Asma Pada Anak
Asma Pada Anak
Disusun Oleh :
AMIDAH S.KEP
P170667
KALIMANTAN TIMUR
2018
Stase kgd
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Amidah
NIM : P170667
(…………………………………………………..) (…………………………………………………..)
Stase kgd
KONSEP ASMA
1. Definisi
Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan
nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi dan peningkatan sekresi jalan
berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri
penyempitan jalannafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun
hasil daripengobatan. ( The American Thoracic Society ).
Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus
saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan dapat
beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari 3-4 hari,
sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari. Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim jarang
terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik, diluar serang tidak ditemukan
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan
berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 – 6 tahun dapat terjadi serangan tanpa
infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen,
aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekwensi serangan 3 – 4 kali dalam 1
tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekwensi serangan paling tinggi pada
umur 8 – 13 tahun. Pad golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik
ataui persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang
Stase kgd
akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekwensi serangan. Jika
waktu serangan lebih dari 1 – 2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat
ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi . Golongan
ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 % sebelum umur 3
tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua tahun pertama, dan 50 % sisanya
serangannya episodik. Pada umur 5 – 6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang
persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk dan mengi.
Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu terjadiserangan yang berat dan sering
memerlukan perawatan di rumah sakit.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan mengisepanjang
waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru menyadari mengenai asma
pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru
kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap
menderita asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda.
Pada pemeriksaan fisik jarang yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung
(Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan
pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak dapat
melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar
2. Etiologi
Faktor ekstrinsik : reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu
binatang).
Faktor intrinsik;
Stase kgd
Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor
pencetus.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulny aserangan asma
bronchial:
1. Faktor Predisposisi
Genetik Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana carapenurunannya.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluargadekat yang juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
denganfaktor pencetus.Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor Presipitasi
Alergen
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
Stase kgd
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan
dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga
yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Pencetus:
Alergen.
tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebagian besar anak dengan asma. Disamping itu hiper
reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus
tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan
jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan dengan
umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih
atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak
jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
Infeksi.
Stase kgd
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan ialah respiratory syncytial
virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus,
jamur, misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.
Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO 2 dan polutan udara lainya
dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri dapat menimbulkan refleks
bronkokonstriksi.
Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara berhubungan
Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma. Bahkan tertawa
dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal
amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan terjadinya sma pada anak.
Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.
Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks. Tidak adanya
perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri /
keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya pada anak dengan
pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan memperburuk
serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus
Stase kgd
alergenik maupun non alergenik. Serangan dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat infrksi
virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.
3. Manifestasi klinis
Auskultasi :
sempit.
Tachypnea, orthopnea.
Fatigue. ; Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.Kecemasan, labil
akibat ekshalasi yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.Serangan yang
tiba-tiba atau berangsur.Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.X
foto dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated”
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejalaklinis, tapi pada saat serangan
penderita tampak bernafas cepat dan dalam,gelisah,duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-
otot bantu pernafasanbekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi
( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak
selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak,
antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat
dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.
1.Stadium dini
Stase kgd
b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
Whezing
2. Stadium lanjut/kronik
.Batuk, ronchi
Sianosis
1. Ekstrinsik (alergik)
Stase kgd
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yangspesifik, seperti debu, serbuk
bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik danaspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatupredisposisi genetik terhadap alergi.
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yangtidak spesifik atau tidak
diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan olehadanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih beratdan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
menjadibronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik
5. patofisiologi
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan
iritasi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi tubuh muncul
(immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan
IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan
memberikan gejala asthma.
Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan bronkokontriksi (1-
2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih
lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau
bulan.
Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus. Hal ini
menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat
menimbulkan distres pernafasan
Stase kgd
Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan
nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi
obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 0 2, sehingga terjadi penurunan P0 2
(hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama
ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan
mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan
hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).
Stase kgd
PATHWAY ASMA Faktor Pencetus Serangan
Inhalasi alergen ( debu, serbuk-serbuk Polusi udara: CO, asap rokok parfume
dan bulu binatang) Emosional: takut, cemas, stres
Fisik: cuaca dingin perubahan temperature
Infeksi: parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
Iritan: kimia
Aktifitas yang berlebihan
Foto rontgen
Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat
dalam darah dan sputum
Pemeriksaan alergi
Pulse oximetri
Analisa gas darah.
