Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usus besar adalah bagian dari sistim pencernaan (digestive system) dimana materi yang dibuang
(sampah) disimpan. Rektum (rectum) adalah ujung dari usus besar dekat dubur (anus). Bersama, mereka

membentuk suatu pipa panjang yang berotot yang disebut usus besar. Tumor-tumor usus besar dan
rektum adalah pertumbuhan-pertumbuhan yang datangnya dari dinding dalam dari usus besar.

Tumor-tumor ramah dari usus besar disebut polip-polip (polyps). Tumor-tumor ganas dari usus besar
disebut kanker-kanker. Polip-polip ramah tidak menyerang jaringan yang berdekatan dengannya atau

menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Polip-polip ramah dapat diangkat dengan mudah sewaktu
colonoscopy dan adalah bukan ancaman nyawa. Jika polip-polip ramah tidak diangkat dari usus besar,

mereka dapat menjadi ganas (bersifat kanker) melalui waktu. Kebanyakan dari kanker-kanker usus besar

dipercayai telah berkembang dari polip-polip. Kanker usus besar dan rektum, juga dirujuk sebagai

kanker kolorektal ( colorectal cancer), dapat menyerang dan merusak jaringan-jaringan dan organ-organ
yang berdekatan. Sel-sel kanker juga dapat pecah dan keluar dan menyebar pada bagian-bagian lain

tubuh (seperti hati dan paru-paru) dimana tumor-tumor baru terbentuk. Penyebaran kanker usus besar
ke organ-organ yang terletak jauh darinya disebut metastasis dari kanker usus besar. Sekali metastasis

telah terjadi pada kanker kolorektal (colorectal cancer), suatu penyembuhan yang penuh dari kanker

adalah tidak mungkin.

BAB II
1
TINJAUAN TEORI

Definisi

Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-

sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas.
Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).

Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus besar atau rektum.

Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang
dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).

Kanker usus besar atau disebut juga kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker ganas yang tumbuh
pada permukaan usus besar (kolon) atau anus (rectum). Kanker usus besar adalah kanker yang amat

dipengaruhi lingkungan dan gaya hidup.

2
Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal
dan meluas ke dalam struktur sekitar. Kanker dapat terlepas dari struktur primer dan menyebar ke bagian

tubuh lain terutama hati.

Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan kanker kolon adalah tumbunhya sel-sel ganas di

permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian
sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi

untuk mengeluarkan produksi faeces. Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat

setelah kanker paru-paru. Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak

diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker
Colon.

Etiologi

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar
(Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika

Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya. Faktor resiko telah teridentifikasi.

Faktor resiko untuk kanker kolon :

a. Usia, umumnya kanker kolorektal menyerang lebih sering pada usia tua. Lebih dari 90 persen penyakit
ini menimpa penderita di atas usia 50 tahun. Walaupun pada usia yang lebih muda dari 50 tahun pun
dapat saja terkena. Sekitar 3% kanker ini menyerang penderita pada usia di bawah 40 tahun.

b. Polip kolorektal, adalah pertumbuhan tumor pada dinding sebelah dalam usus besar dan rektum.
Sering terjadi pada usia di atas 50 tahun. Kebanyakan polyp ini adalah tumor jinak, tetapi sebagian

dapat berubah menjadi kanker. Menemukan dan mengangkat polyp ini dapat menurunkan risiko
terjadinya kanker kolorektal.

3
c. Riwayat kanker kolorektal pada keluarga, bila keluarga dekat yang terkena (orangtua, kakak, adik, atau

anak), maka risiko untuk terkena kanker ini menjadi lebih besar, terutama bila keluarga yang terkena
tersebut terserang kanker ini pada usia muda.
d. Kelainan genetik, perubahan pada gen tertentu akan meningkatkan risiko terkena kanker kolorektal.

