Anda di halaman 1dari 19

LUMPUR PEMBORAN Page 7

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

II. LUMPUR PEMBORAN

Dalam bab ini dibahas tentang :


- fungsi lumpur
- komponen lumpur
- sifat-sifat lumpur
- jenis-jenis lumpur

2.1 Fungsi Lumpur Pemboran.


Fungsi lumpur pemboran adalah sebagai berikut :
- Mengangkat cuttings dari dasar lubang ke permukaan
- Menahan tekanan formasi
- Menahan dinding lubang supaya tidak runtuh
- Menahan cuttings dan material pemberat saat sirkulasi berhenti.
- Sebagai pelumas dan pendingin
- Mengurangi berat rangkaian pemboran
- Sebagai media logging
- Sebagai media informasi
- Sebagai tenaga penggerak.

2.1.1 Lumpur Mengangkat Cuttings Dari Dasar Lubang


Lumpur pemboran disirkulasikan dari permukaan ke dasar lubang melalui bagian
dalam rangkaian pemboran, Dari dasar lubang Lumpur pemboran kembali ke
permukaan melalui annulus rangkaian pemboran dengan dinding lubang sambil
membawa cuttings ke permukaan. Di permukaan cutting disaring oleh shale

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 8

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

shaker, dan lumpur masuk kembali ke dalam tangki lumpur. Gambarannya dapat
dilihat pada gambar 2.1

Tangki isap Swivel

Standpipe
Pompa Kelly
Lumpur Rotary
Hose
Shale shaker
Cuttings
Flow line
Casing Drillpipe
Shaker
Tank
Lumpur Cuttings

Lubang Drill
Terbuka Collar

Bit

Gb.2.1 Sirkulasi Lumpur Mengangkat Cuttings Ke Permukaan

Bila cuttings tidak terangkat dari bawah bit dengan baik, bit akan membor
cutting kembali, dan akan memperlambat laju pemboran. Bila Cuttings
tidak terangkat dengan sempurna , dan cuttings akan menumpuk di
sekeliling rangkaian pemboran. Kondisi ini dapat menyebabkan rangkaian
pemboran terjepit

Kecepatan pengangkatan cuttings di annulus merupakan perbedaan


kecepatan aliran dengan slip velocity cuttings.

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 9

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

Kecepatan aliran Lumpur di annulus adalah :


Q
Vr = 0.4085 x
Dh2 – OD2
Dimana :
Vr : Kecepatan aliran Lumpur di annulus, ft/detik
Q : Rate aliran lumpur, gpm
Dh : Diameter dinding lubang, inch
OD : Outside diameter drillpipe, inch

Slip velocity adalah :


2.92 Dcx (ρc – ρm)0.667
Vs =
(ρm)0.333 x (µe) 0.333
Dimana :
Vs : Slip velocity,ft/detik
Dc : Diameter cuttings, inch
ρc : Density cuttings, ppg
ρm : Density lumpur (berat jenis lumpur), ppg
µe : Viskositas lumpur, cp

Soal.
Drillpipe 5”OD, 4.276”ID, Diameter lubang 8.5 inch
Lumpur dipompakan sebesar 400 gpm. Density Lumpur 10 ppg;
viskositas Lumpur 30 cp
Density cutting 22.5 ppg, ukuran cutting, 0.3 inch,
Berapakah :

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 10

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

a. Annular velocity ?
b. Slip velocity ?
c. Kecepatan cutting ?

2.1.2 Mengontrol Tekanan Formasi


Lumpur harus dapat menahan fluida formasi tidak masuk ke dalam lubang.
Untuk itu tekanan hidrostatis lumpur harus lebih besar dari tekanan
formasi. Bila tekanan hidrostatik lumpur lebih kecil dari tekanan formasi,
maka akan terjadi well kick. Perbedaan antara tekanan hidrostatik Lumpur
dengan tekanan formasi disebut dengan overbalance. Gambaran lumpur
menahan fluida formasi supaya tidak masuk kedalam lubang dapat dilihat
pada gambar 2.2.

Tekanan hidrostatik Lumpur adalah :


Ph = 0.052 x BJ x h
Dimana :
Ph : Tekanan hidrostatik Lumpur, psi
0.052 : Konstanta konversi
BJ : Berat jenis lumpur, ppg
H : Tinggi kolom lumpur, ft

Tekanan lumpur jangan lebih besar dari tekanan rekah formasi. Bila
tekanan lumpur lebih besar dari tekanan rekah formasi, formasi akan rekah
dan terjadi lost cirkulation. Tekanan rekah formasi ditentukan dengan leak
off test.

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 11

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

Permukaan

Lumpur
Pemboran

Ph = Tekanan hidrostatik
Lumpur,psi
h Pf = Tekanan formasi

Ph

Pf

Gb.2.2 Lumpur Pemboran Menahan Fluida Formasi

2.1.3 Menahan Dinding Lubang Supaya Tidak Runtuh.


Tekanan hidrostatik yang diberikan lumpur terhadap dinding lubang akan
menahan dinding lubang supaya tidak runtuh selama casing belum
dipasang. Pada dinding lubang terbentuk lapisan padatan yang disebut
dengan mud cake yang juga akan menahan dinding lubang supaya tidak
runtuh. Tekanan hidrostatik lumpur menekan dan menahan dinding lubang.
Gambaran lumpur menahan dinding lubang supaya tidak runtuh sebelum
lubang dipasang casing dapat dilihat pada gambar 2.3

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 12

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

Gb.2.3 Lumpur Menahan Dinding Lubang

2.1.4 Lumpur Menahan Cuttings Dan Material Pemberat


Saat Sirkulasi Berhenti.
Saat sirkulasi lumpur dihentikan, lumpur harus dapat menahan cuttings
dan material pemberat lumpur supaya tidak turun. Bila tidak, cuttings dan
material pemberat lumpur akan turun menuju dasar lubang, dan akan
menumpuk disekeliling rangkaian pemboran.

Kondisi ini dapat menyebabkan rangkaian pemboran terjepit. Gambaran


lumpur menahan cuttings dan material pemberat lumpur supaya tidak turun
dapat dilihat pada gambar 2.4

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 13

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

Cuttings

Lumpur
Rangkaian
pemboran

Gb.2.4 Lumpur Menahan Cuttings Dan Material


Pemberat Saat Sirkulasi Berhenti.

2.1.5 Sebagai pelumas dan pendingin.


Bit menggerus lapisan formasi akan menimbulkan panas. Panas akan
menyebabkan bit cepat aus. Dengan sirkulasi lumpur, panas diserap oleh
lumpur. Jadi lumpur bertindak bertindak sebagai pendingin.

Rangkaian pemboran dan bit dalam membuat lubang adalah berputar.


Untuk memperlancar putaran diperlukan lubrikasi. Lumpur di dalam lubang
bertindak sebagai lubrikasi.

2.1.6 Lumpur Mengurangi Berat Rangkaian Pemboran


Menurut Archemedes : Apabila suatu benda dimasukkan ke dalam suatu
cairan, akan berkurang beratnya sebesar berat cairan yang dipisahkannya.

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 14

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

Berat cairan yang dipisahkan adalah :


Wc = Vol c x BJ c
Dimana :
Wc : Berat cairan yang dipisahkan
Volc : Volume cairan yang dipisahkan
BJc : Berat jenis cairan yang dipisahkan

Volume cairan yang dipisahkan adalah volume rangkaian yang dimasukan :


Vol c = Vol b
Dimana :
Volc : Volume cairan yang dipisahkan
Vol b : Volume benda yang berada dalam cairan

Volume benda yang berada dalam cairan adalah :


Wb
Vol b =
BJ b
Dimana :
Vol b : Volume benda yang berada dalam cairan
Wb : Berat benda yang berada dalam cairan
BJ b : Berat jenis benda yang berada dalam cairan

Sehingga,
Berat cairan yang dipisahkan adalah :
Wc = Vol c x BJ c
Wc = Vol b x BJ c

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 15

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

Wb
Wc = x BJc
BJ b
BJ c
Wc = Wb
BJ b

Beda berat benda dalam cairan dengan berat benda di udara adalah :
Wb – Wc
Dimana :
BJc
Wb – Wc = Wb
BJ b

BJc
Wc = Wb - Wb
BJb

BJc
= Wb (1– )
BJb

Sehingga, berat rangkaian pemboran di dalam lumpur adalah :


Bjm
Wm =W{1– }
BJ
Dimana :

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 16

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

Wm : Berat rangkaian pemboran di dalam lumpur


W : Berat rangkaian pemboran di udara ( di luar)
Bj m : Berat jenis lumpur pemboran
Bj : Berat jenis rangkaian pemboran

Rangkaian pemboran terbuat dari besi baja,


Berat jenis besi baja adalah 65.5 ppg
Sehingga,
Bjm
Wm =W{1– }
65.5
Wm = W ( 1 - 0.015 x BJm ) (2.1)
Dimana :
Wm : Berat rangkaian dalam lumpur,lbs
W : Berat rangkaian di udara, lbs
BJm : Berat jenis lumpur, ppg.
BJ : Berat jenis besi baja,ppg

Bouyancy factor adalah :


BF = ( 1 - 0.015 x BJm )
Dimana :
BF : Faktor apung (Bouyancy factor)

Sehingga,
Berat rangkaian pemboran di dalam lumpur adalah :
Wm = W x BF
Dimana :

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 17

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

Wm : Berat rangkaian dalam lumpur,lbs


W : Berat rangkaian di udara, lbs
BF : Faktor apung (Bouyancy factor)

Berat rangkaian di udara adalah :


W = L x BN
Dimana :
W : Berat rangkaian di udara, lbs
L : Panjang rangkaian di udara, ft
BN : Berat nominal rangkaian, lbs/ft

Soal.
Rangkaian pemboran terdiri dari :
Drill pipe : 5”OD, 19.5 lbs/ft, 3000 ft.
Drill collar : 7” OD, 120 lbs/ft, 300 ft.
Berat jenis lumpur : 10 ppg.
Berapakah :
a. Berat rangkaian di udara ?
b. Bouyancy factor ?
c. Berat rangkaian dalam lumpur ?

2.1.7 Lumpur Sebagai Media Logging Listrik


Logging listrik yang dimaksud adalah resistivity log dan conductivity log.
Transmitter melepaskan arus listrik, arus listrik dihantarkan oleh lumpur ke
dalam formasi di belakang dinding lubang melalui lumpur, lumpur adalah
cairan yang dapat menghantarkan arus listrik. Selanjutnya arus listrik dari
formasi di belakang dinding lubang kembali ke receiver yang dihantarkan

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 18

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

oleh lumpur. Lumpur yang dimaksud disini harus water base mud, karena
oil base mud bukan pengantar arus listrik yang baik.

Sifat-sifat listrik direkam di permukaan dalam logging truck. Gambaran


lumpur pembaran sebagai media logging adalah seperti gambar 2. 5

Logging Truck

Permukaan

Lumpur

Receiver Arus listrik

Transmitter

Gb.2.5 Lumpur Pemboran Sebagai Media Logging

2.1.8 Lumpur Sebagai Media Informasi.


Lumpur memberikan informasi kepada drilling personel bahwa :
- sumur mengalami well kick
- sumur mengalami mud loss.

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 19

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

Saat terjadi well kick, permukaan lumpur di dalam tangki naik. Fluida
formasi mendorong lumpur ke permukaan, dan lumpur masuk ke dalam
tangki, sehingga permukaan lumpur di dalam tangki naik.

Peristiwa ini disebut dengan mud gain. Gambaran mud gain dapat dilihat
pada gambar 2.6

Semula

Gb. 2.6 Mud Gain

Mud loss maksudnya lumpur hilang masuk ke dalam formasi. Permukaan


lumpur dalam tangki turun cukup besar secara mendadak.

Lumpur memberikan informasi bahwa sumur mengalami mud loss.


Gambaran lumpur pemboran menginformasikan sumur telah mengalami
mud loss dapat dilihat pada gambaaar 2.7

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 20

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

Semula

Mud loss

GB.2.7 Mud loss

2.9 Lumpur Sebagai Tenaga Penggerak Bit.


Down hole motor merupakan alat pembelok lubang yang umum digunakan
saat ini pada directional drilling dan horizontal drilling. Sebuah motor
dipasang di atas bit, disambung dengan bent sub, non magnetic drill collar,
steel drill collar, dan selanjutnya dirangkai sampai ke permukaan dengan
drill pipe.

Diwaktu membelokkan lubang rangkaian pemboran tidak berputar, kecuali


rotary bit sub dan bit. Motor digerakkan oleh dorongan atau tekanan yang
diberikan lumpur pemboran. Gambaran rangkaian yang disebutkan adalah
seperti gambar 2.8

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 21

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

Gb.2.8 Gb.2.9

Rangkaian Down Hole Motor

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 22

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

Gb.2.10 Downhole Motor

o Rotor adalah batang yang berbentuk spiral (helicoidal)


o Bagian di luar rotor yang tidak berputar adalah stator.
o Rotor berhubungan dengan rotary bit sub.

Rotor adalah batang yang berbentuk spiral yang dapat berputar. Dorongan
lumpur akan membuat rotor berputar. Bagian yang diam di dalam motor
disebut dengan stator.
Rotor berhubungan dengan rotary bit sub, sehingga bila rotor berputar,
rotary bit sub akan berputar. Bit Berhubungan dengan rotary bit sub,
sehingga bit akan berputar.

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 23

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

2.2 Komponen Lumpur Pemboran.


Komponen lumpur pemboran terdiri dari :
- fluida
- padatan
- Additive

2.2.1 Fluida
Fluida yang digunakan dapat berupa :
- Air
a. Air tawar
b. Air asin
c. Air laut
d. Air sungai
e. Air danau
f. Air formasi

- Minyak
a. Diesel oil
b. Mentor
c. Saraline
Diesel oil sudah dilarang, saraline dan mentor tidak mencemari
lingkungan.

- Gas
a. Udara

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 24

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

b. Gas alam
c. Nitrogen
d. Mist
e. Foam
Digunakan untuk under balanced drilling.

2.2.2 Fasa Padat


Fasa padat yang digunakan dapat berupa :
a. reactive solid
b. inert solid

Reactive Solid.
Reactive solid adalah padatan lumpur pemboran yang bereaksi dengan air,
membentuk kekentalan. Lumpur dikontrol sampai mempunyai viskositas
yang diinginkan. Contoh dari reactive solid adalah :
- bentonite
- attapulgite
Semua material untuk menaikkan viskositas lumpur adalah reactive solid.

Inert Solid.
Inert solid adalah padatan Lumpur pemboran yang tidak bereaksi dengan
air. Lumpur dikontrol sampai mempunyai berat jenis yang diinginkan.
Contoh dari inert solid adalah :
- barite
- ilmenite
- hematite
- galena

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009


LUMPUR PEMBORAN Page 25

II. LUMPUR PEMBORAN Revision :

Semua material untuk menaikkan berat jenis lumpur adalah inert solid.

2.2.3. Fasa Kimia ( Additive )


Fasa kimia atau additive adalah material-material yang ditambahkan untuk
mengontrol sifat-sifat lumpur pemboran. Material-material ini antara lain:
a. Viscosifier
b. Thinner
c. Weight material
d. Filtration loss additive
e. Corrosion inhibitor
f. Defoamer
g. Emulsifier
h. dll

Viscosifier adalah additive untuk menaikkan viskositas lumpur, sedangkan


additive untuk menurunkan viskositas lumpur adalah thinner.

Weight material adalah additive untuk menaikkan berat jenis lumpur.


Filtration loss additive adalah additive untuk menurunkan filtrate lumpur.
Corrosion inhibitor adalah additive untuk mencegah peralatan-peralatan
yang terbuat dari besi baja menjadi berkarat.
Defoamer adalah additive untuk mencegah busa pada lumpur.
Emulsifier adalah additive untuk memperbaiki tingkat emulsi air dalam
lumur minyak.

Ir. Kaswir Badu, Februari 2009

Anda mungkin juga menyukai