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadihipoksemia, hiperkapnia, atau
asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH. Hiponatremia dan kadar leukosit
kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.Pada pemeriksaan faktor-
faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi
Stase kgd
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran
hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
bertambah.
o Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paruDapat pula menimbulkan
gambaran atelektasis lokal.
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang
positif pada asma.
Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan
disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
o perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.
o Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya
depresi segmen ST negative.
Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma
tidak menyeluruh pada paru-paru.
Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang palingcepat dan sederhana
diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer
dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan
Stase kgd
adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak
adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak
penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
8. pengobatan terapi
Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengertitujuan pengobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yangmerawat.
Pengobatan
a. Memberikan penyuluhan
2) Pengobatan farmakologik
Stase kgd
b. Santin (teofilin)Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard),
Teofilin(Amilex) Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini.
Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan insomnia, . Intervensi
keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat.
Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan meningkatkan bersihan
jalan nafas.
Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia, dysrhytmia,
palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam
Stase kgd
ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus
Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari,
untuk 3 hari (pada serangan hebat).
Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan pada pemahaman mengenai pathogenesis
penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi menjadi dua,yaitu:
penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di luar serangan
penatalaksanaan asma yang berhasil adalah bagaimana penyakit asma tersebut bisa dikontrol. Menurut
GINA yang telah diakui oleh WHO dan National Healt, Lung and Blood Institute-USA (NHBCLI), ada
beberapa kriteria yang dimaksudkan denganasma terkontrol. Idealnya tidak ada gejala-
gejala kronis, jarang terjadi kekambuhan,tidak ada kunjungan ke gawat darurat, tidak ada keterbatasan
aktivitas fisik, sepertilatihan fisik dan olahraga, fungsi paru normal atau mendekati normal, minimal
efek samping dari penggunaan obat dan idealnya tidak ada kebutuhan akan obat-obat yangdigunakan
kalau perlu.Dalam penatalaksanaan asma, yang penting adalah menghindari pencetus (trigger)dan
memilih pengobatan yang tepat untuk mencegah munculnya gejala asma. Selain
itu, menghilangkan gejala dengan cepat dan menghentikan serangan asma yangsedang terjadi.
Penatalaksanaan Asma Saat Serangan
Penatalaksanaan asma saat serangan dibagi lagi menjadi dua, yaitu penatalaksanaan
saat serangan di rumah dan penatalaksanaan asma saat serangan di rumah sakit.
Terapi awal
Stase kgd
Berikan segera Inhalasi agonis beta2 kerja cepat 3 kali dalam 1 jam berarti setiap 20 menit, contohnya
Evaluasi responpasien Jika keadaan pasien membaik yaitu gejala batuk, sesak dan mengi berkurang atau
tidak terjadi serangan ulang selama 4 jam maka pemberian beta2 agonis diteruskan setiap 3-4 jam
selama 1-2 hari. Jika keadaan pasien tidak membaik atau malah memburuk maka berikan kortikosteroid
oral seperti 60-80 mg metilprednisolon kemudian pemberian beta2 agonisdiulangi dan segera rujuk
pasien ke rumah sakit.
Penatalaksanaan asma diluar serangan, mengacu kepada berat ringannya gejala asma. Berdasarkan berat
asma di luar serangan dapat dibagi menjadi penatalaksanaan asma intermiten, penatalaksanaan asma
persisten ringan, sedang dan berat.
Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala intermiten (kurang dari satu kali seminggu),
serangan singkat (beberapa jam sampaihari), gejala asma malam kurang dari dua kali sebulan, diantara
serangan pasien bebas gejala dan fungsi paru normal, nilai APE dan VEP1 > 80% darinilai prediksi, variabilitas
< 20%.Pada asma intermiten ini, tidak diperlukan pengobatan pencegahan jangka panjang. Tetapi obat yang
agonis beta 2 inhalasi, obat lain tergantung intensitas serangan, bila berat dapat ditambahkan kortikosteroid
oral.
Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala lebih dari 1x seminggu, tapi kurang dari 1x per hari,
serangan mengganggu aktivitas dantidur, serangan malam lebih dari 2x per bulan dan nilai APE atau VEP1
>80% dari nilai prediksi, variabilitas 20-30%. Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortiko steroid
200-500 mikrogram, kromoglikat, nedocromil atau teofilin lepas lambat. Dan jika
diperlukan, dosis kortikosteroid inhalasi dapat ditingkatkan sampai 800 mikrogram atau digabung dengan
bronkodilator kerja lama (khususnya untuk gejala malam), dapat juga diberikan agonis beta 2 kerja lama
Stase kgd
inhalasi atau oral atau teofilin lepas lambat. Sedangkan untuk menghilangkan gejala digunakan: agonis beta
2 inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi 3-4 kali per hari dan obat pencegah setiap hari.6.
Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala setiap hari ,serangan mengganggu aktivitas
dan tidur, serangan malam lebih dari 1x per minggu dan nilai APE atau VEP1 antara 60-80% nilai
prediksi, variabilitas >
Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 800-2000 mikrogram, bronkodilator kerja
atau oral agonis beta 2 atau teofilin lepas lambat. Sedangkan obat yang digunakan untuk
menghilangkan gejala, terdiri dari: agonis beta 2 inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi 3-4 kali per hari
dan obat pencegah setiap hari
Gambaran linis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala terus-menerus, sering mendapat serangan,
sering serangan malam, aktivitas fisik terbatas dan nilai APE atau VEP1 kurang dari 60% nilai prediksi,
variabilitas > 30%.
Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 800 - 2000 migrogram
bronkodilator kerja lama (inhalasi agonis beta 2 kerja lama,teofilin lepas lambat, dan atau agonis beta 2
kerja lama tablet atau sirup; kortikosteroid kerja lama tablet atau sirup. Sedangkan, obat yang digunakan
untuk menghilangkan gejala, agonis beta 2 inhalasi bila perlu dan obat pencegah setiap hari.
c) Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun penjelasan
penyakit.
Stase kgd
1. Pengobatan dengan obat-obatanSeperti :
Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atauterbutalin 10 mg) inhalasi nabulezer dan
pemberiannya dapat diulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atauterbutalin 0,25 mg
Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakanobat ini dalam 12 jam.
Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak adarespon segera atau klien sedang
menggunakan steroid oral ataudalam serangan sangat berat.
Tes provokasi :
Stase kgd
Perencanaan Pemulangan
Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping, waktu pemberian.
10. Komplikasi
1. Status asmatikus
adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadiberat dan tidak memberikan respon
(refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikandapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita
harus dirawat dengan terapi yangintensif.
2. Atelektasis
adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibatpenyumbatan saluran udara (bronkus maupun
bronkiolus) atau akibat pernafasanyang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
Stase kgd
4. Pneumotoraks
5. Emfisema
adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)saluran nafas karena kantung udara
di paru menggelembung secara berlebihan danmengalami kerusakan yang luas
10. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot –otot aksesoris pernapasan
( retraksi otot interkosta)
2) Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dypsnea, takypnea, taktil fremitus
mm
b. Pengkajian Sekunder
Lama menderita asma, hal yang menimbulkan serangan, obat yang pakai tiap hari dan saat
serangan
Diagnosa Keperawatan
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi kental peningkatan
Stase kgd
b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada dan kelelahan akibat
kerja pernafasan
c. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut sufokasi.
f. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk tidak efektif dan imobilisasi
Stase kgd
irama nafas 11. Atur intake untuk cairan
darah
Stase kgd
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
Stase kgd
Peningkatan diameter area dimana terjadi penurunan
dada
Penurunan
energi/kelelahan
Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal
Obesitas
Posisi tubuh
Hipoventilasi sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi Neuromuskuler
Kerusakan
persepsi/kognitif
Stase kgd
Perlukaan pada jaringan
Stase kgd
DAFTAR PUSTAKA
Panitia Media Farmasi dan Terapi. (2009). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan Infomedika Jakarta.
Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV Sagung Seto Jakarta.
Stase kgd