Anda di halaman 1dari 61

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN LEMBAR KERJA

TERSTRUKTUR PADA MATERI KOMPOSISI FUNGSI


DAN INVERS FUNGSI TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA KELAS XI IA SMA NEGERI 1 DENPASAR TAHUN
PELAJARAN 2017/2018

i
ABSTRAK

Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan


mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan matematika juga mendasari
perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini. Oleh
karena itu diperlukan penguasaan matematika oleh siswa melalui pembelajaran.
Pemilihan media pengajaran sebagai alat bantu pengajaran ditujukan agar
kompetensi dasar dan indikator pembelajaran dapat tercapai secara maksimal,
sehingga hasil belajar menjadi lebih baik. Salah satu alat bantu pengajaran yang
dapat digunakan oleh para guru matematika adalah lembar kerja terstruktur.
Melalui lembar kerja terstruktur siswa dilatih untuk memahami berbagai macam
konsep dasar matematika secara runtut dan logis, serta menjanjikan berbagai tipe
soal secara tepat. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti suatu
pembelajaran menggunakan media pengajaran lembar kerja terstruktur.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah pembelajaran berbantu
lembar kerja lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional terhadap
hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 DENPASAR Tahun Pelajaran
2017/2018 pada materi komposisi fungsi dan invers fungsi.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IA SMA Negeri 1
Denpasar dengan jumlah seluruh 190 siswa yang terbagi dalam 5 kelas. Sampel
penelitian ini sebanyak 77 siswa yang terbagi dalam kelompok eksperimen 38
siswa dan kelompok kontrol 39 siswa.
Untuk memperoleh data yang digunakan adalah uji t. Dari penelitian
diperoleh t hitung = 1,761 dan ttabel = 1,67 untuk α = 5% dan dk = (n1 + n 2 − 2) =
(38+38-2) = 74. Jadi t hitung > ttabel maka disimpulkan bahwa rata-rata hasil
belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol.
Hasil dari kedua kelompok diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen
74,13; s2= 157,52; s= 12,55 lebih baik daripada nilai rata-rata kelompok kontrol
69,24 s2= 135,48; s= 11,64. Dengan demikian pembelajaran matematika dengan
berbantu lembar kerja lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti memberikan saran kepada
guru untuk menggunakan media ini sebagai salah satu variasi dalam kegiatan
pembelajaran, khususnya dalam materi komposisi fungsi dan invers fungsi.

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................................ i

ABSTRAK ........................................................................................................................................ .ii

PRAKATA ........................................................................................................................................ iv

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ..vi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 1

B. Permasalahan ................................................................................................................. 3

C. Penegasan Istilah ........................................................................................................... 4

D. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 4

E. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 5

F. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................................... 5

BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori .............................................................................................................. 7

1. Belajar ......................................................................................................................... 7

2. Hasil Belajar 13

... 3. Matematika Sekolah 16

4. Lembar Kerja Terstruktur dalam Pengajaran Matematika ........................ 20

5. Komposisi Fungsi dan Invers Fungsi............................................................... 22

iii
B. Kerangka Berpikir ...................................................................................................... 27

C. Hipotesis Penelitian.................................................................................................... 28

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel.................................................................................................. 29

B. Variabel Penelitian ..................................................................................................... 29

C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................................... 29

D. Rancangan Penelitian ................................................................................................ 31

E. Metode Penyusunan Perangkat Tes ....................................................................... 33

F. Metode Analisis Perangkat Tes ............................................................................... 33

G. Hasil Uji Coba Instrumen Tes ................................................................................ 37

H. Metode Analisis Data ................................................................................................ 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................................................... 47

B. Pembahasan .................................................................................................................. 51

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ....................................................................................................................... 54

B. Saran ............................................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 55

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di

bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh

perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori

peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi

di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Matematika menurut R. Soedjadi dan Masriyah merupakan mata

pelajaran yang memiliki ciri obyek kajian abstrak dan pola pikir deduktif

serta konsisten. Setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda dalam

memahami tentang konsep matematika, dari banyak definisi penggunaan

simbol yang bervariasi dan rumus yang beraneka macam, menuntut siswa

untuk lebih memusatkan pikiran agar dapat menguasai konsep dalam

matematika (Suyitno, 2004: 52).

Dalam proses pembelajaran, agar siswa dapat menguasai konsep

diperlukan kejelian guru dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar.

Berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa hendaklah menjadi

perhatian bagi para guru. Salah satu faktor yang dipandang memiliki

pengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah penggunaan media pengajaran.

1
2

Bentuk media pengajaran yang dapat digunakan sebagai alat bantu pengajaran

sangatlah beragam, tergantung materi pembelajaran yang akan disajikan oleh

guru.

Menurut Sobel dan Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika

(2001:1-2) banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu

pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas lalu, memberi pelajaran

baru, memberi tugas kepada siswa.

Pembelajaran seperti di atas yang rutin dilakukan hampir tiap hari

dapat dikategorikan sebagai 3M, yaitu membosankan, membahayakan dan

merusak seluruh minat siswa. Apabila pembelajaran seperti ini terus

dilaksanakan maka kompetensi dasar dan indikator pembelajaran tidak akan

dapat tercapai secara maksimal.

Selain itu pemilihan media yang tepat juga sangat memberikan

peranan dalam pembelajaran. Harapannya dengan bantuan lembar kerja

terstruktur ini rendahnya hasil belajar siswa dapat diatasi secara perlahan dan

siswa menjadi aktif.

Lembar kerja terstruktur ini sebagai salah satu media pengajaran

telah diyakini oleh para guru sebagai salah satu cara yang efektif dalam

meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Melalui lembar kerja

terstruktur ini siswa dilatih untuk memahami berbagai macam konsep dasar

matematika secara runtut dan logis, serta menjanjikan berbagai tipe soal

secara tepat.
3

Peneliti mengambil materi komposisi fungsi dan insvers fungsi

karena Peneliti melihat bahwa peserta didik mengalami banyak kesulitan

pada materi ini. Kenyataan ini dapat dilihat dari hasil belajar pada materi

pokok ini pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu masih banyak siswa yang

belum mencapai batas tuntas yang telah ditentukan. Kesulitan yang

dialami dikarenakan kurangnya pemahaman dan kekurangtertarikan siswa

pada pelajaran matematika. Salah satu faktor kekurangtertarikan siswa

adalah suasana kelas yang pasif serta sebagian siswa terlanjur menganggap

bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit sehingga kecenderungan

kelas menjadi tegang, karena itulah diperlukan guru yang aktif dan kreatif

dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat menguasai materi dan

mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian dan pokok-pokok pemikiran tersebut, maka

permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah apakah

pembelajaran berbantu lembar kerja terstruktur lebih efektif daripada model

pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMU Negeri

1 denpasar Tahun Pelajaran 2017/2018 pada materi komposisi fungsi dan

invers fungsi.
4

C. Penegasan Istilah

Agar terdapat kesamaan pengertian tentang istilah-istilah yang

berkaitan dengan penulisan skripsi ini, maka perlu adanya penegasan istilah

sebagai berikut:

(1) Lembar kerja yang merupakan perangkat pembelajaran sebagai

pelengkap/sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran.

Lembar kerja berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun

soal-soal (Isti dan Sugiarto, 2006: 8).

(2) Efektif berarti baik hasilnya, dapat membawa hasil, dan berhasil guna

(Tim Penyusun KBBI, 1997:219). Keefektifan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah keberhasilan dalam penggunaan lembar kerja

terstruktur. Lembar kerja tersebut dikatakan efektif jika hasil belajar

matematika siswa lebih baik jika dibandingkan dengan model

pembelajaran konvensional.

