterangan :
R1 = resistansi pada suhu awal
R2 = resistansi pada suhu tertentu
Untuk menghasilkan tegangan keluaran dapat diperoleh dengan mengalirkan arus konstan melalui RTD atau
dengan memasangnya pada salah satu lengan jembatan wheatstone.
Gambar rangkaian jembatan wheatstone dengan RTD
Sensor merupakan alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi sesuatu (seperti: suhu,
kecepatan, jarak dll) dan sering berfungsi untuk mengukur magnitude (besaran) sesuatu. Sensor
adalah jenis transduser (mengubah daya menjadi daya yang lain) seperti mengubah variasi
mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor biasanya
dikategorikan melalui pengukur dan memegang peranan penting dalam pengendalian proses
pabrikasi modern. Sensor memberikan ekivalen mata, pendengaran, hidung lidah dan menjadi
otak mikroprosesor dari sistem otomatisasi industri. Jadi sensor sangatlah penting dalam
pembuatan alat-alat otomasi misalnya seperti dalam bidang industri, dan lain-lain. Berikut ini
merupakan macam-macam Sensor beserta Fungsi dan Implementasinya : 1. Sensor cahaya
Sensor Cahaya Sensor cahaya, seperti namanya sensor ini digunakan terhadap objek-objek yang
memiliki bentuk warna atau cahaya, yang diubah menjadi daya yang berbeda-beda. Sensor
cahaya terdiri dari 3 macam kategori: · Fotovoltaic, prosedur kerja dari sensor ini yaitu,
mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik, dengan adanya penyinaran cahaya akan
menyebabkan pergerakan elektron dan menghasilkan tegangan. · Fotokonduktif (fotoresistif ),
sensor ini memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada sel-selnya. prinsip kerjanya, semakin
tinggi intensitas cahaya yang terima sensor, maka akan semakin kecil pula nilai tahanannya. ·
Fotolistrik, sensor yang berprinsip kerja berdasarkan pantulan karena perubahan posisi/jarak
suatu sumber sinar (inframerah atau laser) ataupun target pemantulnya, yang terdiri dari
pasangan sumber cahaya dan penerima. Berikut ini merupakan beberepa contoh dari sensor
cahaya: a. LDR (Light Dependent Resistor) Sensor ini berfungsi untuk mengubah itensitas
cahaya menjadi hambatan listrik. Prinsip kerja dari LDR (Light Dependent Resistor) yaitu,
semakin tinggi intensitas cahaya yang mengenai permukaan LDR (Light Dependent Resistor)
maka hambatan listrik yang dihasilkan semakin besar, dan sebaliknya. Sensor ini dapat
diimplementasikan dalam pembuatan lampu otomatis. Lampu yang secara otomatis hidup
dimalam hari, dan mati disiang hari. Lampu hidup dikarenakan intensitas cahaya yang terbaca
oleh sensor sangatlah minim, dan sebaliknya. Gambar LDR b. Fotodiode Fotodiode ini berfungsi
untuk mengubah intensitas cahaya menjadi konduktivitas dioda. Fotodiode sejenis dengan dioda
pada umummya, perbedaannya pada fotodiode ini adalah dipasangnya sebuah lensa pemfokus
sinar untuk memfokuskan sinar jatuh pada pertemuan ”pn”. Gambar Fotodiode Prinsip kerja :
Energi pancaran cahaya yang jatuh pada pertemuan “pn” menyebabkan sebuah elektron
berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron berpindah ke luar dari valensi band
meninggalkan hole sehingga membangkitkan pasangan elektron bebas dan hole. Contoh produk
yang menggunakan sensor Fotodiode, mungkin kawan_kawan sudah tahu tentang robot yang
satu ini, Line Follower atau lebih jelasnya Line Tracer. Sensor Fotodiode digunakan untuk
menerima input perbedaan warna dari objek garis yang dipantulkan oleh pancaran lampu LED,
sehingga Line Tracer dapat melaju dengan tepat melewati garis. c. Fototransistor Berfungsi
untuk mengubah intensitas cahaya menjadi konduktivitas transistor. Fototransistor sejenis
dengan transistor pada umummya. Perbedaannya terletak pada, fototransistor dipasang sebuah
lensa pemfokus sinar pada kaki basis untuk memfokuskan sinar jatuh pada pertemuan ”pn”.