Bentuk yang paling sering dari kelainan gen yang dapat menyebabkan kanker ini adalah hereditary
nonpolyposis colon cancer (HNPCC), yang disebabkan adanya perubahan pada gen HNPCC. Sekitar
tiga dari empat penderita cacat gen HNPCC akan terkena kanker kolorektal, di mana usia yang
tersering saat terdiagnosis adalah di atas usia 44 tahun.

e. Pernah menderita penyakit sejenis, dapat terserang kembali dengan penyakit yang sama untuk kedua

kalinya. Demikian pulawanita yang memiliki riwayat kanker indung telur, kanker rahim, kanker

payudara memiliki risiko yang tinggi untuk terkena kanker ini.

f. Radang usus besar, berupa colitis ulceratif atau penyakit Crohn yang menyebabkan inflamasi atau

peradangan pada usus untuk jangka waktu lama, akan meningkatkan risiko terserang kanker
kolorektal.

g. Diet, makanan tinggi lemak (khususnya lemak hewan) dan rendah kalsium, folat dan rendah serat,
jarang makan sayuran dan buah-buahan, sering minum alkohol, akan meningkatkan risiko terkena

kanker kolorektal.

h. Merokok, dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker ini.

Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker pada

usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,yang

mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak
hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya

kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia

yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah

yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan
diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g

Mormons,seventh Day Adventists ).

Makanan yang harus dihindari :

 Daging merah
 Lemak hewan
 Makanan berlemak

 Daging dan ikan goreng atau panggang


 Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
 Makanan yang harus dikonsumsi:
 Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti

brokoli,brussels sprouts )

4
 Butir padi yang utuh

 Cairan yang cukup terutama air.


Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang membahayakan
terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma Colon : tubular,villous dan

tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir besar kanker Colon berasal dari
adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi manigna,villous adenoma mempunyai
potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui poliposis yang

bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada

permulaan adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis

mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.

Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga mempunyai resiko

terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi
terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota

keluarga menderita penyakit tersebut.

Manifestasi Klinis

 Pendarahana pada usus besar yang ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang
air besar

5
 Perubahan pada fungsi usus dengan gejala diare atau sembelit yang tidak jelas sebabnya,

berlangsung lebih dari enam minggu.


 Penurunan bera badan tanpa sebab yang jelas
 Rasa sakit di perut atau bagian belakang

 Perut masih terasa penuh, meskipun sudah buang air besar


 Rasa lelah yang terus-menerus.

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker

berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses gejala
paling umum kedua. Gejala dapat juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau

6
penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan

adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan
dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram,
penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang

dihubungakan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi
dan diare bergantian, serta feses berdarah.

Patofisiologi

Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan faktor yang

penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung

kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam

usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang

beralkohol, khususnya bir.


Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel

dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi
ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat

berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai

striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid

yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.

Tumor dapat menyebar melalui :

1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.

3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik ke sistem portal.

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:

1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar (lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan mukosa.

3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di sekitar

usus.

4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ
lain.

Klasifikasi
Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah bening regional,
M jarak metastese).
T Tumor primer

TO Tidak ada tumor

7
TI Invasi hingga mukosa atau sub mukosa

T2 Invasi ke dinding otot


T3 Tumor menembus dinding otot
N Kelenjar limfa

N0 tidak ada metastase


N1 Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2 Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3 Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional

M Metastasis jauh

MO Tidak ada metastasis jauh

MI Ada metastasis jauh

Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terditeksi
sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam

beberapa metode. Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai
serosa dan mesenterik fat. Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas

kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini

langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor

masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh

kemudian metastase ke paru-paru.

Tempat metastase yang lain termasuk:


- Kelenjar Adrenalin

- Ginjal

- Kulit

- Tulang
- Otak

Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem sirkulasi,tumor colon juga

dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi

ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.

Deteksi Dini

Deteksi dini berupa skrining untuk mengetahui kanker kolorektal sebelum timbul gejala dapat
membantu dokter menemukan polyp dan kanker pada stadium dini. Bila polyp ditemukan dan segera
diangkat, maka akan dapat mencegah terjadinya kanker kolorektal. Begitu juga pengobatan pada kanker
kolorektal akan lebih efektif bila dilakukan pada stadium dini. Untuk menemukan polyp atau kanker kolorektal

dianjurkan melakukan deteksi dini atau skrining pada orang di atas usia 50 tahun, atau di bawah usia 50 tahun

8
namun memiliki faktor risiko yang tinggi untuk terkena kanker kolorektal seperti yang sudah disebutkan di

atas. Tes skrining yang diperlukan adalah


 Fecal occult blood test (FOBT), kanker maupun polyp dapat menyebabkan pendarahan dan FOBT dapat
mendeteksi adanya darah pada tinja. FOBT ini adalah tes untuk memeriksa tinja. Bila tes ini mendeteksi

adanya darah, harus dicari dari mana sumber darah tersebut, apakah dari rektum, kolon atau bagian usus
lainnya dengan pemeriksaan yang lain. Penyakit wasir juga dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja.
 Sigmoidoscopy, adalah suatu pemeriksaan dengan suatu alat berupa kabel seperti kabel kopling yang di
ujungnya ada alat petunjuk yang ada cahaya dan bisa diteropong. Alatnya disebut sigmoidoscope,

sedangkan pemeriksaannya disebut sigmoidoscopy. Alat ini dimasukkan melalui lubang dubur ke dalam

rektum sampai kolon sigmoid, sehingga dinding dalam rektum dan kolon sigmoid dapat dilihat. Bila

ditemukan adanya polyp, dapat sekalian diangkat. Bila ada masa tumor yang dicurigai kanker, dilakukan

biopsi, kemudian diperiksakan ke bagian patologi anatomi untuk menentukan ganas tidaknya dan jenis

keganasannya.

 Colonoscopy, sama seperti sigmoidoscopy, namun menggunakan kabel yang lebih panjang, sehingga
seluruh rektum dan usus besar dapat diteropong dan diperiksa. Alat yang digunakan adalah colonoscope.

 Double-contrast barium enema, adalah pemeriksaan radiologi dengan sinar rontgen (sinar X ) pada kolon
dan rektum. Penderita diberikan enema dengan larutan barium dan udara yang dipompakan ke dalam

rektum. Kemudian difoto. Seluruh lapisan dinding dalam kolon dapat dilihat apakah normal atau ada
kelainan.

 Colok dubur, adalah pemeriksaan yang sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua dokter, yaitu

dengan memasukkan jari yang sudah dilapisi sarung tangan dan zat lubrikasi ke dalam dubur kemudian

memeriksa bagian dalam rektum. Merupakan pemeriksaan yang rutin dilakukan. Bila ada tumor di rektum
akan teraba dan diketahui dengan pemeriksaan ini.

Komplikasi

Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:

1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.


2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.

3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan

hemorragi.

4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.

5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.


6. Pembentukan abses
Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan

sekitarnya yang menyebabkan pendarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur
membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin
9
menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-

gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

Pencegahan

Pencegahan Kanker Kolon :


1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman,
kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.

3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin yang dapat membantu memperkuat kerja sistem

imun.

4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.

5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar.

6. Hidup rileks dan kurangi stress.


7. Hindari makanan yang mengandung tinggi lemak, protein, kalori, serta daging merah. Jangan melupakan

konsumsi kalsium dan asam folat.


8. Makan buah dan sayuran setiap hari.

9. Pertahankan IMT (Indeks Massa Tubuh)

10. Lakukan aktivitas fisik

11. Hindari kebiasaan merokok

Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan medis

Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi

perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen darah dapat diberikan.

Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan.
Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi

dan atau imunoterapi.

Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan

leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi
yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya
dilakukan radiasi dan kemoterapi

b) Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal, pembedahan dapat
bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop.

Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk

10
meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman

dalam membuat keputusan dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk
kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi
kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah menyebar

dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari
lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan,

pembuluh darah dan nodus limfatik)

- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi

sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)

- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis lanjut

dari kolostomi
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi)

c) Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum

Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari

sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara

bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase

atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi

yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.

d) Penatalaksanaan Keperawatan

1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.

2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.

4. Mencegah komplikasi.

5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

e). Penatalaksanaan Diet


1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan
pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak
berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang

memicu sel kanker.

11
2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)

3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat
pada daging hewan.
4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel

karsinogen / sel kanker.


5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

Pemeriksaan penunjang

1. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.

Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan

untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.

2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada dan foto
kolon (barium enema).

Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan
mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut,

dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak

teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan

colonoscopy.

3. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-

ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.

4. Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru

juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat

suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura.


12
5. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker

kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.


6. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk
pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma

kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.


7. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap
pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa
dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang

sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini

karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium

III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis

terhadap shigella dan juga amoeba.

8. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi
metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.

9. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan
pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.

9. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia, perubahan

pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.

10. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

Laparatomi
Pengertian

Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu tepat), tapi lebih umum pembedahan
perut (Harjono. M, 1996). Pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya perlekatan usus dan
biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2000). Ramali Ahmad (2000) mengatakan bahwa laparatomy

yaitu pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi. Sedangkan menurut Sanusi (1999),

laparatomi adalah insisi pembedahan melalui dinding perut atau abdomen.


Jenis Laparotomi

Menurut Tekhnik Pembedahan

1. Insisi pada garis tengah abdomen (mid-line incision)


a. Paparan bidang pembedahan yang baik

b. Dapat diperluas ke cephalad ( ke arah “kranial” )

c. Penyembuhan dan kosmetik tidak sebaik insisi tranversal

13
d. Dipilih cara ini bila insisi tranversal diperkirakan tidak dapat memberikan paparan bidang

pembedahan yang memadai

e. Dipilih pada kasus gawat-darurat

2. Insisi pada garis tranversal abdomen (Pfannenstiel incision)


Sering digunakan pada pembedahan obstetri dan ginekologi.

Keuntungan:

a. Jarang terjadi herniasi pasca bedah

b. Kosmetik lebih baik

c. Kenyamanan pasca bedah bagi pasien lebih baik

Kerugian:

a. Daerah pemaparan (lapangan operasi) lebih terbatas

b. Tehnik relatif lebih sulit

c. Perdarahan akibat pemisahan fascia dari lemak lebih banyak

Jenis insisi tranversal :

1. Insisi PFANNENSTIEL :

a. Kekuatan pasca bedah : BAIK

b.Paparan bidang bedah : KURANG

2. Insisi MAYLARD :

a. Paparan bidang bedah lebih baik dibanding PFANNENSTIEL oleh karena dilakukan pemotongan
pada m.rectus abdominalis dan disisihkan ke arah kranial dan kaudal

b. Dapat digunakan untuk melakukan diseksi Lnn. Pelvik dan Lnn.Paraaortal

c. Dibanding insisi MIDLINE :

Nyeri pasca bedah kurang.

Penyembuhan lebih kuat dan pelekatan minimal namun

Ekstensi ke bagian kranial sangat terbatas sehingga akses pada organ abdomen bagian atas
sangat kurang.

3. Insisi CHERNEY :

a. Perbedaan dengan insisi MAYLARD : pemotongan m.rectus dilakukan pada origo di simfisis pubis.

b. Penyembuhan bedah dengan kekuatan yang baik dan paparan bidang pembedahan terbatas.

4. Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5 cm).
14
5. Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan

splenektomy.
jenis Laparatomi Menurut Indikasi
1. Adrenalektomi: pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar adrenalin

2. Apendiktomi: operasi pengangkatan apendiks


3. Gasterektomi: pengangkatan sepertiga distal lambung (duodenum/jejunum, mengangkat sel-sel
penghasil gastrin dalam bagian sel parietal)
4. Histerektomi: pengangkatan bagian uterus