(3) Hasil belajar pada materi komposisi fungsi dan invers fungsi, dapat

diartikan berupa nilai test untuk materi komposisi fungsi dan invers

fungsi.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil

belajar matematika pada materi komposisi fungsi dan invers fungsi antara

pembelajaran berbantu lembar kerja dan model pembelajaran konvensional,


5

serta untuk mengetahui keefektifan penggunaan lembar kerja terhadap hasil

belajar matematika pada materi komposisi fungsi dan invers fungsi.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini memberi manfaat yang berarti bagi siswa, guru,

sekolah maupun bidang pendidikan, sebagai berikut:

(1) Siswa

Siswa merupakan subyek langsung dari penelitian yang akan diteliti,

sehingga dapat mempermudah siswa dalam memahami materi komposisi

fungsi dan invers fungsi.

(2) Guru

Memberikan wahana atau bahan masukan untuk lebih bervariasinya

media pembelajaran yang nantinya diterapkan dalam proses pembelajaran.

(3) Khasanah Pendidikan

Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif peningkatan

kualitas pendidikan khususnya kualitas belajar matematika dan pendidikan

matematika pada umumnya.


7

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Belajar

“Belajar” pernah dipandang sebagai proses penambahan

pengetahuan. Bahkan pandangan ini mungkin hingga sekarang masih

berlaku bagi sebagian orang di negeri ini. Akibatnya, “mengajar” pun

dipandang sebagai proses penyampaian pengetahuan atau keterampilan

dari seorang guru kepada para siswanya.

Pandangan semacam itu tidak terlalu salah, akan tetapi masih

sangat parsial, terlalu sempit, dan menjadikan siswa sebagai individu-

individu yang pasif, reseptif. Oleh sebab itu, pandangan tersebut perlu

diletakkan pada perspektif yang lebih wajar sehingga ruang lingkup

substansi belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga

keterampilan (dalam pengertian luas, yakni keterampilan untuk hidup/life

skills), nilai, dan sikap. Berkaitan dengan ini, Gagne (1977)

mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang

meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai

dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk

melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Perubahan tingkah laku

tersebut harus dapat bertahan selama jangka waktu tertentu. Dengan

demikian, belajar pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu proses

perubahan positif-kualitatif yang terjadi pada tingkah laku siswa sebagai

7
8

subyek didik akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, nilai,

sikap, minat, apresiasi, kemampuan berpikir logis dan kritis, kemampuan

interaktif, dan kreativitas yang telah dicapainya. Konsep belajar demikian

menempatkan manusia yang belajar tidak hanya pada proses teknis, tetapi

juga sekaligus pada proses normatif. Hal ini amat penting agar

perkembangan kepribadian dan kemampuan belajar (siswa, mahasiswa,

peserta pelatihan) terjadi secara harmonis dan optimal (Depdiknas,

2003:4).

Sementara itu, agar proses belajar berlangsung efektif, semua

faktor internal (dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (dari luar diri

siswa) harus diperhatikan oleh setiap guru. Faktor-faktor internal meliputi

antara lain bakat, kecerdasan (intelektual, emosional, dan spiritual), minat,

motivasi, sikap, dan latar belakang sosial ekonomi dan budaya. Adapun

faktor-faktor eksternal meliputi antara lain tujuan pembelajaran, materi

pelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat

peraga, pengorganisasian kelas, reinforcement (penguatan) yang

digunakan guru, iklim sosial dalam kelas, waktu yang tersedia, sistem dan

teknik evaluasi, pandangan dan sikap guru terhadap siswa, dan upaya guru

untuk menangani kesulitan belajar siswa.

Demikian banyaknya faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

Interaksi antar faktor tersebut akan berpengaruh pada kualitas proses dan

hasil belajar siswa.


9

Pembelajaran adalah istilah yang kadang-kadang mengundang

kontroversi baik di kalangan para ahli maupun di lapangan, terutama di

antara guru-guru di sekolah. Perbedaan pendapat itu terlihat misalnya,

sementara orang mengatakan bahwa istilah pembelajaran sesungguhnya

hanya berlaku di lingkungan pendidikan masyarakat atau pendidikan luar

sekolah, bukan di lingkungan pendidikan sekolah. Sebaliknya, pihak lain

menegaskan, justru istilah tersebut sangat relevan dalam sistem

persekolahan, yakni untuk membelajarkan siswa/mahasiswa.

Keberhasilan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan

dengan prestasi belajar. Telah banyak para ahli mencoba untuk

menyelidiki peristiwa belajar itu dengan memandang dari berbagai aspek,

sehingga menimbulkan bermacam-macam pengertian belajar diantaranya

adalah sebagai berikut:

(1) Morris L. Bigge, mengemukakan: “Belajar adalah perubahan yang

menetap dalam kehidupan sesorang yang tidak diwariskan secara

genetis”,

(2) Marle J. Moskowitz dan Arthur R, Orgel, mengemukakan : “Belajar

adalah perubahan perilaku sebagai hasil langsung dari pengalaman

dan bukan akibat dari hubungan-hubungan dalam sistem syaraf yang

dibawa sejak lahir”,

(3) James O. Whittaker, mengemukakan: “Belajar dapat didefinisikan

sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui

latihan atau pengalaman”,


10

(4) Aaron Quinn Sartain, dkk, mengemukakan: “Belajar dapat

didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku sebagai hasil

pengalaman”,

(5) W.S. Winkel, mengemukakan: “Belajar adalah suatu aktivitas

mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap”.

(Darsono, 2000: 3- 4).

Berdasarkan kelima definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan

manusia. Perubahan tingkah laku ini disebabkan oleh proses pertumbuhan

yang bersifat fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi

karena proses belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan,

kecakapan, atau dalam ketiga aspek yakni kognitif, afektif, dan

psikomotor.

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam

keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada

bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Proses belajar

memang kompleks, tetapi juga dianalisis dan diperinci dalam bentuk

prinsip-prinsip atau asas-asas belajar.


11

Prinsip-prinsip belajar antara lain:

(1) Kesiapan Belajar

Faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis, merupakan kondisi

awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya

sudah terjadi pada diri siswa sebelum ia masuk kelas.

(2) Perhatian

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu objek.

Dapat pula dikatakan bahwa perhatian adalah banyak sedikitnya

kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan. Belajar

sebagai suatu aktivitas yang kompleks, sangat membutuhkan

perhatian dari siswa yang belajar.

(3) Motivasi

Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk

mencapai tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif,

saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif ini tidak selalu aktif

pada diri seseorang. Pada suatu ketika aktif sehingga orang

bersemangat melakukan suatu aktivitas, atau siswa bersemangat

belajar, tetapi ketika motif tidak aktif artinya motivasi tidak timbul,

sehingga siswa tidak terdorong untuk belajar.

(4) Keaktifan

Yang melakukan kegiatan belajar adalah siswa. Oleh karena itu

siswa harus aktif tidak boleh pasif.


12

(5) Mengalami Sendiri

Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat

kaitannya dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan

melakukan sendiri (tidak minta tolong orang lain) akan memberikan

hasil belajar yang lebih cepat dalam pemahaman yang mendalam.

Prinsip ini telah dibuktikan oleh John Dewey dengan “Learning by

doing”.

(6) Pengulangan

Materi pelajaran ada yang mudah ada pula yang sukar. Untuk

mempelajari materi sampai pada taraf insight siswa perlu membaca,

berfikir, mengingat dan yang tidak kalah penting adalah latihan.

