Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Kelompok 1
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
2016
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Teknik Penangkaran Penyu. Makalah ini telah
kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah tentang Teknik Penangkaran Penyu ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
Daftar Gambar ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Definisi Umum Penyu ............................................................................................. 3
2.2 Jenis – Jenis Penyu................................................................................................. 5
2.3 Perkembangbiakan penyu...................................................................................... 9
2.3.1 Perkawinan ....................................................................................................... 9
2.3.2 Peneluran ....................................................................................................... 10
2.4 Upaya pelestarian penyu ...................................................................................... 12
2.5 Teknik Penangkaran Penyu ................................................................................. 13
2.5.1. Pemindahan Telur......................................................................................... 14
2.5.2. Penetasan Telur Penyu Semi Alami ............................................................ 16
2.5.3. Pembesaran Tukik ........................................................................................ 18
2.5.4. Pelepasan Tukik ............................................................................................ 20
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 21
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 21
3.2. Saran ..................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22
iii
Daftar Gambar
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran umum keberadaan penyu
2. Untuk mengetahui upaya pelestarian penyu
3. Untuk mengetahui teknik penangkaran penyu
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kingdom : Animalia
Phylum :Chordata
Class : Sauropsida
Ordo : Testudines
Penyu merupakan reptil yang hidup di laut serta mampu bermigrasi dalam
jarak yang jauh di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudra Pasifik dan Asia
Tenggara. Keberadaannya telah lama terancam, baik dari alam maupun kegiatan
manusia yang membahayakan populasinya secara langsung maupun tidak
langsung. Penyu merupakan kura – kura laut yang merupakan binatang purbakala
yang masih hidup sampai sekarang. Penyu ini terdiri atas kepala, leher, cangkang,
kaki yang digunakan untuk melakukan renang didalam air. Penyu dikatakan
binatang purbakala karena dari jutaan tahun yang lalu hingga sampai sekarang
penyu masih hidup. Penyu merupakan binatang yang sangat unik, karena mampu
menjaga keseimbangan ekosistem yang berada didalam laut dan diperkirakan
sekitar 260 spesies penyu dari 12 – 14 suku yang masih hidup di bagian dunia.
4
Dari tujuh jenis penyu di dunia, tercatat enam jenis penyu yang hidup di
perairan Indonesia yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys
imbricata), penyu abu-abu (Lepidochelys olivacea), penyu pipih (Natator
depressus), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), serta penyu tempayan
(Caretta caretta). Jumlah ini sebenarnya masih menjadi perdebatan karena Nuitja
(1992) menyebutkan hanya lima jenis yang ditemukan, dimana Caretta caretta
dinyatakan tidak ada. Namun demikian, beberapa peneliti mengungkapkan bahwa
Caretta caretta memiliki daerah jelajah yang meliputi Indonesia (Limpus et al.
1992, Charuchinda et al. 2002).
Morfologi Penyu
1) Karapas, yaitu bagian tubuh yang dilapisi zat tanduk, terdapat di bagian
punggung dan berfungsi sebagai pelindung.
2) Plastron, yaitu penutup pada bagian dada dan perut.
3) Infra Marginal, yaitu keping penghubung antara bagian pinggir karapas
dengan plastrón. Bagian ini dapat digunakan sebagai alat identifikasi.
4) Tungkai depan, yaitu kaki berenang di dalam air, berfungsi sebagai alat
dayung.
5) Tungkai belakang, yaitu kaki bagian belakang (pore fliffer), berfungsi sebagai
alat penggali.
5
Penyu hijau merupakan jenis penyu yang paling sering ditemukan dan hidup di
laut tropis. Dapat dikenali dari bentuk kepalanya yang kecil dan paruhnya yang
tumpul. Dinamai penyu hijau bukan karena sisiknya berwarna hijau, tapi warna
lemak yang terdapat di bawah sisiknya berwarna hijau. Tubuhnya bisa berwarna
abu-abu, kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan. Anak-anak penyu hijau (tukik),
setelah menetas, akan menghabiskan waktu di pantai untuk mencari makanan.