5. Kolektomi: seksisi bagian kolon atau seluruh kolon

6. Nefrektomi: operasi pengangkatan ginjal

7. Pankreatomi: pengangkatan pancreas

8. Seksiosesaria: pengangkatan janin dengan membuka dinding ovarium melalui abdomen.

9. Siksetomi: operasi pengangkatan kandung kemih


10. Selfigo oofarektomi: pengangkatan salah satu atau kedua tuba valopi dan ovarium

Indikasi Bedah Laparatomi

Tindakan laparatomi bisa ditegakkan atas indikasi pada klien dengan apendiksitis, pangkreatitis, hernia, kista

ovarium, kangker serviks, kangker ovarium, kangker tuba falopi, kangker hati, kangker lambung, kangker kolon,

kangker kandung kemih, kehamilan ektopik, mioma uteri, peritonitis, trauma abdomen, pendarahan abdomen,

massa abdomen, dll.

Manifestasi Klinik Tindakan Laparatomi


1. Nyeri tekan

2. Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan

3. Kelemahan

4. Gangguan integumuen dan jaringan subkutan


5. Konstipasi

6. Mual dan muntah, anoreksia

Topografi anatomi abdomen


Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk menentukan lokalisasi
kelainan, yaitu:

1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui umbilicus,
sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah.
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis vertikal.
a. Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan yang kedua

dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).

15
b. Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-line abdomen.

c. Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan,


umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka kiri.

Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat terlihat dan teraba pulsasi arteri
iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba
agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan
bawah. Ginjal yang merupakan organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba. Kandung kemih pada

retensio urine dan uterus gravid teraba di daerah suprapubik.

Komplikasi

1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.

Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis
timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli

ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif dini.
2. Infeksi.

Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan

infeksi adalah stapilokokus aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan.

Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan

aseptik dan antiseptik.

3. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.


Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam

melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu

pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.

4. Ventilasi paru tidak adekuat


5. Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung

6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

7. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan

Proses Penyembuhan Luka


1. Fase inflamasi

Fase ini berlangsung selama dua sampai lima hari, proses yang terjadi didalamnya, yaitu :
Homestasis
a. Vasokontriksi, vasokontriksi pembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan dan
menurunkan masuknya mikroorganisme.

b. Platelet aggregation

16
c. Tromboplastin yang menggumpal.

Inflamasi
a. Vasodilatasi, vasodilatasi pembuluh darah dapat menghantarkan nutrisi dan fagosit terhadap luka
saat timbul tanda-tanda peradangan.

b. Fagositosis, pada saat terjadi peradangan atau infeksi sel fagosit memakan atau menghancurkan
bakteri, benda asing.
2. Fase proliferase
Fase ini berlangsung selama lima hari sampai tiga minggu, proses yang terjadi didalamnya, yaitu :

Granulasi, pembentukan fibrobals dari kolagen, mengisi luka dan menghasilkan kapiler baru.

Epitelisasi, sel ini menyebar kesegala penjuru untuk menutup luka sekitar tiga cm sehingga luka dapat

tertutup.

3. Fase remodeling atau maturasi.

Fase ini berlangsung selama tiga minggu sampai dua tahun, proses penyerapan kembali jaringan yang
berlebih dan membentuk jaringan baru yang tipis dan lemas, kekuatannya hanta 80 persen dari jaringan

yang asli.
Upaya untuk mempercepat penyembuhan luka:

2. Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin C.

3. Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.

4. Pencegahan infeksi.

5. Pengembalian Fungsi fisik.

Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektif,
latihan mobilisasi dini.

6. Mempertahankan konsep diri.

Pada gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post laparatomy karena adanya

perubahan sehubungan dengan pembedahan. Intervensi perawatan terutama ditujukan pada


pemberian support psikologis, ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi tentang perubahan-

perubahan yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien setelah operasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC: Jakarta

Elizabeth, J. Corwin.2009.Buku saku patofisiologi. Jakarta : buku kedokteran

Mansjoer, Arif, dkk. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.

http://wikipedia.com diakses tanggal 08 November 2013


http://republika.co.id diakses tanggal 10 November 2013

http://prodia.co.id diakses tanggal 09 November 2013

http://duniailmukeperawatan.com diakses tanggal 10 November 2013

18

Anda mungkin juga menyukai