Dengan latihan berarti siswa mengulang materi yang dipelajari

sehingga materi tersebut makin mudah diingat. Dan pengulangan

tanggapan tentang materi makin segar dalam pikiran siswa, sehingga

makin mudah diproduksi.

(7) Materi Pelajaran yang Menantang

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi pula oleh rasa ingin tahu

anak (curiosity) terhadap suatu persoalan. Curiosity ini timbul bila

materi pelajaran yang dihadapannya bersifat menantang.

(8) Balikan dan Penguatan

Balikan (feed back) adalah masukan yang sangat penting baik bagi

siswa maupun bagi guru. Dengan balikan, siswa mengetahui sejauh


13

mana kemampuannya dalam suatu hal, di mana letak kekuatan dan

kelemahannya.

(9) Perbedaan Individual

Siswa-siswa dalam suatu kelas yang dihadapi oleh guru tidaklah

boleh disamakan kondisinya seperti benda mati. Masing-masing

siswa mempunyai karakteristik, baik dilihat dari segi fisik maupun

psikis. Dengan adanya perbedaan ini tentu kemampuan, minat serta

kemampuan belajar mereka tidak persis sama.

(Darsono, 2000: 27- 30)

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan

sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan

hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut

bisa tercapai bila pebelajar dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada

waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar seseorang

ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu

faktor yang ada di luar individu adalah tersedianya bahan ajar yang

memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajarinya, sehingga

memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan

pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil


14

atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana

proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Selain itu

keberhasilan belajar yang dicapai oleh peserta didik.

Hasil belajar berarti penguasaan pengetahuan atau ketrampilan

yang dikembangkan melalui mata pelajaran (Poerwo Darminto, 2003:

895), lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan oleh guru. Jadi hasil belajar siswa merupakan hasil yang

dicapai oleh siswa berupa penguasaan pengetahuan atau ketrampilan

yang ditunjukkan dengan nilai tes.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil tidaknya belajar itu tergantung dari bermacam-macam

faktor. Secara global, faktor yang mempengaruhi belajar siswa

dibedakan menjadi 3 macam. Di mana ketiga faktor tersebut saling

berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Ketiga faktor

tersebut adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor

internal), faktor yang berasal dari luar siswa (faktor eksternal) dan faktor

pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi

dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

pembelajaran materi-materi pelajaran.

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, meliputi dua

aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang

bersifat rohaniah).
15

(1) Aspek Fisiologis.

Kondisi umum jasmaniah yang menandai tingkat kebugaran

organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi

semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

Kondisi organ tubuh yang melemah dapat menurunkan

kualitas, sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau

tidak berbekas.

(2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi komunitas dan kualitas perolehan pembelajaran

siswa. Namun diantara faktor-faktor rohaniah yang pada

umumnya dipandang lebih penting itu adalah sebagai berikut:

(a) Intelegensi siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai

kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi lingkungannya

dengan cara yang tepat.

(b) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi aktif

berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon

dengan cara yang relative tetap terhadap obyek barang,

orang, dan sebagainya, baik secara positif atau negatif.

Sikap siswa yang positif pada mata pelajaran matematika

pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa.


16

Sedangkan sikap negatif akan menimbulkan kesulitan

belajar bagi siswa tersebut.

(c) Bakat siswa

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang

akan datang.

(d) Minat siswa

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginanan yang besar terhadap sesuatu.

Misalnya seorang siswa yang mempunyai minat besar

terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih

banyak dari pada siswa lainnya, sehingga belajarnya lebih

giat dan akhirnya mencapai prestasi yang bagus.

(e) Motivasi siswa

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal

organisme (baik manusia atau hewan) yang mendorongnya

untuk berbuat sesuatu.

3. Matematika Sekolah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam

berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia.

Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi


17

dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori

bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk

menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan

matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta

didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta

didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu

berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam

dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk

mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan

pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika

dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan

dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam

pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan

solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah

dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan

memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami


18

masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan

menafsirkan solusinya.

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya

dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi

(contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta

didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.

Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat

peraga, atau media lainnya. Selain itu, perlu ada pembahasan mengenai

bagaimana matematika banyak diterapkan dalam teknologi informasi

sebagai perluasan pengetahuan peserta didik.

a. Tujuan

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut:

(1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara

luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah,

(2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,


19

(3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model

dan menafsirkan solusi yang diperoleh,

(4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,

atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan

(5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya

diri dalam pemecahan masalah.

b. Ruang Lingkup

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SMA/MA

meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

(1) logika,

(2) aljabar,

(3) geometri ,

(4) trigonometri,

(5) kalkulus, dan

(6) statistika dan peluang.


20

4. Media Lembar Kerja Terstruktur Dalam Pengajaran Matematika

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti

‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Gearlach dan Ely (1971)

berpendapat bahwa media apabila diahami secara garis besar adalah

manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi siswa mampu

memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.secara lebih khusus,

pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan

sebagai alat-alat grafis utuk menangkap, memproses, dan menyusun

kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2004: 3).

Salah satu cara agar siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar

adalah dengan menggunakan lembar kerja terstruktur yang merupakan

salah satu bentuk pengajaran yang dibuat sendiri oleh guru, dengan

tujuan mengajarkan suatu prinsip dengan menggunakan metode

ekspositori dan dengan menggunakan metode pemberian tugas.

Dalam metode ini siswa didorong untuk berfikir sendiri. Pada

awalnya diberi pengertian dengan metode ceramah untuk menerangkan

materi kemudian diberi contoh-contoh yang sesuai dengan soal-soal

yang akan diberikan. Dengan metode tanya jawab, diberikan pertanyaan-

pertanyaan secara individu maupun klasikal, siswa aktif mengerjakan

latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya atau menjelaskan

bersama, bisa juga disuruh membuat di papan tulis.


21

Guru bertindak sebagai pembimbing dan membantu siswa agar

menemukan ide-ide, konsep dan keterampilan yang sudah dipelajari

untuk menemukan pengetahuan dengan menggunakan lembar kerja

terstuktur.

Lembar kerja terstruktur ini dirancang untuk membimbing siswa

dalam suatu program pembelajaran, dengan bantuan guru untuk

mencapai sasaran yang dituju dalam pembelajaran itu. Lembar kerja

terstruktur ini tidak dapat menggantikan peran guru di kelas, tetapi guru

tetap mengawasi dan memberikan dorongan belajar serta memberikan

bimbingan pada perorangan tertentu.

Sedangkan kegunaan lembar kerja terstruktur dalam pengajaran

matematika antara lain:

(a) merupakan alternatif guru untuk mengarahkan pengajaran atau

pengenalan. Suatu keinginan tertentu (konsep, prinsip, dan skill)

sebagai variasi kegiatan belajar mengajar,

(b) mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu pengajaran

suatu pokok bahasan, sebab telah dipersiapkan sebelumnya,

(c) dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok,

atau klasikal karena siswa dalam menyelesaikan tugas itu dengan

kecepatannya, dan

(d) dapat membangkitkan minat siswa, jika lembar kerja terstruktur

dituntun secara menarik, sistematik, dan bergambar.


22

Peran guru dalam pengajaran menggunakan lembar kerja

terstruktur adalah sebagai fasilitator, pembimbing motivator, dan

organisator. Sebagai fasilitator guru yang harus memfasilitasi siswa

dalam melakukan belajar. Sebagai organisator, guru mengatur

lingkungan belajar siswa serta mengarahkan siswa tentang cara siswa

melakukan kegiatannya (LPMP, 2006:15).