Related Posts:
Actuator sendiri adalah komponen yang mengubah energi listrik menjadi mekanik (gerakan).
Fungsi actuator untuk apa? Dalam robot actuator berfungsi untuk menggerakan robot. Dalam
robot beroda, actuator yang digunakan biasanya Motor DC yang dirangkai dengan roda. Dan
robot bisa berpindah kearah yang dinginkan.
Actuator terbagi menjadi 2 jenis. Ada jenis yang bergerak berdasarkan rotasi atau putaran. Ada
juga actuator linear yang bergerak lurus.
2. Geared Motor DC. Ini adalah pengembangan dari DC Motor, yang membedakan adalah
dengan adanya penambahan komponen Gear pada Motor. Gear ini berfungsi untuk menambah
torsi (tenaga) pada motor, atau juga bisa menambah kecepatan.
3. Motor Servo. Pengembangan dari DC Motor juga dan sudah memiliki Gear, tapi bedanya
Motor Servo bisa diatur kecepatannya. Di dalamnya terdapat Potensio Meter dan Driver Motor,
sehingga bisa diatur dengan derajat. Motor servo bisa digunakan untuk membuat robot berkaki.
4. Smart Servo. Pengembangan dari Motor Servo, atau jenis Servo yang lebih pintar. Dimana di
dalamnya sudah terdapat Controller sendiri. Mempunyai sistem feedback yang bisa dipasang
pada antar servo, tidak harus langsung pada kontroller. Untuk pembuatan robot Humanoid, atau
robot yang membutuhkan banyak servo, tapi memiliki pin sedikit adalah pilihan tepat.
5. Motor Stepper. Prinsip kerja motor Stepper sama seperti Motor DC, sama-sama
menggunakan arus searah (DC). Akan tetapi Stepper tidak berputar 360 Derajat dalam satu Step,
melainkan berputar dalam beberapa step. Untuk berputar 360 Derajat, stepper bertahap 45
Derajat dahulu dan lanjut ke 45 derajat begitu seterusnya. Tergantung dari jenis dan spesifikasi
Motor Stepper.
6. Geared Motor Stepper. Pengembangan dari Motor Stepper yang ada penambahan Gear pada
motornya. Gear berfungsi untuk menambah torsi atau tenaga pada motor.
1. Linear Actuator. Sesuai namanya gerakan dari Linear Actuator adalah jenis Motor DC yang
bergerak linear atau maju mundur. Gerakan maju mundur tersebut di dapat dari hasil
perpindahan dari roda gigi dengan motor DC rotari. Linear Actuatur juga tentu memiliki
Feedback yang dikirimkan ke Kontroller, membantu mempermudah pengendalian.
2. Solenoid. Adalah kumparan yang dililitkan memanjang dan panjangnya jauh lebih besar dari
diameter kawatnya.Yang membedakan Solenoid dengan Linear Actuator tidak menggunakan DC
Motor ataupun Gear untuk menghasilkan gerakan Linear, tapi memang bentuknya sudah
berbeda, bentuknya dibuat untuk bisa bergerak linear. Solenoid dalam aplikasi sehari-hari
biasanya digunakan untuk pengunci pintu rumah otomatis.
3. Muscle Wire. Adalah kawat otot yang biasa digunakan pada tangan robot. Fungsinya adalah
menggerakan jari-jari tangan robot.
4. Pneumatic. Adalah jenis actuator yang memanfaatkan tekanan udara untuk menghasilkan
gerakan mekanik linear. Untuk aplikasinya pneumatic digunakan untuk pekerjaan yang ringan,
seperti pada pintu Bus.
5. Hydraulic. Merupakan jenis actuator yang mirip dengan Pneumatic, hanya saja hidraulic
menggunakan Fluida atau oil yang dimanfaatkan untuk menghasilkan gerakan mekaniknya. Dan
untuk aplikasinya juga Pneumatic biasa digunakan untuk pekerjaan berat pada industri.
Baca Juga: 8 Komponen Utama Dalam Robot