Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui
upaya orang lain. Menurut P. Siagian, manajemen berfungsi untuk melakukan
semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam
batas-batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang
Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan,
pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk
mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. Manajemen keperawatan memiliki suatu tugas khusus yang
harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada,
baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Praktik keperawatan profesional yang diterapkan di rumah sakit
diharapkan dapat memperbaiki dan memperbaharui asuhan keperawatan
menjadi lebih baik.Pelayanan keperawatan yang diberikan untuk pasien
dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar
individu.Pernyataan ini sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan
profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab dan bertanggung
gugat (accountability), menggunakan metode ilmiah, berdasarkan standar
praktik dan kode etik profesi, serta mempunyai aspek legal.
Dalam mempersiapkan tenaga keperawatan yang profesional maka
di mulai sejak menjadi mahasiswa diharapkan dapat melakukan fungsi
perawat professional yang akan dipraktikan di Ruang kresna RSJD Dr.
Amino GondohutomoSemarang, sehingga ketika terjun dalam dunia kerja
keperawatan dapat menjadi tenaga kesehatan yang professional dalam
memberikan asuhan keperawatan secara maksimal. Dalam melaksanakan
praktik manajemen keperawatan di Ruang kresna RSJD Dr. Amino
GondohutomoSemarang, menekankan pada penerapan konsep-konsep dan
prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam tatanan pelayanan
kesehatan nyata.Bentuk pengalaman belajar dengan praktik klinik dan
seminar serta mengintegrasikannya pada keperawatan klinik dalam praktik
profesi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik klinik Manajemen Keperawatan di Ruang
kresna RSJD Dr. Amino GondohutomoSemarang, diharapkan mahasiswa
mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan ditatanan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a) Secara individu dan kelompok, mahasiswa dapat menunjukkan
kemampuan:
b) Menganalisa data dan memahami masalah-masalah dalam
pengorganisasian asuhan keperawatan diruang rawat inap.
c) Mengidentifikasi masalah yang ditemukan selama pengkajian
d) Merencanakan beberapa alternative penyelesaian masalah/Plan of
Action (POA) yang disepakati oleh kepala ruang
e) Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan perawatan
f) Memperkenalkan perubahan yang bermanfaat untuk ruangan dengan
cara melaksanakan intervensi bersama kelompok dengan persetujuan
kepala ruang.
g) Melaksanakan magang Kepala Ruang, PP, dan PA secara bergantian.
h) Melaksanakan roleplay timbang terima, pre conference, dan post
conference
i) Melakukan evaluasi program yang telah dilakukan
j) Mendesiminasikan hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam bentuk
laporan akhir
k) Membuat laporan harian individu berupa logbook

C. Manfaat
1. Institusi Rumah Sakit
Dapat memberikan masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan dan
dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai standar bagi klien melalui
manajemen keperawatan khususnya di Ruang kresna RSJD Dr. Amino
GondohutomoSemarang.
2. Perawat
Sebagai referensi dalam pelaksanaan fungsi manajemen keperawatan
dalam rangka meningkatkan asuhan keperawatan profesional pada klien di
Ruang kresna RSJD Dr. Amino GondohutomoSemarang.
3. Mahasiswa Profesi Ners
Sebagai pembelajaran dan penerapan ilmu manajemen keperawatan di
klinik.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori
1. Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang
berisikan apa yang akan dilakukan serta bagaimana, kapan dan dimana
akan dilaksanakannya (Marquis, 2004). Perencanaan dimaksudkan untuk
menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien menegakan
tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi
yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakan kebijakan
dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah
ditetapkan.
Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong
pengelolaansumber yang ada dimana kepala ruangan harus
mengidentifikasi tujuan jangkapanjang dan tujuan jangka pendek serta
melakukan perubahan (Marquis danHuston, 2010). Perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang rawat inap akan memberi petunjuk dan
mempermudah pelaksanaan suatu kegiatanuntuk mencapai tujuan
pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien.Perencanaan di ruang
rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawatpelaksana, ketua
tim dan kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat, prosesmanajemen
pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston, 2010). Dengan
demikian perencanaan dapat dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan
efisiensi.
Kerangka perencanaan terdiri dari :
a) Misi berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah
mencapai visi.
b) Filosofi sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
c) Tujuan berisikan tujuan yang ingin dicapai.
d) Obyektif berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan.
e) Prosedur berisi pelaksanaan perencanaan
f) Aturan berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang.

Model perencanaan meliputi :


a) Reactive Planning yaitu tidak ada perencanaan, manajer langsung
melakukan tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang
terjadi tidak pasti karena dipengaruhi oleh masalah dan kondisi yang
ada.
b) Inactive Planning yaitu perencanaan yang sudah dibuat sejalan dengan
masalah yang muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi
dalam pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan perkembangan
masalah.
c) Preactive Planning yaitu penyusunan perencanaan dengan mengetahui
rencana ke depan pencapaian target yang sudah pasti (sudah jelas dan
tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini adalah tujuan yang akan
dicapai jelas, terdapat pembatasan antara waktu perencanaan
berlangsung, terdapat indikator untuk pencapaian target, resiko dan
ketidakpastian jelas.
d) Practive Planning yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa lalu
digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun perencanaan sekarang
dan masa depan, masa sekarang sebagai pelaksanaan perencanaan, dan
masa depan merupakan perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi
pelaksanaan perencanaan masa lalu dan sekarang.
Perencanaan berdasarkan periode meliputi :
a) Perencanaan jangka pendek : target waktu dalam seminggu atau
sebulan. Meliputi perubahan jadwal dinas (pagi, siang, malem) akibat
perubahan kondisi bangsal dan permintaan fasilitas yang segera akibat
kerusakan yang tidak dapat diperkirakan.
b) Perencanaan jangka menengah : periode dalam waktu satu tahun.
Meliputi pengaturan dinas, perbaikan peralatan / service, permintaan
perlengkapan rutin / barang habis pakai.
c) Perencanaan jangka panjang : periode tahun mendatang. Meliputi
pengembangan SDM baik perawat maupun non perawat, penambahan
peralatan, penambahan jumlah tenaga, cuti tahunan, dan sebagainya.

Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi :


a) Menyusun rencana kerja kepala unit
b) Berperan serta dalam menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan diruang yang bersangkutan.
c) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah
maupun kualifikasi diruang rawat, koordinasi dan instalasi.

2. Pengorganisasian
Pengorganisasian melibatkan semua sumber daya yang ada dalam
suatu sistem orang, modal dan peralatan dalam kegiatan menuju
pencapaian tujuan. Keinginan seorang perawat kepala adalah memasukan
semua unsur manusia dan situasi ke dalam suatu sistem yang akan
mengemban suatu tujuan tertentu dan mengatur mereka sedemikian rupa
sehingga kelompok dapat bekerja bersama ke arah pencapaian tujuan
(Nursalam, 2005).
Tujuan organisasi pada dasarnya adalah memberikan tugas yang
terpisah dan berbeda kepada masing-masing orang dan menjamin tugas-
tugas tersebut terkoordinir.Pengaturan staf dan penjadwalan adalah
komponen untama dalam manajemen keperawatan.Studi pengaturan staf
dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan staf sehubungan dengan
ketrampilan personil, jumlah perawat dan beban kerja (Swansbrug, 2004).
Didalam pengorganisasian asuhan keperawatan dikenal beberapa
model pemberian asuhan keperawatan. Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) terdiri dari 5 elemen subsistem (Hoffart and Words,
2002) yaitu : Nilai-nilai professional, pendekatan manajemen, metode
pemberian askep, hubungan professional, sistem kompensasi dan
penghargaan.
Tugas pokok kepala ruang dalam pengoganisasianmeliputi :
a) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien di ruang
rawat
b) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
c) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
d) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
e) Melakukan atau membantu pelaksanaan penelitian
f) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan guna
peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat
g) Mendukung terlaksananya program Patient Safety

Tugas pokok Ketua Tim dalam pengorganisasian meliputi :


a) Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala
ruangan
b) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan
c) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota tim
d) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik
e) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan
bimbingan melalui konferensi
f) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya
g) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan
h) Menyelenggarakan konferensi
i) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan
j) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab
timnya
k) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
l) Mendukung terlaksananya program Patient Safety

Tugas pokok penangung jawab tugas jaga meliputi :


a) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien di ruang
rawat pada sore, malam dan hari libur.
b) Melakukan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
c) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
d) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
e) Melakukan atau membantu pelaksanaan penelitian
f) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan guna
peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat
g) Mendukung terlaksananya program Patient Safety

Tugas pokok perawat pelaksana meliputi :


a) Melaksanakan asuhan keperawatan pasien di ruang rawat inap
b) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
c) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
d) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
e) Melakukan atau membantu pelaksanaan penelitian
f) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan guna
peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat
g) Mendukung terlaksananya program Patient Safety
3. Pengarahan dan pengawasan
Pengarahan adalah membuat atau mendapatkan staff melakukan
apa yang di inginkan dan harus mereka lakukan. Pengarahan melibatkan
kualitas, gaya, kekuasaan pemimpin (komunikasi, motivasi,
disiplin).Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan standar
dan mengambil tindakan korektif bila kinerja yang didapat tidak sesuai
standar (Nursalam, 2002).
Pengawasan melalui komunikasi mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksanaan mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien.
Fungsi pengawasan mencakup 4 unsur yaitu:
a) Penetapan standar pelaksanaan
b) Penetapan ukuran-ukuran pelaksanaan
c) Pengukuran pelaksanaan nyata dibandingkan dengan standar yang
ditetapkan
d) Pengambilan tindakan koreks
e) Pelaksanaan pengawasan antara lain yaitu:
f) Pelaksanaan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui
laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan
yang ada saat itu juga.
g) Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir perawat
yang ada, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan,
mendengar laporan dari KaTim/ PP mengenai pelaksanaan tugas.
h) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
perawatan yang telah disusun bersama KaTim/ PP.
i) Mengaudit
j) Untuk keperluan evaluasi hasil kerja diperlukan dahulu persiapan antara
lain: Standar Operating Prosedur
4. Pengendalian
Kontrol adalah pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi
sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan,
serta prinsip-prinsip yang ditentukan.Yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi.
Sepuluh karakteristik suatu system control yang baik adalah:
a) Kontrol harus menunjukkan sifat dari aktivitas
b) Kontrol harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
c) Kontrol harus memandang kedepan
d) Kontrol harus menunjukkan penerimaan pada titik-titik kritis
e) Kontrol harus objektif
f) Kontrol harus fleksibel
g) Kontrol harus menunjukkan pola organisasi
h) Kontrol harus ekonomis
i) Kontrol harus dapat dimengerti
j) Kontrol harus menunjukkan tindakan perbaikan.