5. Komposisi Fungsi dan Invers Fungsi

a. Pengertian Fungsi

Diketahui dua himpuan A dan B yang masing–masing himpunan

kosong. Dari dua himpunan A dan B itu dapat dibentuk himpunan baru C

yang usur–unsurnya adalah himpunan semua pasangan terurut (x, y)

dengan x ∈ Adan y ∈ B . Himpunan C yang ditentukan dengan cara seperti

ini disebut produk Cartesius.

Jika A dan B adalah dua himpunan yang tidak kosong, maka

produk Cartesius himpunan A dan B adalah himpunan semua pasangan

terurut (x, y) dengan x ∈ Adan y ∈ B , A x B = {(x, y) x ∈ Adan y ∈ B}.


Dipunyai A x B adalah produk Cartesius dari himpunan A dengan

himpunan B, maka relasi atau hubungan R dari A ke B adalah sebarang

himpunan bagian dari produk Cartesius A x B.

Relasi adalah suatu himpunan anggota–anggotanya terdiri dari pasangan–

pasangan terurut.
23

Fungsi adalah relasi yang menghubungkan setiap anggota pada

daerah asal yang dipasangkan dengan tepat satu anggota pada daerah

kawan.

Syarat keanggotaan himpunan fungsi f biasanya ditentukan oleh

pemetaan x ke y, dan pada umumnya dinyatakan dengan suatu aturan

y = f (x).

Domain : Df = { x (x, y) ∈ f }

Range : Rf ={ y (x, y)∈ f }

Fungsi : f ={(x, y) (x, y1 ) dan (x, y2 )∈ f → y1 = y2 }

Domain dan Range suatu Fungsi

Pada suatu fungsi f : A→ B , A disebut domain, B disebut

kodomain, dan himpunan anggota B yang mempunyai pasangan di A

disebut range R {daerah hasil}.

Domain : Df = A = {a,b,c,d} A B
a. .p
Kodomain : B = {p,q,r,s,t} b. .q
c. .r
Range : Rf = {q,r,s} ⊆ B d. .s
t
b. Jenis-jenis Fungsi

Fungsi Konstan

Fungsi f : A→ B disebut fungsi konstan apabila f (x) = k,∀ x ∈A .

Fungsi Identitas

Fungsi f : A→ B disebut fungsi identitas apabila f (x) = x,∀ x ∈A .


24

Fungsi Nilai Mutlak

Fungsi f : A→ B disebut fungsi nilai mutlak yang paling sederhana

apabila f (x) = x , x A.

Fungsi Linear

Fungsi f:R→R disebut linear apabila f (x) = ax + b, x R dan

a ≠0.

Fungsi Kuadrat

Fungsi f : R → R merupakan fungsi kuadrat apabila ditentukan oleh

f (x) = ax2 +bx + c, x R , dengan a,b dan c ∈ R, dan a ≠ 0.

c. Aljabar Fungsi

Definisi: Misalkan fungsi f (x) dan fungsi g(x) masing-masing

dengan daerah asal Df dan Dg , maka:

Jumlah fungsi f (x) dan fungsi g(x) adalah ( f + g)(x) = f (x) + g(x)

daerah asal Df + g = Df ∩ Dg .

Selisih fungsi f (x) dan fungsi g(x) adalah ( f − g)(x) = f (x) − g(x)

dengan daerah asal Df − g = Df ∩ Dg .

Perkalian fungsi f (x) dan fungsi g(x) adalah ( f ⋅ g)(x) = f (x) g(x)

dengan daerah asal Df ⋅g = Df ∩ Dg .

f f (x)
Jumlah fungsi f (x) dan fungsi g(x) adalah (x) = dengan
g g(x)

daerah asal D f = Df ∩ Dg dan g(x) ≠ 0.


g
25

d. Sifat-sifat Fungsi

Fungsi Injektif

Fungsi f : A→ B disebut fungsi injektif, apabila setiap dua unsur beda

di A petanya juga beda.

Secara formal dapat dinyatakan sebagai berikut:

f : A→ B injektif ⇔ ∀ x1, x2 ∈A , x1 ≠ x2 , f (x1) ≠ f (x2 ) .

Fungsi Surjektif

Fungsi f : A→ B disebut fungsi surjektif, apabila Rf = B .

Ungkapan Rf = B dapat dinyatakan sebagai berikut:

f : A→ B surjektif ⇔ ∀ x∈B ∃ y∈A∋ f ( y) = x .

Fungsi Bijektif

Fungsi f : A→ B disebut fungsi bijektif jika dan hanya jika f merupakan

fungsi injektif dan fungsi surjektif.

e. Komposisi Fungsi

Dipunyai f : Df ⇒ B, g :Dg ⇒C , dan Rf ⊂ Dg .

Fungsi g o f : Rf ∩ Dg →C dengan (g o f ) (x) = g[f (x)] ∀ x∈Rf ∩ Dg

disebut komposisi fungsi f dilanjutkan g.

(g o f) (x) = g[ f (x) ]

B
g C
f
A

gof
26

Fungsi f o g : Rg ∩ Df →C dengan ( f o g) (x) = f [g(x)] ∀ x∈Rg ∩ Df

disebut komposisi fungsi g dilanjutkan f.

(f o g) (x) = f [ g (x) ]

B
g f C

f oo gg

contoh:

Dipunyai f : R → R, f (x) =3x − 4 dan g (x) = 2x2 + 4x −5 .

Tentukan (f o g) (x)!

Penyelesaian:

Jelas ( f o g)(x) = f [ g (x)]

= f (2x2 + 4x −5)

= 3( 2x2 + 4x −5) − 4

= 6x2 +12x −15− 4

= 6x2 +12x −19 .


f. Fungsi Invers

Jika f : A→ B suatu fungsi bijektif maka terdapat fungsi g : B→ A

sehingga g o f = f o g =i .

Fungsi g disebut fungsi invers f dan ditulis dengan f −1 . Demikian

pula fungsi f disebut fungsi invers g dan ditulis dengan g −1 .

f
A B
x f(x)
f-1
27

Contoh:

Dipunyai f : R → R, f (x) = 2x −1 .

Jelas fungsi f bijektif.

Jadi f −1 ada.

Ambil sebarang x∈ R.

x +1 x +1
Jelas x = 2 −1= f .
2 2

−1 −1 x +1
Jelas f (x) = f f

−1 x +1
=( f of)

x +1
=i
2

x +1
= .
2

B. Kerangka Berpikir

Dalam proses belajar mengajar siswa harus betul-betul berperan aktif

baik fisik, mental maupun emosional dalam melakukan kegiatan belajar.

Oleh karena itu agar siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar seorang

guru dapat memilih salah satu penggunaan lembar kerja terstruktur buatan

guru.

Lembar kerja terstruktur tersebut dikerjakan oleh setiap siswa dengan

demikian kecepatan dalam mengerjakan ditentukan oleh siswa itu sendiri.

Selama siswa mengerjakan ditentukan oleh siswa itu sendiri. Selama siswa
28

mengerjakan lembar kerja, guru membimbing atau memberikan pengarahan

seperlunya. Dengan menggunakan lembar kerja terstruktur dalam proses

pembelajaran dirasa lebih efektif sehingga hasil belajar siswa kelas XI SMA

Negeri 1 Semarang pada materi komposisi fungsi dan invers fungsi lebih

baik.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir tersebut, maka

hipotesis dari penelitian ini adalah rata-rata hasil belajar siswa dengan

pembelajaran berbantu lembar kerja lebih baik dari rata-rata hasil belajar

siswa dengan model pembelajaran konvensional yang menggunakan metode

ekspositori.
29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

(1) Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IA SMA Negeri 1

Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007.