6
Tukik penyu hijau yang berada di sekitar Teluk California hanya memakan alga
merah. Penyu hijau akan kembali ke pantai asal ia dilahirkan untuk bertelur setiap
3 hingga 4 tahun sekali. Ketika penyu hijau masih muda mereka makan berbagai
jenis biota laut seperti cacing laut, udang remis, rumput laut juga alga. Ketika
tubuhnya mencapai ukuran sekitar 20-30 cm, mereka berubah menjadi herbivora
dan makanan utamanya adalah rumput laut (ikan mania, 2004)
Penyu sisik atau dikenal sebagai hawksbill turtle, karena paruhnya tajam dan
menyempit atau meruncing dengan rahang yang agak besar mirip paruh burung
elang. Demikian pula karena sisiknya yang tumpang tindih atau over lapping
(imbricate) seperti sisik ikan, maka orang menamainya penyu sisik. Ciri-ciri umum
adalah warna karapasnya bervariasi kuning, hitam dan coklat bersih, plastron
berwarna kekuning-kuningan. Terdapat dua pasang sisik prefrontal. Sisiknya
(disebut bekko dalam bahasa Jepang) banyak digunakan sebagai bahan baku dalam
industri kerajinan tangan terutama di Jepang untuk membuat pin, sisir, bingkai
kacamata dll. Sebagian besar bertelur di pulau-pulau terpencil. Penyu sisik selalu
memilih kawasan pantai yang gelap, sunyi dan berpasir untuk bertelur. Paruh penyu
sisik agak runcing sehingga memungkinkan mampu menjangkau makanan yang
berada di celah-celah karang seperti sponge dan anemon. Mereka juga memakan
udang dan cumi-cumi (Wikipedia, 2007).
7
Dalam bahasa Inggris, penyu ini dikenal dengan nama olive ridley turtle.
Penampilan penyu lekang ini adalah serupa dengan penyu hijau tetapi kepalanya
secara komparatif lebih besar dan bentuk karapasnya lebih langsing dan bersudut.
Tubuhnya berwarna hijau pudar, mempunyai lima buah atau lebih sisik lateral di
sisi sampingnya dan merupakan penyu terkecil di antara semua jenis penyu yang
ada saat ini. Seperti halnya penyu tempayan, penyu lekang juga karnivora. Mereka
juga memakan kepiting, kerang, udang dan kerang remis (Wikipedia, 2007).
Penyu belimbing memiliki karapas berwarna gelap dengan bintik putih. Ukuran
penyu belimbing dapat mencapai 180 cm dan berat mencapai 500 kg. Penyu
belimbing dapat ditemukan dari perairan tropis hingga ke lautan kawasan sub kutub
dan biasa bertelur di pantai-pantai di kawasan tropis. Spesies ini menghabiskan
sebagian besar hidupnya di lautan terbuka dan hanya muncul ke daratan pada saat
bertelur. Penyu belimbing betina dapat bertelur empat sampai lima kali per musim,
setiap kali sebanyak 60 sampai 129 telur. Penyu belimbing bertelur setiap dua atau
tiga tahun dengan masa inkubasi sekitar 60 hari (WWF, 2008).
Penyu pipih dalam bahasa Inggris bernama flatback turtle. Pemberian nama
flatback turtle karena sisik marginal sangat rata (flat) dan sedikit melengkung di sisi
luarnya. Di awal abad 20, spesies ini sempat agak ramai diperdebatkan oleh para
ahli. Sebagian orang memasukkannya ke dalam genus Chelonia, namun setelah
diteliti dengan seksama para ahli sepakat memasukkannya ke dalam genus Natator,
satusatunya yang tersisa hingga saat ini. Jenis ini karnivora sekaligus herbivora.
Mereka memakan timun laut, ubur-ubur, kerang-kerangan, udang, dan invertebrata
lainnya (Wikipedia, 2007).
Penyu ini dalam bahasa Inggris bernama loggerhead turtle. Warna karapasnya
coklat kemerahan, kepalanya yang besar dan paruh yang bertumpuk (overlap) salah
satu ciri mengenali penyu tempayan. Disamping itu, terdapat lima buah sisik di
kepala bagian depan (prefrontal), umumnya terdapat empat pasang sisik coastal.
Lima buah sisik vertebral. Plastron berwarna coklat muda sampai kuning. Penyu
tempayan termasuk jenis karnivora yang umumnya memakan kerang-kerangan
yang hidup di dasar laut seperti kerang remis, mimi dan invertebrata lain. Penyu
tempayan memiliki rahang yang sangat kuat untuk menghancurkan kulit kerang.
Penyu tempayan memiliki kebiasaan akan kembali ke pantai tempat asal ia menetas
untuk bertelur. Penyu tempayan mulai bertelur setelah berumur 20 – 30 tahun dan
mempunyai masa penetasan telur selama 60 hari (Wikipedia, 2007).
2.3.2 Peneluran
Lama antara peneluran yang satu dengan peneluran berikutnya (interval
peneluran) dipengaruhi oleh suhu air laut. Semakin tinggi suhu air laut, maka
interval peneluran cenderung makin pendek. Sebaliknya semakin rendah suhu air
laut, maka interval peneluran cenderung makin panjang. Tahapan bertelur pada
berbagai jenis penyu umumnya berpola sama. Tahapan yang dilakukan dalam
proses betelur adalah sebagai berikut:
Selain tidak menangkap kita juga tidak boleh mengkonsumsi baik daging atau
pun telurnya, kita bisa menggantikan lauk makanan dengan sayuran atau ikan ikan
yang banyak dan mudah kita dapat.dan tidak langka di laut.
Untuk mempertahan kan penyu tetap lestari sepatutnya kita tidak melakukan
pemburuan terhadap penyu,untuk kesenangan semata karena penyu merupakan
hewan penjasa keseimbangan ekosistem laut.
Melakukan penangkaran
Penyu sangat peka jika saat mengeluarkan telurnya diganggu baik manusia
ataupun hewan lainnya, penyu tersebut akan mengakhiri telurnya dan kembali
kelaut, penyu akan bisa bertelur kembali setelah mencapai dua tahun.
Oleh karena itu, begitu telur penyu menetas, maka tukik harus langsung ditebar
dan dilepas ke laut. Selain untuk kepentingan mendukung upaya konservasi penyu,
kegiatan penangkaran penyu juga dapat diadakan untuk beberapa kepentingan
khusus, seperti pendidikan, penelitian dan wisata, sehingga sejumlah tukik hasil
penetasan semi alami dapat disisihkan untuk dibesarkan. Jumlah tukik yang
dibesarkan tersebut hanya sebagian kecil saja dan tergantung tujuan dan dukungan
fasilitas penangkaran yang menjamin tukik tersebut dapat tumbuh dan berkembang
dengan optimal. Secara teknis, kegiatan penangkaran meliputi kegiatan penetasan
telur (pada habitat semi alami atau inkubasi), pemeliharaan tukik, dan pelepasan
tukik ke laut. Tahapan kegiatan teknis penangkaran penyu secara rinci meliputi:
a) Pemindahan telur
b) Penetasan semi alami
c) Pemeliharaan tukik
d) Pelepasan tukik
Gambaran proses pemindahan telur penyu dari sarang asli ke sarang buatan
disajikan pada Gambar 11.
16
Gambar 11. Gambaran cara dan proses pemindahan telur penyu dari sarang alami
ke sarang semi alami (buatan) menggunakan ember
Sumber : pengelolaan konservasi penyu, KKP
1. Telur penyu yang diambil dari sarang alami dipindahkan ke lokasi penetasan
semi alami.
2. Masukkan telur penyu kedalam media penetasan, dimana kapasitas media
dalam menampung telur disesuaikan dengan besar kecilnya media.
3. Lama penetasan telur penyu sampai telur penyu menetas menjadi tukik ±
45-60 hari.
4. Lepaskan segera tukik yang baru menetas ke laut.
5. Untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan wisata, sisihkan sebagian
tukik yang baru menetas ke dalam bak pemeliharaan untuk dibesarkan.
Lokasi penetasan telur penyu secara semi alami biasanya berada pada di atas
daerah supratidal, yaitu daerah dimana sudah tidak ada pengaruh pasang
tertinggi. Pada lokasi tersebut, dapat dibuat beberapa lubang-lubang telur
penyu buatan sebagai tempat penetasan telur semi alami. Kawasan lubang-
lubang telur penyu buatan tersebut dapat diberi pagar pada sekelilingnya,
baik pagar permanen maupun semi permanen, dan dapat juga dikelilingi
dengan pohon. Gambaran lokasi penetasan telur penyu secara alami dapat
dilihat pada Gambar 12.
17
Gambar 12. Gambaran disain lokasi penetasan telur penyu secara semi alami
Sumber : pengelolaan konservasi penyu, KKP
Selain penetasan telur penyu secara semi alami di lokasi terbuka seperti di atas,
penetasan telur penyu secara semi alami dapat juga dilakukan dalam suatu wadah.
Proses penetasan telur penyu secara semi alami dalam suatu wadah dapat dijelaskan
sebagai berikut:
secara semi alami dalam suatu wadah buatan juga mempunyai kelemahan,
yaitu apabila dilakukan secara terus-menerus dapat menimbulkan
ketidakseimbangan populasi di alam, karena perlakuan suhu dalam proses
penetasan telur penyu dalam wadah buatan tersebut dapat mempengaruhi
jenis kelamin tukik. Sebutir telur yang menetas secara alami semestinya
jantan, akan tetapi karena perlakukan suhu dalam proses penetasan telur
penyu dalam wadah buatan justru menjadi betina dan sebaliknya. Gambar
13 berikut ini menyajikan bahan dan media untuk proses penetasan telur
penyu dalam wadah buatan.
Gambar 13. Bahan dan Media Proses Penetasan Buatan (Sumber : Yayasan Alam
Lestari, 2000)
Sumber : pengelolaan konservasi penyu, KKP
Gambar 14. tata cara pemeliharaan tukik dalam bak pemeliharaan. Sumber :
pengelolaan konservasi penyu, KKP
Keterangan:
Bak dibuat berukuran kecil, bahan dari plastik karena ringan dan mudah dipindah-pindah.
Apabila bak yang dibuat berukuran besar, sebaiknya terbuat dari kayu yang dibungkus
plastik untuk menghemat biaya
Buatkan over flow dalam bak untuk membuang minyak atau sampah-sampah berukuran
kecil yang terapung di permukaan air yang keluar bersama air buangan
Pasang jaring pada pipa pembuangan agar tukik tidak masuk ke dalam pipa pembuangan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyu merupakan binatang purbakala yang masih hidup sampai sekarang,
terdapat bermacam – macam jenis berdasarkan bentuk fisiknya, berkembangbiak
dengan cara bertelur dan melepaskan telurnya didalam pasir, konservasi penyu
bertujuan untuk melindungi jenis penyu dari kepunahan agar penyu selalu hidup
dan menjadi lebih banyak.penyu hidup diair laut akan tetapi bernafas dengan paru
22
– paru.selain itu juga dilakkukan pengakaran penyu agar penyu – penyu dapat
lestari.makanan penyu adalah alga yang ada dilaut,penyu memiliki manfaat yaitu
dapat dijadikan objek penelitian,penarik wisatawan,penjaga keseimbangan
ekosistem.
3.2. Saran
Penyu perlu dilindungi demi terjaganya keseimbanan ekosistem laut,karena
jarang sekali penyu bisa hidup,dan langka hanya terdapat di beberapa laut saja,oleh
kerena itu perlu dilindungi karna selain menjaga keseimbanan ekosistem penyu
juga dapat dijadikan objek penelitian. Mungkin hanya itu yang dapat kami bahas
mengenai konservasi penyu selebihnya kami minta maaaf bila ada kesalahan dan
kekurangan yang ada didalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA