Anda di halaman 1dari 9

32

A. Pembahasan

Setelah melakukan penelitian tentang Gambaran Kejadian

Anemia Pada Ibu Bersalin di RSUD Kota Mataram Tahun 2016-2017.

menunjukkan bahwa dari 81 orang yang memeriksakan kehamilannya

diketahui yang anemia persalinan sebanyak 62 (77,8%) dan yang tidak

termasuk anemia persalinan yaitu 19 orang (22,2%).

Berdasarkan hasil telah teoritis di dalam bab pustaka tentang

landasan teori yang menjadi dasar penyusunan kerangka konsep dan

penelitian ini yakni bahwa kejadian anemia ibu bersalin berhubungan

dengan lama kala I persalinan, lama kala II persalinan, lama kala III

persalinan, komplikasi persalinan, cara persalinan dan kadar Hb.

1. Lama Persalinan Kala I Ibu yang mengalami Anemia

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lama

Persalinan Kala I Ibu yang mengalami anemia lebih banyak dengan

kategori sesuai (67.7 %) kemudian paling sedikit yang tidak sesuai

(12.9 %).

Penyebab dari kala I lama itu sendiri adalah seperti kelainan letak janin,

kelainan-kelainan letak panggul, janin besar, kelainan kongenetal, kelainan his

yang dapat menghambat kelancaran persalinan dan primi tua.12 Selama

persalinan mengakibatkan aktivitas yang berat dan mengeluarkan banyak

tenaga, oksigen yang tersimpan akan di gunakan dengan cepat dan sirkulasi

darah normal tidak dapat menyuplay oksigen dengan baik sehingga kinerja otot

akan kehabisan oksigen yang menyebabkan keletihan otot untuk

berkontraksi.13 Pada ibu bersalin anemia akan lebih mudah mengalami


33

keletihan otot uterus yang mengakibatkan his menjadi terganggu. Apabila his

yang di timbulkan sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi

turunnya kepala dan pembukaan serviks atau yang di sebut inkoordinasi

kontraksi otot rahim, yang akhirnya akan mengganggu proses persalinan.14 His

yang di timbulkannya sifatnya lemah, pendek, dan jarang hal ini di sebabkan

oleh proses terganggunya pembentukan ATP (Adenosin Trifosfat). Salah satu

senyawa terpenting dalam pembentukan ATP adalah oksigen. Energi yang di

hasilkan oleh ATP merupakan salah satu faktor yang berperan dalam terjadinya

suatu kontraksi otot. Pada Anemia jumlah sel darah merah berkurang sehingga

oksigen yang di ikat dalam darah sedikit kemudian menghambat aliran darah

menuju otot yang sedang berkontraksi, yang mengakibatkan kinerja otot uterus

tidak maksimal .13 Pada kasus penelitian ini, ibu bersalin yang mengalami

anemia akan lebih mudah mengalami keletihan otot uterus sehingga

menyebabkan persalinan kala 1 berlangsung lebih lama.

Sesuai dengan yang di kemukakan oleh Saifudin, 2006,

dimana Faktor yang mempengaruhi penyebab kala I lama yaitu

salah satunya his yang tidak efisien/adekuat. Yang mengakibatkan

ibu merasa keletihan dan kekurangan tenaga. Penyebab dari kala I

lama itu sendiri adalah seperti kelainan letak janin, kelainan-

kelainan letak panggul, janin besar, kelainan kongenental, kelainan

his yang dapat menghambat kelancaran persalinan dan primi tua

(Saifudin. 2010). Dampak kala 1 lama bagi ibu yaitu perdarahan,

infeksi, kelelahan ibu sampai shock sedangkan pada janin dapat


34

mengakibatkan janin terinfeksi oleh pecahnya ketuban lama

sebelum kelahiran (Oxorn dan William. 2010).

2. Lama Kala II ibu yang mengalami Anemia

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa angka kejadian

lama persalinan kala II paling besar dengan kategori sesuai

(71,0 %), dan tidak sesuai (8.1 %) paling sedikit diantara tidak

melewati kala II.

Sebagian besar ibu bersalin dengan lama persalinan kala II

Abnormal. Hal ini dapat di sebabkan oleh faktor Power

(kekuatan mengejan atau his, umur dan paritas), Passage

(panggul, jaringan dan ligamen-ligamen), Passangger (janin

besar dan berat badan janin), Psikis (kecemasan, kelelahan dan

kekhawatiran), dan Penolong (keterampilan menolong

persalinan). Persalinan dapat berjalan normal jika faktor-faktor

diatas yang mempengaruhi persalinan dalam batas normal. Jika

salah satu dari kelima faktor tersebut terdapat penyimpangan

dari normal, maka akan dapat memperlambat persalinan, yang

nantinya akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian

cpada ibu dan bayi (Varney, 2007).

Ibu bersalin dikategorikan mengalami persalinan lama jika

durasinya melebihi batas normal yaitu berlangsung lebih dari 2

jam pada primigravida dan pada multigravida lebih dari 1 jam.

Faktor yang mempengaruhi penyebab persalinan lama yaitu


35

salah satunya his yang tidak adekuat/efisien, yang

mengakibatkan ibu merasa keletihan dan kekurangan tenaga.

Selain itu penyebab dari persalinan yang berlangsung lama

adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, janin besar,

kelainan congenital, kelainan his yang dapat menghambat

kelancaran persalinan serta primi tua (Saifudin, 2010). Salah

satu faktor dari lama kala II adalah faktor tenaga dari ibu,

kekuatan ibu meneran merupakan tenaga yang utama untuk

mengeluarkan janin dari jalan lahir dan pimpinan persalinan

yang benar sangat menentukan lamanya kala II persalinan.

Terlebih lagi jika ibu dalam keadaan anemia maka akan

mempengaruhi lama kala II.

3. Lama Kala III ibu yang mengalami Anemia

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa dari 62 Ibu

bersalin lama kala III dengan kategori sesuai sebanyak (75,8 %)

lebih banyak dari yang tidak sesuai sebanyak (1,6 %).

Kala III persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala

pengeluaran plasenta yang diawali setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Fisiologi

kala III persalinan adalah terjadinya penyusutan volume rongga

uterus setelah lahirnya bayi karena adanya kontraksi uterus.

Penyusutan ukuran ini mengakibatkan berkurangnya ukuran

tempat pelekatan plasenta. Ukuran tempat plasenta yang


36

mengecil tetapi ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta

akan terlipa kemudian terlepas dari dinding uterus. Plasenta

yang lepas akan turun ke bagian bawah uterus dan ke dalam

vagina (Oktarina, 2016). Kala III dimulai segera setelah bayi

lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari

30 menit (Saifuddin, 2008). Semakin cepat waktu pengeluaran

berarti semakin lebih baik, karena berkurangnya risiko

peningkatan jumlah perdarahan persalinan terutama pada kala

III. Sedangkan jika waktu pengeluaran lama Kala III diikuti

dengan retensio plasenta dan perdarahan karena atonia uteri

(Manuaba, 1998).

Jika dalam kategori sesuai lebih banyak tidak

mempengaruhi Ibu saat persalingan.

penelitian ini

4. Komplikasi pada ibu bersalin yang mengalami Anemia

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan

didapatkan bahwa ibu yang mengalami komplikasi paling tinggi

dengan kategori tidak ada (95,2 %) dan paling rendah dengan

kategori ada (4,8 %).

Pada wanita hamil, anemia meningkatkan komplikasi pada

kehamilan seperti abortus, kelainan kongenital, BBLR dan

mengakibatkan persalinan prematur, kemudian pada persalinan

akan mengakibatkan persalinan lama karena ibu cepat keletihan


37

dan saat pasca persalinan anemia dapat menyebabkan atonia

uteri, retensio placenta, luka sukar membeku dan gangguan

involusi uteri. Selama persalinan mengakibatkan aktivitas yang

berat dan mengeluarkan banyak tenaga, oksigen yang

tersimpan akan di gunakan dengan cepat dan sirkulasi darah

normal tidak dapat menyuplai oksigen dengan baik sehingga

kinerja otot akan kehabisan oksigen yang menyebabkan

keletihan otot untuk berkontraksi.

Pada ibu bersalin anemia akan lebih mudah mengalami

keletihan otot uterus yang mengakibatkan his menjadi

terganggu. Apabila his yang di timbulkan sifatnya lemah,

pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi turunnya kepala

dan pembukaan serviks atau yang di sebut inkoordinasi

kontraksi otot rahim, yang akhirnya akan mengganggu proses

persalinan.

5. Cara persalinan pada ibu bersalin yang mengalami Anemia

Dari hasil penelitian yang didapatkan cara persalinan Ibu

yang paling banyak dengan kategori Pervaginam Spontan (79,0

%) dan paling sedikit dengan Perabdominal (21,0 %)

Persalinan adalah proses fisiologi dimana uterus

mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta

setelah kehamilan 20 minggu atau lebih, atau dapat hidup di

luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lahir dengan


38

bantuan atau tanpa bantuan. Cara persalinan dibagi menjadi

beberapa bagian, cara persalinan spontan, persalinan normal,

persalinan anjuran dan persalinan tindakan. Dimana persalinan

normal menurut Prawirohardjo, S. 2010, proses pengeluaran

janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu)

lahir spontan dengan persentase belakang kepala yang

berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu dan

janin sedangkan persalinan tindakan adalah persalinan yang

tidak dapat berjalan normal secara spontan atau tidak berjalan

sendiri, oleh karena terdapat indikasi adanya penyulit sehingga

persalinan dilakukan dengan memberikan tindakan

menggunakan alat bantu. Persalinan tindakan dilakukan jika

kelahiran spontan diduga beresiko lebih besar pada ibu atau

bayi dari pada tindakannya (Kusumawati, Y. 2006).

6. Kadar Hb ibu pada ibu bersalin yang mengalami Anemia

Berdasarkan hasil penelitian di atas didapatkan bahwa ibu

bersalin dengan kadar Hb paling tinggi dengan kategori lebih

kecil dari rata-rata.

Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan

kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai

normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang

darah, kadar sel darah merah (Hb/hemoglobin) dibawah nilai


39

normal. Penyebabnya bisa karena kurang zat gizi untuk

pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat dan vitamin

B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia kekurangan zat

besi (Rukiah, 2010). Anemia merupakan masalah medik yang

sering dijumpai di klinik atau Rumah sakit seluruh dunia, di

samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat,

terutama di negara berkembang. Kelainan ini merupakan

penyebab debilitas kronik (chronic debility) yang mempunyai

dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi,

serta kesehatan fisik. (Nugroho, 2012).

Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan

status anemia pada wanita berdasarkan kriteria Menurut

Depkes (2001) anemia dibagi menjadi dua derajat yaitu anemia

ringan bila kadar Hb 8-11 gr% dan anemia berat bila kadar Hb

kurang dari 8 gr/dl. Pada wanita hamil anemia meningkatkan

frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko

kematian maternal, angka prematuritas, berat bedan bayi lahir

rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan

antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita

yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang

anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah (Rukiah, 2010).

Menurut peneliti dari hasil di atas peran dari bidan sangat

penting guna untuk meningkatkan deteksi dini dalam melakukan


40

segala pemeriksaan khususnya pada ibu hami,bersalin dan

nifas. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan

jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan

oksigen. Pada wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi

komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian

maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah,

dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan

antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita

yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang

anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.

Anda mungkin juga menyukai