(2) Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian siswa kelas

XI SMA Negeri 1 Semarang, diambil secara acak yaitu dengan mengambil

dua kelas yaitu satu kelas untuk kelas kontrol (kelas XI IA-4) dan satu

kelas sebagai kelas eksperimen (kelas XI IA-5).

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada model

pembelajaran dengan menggunakan media lembar kerja.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

metode pengumpulan data sebagai berikut:

(1) Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nama siswa yang akan

menjadi sampel penelitian ini dan untuk memperoleh data nilai ulangan

29
30

blok kelas XI IA semester 2 pada materi suku banyak yang akan

digunakan untuk uji normalitas data awal dan uji homogenitas data awal.

Data ini digunakan untuk mengetahui bahwa kelompok penelitian

berangkat dari kemampuan awal yang sama.

(2) Tes

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa pada

materi pokok komposisi fungsi dari siswa yang menjadi sampel penelitian

ini. Tes yang digunakan adalah tes bentuk objektif.

(3) Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi ini untuk mengetahui perkembangan siswa dalam

mengikuti pembelajaran.

Kriteria aktivitas siswa

a. Untuk persentase aktifitas siswa kurang dari atau sama dengan 25%

maka aktivitas siswa sangat rendah.

b. Untuk persentase aktivitas siswa antara 26% sampai 50%, maka

aktifitas siswa rendah.

c. Untuk persentase aktivitas siswa antara 51% sampai 75%, maka

aktifitas siswa sedang.

d. Untuk persentase aktivitas siswa lebih dari 76%, maka aktifitas siswa

tinggi.

(4) Lembar Observasi Aktivitas Guru

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dalam

penerapan model pembelajaran.


31

Kriteria aktivitas guru

a. Untuk persentase aktivitas guru dalam proses pembelajaran kurang

dari atau sama dengan 25% maka aktivitas guru kurang.

b. Untuk persentase aktivitas guru dalam proses pembelajaran antara 26%

sampai 50%, maka aktivitas guru cukup.

c. Untuk persentase aktivitas guru dalam proses pembelajaran antara 51%

sampai 75%, maka aktivitas guru baik.

d. Untuk persentase aktivitas guru dalam proses pembelajaran lebih dari

76%, maka aktivitas guru sangat baik.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang untuk mengetahui apakah penggunaan lembar kerja

terstruktur berpengaruh terhadap hasil belajar.

Adapun rancangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik cluster

random sampling, dengan pertimbangan siswa mendapat materi

berdasarkan kurikulum yang sama, siswa diajar oleh guru yang sama,

siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang sama, dan

pembagian kelas tidak ada kelas unggulan,

(2) setelah ditentukan sampel penelitian, kemudian untuk mengetahui

apakah sampel penelitian berangkat dari titik tolak yang sama maka

perlu diadakan uji normalitas data awal dan uji homogenitas data awal.
32

Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data hasil nilai ulangan

blok kelas XI IA semester 2 pada materi suku banyak,

(3) menentukan langkah-langkah pembelajaran yang dituangkan dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

(4) melaksanakan pembelajaran pada kelas yang menjadi sampel penelitian,

(5) kekurangan waktu dalam kegiatan belajar mengajar dapat diatasi dengan

menyampaikan materi pembelajaran yang diberikan pada pertemuan

sebelumnya,

(6) kemudian menyusun kisi-kisi tes dan menyusun instrumen uji coba

berdasarkan kisi-kisi yang ada,

(7) instrumen uji coba diujikan pada kelas uji coba yang sebelumnya telah

diajarkan materi pokok kompisisi fungsi di mana instrumen tersebut

akan diujikan sebagai tes hasil belajar,

(8) data hasil uji coba instrumen pada kelas uji coba dianalisis untuk

mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda,

(9) soal-soal yang memenuhi syarat, kemudian akan dijadikan soal tes hasil

belajar pada kelas yang dikenai pembelajaran dengan menggunakan

lembar kerja,

(10) melaksanakan tes hasil belajar pada kelas yang dikenai pembelajaran

dengan menggunakan lembar kerja,

(11) menganalisis data tes hasil belajar yang diambil pada kelas yang dikenai

pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja, dan

(12) menyusun hasil penelitian.


33

E. Metode Penyusunan Perangkat Tes

Perangkat tes atau instrumen merupakan alat bantu dalam memperoleh data

penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan soal-soal dari hasil tes sebagai

instrumen. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan

instrumen adalah sebagai berikut:

(1) menentukan tujuan tes,

(2) menetapkan ruang lingkup tes,

(3) membuat kisi-kisi soal,

(4) menentukan jumlah soal dengan mempertimbangkan waktu dan kesulitan

soal,

(5) uji coba instrumen,

(6) menganalisis hasil uji coba yang meliputi analisis validitas, reliabilitas,

tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal, dan

(7) mengadakan revisi terhadap soal-soal yang dirasa kurang baik dengan

mendasarkan pada data yang diperoleh sewaktu uji coba.

F. Metode Analisis Perangkat Tes

(1) Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan

validitas item soal. Validitas isi telah terpenuhi karena dalam penyusunan

perangkat tes telah mengacu pada Standar Kompetensi Kurikulum 2004.

Untuk menghitung validitas item soal digunakan rumus korelasi product

moment sebagai berikut:


34

n ∑ xy − (∑ x)(∑ y)
rxy =
{n ∑ x2 − (∑ x)2 }{n ∑ y 2 − (∑ y)2 }

(Suharsimi Arikunto, 2005: 72)

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

n : jumlah siswa

∑ x : jumlah skor item

∑ y : jumlah skor total

∑ xy : jumlah hasil perkalian antara x dan y

Kemudian hasil rxy yang didapat dari perhitungan dibandingkan dengan

harga tabel r product moment. Harga rtabel dihitung dengan taraf

signifikansi 5% dan n sesuai dengan jumlah siswa. Jika rxy ≥ rtabel , maka

dapat dinyatakan butir soal tersebut valid.

Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan diperoleh rtabel = 0.32.

Jadi item soal dikatakan valid jika rxy > 0,320. Hasil uji coba dari 25 soal

diperoleh 16 soal yang valid.

(2) Reliabilitas

Untuk perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus KR-

20. Reliabilitas dengan rumus KR-20 adalah sebagai berikut:

k s2 − ∑ pq
r11 =
2

k −1 s
(Suharsimi Arikunto, 2005: 100)
35

Keterangan :

r11 : Relibilitas tes

k : Jumlah item soal

p : Proporsi siswa yang menjawab benar

q : Proporsi siswa yang menjawab salah

∑ pq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q


s2 : Varians total yaitu variasi skor total

Kemudian hasil r11 yang didapat dari perhitungan dibandingkan dengan

harga tabel r product moment. Harga rtabel dihitung dengan taraf

signifikasi 5 % dan k sesuai dengan jumlah butir soal. Jika r11 ≥ rtabel,

maka dapat dinyatakan bahwa butir soal tersebut reliabel.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh r11 = 0,990 dan rtabel = 0,320.

Jelas r11 > rtabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut

reliabel.

(3) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal dapat digolongkan dala 3 kriteria, yakni mudah,

sedang, atau sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

B
P= (Suharsimi Arikunto, 2005: 208)
JS

Keterangan:

P : Indeks kesukaran.

B : Banyak siswa yang menjawab benar.