B. Aspek Manajemen Keperawatan


1. Pengkajian Perencanaan
a. Visi dan misi Organisasi
1) Visi dan misi rumah sakit/ bangsal
“Rumah Sakit Prima, Mandiri Dan Terdepan Dalam Pelayanan”.
2) Visi dan misi keperawatan
a) Visi ruang
Memberikan Asuhan Keperawatan Yang Prima Dan
Profesional
b) Misi ruang
 Meningkatkan asuhan keperawatan yang
bertanggungjawab dan bertanggung gugat
 Meningkatkan sumber daya manusia secara kwalitas dan
kuantitas yang terencana
 Menjadi tempat pendidikan dan penelitian keperawatan
yang berkualitas
 Memberikan asuhan keperawatan yang berbazis pada
standart asuhan keperawatan professional
 Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai standart
pelayanan keperawatan
c) Keterkaitan visi dan misi keperawatan dengan rumah sakit
Visi dan misi keperawatan menunjang visi dan misi rumah
sakit.
a. Sistem penghitungan tenaga keperawatan
Penghitungan jumlah perawat berdasarkan beberapa metode:
(1) Gillies
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan
dengan perhitungan sebagai berikut:
𝐴𝑥𝐵𝑥365
Tenaga perawat =
(365 − 𝐶) 𝑥 𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖
5𝑥15𝑥365
=
(365 − 52) 𝑥 7
27,375
= 2191
= 12,5 → 12 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
Keterangan :
A: Jam perawatan/24 jam
B : (BOR x jumlah TT)  Jumlahpasien
C : Jumlah hari libur
(2) DepKes
𝐵𝑂𝑅 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑇
Tenaga perawat =
𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖
21 𝑥 21
=
7
= 16,3 → 16 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
𝐿𝑜𝑠𝑠 𝑑𝑎𝑦
Jumlah hari minggu dalam tahun + cuti + hari besar
= x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
48 + 9 + 14
= x7
365 − 71
= 1,69 → 2 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
Tugas non kep : 7 x 1,69 x 25% = 2,95
Tenaga keperawatan yang dibutuhkan = 7 + 1,69 + 2,95 = 11.64 + 1 KaRu =
12,64 = 13 perawat

(3) Douglass
Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Pasien Menurut Douglass
Waktu / Klasifikasi Kebutuhan perawat
Pagi Siang Malam
Minimal care 0,17 0,14 0,07
Intermediet / parsial 0,27 0,15 0,10
care
Maksimal / total care 0,36 0,30 0,20

Berdasarkan pengkajian, terdapat x pasien dengan tingkat


ketergantungan:
1) Minimal 5 orang
2) Parsial 9 orang
3) Total 3 orang

Kebutuhan Tenaga Perawat Jaga Berdasarkan Tingkat


Ketergantungan Pasien Menurut Douglass
Waktu / Kebutuhan perawat
Klasifikasi Pagi Siang Malam
Minimal care 0,17 x 0,14 x 0,07 x
5 = 5 = 0,7 5 =
0,85 0,35
Intermediet / 0,27 x 0,15 x 0,10 x
parsial care 9 = 9 = 9 = 0,9
2,43 1,35
Maksimal / total 0,36 x 0,30 x 0,20 x
care 3 = 3 =0,9 3 = 0,6
1,08
Skor 4,36 2,14 1,31
Jumlah perawat 4,36 + 2,14 + 1,31 =7,81
Penambahan untuk loss day (libur/cuti) = 1/3 x 7,81 = 2,57
Jadi total perawat yang dibutuhkan = 7,81 + 2,57 + 1 Karu =
11,38 -> 11 perawat
b. Jadwal dinas/ shift
1) Penanggung jawab penugasan
Sudah tergambar penanggung jawab harian.
2) Mempertimbangkan distribusi tenaga berdasarkan pengalaman
dan latar belakang pendidikan
Di Ruang kresna dalam pendistribusian tenaga belum
mempertimbangkan pengalaman dan latar belakang pendidikan,
karena keterbatasan tenaga.
c. Ketenagaan
1) Rencana kebutuhan tenaga
Kepala ruang sudah mengusulkan rencana kebutuhan tenaga.
2) Rekruitmen
Proses rekruitmen diumumkan melalui media online, yang bias
diakses oleh umum.
3) Seleksi
Proses seleksi dilakukan oleh tim seleksi rumah sakit.
4) Orientasi
Untuk pegawai baru dilakukan program orientasi selama 3 bulan.
5) Program pengembangan staf
Rumah sakit mengadakan pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan
kebutuhan pegawai.
6) Pengembangan karir
Setiap pegawai berhak mengikuti pendidikan berkelanjutan sesuai
dengan profesinya.
2. Fungsi Pengarahan dan Pengawasan
a. Motivasi
1) Strategi memotivasi individu dan kelompok
Kepala ruang selalu memotivasi kepada staf utuk bekerja lebih
baik dan ikhlas.
2) Sistem reward/ punishmen
Kepala ruang memberikan reward berupa ucapan terima kasih
telah bekerja dengan baik. Sedangkan untuk punishmen berupa
pemberian pengarahan dengan memanggil staf tersebut.

b. Komunikasi
1) Strategi komunikasi
Komunikasi terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan
dengan seni dan penyembuhan dapat diartikan bahwa terapeutik
adalah sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan.
Empat fase dari komunikasi terapeutik, yaitu:
a) Fase Prainteraksi
1) Mengumpulkan data tentang pasien
2) Menyiapkan alat
3) Mencuci tangan
b) Fase Orientasi
1) Memberikan salam dan tersenyum pada pasien
2) Melakukan validasi
3) Memperkenalkan nama perawat
4) Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien
5) Menjelaskan tanggung jawab perawat dan pasien
6) Menjelaskan peran perawat dan pasien
7) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
8) Menjelaskan tujuan
9) Menjelaskan waktu
10) Menjelaskan kerahasiaan
a) Fase Kerja
1) Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
2) Menanyakan keluhan utama
3) Memulai kegiatan dengan cara yang baik
4) Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
5) Mencuci tangan
a) Fase Terminasi
1) Menyimpulkan hasil wawancara: evaluasi proses dan
hasil
2) Memberikan reinforcement positif
3) Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
4) Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik
2) Model komunikasi
Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara pasien terhadap
komunikasi terapeutik di Ruang kresna didapatkan hasil bahwa
pelaksanaan komunikasi terapeutik yang telah diterapkan di
Ruang kresna termasuk dalam kategori baik.
c. Sistem supervisi terhadap asuhan keperawatan
1) Supervisi disusun secara terjadwal
2) Semua staf mengetahui jadwal supervisi
3) Materi supervisi dipahami oleh supervisor maupun staf
4) Supervisor mengorintasikan materi supervisi kepada staf yang
disupervisikan
d. Pendelegasian
1) Jenis pendelegasian
Pendelegasian dilakukan kepada staf yang memiliki kompetensi
yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas.
2) Mekanisme pendelegasian
Tugas yang dilimpahkan dijelaskan sebelum melakukan
pendelegasian.
3) Prinsip pendelegasian
Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga dilimpahkan.Ada
evaluasi setelah selesai tugas dilaksanakan.
4) Penetapan tugas yang akan didelegasikan
Waktu pendelegasian tugas ditentukan.
5) Tugas terurai dengan jelas
Apabila si pelaksana tugas mengalami kesulitan, Karu, Katim
memberikan arahan untuk mengatasi masalah.
e. Manajemen konflik
1) Konflik yang sering terjadi
Pertukaran dinas yang tidak konsekuen.
2) Cara penyelesaian konflik
Diselesaikan bersama pada saat pertemuan ruangan.
f. Kolaborasi dan koordinasi
1) Alur koordinasi
Direktur Rumah Sakit

Bidang Pelayanan

Sie Rawat Inap Sie Rawat Jalan
s Case Manajer 

Kepala Ruang Rawat inap Kepala Ruang Rawat Jalan
↓ ↓
Kepala Team perawat Perawat Ruang Rawat Jalan

Penanggung Jawab Shift

Perawat Pelaksana

2) Jadwal pertemuan berkala


Pertemuan dilakukan setiap bulan, biasanya pada tanggal 15.

3. Fungsi Pengendalian
a. Program pengendalian mutu
1) Indikator mutu
Penilaian indikator mutu di Ruang kresna sudah baik ditandai
dengan tidak adanya data infeksi luka operasi, tidak adanya
infeksi pada pasien dengan pemasangan folley catheter, tidak
adanya pasien phlebitis pada pasien yang terpasang infus.
2) Kegiatan mutu
Kegiatan mutu Ruang kresna RSJD Dr. Amino Gondohutomo
senantiasa meningkatkan mutu pelayanan agar sesuai dengan
kebutuhan dan harapan pengguna jasa, salah satunya dengan
mengikuti Problem Solving For Better Hospitals (PSBH).

Distribusi SOP (Standar Operasional Prosedur)


di Ruang kresna RSJD Dr. Amino GondohutomoSemarang Tahun 2017
NO PROTAP
1. SOP Askep
2. SOP Penerimaan pasien baru
3. SOP Mengukur TTV
4. SOP Mengukur suhu
5. SOP Mengukur nadi
6. SOP Pernafasan
7. SOP Transfusi darah
8. SOP Suction
9. SOP Memasang NGT
10. SOP Gastric Lavage
11. SOP Memasang urinal
12. SOP Pemberian obat parenteral
13. SOP Pemberian suntikan intradermal
14. SOP Kompres hangat
15. SOP Pemberian terapi dengan infus pump
16. SOP Pemberian terapi dengan syring pump
17. SOP Penggunaan ambubag
18. SOP Penggunaan terapi O2
19. SOP Pemakaian APD
20. SOP Nebulizer
21. SOP EKG
22. SOP Balance cairan
23. SOP Timbang terima operan
24. SOP Perawatan luka
25. SOP Monitoring infus

Dari kajian data RSUD Tugurejo Semarang secara umum pada


tabeldidapatkan jumlah SOP yang ada sebanyak 124 dan SOP yang
telah di data sesuai dengan tindakan keperawatan di Ruang kresna
sebanyak 25.

b. Penilaian penampilan kerja


1) Cara penilaian penampilan kerja
Penilaian penampilan kerja dilakukan oleh atasan langsung.
2) Alat penilaian penampilan kerja
Menggunakan Sasaran Kerja Pegawai.
3) Waktu penilaian kinerja
Penilaian kinerja dilakukan sesuai jadwal.

C. Infeksi Nosokomial
1. Pengertian
Infeksi nosokomial atau disebut juga Hospital Acquired Infection
(HAI) adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang selama pasien di
rawat di rumah sakit (Schaffer, 2000). Sumber lain mendefinisikan infeksi
nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan setelah dirawat 2x24 jam. Sebelum dirawat, pasien
tidak memiliki gejala tersebut dan tidak dalam masa inkubasi.Infeksi
nosokomial bukan merupakan dampak dari infeksi penyakit yang telah
dideritanya. Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien
merupakan kelompok yang paling berisiko terjadinya infeksi nosokomial,
karena infeksi ini dapat menular dari pasien ke petugas kesehatan, dari
pasien ke pengunjung atau keluarga ataupun dari petugas ke pasien
(Setyaputra, 2008).

2. Cara Penularan Infeksi Nosokomial


Menurut Bhatia (2004) macam-macam penularan infeksi
nosokomial bisa berupa:
a. Infeksi silang (Cross Infection), yaitu infeksi yang disebabkan oleh
kuman yang didapat dari orang atau penderita lain di rumah sakit
secara langsung atau tidak langsung.
b. Infeksi sendiri (Self infection, Auto infection), yaitu infeksi yang
disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri berpindah tempat
dari satu jaringan kejaringan lain.
c. Infeksi lingkungan (Enverenmental infection), yaitu infeksi yang
disebabkan oleh kuman yang berasal dari benda atau bahan yang tidak
bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit, misalnya
lingkungan yang lembab dan lain-lain.
3. Indikator Infeksi Nosokomial
Indikator adalah salah satu cara untuk menilai penampilan dari
suatu kegiatan dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan
variabel yang digunakan untuk menilai suatu perubahan (Depkes, 2003).
WHO dalam Depkes (2003) menyatakan bahwa, indikator adalah
variabel untuk mengukur perubahan.Indikator sering digunakan terutama
bila perubahan tersebut tidak dapat diukur.Indikator pengendalian infeksi
nosokomial menurut Depkes (2003) meliputi Angka Pasien Dekubitus,
Angka Kejadian dengan jarum infus, dan Angka Kejadian Infeksi Luka
Operasi. Ketiga indicator ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Angka Pasien dengan Dekubitus (Dekubitus Ulcer Rate)
Luka dekubitus adalah luka pada kulit dan/atau jaringan yang
dibawahnya yang terjadi di rumah sakit karena tekanan yang terus
menerus akibat tirah baring. Luka dekubitus akan terjadi bila penderita
tidak dibolak-balik atau dimiringkan dalam waktu 2 x 24 jam. Angka
pasien dengan dekubitus adalah banyaknya penderita yang menderita
Dekubitus dan bukan banyaknya kejadian Dekubitus. Rumus yang
digunakan untuk mengukur Angka pasien dengan dekubitus (APD)
adalah:
Banyaknya pasien dengan dekubitus/bulan x 100%
Total pasien tirah baring total bulan itu

b. Angka Infeksi karena Jarum Infus (Intravenous Cabule Infection Rate).


Infeksi karena jarum infus adalah keadaan yang terjadi disekitar
tusukan atau bekas tusukan jarum infus di Rumah Sakit, dan timbul
setelah 3 x 24 jam dirawat di rumah sakit kecuali infeksi kulit karena
sebab-sebab lain yang tidak didahului oleh pemberian infus atau
suntikan lain. Infeksi ini ditandai dengan rasa panas, pengerasan dan
kemerahan (kalor, tumor, dan rubor) dengan atau tanpa nanah (pus)
pada daerah bekas tusukan jarum infus dalam waktu 3 x 24 jam atau
kurang dari waktu tersebut bila infus terpasang. Rumus yang
digunakan untuk mengukur Angka kejadian infeksi karena jarum infus
(AIKJ) adalah:
Banyaknya kejadian infeksi kulit karena jarum infus/bulanx 100%
Total kejadian pemasangan infus pada bulan tersebut

c. Angka Kejadian Luka Operasi (Wound Infection Rate)


Adanya infeksi nosokomial pada semua kategori luka sayatan
operasi bersih yang dilaksanakan di rumah sakit ditandai oleh rasa
panas (kalor), kemerahan (color), pengerasan (tumor), dan keluarnya
nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam kecuali infeksi
nosokomial yang terjadi bukan pada tempat luka. Rumus yang
digunakan untuk mengukur Angka infeksi luka operasi (AILO) adalah:

Banyaknya infeksi luka operasi bersih/bulan x 100%


Total operasi bersih bulan tersebut

4. Pengendalian Infeksi Nosokomial


Pengendalian infeksi nosokomial adalah kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan dalam upaya
menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit (Depkes,
2003).Center for disease control and prevention (2002) menjelaskan
bahwa salah satu pengendalian infeksi nosokomial adalah cuci
tangan.Intervensi lainnya seperti pemasangan dan perawatan yang tepat
dari peralatan invasif, penggunaan alat steril dan aseptik pada waktu
pergantian balutan, perawatan kebersihan kulit, dekontaminasi dan
sterilisasi dan surveilans yang berkelanjutan terhadap infeksi nosokomial.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Infeksi Nosokomial


Secara umum faktor-faktor yang dapat menyebabkan infeksi
nosokomial terdiri dari dua bagian yaitu faktor endogen dan faktor
eksogen.Faktor endogen meliputi umur, jenis kelamin, riwayat penyakit,
daya tahan tubuh dan kondisi-kondisi tertentu.Sedangkan faktor eksogen
meliputi lama penderita dirawat, kelompok yang merawat, alat medis
serta lingkungan (Sjamsuhidayat, 2004).
Menurut Depkes (2003) faktor yang berhubungan dengan infeksi
nosokomial adalah tindakan invasif dan pemasangan infus, ruangan
terlalu penuh dan kurang staf, penyalahgunaan antibiotik, prosedur
strilisasi yang tidak tepat dan ketidaktaatan terhadap peraturan
pengendalian infeksi khususnya mencuci tangan.
Musadad (1993) menyatakan bahwa meningkatnya kejadian infeksi
nosokomial dipengaruhi oleh 3 hal utama yaitu pemakaian antibiotik dan
fasilitas perawatan yang lama, beberapa staf rumah sakit gagal mengikuti
program pengendalian infeksi dasar seperti mencuci tangan sebelum
kontak dengan pasien dan kondisi pasien rumah sakit yang semakin
immunocompromised.

6. Kondisi Yang Mempermudah Terjadinya Infeksi Nosokomial


Menurut (Sjamsuhidayat, 2004) Infeksi nosokomial mudah terjadi
karena adanya beberapa keadaan tertentu, yaitu sebagai berikut:
a. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit atau
pasien, sehingga jumlah dan jenis kuman penyakit yang ada lebih
banyak dari pada ditempat lain.
b. Pasien mempunyai daya tahan tubuh rendah, sehingga mudah tertular.
c. Rumah sakit sering kali melakukan tindakan invasif mulai dari
sederhana misalnya suntikan sampai tindakan yang lebih besar,
operasi. Dalam melakukan tindakan sering kali petugas kurang
memperhatikan tindakan aseptik dan antiseptik.
d. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap
antibiotik, akibat penggunaan berbagai macam antibiotik yang sering
tidak rasional.
e. Adanya kontak langsung antara pasien atau petugas dengan pasien,
yang dapat menularkan kuman patogen.
f. Penggunaan alat-alat kedokteran yang terkontaminasi dengan kuman.
Sumber infeksi nosokomial dapat berasal dari pasien, petugas rumah
sakit, pengunjung ataupun lingkungan rumah sakit. Selain itu setiap
tindakan baik tindakan invasif maupun non invasif yang akan
dilakukan pada pasien mempunyai resiko terhadap infeksi
nosokomial.

7. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencegah Infeksi Nosokomial


Menurut Depkes (2003), upaya pencegahan terhadap terjadinya
infeksi nosokomial dirumah sakit yaitu untuk menghindarkan terjadinya
infeksi selama pasien di rawat di rumah sakit. Adapun bentuk upaya
pencegahan yang dilakukan antara lain :
a. Cuci Tangan
Cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang paling penting.
Cuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan.Walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung
lainnya. Untuk mengetahui kapan sebaiknya perawat melakukan cuci
tangan dan bagaimana cara mencuci tangan yang benar, berikut ini
akan dijelaskan mengenai tujuan mencuci tangan, dan prosedur standar
dari mencuci tangan.
b. Dekontaminasi
Menurut Depkes (2003) dekontaminasi adalah menghilangkan
mikroorganisme patogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman
untuk pengelolaan selanjutnya. Agar seorang perawat dapat melakukan
proses dekontaminasi dengan benar, maka perawat tersebut haruslah
mengetahui tujuan dari dekontaminasi, indikasi dari proses
dekontaminasi, dan prosedur standar dari dekontaminasi.
c. Alat Pelindung Diri
Menggunakan APD untuk menghindari kontak dengan darah atau
cairan tubuh lain. APD meliputi: pakaian khusus (apron), masker,
sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di
Rumah Sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan.
d. Sanitasi Lingkungan
Menjaga sanitasi lingkungan secara benar sebagaimana diketahui
aktivitas pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah
tangga, sampah medis, dan samapah berbahaya yang memerlukan
manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit,
pasien, pengunjung dan masyarakat.

D. 5 Momen Cuci Tangan


1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan aseptik
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
BAB III
ANALISA MASALAH

A. Analisis SWOT

Aspek yang Strength Weakness Opportunity Threat


dikaji (kelebihan) (kekurangan) (peluang) (ancaman)
Pengendalian - Adanya - Adanya - Kemampuan - Keluarga bila
Infeksi penyediaa keterbatasan keluarga pasien tidak
Nosokomial 5 n SPO 5 waktu perawat terhadap anjuran mengikuti
momen cuci momen dalam perawat untuk anjuran
tangan cuci memberikan melindungi diri perawat untuk
tangan pendidikan dari infeksi melaksanakan
- Adanya kesehatan 5 nosokomial 5 momen cuci
leaflet 5 momen cuci - Makin tingginya tangan akan
momen tangan kesadaran terjadi infeksi
cuci - Pelaksanaan keluarga tentang nosokomial
tangan pendidikan adanya infeksi
- Adanya kesehatan 5 nosokomial
poster 5 momen cuci - Adanya
momen tangan hanya mahasiswa
cuci dilakukan pada praktik untuk
tangan saat pasien baru memberikan
yang di masuk pendidikan
tempel di - Keluarga pasien kesehatan
dinding yang bergantian tentang infeksi
menunggu nosokomial
belum
semuanya
terpapar
pendidikan
kesehatan 5
momen cuci
tangan (cuci
tangan dengan
hand rub dan
cuci tangan
dengan sabun)
B. Identifikasi Masalah Dan Analisa Data
NO DATA FOKUS MASALAH
1. - Wawancara: Belum optimalnya pelaksanaan pencegahan
Dari hasil wawancara yang infeksi nosokomial pelaksanaan 5 momen
dilakukan pada tanggal 20 cuci tangan oleh keluarga pasien
Mei 2018 terhadap5 orang
perawat Ruang Kresna
didapat hasil bahwa setiap
menerima pasien baru
perawat memberikan
pendidikan kesehatan 5
momen cuci tangan kepada
keluarga pasien
- Observasi:
Dari hasil observasi yang
dilakukan pada tanggal 20
Mei 2018 sampai 22 Mei2018
terhadap 15 orang penunggu
pasien didapat bahwa
keluarga pasien tidak pernah
melaksanakan 5 momen cuci
tangan.
C. Prioritas Masalah
Prioritas Masalah
Jumlah Prioritas
No Masalah Importancy T R
P S RI PC DU Pe IxTxR
1 Belum 3 4 3 2 3 3 3 3 18 x 3 x 3 = 1
optimalnya 162
Pelaksanaan
pencegahan
infeksi
nosokomial
yaitu
pelaksanaan 6
langkah cuci
tangan oleh
keluarga pasien
2 Belum 3 4 3 1 3 3 3 3 17 x 3 x 3 = 2
optimalnya 153
Pelaksanaan
pencegahan
infeksi
nosokomial yaitu
pelaksanaan 5
momen cuci
tangan oleh
keluarga pasien

D. Alternatif Cara Penyelesaian Masalah


Penyebab Masalah Rencana Penyelesaian Masalah
Kurangnya kesadaran keluarga pasien Mensosialisasikan kembali 5 momen
dalam melakukan 5 momen cuci cuci tangan
tangan
Diagram Fishbone

Metode
- Pelaksanaan pendidikan
kesehatan 5 momen cuci
tangan pada keluarga hanya
dilakukan pada saat pasien
masuk – dengan metode
ceramah

Belum Optimalnya
Pelaksanaan pencegahan
infeksi nosokomial
Pelaksanaan 5 momen
cuci tangan oleh keluarga
pasien

Man
- Kurangnya kesadaran
keluarga pasien dalam
melakukan 5 momen cuci
tangan
- Penunggu pasien yang
selalu berganti
BAB IV
POA

Belum optimalnya pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial yaitu pelaksanaan


5 momen cuci tangan oleh keluarga pasien.

Tujuan Umum: optimalnya pencegahan infeksi nosokomial.


Tujuan khusus:
1. Keluarga pasien mengetahi 5 momen cuci tangan.
2. Keluarga pasien mampu melakukan 5 momen cuci tangan.

Bahan
Rencana
No Metode Sasaran dan Waktu Tempat Pelaksana
Tindakan
Alat
1 Memberi Ceramah Keluarga/ Leaflet 26 Mei Ruang Angga
pendidikan Diskusi penunggu 2018 Kenanga
kesehatan 5 pasien
momen cuci
tangan pada
keluarga
pasien.
2 Menganjurkan Diskusi Keluarga/ Leaflet 26 Mei Ruang Angga &
keluarga penunggu 2018 kresna eko
pasien untuk pasien
menginformasi
kan 5 momen
cuci tangan
pada penunggu
pasienselanjutn
ya.
3 Mengorientasi
kan keluarga
pasien tempat
poster 5
momen cuci
tangan
tertempel
4 Mengingatkan
jika lupa 5
momen cuci
tangan untuk
melihat poster
yang tertempel

Laporan Pelaksanaan

No Tindakan Waktu Tempat Peserta Hasil Keterangan Pelaksana

1 Memberikan 20-05- Ruang 15 - 13 orang dapat - 5 orang Angga &


pendidikan 2018sam kresna orang menyebutkan menyebutkan eko
kesehatan 5 pai 3 -6- 5 momen cuci 5 momen
momen cuci 2018 tangan dengan cuci tangan
tangan pada benar dengan
keluarga/ - 2 orang tidak membaca
penunggu dapat leaflet
pasien menyebutkan - 2 orang yang
5 momen cuci tidak dapat
tangan menyebutkan
5 momen
cuci tangan
mengatakan
lupa karena
faktor usia
2 Menganjurkan - 15 peserta
keluarga/ bersedia
penunggu menginformas
pasien untuk ikan 5 momen
menginformasi cuci tangan
kan 5 momen pada
cuci tangan penunggu
pada penunggu pasien
pasien selanjutnya
selanjutnya.
3 Mengorientasik
Poster 5
an letak poster
5 momen cuci momen cuci
tangan tangan terletak
4 Menganjurkan di dinding
keluarga pasien
untuk melihat wastafel
poster 5 momen masing-masing
cuci tangan jika kamar pasien
lupa
Evaluasi
1. Evaluasi Proses
- Tidak semua keluarga/ penunggu pasien terpapar pendidikan kesehatan
tentang 5 momen cuci tangan secara langsung dikarenakan penunggu
yang bergantian.
- Terdapatnya penunggu lansia sehingga mudah lupa setelah diberikan
pendidikan kesehatan
- Keluarga/ penunggu termotivasi dan antusias untuk melakukan 5
momen cuci tamgan
- Terdapat 15 keluarga/ penunggu pasien yang terpapar pendidikan
kesehatan 5 momen cuci tangan secara langsung
2. Evaluasi Hasil
Dari hasil obsevasi tanggal 4 Januari 2017 sampai 10 Januari 2017 di
Ruang kresna 5 momen cuci tangan belum sepenuhnya dilakukan oleh
keluarga/ penunggu pasien. Keluarga/ penunggu pasien melakukan cuci
tangan setelah terpapar cairan tubuh pasien.
BAB V
SIMPULAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT

A. Rencana Tindak Lanjut


Berdasarkan evaluasi pelaksanaan 5 momen cuci tangan disarankan :
- Membuat jadwal kegiatan pendidikan kesehatan dan sosialisasi 5 momen
cuci tangan.
- Memotivasi perawat pelaksana untuk mensosialisasikan ulang pentingnya
5 momen cuci tangan kepada keluarga/ penunggu pasien.
- Membuat membuat cek list 5 momen cuci tangan yang ditandatangani
perawat pemberi pendidikan kesehatan dan keluarga/ penunggu pasien
agar dapat dipantau pengetahuan dan sudah terpaparnya informasi.
- Melakukan survey pada keluarga/ penunggu pasien tentang pengetahan 5
momen cuci tangan.

B. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Dari seluruh pelaksanaan kegiatan praktek manajemen keperawatan di
Ruang kresna RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang mulai tanggal 20
Mei 2018sampai 12 Juni 2018 yang dimulai dari tahap awal melalui
pengkajian sampai evaluasi akhir kegiatan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Sudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang 5 momen cuci tangan yang
dilakukan dengan metode ceramah pada saat pasien baru masuk pada
keluarga/ pengantar pasien , tetapi tidak semua keluarga/ penunggu pasien
terpapar pendidikan kesehatan tentang 5 momen cuci tangan dikarenakan
penunggu pasien yang bergantian dan belum adanya cek list yang
ditandatangani oleh pemberi dan penerima pendidikan kesehatan tentang 5
momen cuci tangan.
b. Saran
1. Diharapkan pendidikan kesehatan tentang 5 momen cuci tangan
dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi.
2. Diharapkan adanya cek list bagi pemberi dan penerima pendidikan
kesehatan 5 momen cuci tangan.
3. Diharapkan adanya survey tentang pengetahuan 5 momen cuci tangan
pada keluarga/ penunggu pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Bhatia, A. (2004). Nosocomial Infections and IV Infusion System.

Depkes R.I. (2003). Pedoman Pelaksana Kewaspadaan Universal di Pelayanan


Kesehatan.

Gillies, D.A. (2000).Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem. Edisi


Kedu.Philadelpia W. B. Saunders

Marquis (2004).Manajemen Kesehatan, Edisi 2. Penerbit Buku KedokteranEGC.

Marquis & Huston (2010). Manajemen Kesehatan, Edisi 3. Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Musadad, D.A. Kebiasaan Cuci Tangan Petugas Rumah Sakit dalam Pencegahan
Infeksi Nosokomial.Cermin Dunia Kedokteran. 1993;82:28-31.

Nursalam (2005).Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik


KeperawatanProfesional. Jakarta: Salemba Medika.

Satyaputra.Pengendalian Infeksi Nosokomial. Cermin Dunia Kedokteran


1993;82:18-20.

Schaffer, et al (2000).Pencegahan Infeksi dan Praktik yang Aman.Jakarta: EGC.

Setyawati, L. (2002). Infeksi Nosokomial, Kumpulan Bahan Kuliah Hygiene


Industri. UGM.

Sjamsuhidayat (2004).Buku Ajar Infeksi Nosokomial.Jakarta: EGC.

Suarli &Bahtiar (2009), Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.


Jakarta:Erlangga.

Swanburg, R.C. (2000). Mengenal Kepemimpin dan Manajemen Keperawatan


Untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.
LAPORAN KASUS

PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG KRESNA RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG

Di susun oleh
1. ANGGA DWI TRISNANTO 1708231
2. EKO PURNOMO 1708264

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018

Anda mungkin juga menyukai