36

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes.

Ketentuan yang digunakan adalah sebagai berikut:

0,00 ≤ P ≤ 0,30 : Sukar

0,30 ≤ P ≤ 0,70 : Sedang

0,70 ≤ P ≤ 1,00 : Mudah

(4) Daya Pembeda

Daya pembeda soal dapat digolongkan dalam 4 kriteria, diantaranya jelek,

cukup, baik, atau baik sekali. Daya pembeda dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

B B
D= A − B

JA JB

(Suharsimi Arikunto, 2005: 213-214)

Keterangan:

D : Daya pembeda

JA : Jumlah peserta kelompok atas

J
B : Jumlah peserta kelompok bawah
BA : Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

B
: Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
B

Ketentuan yang digunakan adalah sebagai berikut:

0,00 ≤ D ≤ 0,20 : Jelek

0,20 ≤ D ≤ 0,40 : Cukup

0,40 ≤ D ≤ 0,70 : Baik

0,70 ≤ D ≤ 1,00 : Baik Sekali.


37

G. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

1. Validitas Soal

Dari hasil analisis tersebut terlihat bahwa 16 item dari 25 item soal pilihan

ganda yang diujicobakan layak untuk dipakai yaitu dengan kriteria valid.

Soal yang termasuk kategori valid adalah soal nomor 1, 3, 5, 6, 7, 9, 12,

14, 15, 16, 18, 19, 22, 23, 24, dan 25. Karena butir-butir soal tersebut

mempunyai rxy lebih dari rtabel. Perhitungan analisis uji coba validitas soal

pilihan ganda dapat dilihat pada lampiran.

2. Reliabilitas

Soal uji coba yang diberikan sebanyak 25 butir. Dari perhitungan uji coba

didapat r11 adalah 0,9903. Dengan α = 5 % dan n = 38 diperoleh rtabel =

0.32. Karena r11 > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa soal uji coba

tersebut reliabel. Perhitungan analisis uji coba reliabilitas soal pilihan

ganda dapat dilihat pada lampiran.

3. Tingkat Kesukaran

Hasil perhitungan taraf ksukaran soal yang disajikan secara lengkap pada

lampiran 18 menunjukkan variasi taraf kesukaran soal tes yang dibedakan

kedalam tiga kategori yaitu sukar, sedang, dan mudah. Banyaknya soal

yang termasuk kategori sukar ada 1 soal yaitu soal nomor 12. Banyaknya

soal yang termasuk kategori sedang ada 6 soal yaitu soal-soal dengan

nomor 9, 14, 18, 22, 23, dan 25. Banyaknya soal yang termasuk kategori

mudah ada 18 soal yaitu soal-soal dengan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10,

11, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 21, dan 24.
38

4. Daya Pembeda

Hasil perhitungan daya pembeda soal-soal dapat dilihat pada lampiran 17,

yang menunjukkan adanya variasi daya pembeda soal. Banyaknya soal

yang mempunyai daya pembeda jelek ada 14 soal yaitu soal nomor 1, 2, 3,

4, 6, 8, 10, 11, 13, 15, 17, 19, 20, dan 21. Banyaknya soal yang

mempunyai daya pembeda cukup ada 5 soal yaitu soal nomor 5, 7, 14, 22,

dan 24. Banyaknya soal yang mempunyai daya pembeda baik ada 6 soal

yaitu soal nomor 9, 12, 16, 18, 23, dan 25.

5. Penentuan Instrumen

Instrumen yang dipakai dalam eksperimen adalah butir soal yang memiliki

kriteria reliabel, daya pembeda cukup atau baik dan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan, maka instrumen yang dipakai dalam

penelitian adalah soal nomor: 3, 5, 6, 7, 9, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 22, 23,

24, dan 25.

H. Metode Analisis Data

1. Analisis Data Awal

a. Uji Normalitas Data Awal

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

digunakan data yang berdistribusi normal atau tidak. Adapun rumus

yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat, dengan langkah-langkah

sebagai berikut.

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal


39

i. Menyusun data dalam table distribusi frekuensi.

Menentukan banyaknya kelas interval (k)

k ≈ 1+ 3,3 log n

n = banyakya objek penelitian

interval = data terbesar − data terkecil .


banyaknya kelas interval

ii. Menghitung rata- rata( X ) dan simpangan baku (s)

− 2 2
Σfi xi nΣfi xi − (Σfi xi )
X= Σfi dan s = n(n −1)

iii. Mencari harga z, skor dari setiap batas kelas X dengan rumus :

z=x−x
s

iv. Menghitung frekuensi yang diharapkan ( Oi ) dengan cara

mengalikan besarnya ukuran sample dengan peluang atau luas

daerah dibaah kurva normal untuk nterval yang bersangkutan.

v. Menghitung statistik Chi_Kuadrat dengan rumus sebagai berikut :

(O − E )2
χ 2 = ∑k i i

i =1Ei

Keterangan :

X2 : Chi-Kuadrat

Oi : Frekuensi yang diperoleh dari data penelitian

Ei : Frekuensi yang diharapkan

k : Banyaknya kelas interval


40

Kriteria pengujian jika χhitung2 ≤ χtabel dengan derajat kebebasan dk = k–3

dab taraf signifikan 5 % maka akan berdistribusi normal.

(Sudjana, 2002 :273)

b. Uji Kesamaan Dua Varians Data Awal

Uji kesamaan dua varians dimaksudkan apakah kedua kelompok

memiliki varians yang sama atau tidak yang akan digunakan dalam

pengujian hipotesis. Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan

rumus:

H0 :σ12 =σ 22
H1 :σ12 ≠σ 22

F = Varians terbesar
Varians terkecil

(Sudjana, 2002: 250)

Kriteria: Terima H0 jika Fhitung < F1 α (n −1, n −1)


1 2
2

c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Uji kesamaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui bahwa

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan awal yang

sama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bahwa rata-rata kelompok

ekeperimen dan kelompok kontrol sama.

Hipotesis yang akan diujikan adalah

Ho : μ1 = μ2
H1 : μ1 ≠ μ2
41

Hipotesis di atas dapat diuji dengan menggunakan statistik t (uji

dua pihak), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1) Jika σ1 = σ 2 , rumus yang digunakan adalah:

X1 − X 2 (n1 −1)S1 2 + (n 2 −1)S 22


thitung = 1 1 dengan, S = n1 + n2 − 2
S +
n n
1 2

−2)
ttabel = t [1 −α ,( n +n ]
1 2

(Sudjana, 2002:245)

Keterangan :

thitung : Distribusi Student

X1 : Rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik

pada kelompok eksperimen

X2 : nilai rata-rata kelompok kontrol

n1 : banyaknya peserta didik kelompok eksperimen

n2 : banyaknya peserta didik kelompok kontrol

S12 : varians kelompok eksperimen

S22 : varians kelompok kontrol

S2 : varians gabungan nilai data awal

Kriteria pengujian:

H0 diterima jika thitung ≤ ttabel , dengan ttabel = t 1 .


−α (n + n − 2)
2 1 2
42

2) Jika σ1 ≠ σ 2 , rumus yang digunakan adalah:

X X
t hitung = 1 − 2

2 2
s
s1
+ 2

n n
1 2

wt +w t s2 s2
ttabel = 11 2 2 , di mana w = 1
, w= 2
, t1 = t (1−α ) ,( n1 −1) dan
1 2
w1 + w2 n1 n2

t =t ,
2 (1−α ) ( n2 −1)

(Sudjana, 2002:246)

Keterangan :

thitung : Distribusi Student

X1 : rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik

pada kelompok eksperimen

X2 : nilai rata-rata kelompok kontrol

n1 : banyaknya peserta didik kelompok eksperimen

n2 : banyaknya peserta didik kelompok kontrol

S12 : varians kelompok eksperimen

S22 : varians kelompok kontrol

S2 : varians gabungan nilai data awal

Kriteria pengujian:
.
H1 diterima jika thitung ≥ttabel , dengan ttabel = t(1 −α )( n +n
− 2)
1 2
43

2. Analisis Data Akhir

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

digunakan data yang berdistribusi normal atau tidak. Adapun rumus

yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat, dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

i. Menyusun data dalam tabel distribusi frekuensi.

Menentukan banyaknya kelas interval (k)

k ≈ 1+ 3,3 log n

n = banyakya objek penelitian

interval = data terbesar − data terkecil .


banyaknya kelas interval

ii. Menghitung rata- rata( X ) dan simpangan baku (s)

− 2 2
Σfi xi nΣfi xi − (Σfi xi )
X= Σfi dan s = n(n −1)

iii. Mencari harga z, skor dari setiap batas kelas X dengan rumus :

z=x−x
s

iv. Menghitung frekuensi yang diharapkan ( Oi ) dengan cara

mengalikan besarnya ukuran sample dengan peluang atau luas

daerah dibaah kurva normal untuk nterval yang bersangkutan.


44

v. Menghitung statistik Chi_Kuadrat dengan rumus sebagai berikut :

(O − E )2
χ 2 = ∑k i i

i =1Ei

Keterangan :

χ 2 : Chi-Kuadrat

Oi : Frekuensi yang diperoleh dari data penelitian

Ei : Frekuensi yang diharapkan

k : Banyaknya kelas interval

Kriteria pengujian jika χhitung2 ≤ χtabel2 dengan derajat kebebasan dk

= k – 3 dan taraf signifikan 5 % maka akan berdistribusi normal.

(Sudjana, 2002 :273)

b. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)

Uji kesamaan dua varians dimaksudkan apakah kedua kelompok

memiliki varians yang sama atau tidak yang akan digunakan dalam

pengujian hipotesis. Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan

rumus:

H 0 :σ12 =σ 22
H1 :σ12 ≠σ 22

Varians terbesar
F= (Sudjana, 2002: 250)
Varians terkecil

Kriteria: Terima H0 jika Fhitung < F1 α (n −1, n −1)


1 2
2
45

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk menguji apakah hasil belajar

pada siswa yang dikenai pembelajaran berbantu lembar kerja lebih

efektif daripada hasil belajar siswa yang dikenai model pembelajaran

konvensional.

Hipotesis yang akan diujikan adalah:

Ho : μ1 ≤ μ2

H1 : μ1 > μ2

Hipotesis di atas dapat diuji dengan menggunakan statistik t

(uji pihak kanan), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1) Jika σ1 = σ 2 , rumus yang digunakan adalah:

X1 − X 2 (n −1)S 2 + (n 2 −1)S 2
1 1 2

thitung = 1 1 dengan, S = n1 + n2 − 2
S +
n n
1 2
−2)
ttabel = t [1 −α ,( n +n ] (Sudjana, 2002:245)
1 2

Keterangan :

X1 : Rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik

pada kelompok eksperimen

X2 : nilai rata-rata kelompok kontrol

n1 : banyaknya peserta didik kelompok eksperimen

n2 : banyaknya peserta didik kelompok kontrol

S12 : varians kelompok eksperimen


46

S2 2 : varians kelompok kontrol

S2 : varians gabungan nilai data awal

Kriteria pengujian:
.
H1 diterima jika thitung ≥ ttabel , dengan ttabel = t(1 −α )( n +n
− 2)
1 2

2) Jika σ1 ≠ σ 2 , rumus yang digunakan adalah:

t hitung = X1 − X 2
2 2
s1 + s2

n n
1 2

wt +wt s2 s2
ttabel = 11 2

w1 + w2
2 , di mana w =
1
1

n1
,w=
2
n2
2
, t1 = t (1−α ) , ( n −1) dan
1

t =t ,
2 (1−α ) ( n2 −1) (Sudjana, 2002:246)
Keterangan :

X1 : rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik

pada kelompok eksperimen

X2 : nilai rata-rata kelompok kontrol

n1 : banyaknya peserta didik kelompok eksperimen

n2 : banyaknya peserta didik kelompok kontrol

S12 : varians kelompok eksperimen

S22 : varians kelompok kontrol

Kriteria pengujian:
.
H1 diterima jika thitung ≥ttabel , dengan ttabel = t(1 −α )( n + n − 2)
1 2
47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Data Awal

a. Uji normalitas

Pengujian kenormalan distribusi populasi digunakan uji chi kuadrat.

Nilai awal yang digunakan untuk menguji normalitas distribusi

populasi adalah nilai ulangan blok peserta didik ke

as XI IA semester 2 pada materi suku banyak. Berdasarkan

penghitungan uji normalitas diperoleh untuk kelas XI IA-4; rata-rata =

71,67; s2= 12,28; s= 3,504; diperoleh χhitung2 = 6,056 , untuk kelas XI IA-

5; rata-rata = 73,5; s2= 15,77; s= 3,971; diperoleh χhitung2 = 2,829 , dan

χtabel2 = 7,81. Karena χtabel2 > χhitung2 maka dapat dikatakan bahwa

data awal pada penelitian ini yaitu kelas XI IA-4 untuk kelompok

kontrol dan XI IA-5 untuk kelompok eksperimen berdistribusi normal.

b. Uji kesamaan dua varians (Uji homogenitas)

Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data nilai awal

mempunyai varians yang sama (homogen). Berdasarkan perhitungan

hasil penelitian diperoleh varians (s 2 ) untuk kelas XI IA-4 s22 =12,28

sedangkan untuk kelas XI IA-5 diperoleh s12 =15,77 sehingga

diperoleh Fhitung =1,284 dan untuk Ftabel = F0,025(37,37) =1, 721. Kriteria

47
48

pengujian H0 diterima jika Fhitung < Ftabel .Karena F hitung < Ftabel maka H0

diterima, artinya ada kesamaan varians antara kelas XI IA-4 dan kelas

XI IA-5.

c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Untuk uji kesamaan dua rata-rata pada kelas XI IA-4 dan kelas XI IA-

5 ini bertujuan untuk mengetahui bahwa kelas XI IA-4 dan kelas XI

IA-5 dalam keadaan yang sama. Data yang digunakan adalah hasil

ulangan blok semester 2 pada materi suku banyak. Berdasarkan

perhitungan uji kesamaan dua rata-rata diperoleh thitung = 2,149 dan

t =t = 2,29 .
tabel ( 0,95) ( 74) Kriteria pengujian H0 diterima jika
−t <t < t .
(1−α )( n + n −2) (1 −α )( n + n − 2) Pada penelitian ini diperoleh
1 2 1 2

thitung <ttabel maka H0. diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa kelas XI

IA-4 dan kelas XI IA-5.

2. Hasil Analisis Hasil Belajar

a. Uji normalitas

Uji kenormalan kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji

chi kuadrat. Nilai yang digunakan untuk menguji normalitas adalah

hasil belajar siswa materi komposisi fungsi dan invers fungsi.

Tabel 2. Perhitungan χ 2 hasil belajar siswa

χ 2
Kelas n Rata-rata S2 s hitung χtabel2
Eksperimen 38 74,13 157,52 12,55 5,79
7,81
Kontrol 38 69,24 135,48 11,64 6,31
49

Berdasarkan tabel 2. diperoleh bahwa kelompok eksperimen setelah

perlakuan dengan rata-rata = 74,13; s2= 157,52; s= 12,55; diperoleh

χ 2hitung = 5,79. Dengan banyaknya data 38, dan dk 6 – 3 = 3, diperoleh

χ 2tabel = 7,81, dengan demikian χtabel2 > χhitung2 , ini berarti nilai akhir

hasil belajar matematika kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Hasil kelompok kontrol setelah perlakuan dengan rata-rata = 69,24;

s2= 135,48; s= 11,64; χ2hitung = 6,31. Dengan banyaknya data 38, dan dk

6 – 3 = 3, diperoleh χ2tabel = 7,815 sehingga χtabel2 > χhitung2 . Ini berarti

nilai prestasi belajar matematika kelompok kontrol berdistribusi

normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui kesamaan

varians hasil belajar materi pokok komposisi fungsi dan invers fungsi

kelas eksperimen dan kontrol.

Ho : μ1 ≤ μ2

H1 : μ1 > μ2

Dari perhitungan diperoleh.

Varians kelas eksperimen (S12) = 157,52

Varians kelas kontrol (S22) = 135,48


50

F = varians terbesar
varians terkecil

157,52
= 135,48

= 1,163.

Untuk α = 5% dengan dk pembilang = 37 dan dk penyebut = 37, maka

diperoleh Ftabel = 1,92. Karena Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol homogen.

c. Uji perbedaan dua rata-rata

Hasil perhitungan uji perbedaan rata-rata pembelajaran kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol; diperoleh t hitung = 1,761. Dengan

kriteria uji satu pihak adalah terima Ho jika t < t1-α . Untuk α = 5% dan

dk = (n1 + n 2 − 2) = (38+38-2) = 74 diperoleh t1-α = t0,95 = 1,67.

Karena thitung > ttabel maka disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar

kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

d. Hasil observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru

Berdasarkan hasil observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru pada

kelas eksperimen selama pembelajaran diperoleh data sebagai berikut.

1) Pada pembelajaran I persentase guru mengelola pembelajaran

sebesar 71,25 %.

2) Pada pembelajaran II persentase guru mengelola pembelajaran

sebesar 73,75 %.
51

3) Pada pembelajaran III persentase guru mengelola pembelajaran

sebesar 75 %.

4) Pada pembelajaran IV persentase guru mengelola pembelajaran

sebesar 72,5 %.

e. Hasil observasi aktifitas siswa

Berdasarkan hasil observasi aktifitas siswa pada kelas eksperimen

selama pembelajaran diperoleh data sebagai berikut.

1) Pada pembelajaran I persentase aktifitas siswa sebesar 67,8 %.

2) Pada pembelajaran II persentase aktifitas siswa sebesar 75 %.

3) Pada pembelajaran III persentase aktifitas siswa sebesar 82 %.

4) Pada pembelajaran IV persentase aktifitas siswa sebesar 78,5 %.

B. Pembahasan

Dari hasil observasi awal diperoleh bahwa pembelajaran yang dilakukan

oleh guru matematika di SMA N 1 Semarang masih banyak yang

menggunakan metode ekspositori, sehingga kurang menumbuhkan kreativitas

siswa dalam menemukan suatu konsep-konsep materi pelajaran, khususnya

pada materi komposisi fungsi dan invers fungsi. Dalam hal ini peneliti

memberikan suatu alternatif lain untuk menanamkan konsep tersebut dengan

menambahkan media lembar kerja sebagai pendamping dalam menyampaikan

materi. Lembar kerja yang digunakan berisi sedikit materi dan pertanyaan-

pertanyaan untuk menemukan suatu rumus, selain itu diberikan latihan-latihan

soal guna melatih keterampilan siswa dalam menyelesaikan suatu


52

permasalahan yang berhubungan dengan komposisi fungsi dan invers fungsi.

Lembar kerja ini dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu

pembelajaran, sehinga dapat juga sebagai alternatif bagi guru untuk

mengarahkan pengajaran; mempercepat proses pembelajaran; meringankan

tugas guru dalam memberikan bantuan yang bersifat individual; dan dapat

membangkitkan minat siswa.

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas XI IA yang

banyaknya ada 5 kelas. Berdasarkan analisis data awal diperoleh kelas XI IA-

4 χhitung2 = 6,056 , untuk kelas XI IA-52 χhitung2 = 2,829 , dan χtabel2 = 7,81,

sehingga berdistribusi normal. Dari hasil uji homogenitas data awal diperoleh

varians (s 2
) untuk kelas XI IA-4 s22 =12,28 sedangkan untuk kelas XI IA-5
diperoleh s12 =15,77 sehingga diperoleh Fhitung =1,284 dan untuk

Ftabel = F0,025(37,37) =1, 721bahwa populasi tersebut mempunyai varians yang

sama. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki kondisi yang sama

sebelum diberikan perlakuan. Peneliti mengambil dua kelas sebagai kelas

penelitian, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya diberikan

model pembelajaran yang sama tetapi dengan perlakuan yang berbeda, yakni

kelas eksperimen diberikan media lembar kerja sedangkan kelas kontrol tidak

menggunakan media.

Pada pelaksanaanya penelitian ini dilakukkan empat kali pertemuan pada

masing-masing kelas. Setelah kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda,

selanjutnya kedua kelas tersebut tes hasil belajar dengan soal yang sama. Hasil
53

analisis data akhir diperoleh χtabel2 > χhitung2 sehingga berdistribusi normal. Dari

hasil uji homogenitas data akhir diperoleh bahwa kelas eksperimen dan kelas

kontrol mempunyai varians yang sama.

Setelah dilakukan tes hasil belajar dengan soal yang sama diperoleh rata-

rata hasil belajar kelas eksperimen sebesar 74,13 sedangkan kelas kontrol

sebesar 69,24. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih

baik daripada hasil belajar kelas kontrol. Untuk menguji hipotesis digunakan

rumus uji t. Dari hasil perhitungan, diperoleh thitung = 1,761sedangkan

ttabel = 1,67. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Sehingga dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbantu

lembar kerja lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional pada materi

komposisi fungsi dan invers fungsi.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja lebih efektif daripada

pembelajaran konvensional. Hal ini didukung oleh data bahwa rata-rata hasil

belajar matematika pada pokok bahasan komposisi fungsi dan invers fungsi

untuk siswa kelas XI IA SMA Negeri 1 Semarang kelas eksperimen lebih baik

daripada kelas kontrol.

B. Saran

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sedikit sumbangan

pemikiran bagi praktisi pendidikan, khususnya pada mata pelajaran

matematika agar diperoleh hasil yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian

bahwa pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja lebih efektif daripada

pembelajaran konvensional, maka peneliti memberikan saran kepada guru

untuk menggunakan media ini sebagai salah satu variasi dalam kegiatan

pembelajaran, khususnya dalam materi komposisi fungsi dan invers fungsi.

54
55

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rraja Grafindo Persada.

Chotim, M. 2001. Kalkulus 1. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV.IKIP


Semarang Press.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi. Jakarta: Balai Pustaka.

Hidayah,Isti dan Sugiarto. 2006. Workshop Pendidikan Matematika 2. Semarang:


UNNES.

Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Trarsito.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I.


Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

Tim Penyusun KBBI. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

Widyaiswara LPMP. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran. Semarang:


Widyaiswara LPMP Jawa Tengah.

Wirodikromo, Sartono. 2004. Matematika untuk SMA Kelas XI Semester II.


Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai