Arsyani Lizaria - TBR - Vertigo
Arsyani Lizaria - TBR - Vertigo
VERTIGO
Pembimbing:
dr. Yuanita Sp.S
Disusun oleh :
2016
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
VERTIGO
Disusun Oleh :
Dokter Pembimbing,
BAB I
PENDAHULUAN
pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo tidak selalu sama
dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat di katagorikan ke
dalam 4 sutipe tergantung gejala yang di gambarkan oleh pasien (Newell, 2010)
disequilibrium. Yang paling sering adalah vertigoyait sekitar 54% dari keluhan dizziness yang
Vertigo ialah ilusi bergerak, penderita merasakan atau melihat lingkungannya bergerak,
padahal lingkungannya diam, atau penderita merasakan dirinya bergerak yang sebernarnya
tidak (Lumbantobing, 2007). Vertigo diakibatkan oleh terganggunya sistem vestibular yang
terbagi menjadi vertigo perifer dan vertigi sentral (Wipold II Turski, 2009).
Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular (berasal dari system
saraf perifer) dan sentral vestibular (berasal dari system saraf pusat) dan kondisi lain. 93%
pasien Ipimary care mengalami BPPV, acute vestibular neuronitis, atau menire disease
(Neuhausen, 2009).
menentukan penyebab akan menjadi sulit. Penting untuk membuat sebuah pendekatan
menggunakan pengetahuan dari kunci anamesis, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis
akan membantu dokter untuk menegakan diagnosis dan memberi terapi yang tepat untuk
Dengan memiliki pengetahuan yang baik dan benar, maka diharapkan agar kasus
vertigo ini dapat berkurang dan masyarakat bisa mengetahui akan vertigo ini dan bisa
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, sering digambarkan
sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing
(dizziness); deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri
kepala atau sefalgi, terutama karena dikalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan
Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yang artinya memutar-merujuk pada
progresif;paroxysmal, terjadinya tiba tiba dan onsetnya tidak dapat diduga; positional,
munculnya pada saat perobahan posisi kepala; vertigo, menimbulkan rasa berputar 5,10
nistagmus vertikal, horizontal atau rotatoar yang dicetuskan oleh perubahan posisi kepaia.
Definisi lain vertigo posisi paroksismal jinak adalah vertigo yang timbulnya tiba –tiba karena
perobahan posisi kepala dan disebabkan terdapatnya debris (otokonia / ear rocks ) pada
umumnya kurang dari 30 detik. BPPV dikenal juga dengan nama vertigo postural atau
keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara umum adalah telinga dalam, tetapi secara
khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan. Labirin terdiri atas labirin tulang dan
labirin membrane. Labirin membrane terletak dalam labirin tulang dan bentuknya hampir
menurut bentuk labirin tulang. Antara labirin membrane dan labirin tulang terdapat perilimf,
sedang endolimf terdapat didalam labirin membrane. Berat jenis endolimf lebih tinggi
daripada cairan perilimf. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang terapung
dalam perilimf, yang berada pada labirin tulang. Setiap labirin terdiri dari tiga kanalis
semisirkularis, yaitu horizontal (lateral), anterior (superior), posterior (inferior). Selain ke tiga
Labirin juga dapat dibagi kedalam dua bagian yang saling berhubungan, yaitu:
1. Labirin anterior yang terdiri atas kokhlea yang berperan dalam pendengaran.
2. Labirin posterior, yang mengandung tiga kanalis semisirkularis, sakulus dan utrikulus.
Berperan dalam mengatur keseimbangan. (di utrikulus dan sakulus sel sensoriknya
tergantung kepada inputbsensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visial dan
proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP,
Reseptor sistem ini adalah sel rambut yang terletak dalam krista kanalis semisirkularis
dan makula dari organ otolit. Secara fungsional terdapat dua jenis sel. Sel-sel pada kanalis
semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap percepatan sudut, sedangkan sel-sel
pada organ otolit peka terhadap gerak linier, khususnya percepatan inier dan terhadap
perubahan posisi kepala relatif terhadap gravitasi. Perbedaan kepekaan terhadap percepatan
sudut dan percepatan linier ini disebabkan oleh geometridari kanalis dan organ otolit serta
Sel rambut
Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat serupa dengan sel rambut pada organ
otolit. Masing-masing sel rambut memiliki polarisasi struktural yang dijelaskan oleh posisi
dari stereosilia relatif terhadap kinosilim. Jika suatu gerakan menyebabkan stereosilia
membengkok kearah kinosilium, maka sel-sel rambut akan tereksitasi. Jika gerakan dalam
arah yang berlawanan sehingga stereosilia menjauh dari kinosilium maka sel-sel rambut akan
terinhibisi.
Kanalis semisirkularis
Polarisasi adalah sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis, dan pada rotasi sel-
sel dapat tereksitasi ataupun terinhibisi. Ketiga kanalis hampir tegak lurus satu dengan yang
lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir satu bidang yang sama
dengan kanalis telinga satunya. Pada waktu rotasi, salah satu dari pasangan kanalis akan
tereksitasi sementara yang satunya akan terinhibisi. Misalnya, bila kepala pada posisi lurus
normal dan terdapat percepatan dalam bidang horizontal yang menimbulkan rotasi ke kanan,
maka serabut-serabut aferen dari kanalis hirizontalis kanan akan tereksitasi, sementara
serabut-serabut yang kiri akan terinhibisi. Jika rotasi pada bidang vertikal misalnya rotasi
kedepan, maka kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi akan tereksitasi, sementara kanalis
Organ otolit
Ada dua organ otolit, utrikulus yang terletak pada bidang kepala yang hampir
horizontal, dan sakulus yang terletak pada bidang hampir vertikal. Berbeda dengan sel rambut
kanalis semisirkularis, maka polarisasi sel rambut pada organ otolit tidak semuanya sama.
Pada makula utrikulus, kinosilium terletak di bagian samping sel rambut yang terdekat
dengan daerah sentral yaitu striola. Maka pada saat kepala miring atau mengalami percepatan
linier, sebagian serabut aferen akan tereksitasi sementara yang lainnya terinhibisi. Dengan
adanya polarisasi yang berbeda dari tiap makula, maka SSP mendapat informasi tentang
gerak linier dalam tiga dimensi, walaupun sesungguhnya hanya ada dua makula.
ekstraokularis merupakan suatu jaras penting yang mengendalikan gerakan mata dan refleks
vestibulo-okularis (RVO). RVO adalah gerakan mata yang mempunyai suatu komponen
lambat berlawanan arah dengan putaran kepala dan suatu komponen cepat yang searah
dengan putaran kepala. Komponen lambat mengkompensasi gerakan kepal dan berfungsi
menstabilkan suatu bayangan pada retina. Komponen cepat berfungsi untuk kembali
mengarahkan tatapan ke bagian lain dari lapangan pandang. Perubahan arah gerakan mata
2.3. Etiologi
Pada sekitar 50% kasus, penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). Beberapa kasus
BPPV dijumpai setelah mengalami jejas atau trauma kepala atau leher (17%), infeksi telinga
tengah atau operasi stapedektomi dan proses degenerasi pada telinga dalam juga merupakan
penyebab BPPV sehingga insiden BPPV meningkat dengan bertambahnya usia. Penyebab
lain yang lebih jarang adalah labirintitis virus, neuritis vestibuler, pasca stapedectomi, fistula
Banyak BPPV yang timbul spontan, disebabkan oleh kelainan di otokonial berupa
deposit yang berada di kupula bejana semisirkularis posterior. Deposit ini menyebabkan
bejana menjadi sensitif terhadap perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi kepala
yang berubah.5
menghilang secara spontan dalam kurun waktu beberapa minggu, namun dapat kambuh
setelah beberapa waktu, bulan atau tahun kemudian. Ada pula penderita yang hanya satu kali
berlangsung lama.3,5
Serangan vertigo umumnya berlangsung singkat, kurang dari 1 menit. Namun, bila
ditanyakan kepada penderita, mereka menaksirnya lebih lama sampai beberapa menit. Bila
kepalanya menjadi terasa ringan, merasa tidak stabil, atau rasa mengambang yang menetap
BPPV sering dijumpai pada kelompok usia menengah yaitu pada usia 40-an dan 50-an
tahun. Wanita agak lebih sering daripada pria. BPPV jarang dijumpai pada anak atau orang
yang sangat tua. Nistagmus kadang dapat disaksikan waktu terjadinya BPPV dan biasanya
2.5. Patofisiologi
tersebut terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain. Pada pangkal setiap
kanalis semisirkularis terdapat bagian yang melebar yakni ampula. Di dalam ampula terdapat
kupula, yakni alat untuk mendeteksi gerakan cairan dalam kanalis semisirkularis akibat
gerakan kepala. Sebagai contoh, bila seseorang menolehkan kepalanya ke arah kanan, maka
cairan dalam kanalis semisirkularis kanan akan tertinggal sehingga kupula akan mengalami
defleksi ke arah ampula. Defleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang diteruskan ke otak
sehingga timbul sensasi kepala menoleh ke kanan. Adanya partikel atau debris dalam kanalis
sesuai dengan arah gerakan kepala, sehingga timbul sensasi berupa vertigo.3,5
Otokonia adalah kristal kalsium karbonat yang merupakan bagian struktur dari
utrikulus. Apabila utrikulus mengalami kerusakan oleh trauma kepala, infeksi, atau suatu
proses degenerasi maka otokonia ini dapat terlepas kadalam kanalis semi sirkularis posterior
Terdapat 2 teori yang menjelaskan patofisiologi BPPV, yakni teori kupulolitiasis dan
kanalolitiasis.
Teori Kupulolitiasis
patofisiologi BPPV. Kupulolitiasis adalah adanya partikel yang melekat pada kupula krista
ampularis. Schuknecht menemukan partikel basofilik yang melekat pada kupula melalui
pemeriksaan fotomikrografi. Dengan adanya partikel ini maka kanalis semisirkularis menjadi
lebih sensitif terhadap gravitasi. Teori ini dapat dianalogikan sebagai adanya suatu benda
berat yang melekat pada puncak sebuah tiang. Karena berat benda tersebut, maka posisi tiang
menjadi sulit untuk tetap dipertahankan pada posisi netral. Tiang tersebut akan lebih
mengarah ke sisi benda yang melekat. Oleh karena itu kupula sulit untuk kembali ke posisi
Teori Kanalitiasis
Teori ini dikemukakan olleh Epley pada tahun 1980. Menurutnya gejala BPPV
disebabkan oleh adanya partikel yang bebas bergerak (canalith) di dalam kanalis
semisirkularis. Misalnya terdapat kanalit pada kanalis semisirkularis posterior. Bila kepala
dalam posisi duduk tegak, maka kanalit terletak pada posisi terendah dalam kanalis
semisirkularis posterior. Ketika kepala direbahkan hingga posisi supinasi, terjadi perubahan
posisi sejauh 90°. Setelah beberapa saat, gravitasi menarik kanalit hingga posisi terendah. Hal
ini menyebabkan endolimfa dalam kanalis semisirkularis menjauhi ampula sehingga terjadi
defleksi kupula. Defleksi kupula ini menyebabkan terjadinya nistagmus. Bila posisi kepala
dikembalikan ke awal, maka terjadi gerakan sebaliknya dan timbul pula nistagmus pada arah
Teori ini lebih menjelaskan adanya masa laten antara perubahan posisi kepala dengan
timbulnya nistagmus. Parnes dan McClure pada tahun 1991 memperkuat teori ini dengan
menemukan adanya partikel bebas dalam kanalis semisirkularis poster. Saat melakukan
Bila terjadi trauma pada bagian kepala, misalnya, setelah benturan keras, otokonia
yang terdapat pda utikulus dan sakulus terlepas. Otokonia yang terlepas ini kemudian
semisirkularis ini akan memnyebabkan timbulnya keluhan vertigo pada BPPV. Hal inilah
2.6. Diagnosis
1. Gejala Klinis
BPPV terjadi secara tiba-tiba. Kebanyakan pasien menyadari saat bangun tidur, ketika
berubah posisi dari berbaring menjadi duduk. Pasien merasakan pusing berputar yang lama
kelamaan berkurang dan hilang. Terdapat jeda waktu antara perubahan posisi kepala dengan
timbulnya perasaan pusing berputar. Pada umumnya perasaan pusing berputar timbul sangat
kuat pada awalnya dan menghilang setelah 30 detik sedangkan serangan berulang sifatnya
Pada banyak kasus, BPPV dapat mereda sendiri namun berulang di kemudian hari.
Bersamaan dengan perasaan pusing berputar, pasien dapat mengalami mual, muntah dan
keringat dingin. Sensasi ini dapat timbul lagi bila kepala dikembalikan ke posisi semula,
namun arah nistagmus yang timbul adalah sebaliknya.Keluhan ini membuat pasien akan
mengenai faktor – faktor yang merupakan etiologi atau yang dapat mempengaruhi
keberhasilan terapi seperti stroke, hipertensi, diabetes, trauma kepala, migrain, dan riwayat
Diagnosis BPPV pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan
memprovokasi dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari
kanalis semisirkularis yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih perasat Dix-Hallpike atau
perasat Sidelying.1
Dix dan Hallpike mendeskripsikan tanda dan gejala BPPV sebagai berikut : 1)
terdapat posisi kepala yang mencetuskan serangan; 2) nistagmus yang khas; 3) adanya masa
laten; 4) lamanya serangan terbatas; 5) arah nistagmus berubah bila posisi kepala
diulang 3-5,7
Diagnosis BPPV pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan cara
memprovokasi dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari
kanalis semisirkularis yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih perasat Dix-Hallpike atau
Sidelying. Perasat Dix-hallpike lebih sering digunakan karena pada perasat tersebut posisi
kepala sangat sempurna untuk canalith repositioning treatment. Pada pasien BPPV parasat
secara garis besar terdiri dari dua gerakan yaitu perasat Dix-Hallpike kanan pada bidang
kanal anterior kiri dan kanal posterior kanan dan perasat Dix- Hallpike kiri pada bidang
posterior kiri. Untuk melakukan perasat Dix-Hallpike kanan, pasien duduk tegak pada meja
pemeriksaan dengan kepala menoleh 450 ke kanan. Dengan cepat pasien dibaringkan dengan
kepala tetap miring 450 ke kanan sampai kepala pasien menggantung 20-300 pada ujung meja
pemeriksaan, tunggu 40 detik sampai respon abnormal timbul. Penilaian respon pada monitor
dilakukan selama ±1 menit atau sampai respon menghilang. Setelah tindakan pemeriksaan ini
dapat langsung dilanjutkan dengan canalith repositioning treatment (CRT). Bila tidak
ditemukan respon yang abnormal atau bila perasat tersebut tidak diikuti dengan CRT, pasien
Hallpike kiri dengan kepala pasien dihadapkan 450 ke kiri, tunggu maksimal 40 detik sampai
respon abnormal hilang. Bila ditemukan adanya respon abnormal, dapat dilanjutkan dengan
CRT, bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila tidak dilanjutkan dengan tindakan CRT,
2. Perasat Sidelying
Terdiri dari dua gerakan yaitu perasat sidelying kanan yang menempatkan kepala pada
posisi di mana kanalis anterior kiri/kanalis posterior kanan pada bidang tegak lurus garis
horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah, dan perasat sidelying kiri yang
menempatkan kepala pada posisi dimana kanalis anterior kanan dan kanalis posterior kiri
pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah.1,4,5
Pasien duduk pada meja pemeriksaan dengan kaki menggantung di tepi meja , kepala
ditegakkan ke sisi kanan, tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal. Pasien kembali ke
posisi duduk untuk untuk dilakukan perasat sidelying kiri, pasien secara cepat dijatuhkan ke
sisi kiri dengan kepala ditolehkan 450 ke kanan. Tunggu 40 detik sampai timbul respon
abnormal. 1,4,5
RESPON ABNORMAL
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke belakang,
nmun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada pasien VPPJ setelah
menghilang kurang dari 1 menit jika penyebabnya kanalitiasis, pada kupololitiasis nistagmus
dapat terjadi lebih dari 1 menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan
Pemeriksa dapat mengidentifikasi jenis kanal yang terlibat dengan mencatat arah fase
cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus ke depan.
Fase cepat ke atas, berputar ke kanan menunjukkan VPPJ pada kanalis posterior kanan
Fase cepat ke atas, berputar ke kiri menunjukkan VPPJ pada kanalis posterior kiri
Fase cepat ke bawah, berputar ke kanan menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kanan.
Fase cepat ke bawah, berputar ke kiri menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kiri
Respon abnormal diprovokasi oleh perasat Dix-Hallpike/ sidelying pada bidang yang
rotatoar yang dapat ditemukan pada penderita BPPV. ENG berguna dalam deteksi adanya
nistagmus dan waktu timbulnya pada nistagmus jenis lain. Tes kalori akan menunjukkan hasil
yang normal. BPPV dapat dijumpai pada telinga yang tidak menunjukkan adanya respon
terhadap tes kalori. Hal ini disebabkan tes kalori menguji kanalis semisirkularis (KSS)
horizontal. KSS Horizontal dan posterior memiliki persarafan dan suplai pembuluh darah
yang berbeda. Dengan demikian BPPV yang timbul pada pasien yang tidak memberikan
respon pada tes kalori disebabkan oleh kanalit pada KSS posterior atau anterior.4,5,8
2.7. Penatalaksanaan
laksana berupa observasi adalah karena BPPV dapat mengalami resolusi sendiri dalam waktu
mingguan atau bulanan. Oleh karena itu sebagian ahli hanya menyarankan observasi. Akan
tetapi selama waktu observasi tersebut pasien tetap menderita vertigo. Akibatnya pasien
dihadapkan pada kemungkinan terjatuh bila vertigo tercetus pada saat ia sedang
beraktivitas.1,3,7
nistagmus akibat ketidakseimbangan sistem vestibuler. Pada sebagian pasien pemberian obat-
obat ini memang mengurangi sensasi vertigo, namun tidak menyelesaian masalahnya. Obat-
obat ini hanya menutupi gejala vertigo. Pemberian obat-obat ini dapat menimbulkan efek
samping berupa rasa mengantuk. Obat-obat yang diberikan diantaranya diazepam dan
amitriptilin. Betahistin sering digunakan dalam terapi vertigo. Betahistin adalah golongan
antihistamin yang diduga meningkatkan sirkulasi darah ditelinga dalam dan mempengaruhi
Tiga macam perasat dilakukan umtuk menanggulangi BPPV adalah CRT (Canalith
dikemukakan oleh Epley. Prosedur CRT merupakan prosedur sederhana dan tidak invasif.
Dengan terapi ini diharapkan BPPV dapat disembuhkan setelah pasien menjalani 1-2 sesi
kanal posterior dari telinga yang terbawah. Pasien tidak kembali ke posisi duduk namun
kepala pasien dirotasikan tujuan untuk mendorong kanalith keluar dari kanalis semisirkularis
menuju ke utrikulus, tempat dimana kanalith tidak lagi menimbulka gejala. Bila kanalis
posterior kanan yang terlibat maka harus dilakukan tindakan CRT kanan.perasat ini dimulai
pada posisi Dix-Hallpike yang menimbulkan respon abnormal dengan cara kepala ditahan
pada posisi tersebut selama 1-2menit, kemudian kepala direndahkan dan diputar secara
perlahan kekiri dan dipertahankan selama beberapa saat. Setelah itu badan pasien
dimiringkan dengan kepala tetap dipertahankan pada posisi menghadap kekiri dengan sudut
450 sehingga kepala menghadap kebawah melihat lantai . akhirnya pasien kembali keposisi
duduk dengan menghadap kedepan. Setelah terapi ini pasien dilengkapi dengan menahan
leher dan disarankan untuk tidak merunduk, berbaring, membungkukkan badan selama satu
hari. Pasien harus tidur pada posisi duduk dan harus tidur pada posisi yang sehat untuk 5 hari.
1,4,5
Perasat yang sama juga dapat digunakan pada pasien dengan kanalithiasis pada kanal
anterior kanan. Pada pasien dengan kanalith pada kanal anterior kiri dan kanal posterior, CRT
kiri merupakan metode yang dapat di gunakan yaitu dimulai dengan kepala menggantung kiri
Perasat liberatory, yang dikembangkan oleh semont, juga dibuat untuk memindahkan
otolit ( debris/kotoran) dari kanal semisirkularis. Tipe perasat yang dilakukan tergantung dari
jenis kanal mana yang terlibat. Apakah kanal anterior atau posterior. 1,4,5
Bila terdapat keterlibatan kanal posterior kanan, dilakukan perasat liberatory kanan
perlu dilakukan. Perasat dimulai dengan penderita diminta untuk duduk pada meja
pemeriksaan dengan kepala diputar menghadap kekiri 45 0. pasien yang duduk dengan kepala
menghadap kekiri secara cepat dibaringkan ke sisi kanan dengan kepala menggantung ke
bahu kanan. Setelah 1 menit pasien digerakkan secara cepat ke posisi duduk awal dan untuk
ke posisi side lying kiri dengan kepala menoleh 450 kekiri. Pertahankan penderita dalam
posisi ini selama 1 menit dan perlahan-lahan kembali keposisi duduk. Penopang leher
kemudian dikenakan dan diberi instruksi yang sama dengan pasien yang diterapi dengan
CRT. 1,4,5
Bila kanal anterior kanan yang terlibat, perasat yang dilakukan sama , namun kepala
diputar menghadap kekanan. Bila kanal posterior kiri yang terlibat, perasat liberatory kiri
harus dilakukan (pertama pasien bergerak ke posisi sidelying kiri kemudian posisi sidelying
kanan) dengan kepala menghadap ke kanan. Bila kanal anterior kiri yang terlibat, perasat
Latihan Brandt Daroff merupakan latihan yang dilakukan di rumah oleh pasien sendiri
tanpa bantuan terapis. Pasien melakukan gerakan-gerakan posisi duduk dengan kepala
menoleh 450 , lalu badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan. Posisi ini dipertahankan
selama 30 detik. Selanjutnya pasien kembali ke posisi duduk 30 detik. Setelah itu pasien
menolehkan kepalanya 450 ke sisi yang lain, lalu badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan
selama 30 detik. Latihan ini dilakukan secara rutin 10-20 kali. 3 seri dalam sehari. 1,4,5
Tindakan bedah hanya dilakukan bila prosedur reposisi kanalit gagal dilakukan.
Terapi ini bukan terapi utama karena terdapat risiko besar terjadinya komplikasi berupa
gangguan pendengaran dan kerusakan nervus fasialis. Tindakan yang dapat dilakukan berupa
aminoglikosida transtimpanik.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Wreksoatmojo BR. Vertigo-Aspek Neurologi. [online] 2009 [cited 2009 May 30th].
Available from : URL:http://www.google.com/vertigo/cermin dunia kedokteran .html
2. Joesoef AA. Vertigo. In : Harsono, editor. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press; 2000. p.341-59
4. Li JC & Epley J. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. [online] 2009 [cited 2009 May
20th]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/884261-overview
5. Furman JM, Cass SP. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. NEJM [online] 2009 [cited
2009 May 30th]. Available from : http://content.nejm.org/cgi/reprint/341/21/1590.pdf
6. Johnson J & Lalwani AK. Vestibular Disorders. In : Lalwani AK, editor. Current Diagnosis
& treatment in Otolaryngology- Head & Neck Surgery. New York : Mc Graw Hill
Companies. 2004. p 761-5
7. Anonim. Si Penyebab Kepala Berputar. [online] 2009 [cited 2009 May 20th]. Available
from : http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=23.
8. Bashiruddin J., Hadjar E., Alviandi W. Gangguan Keseimbangan. Dalam : Arsyad E,
Iskandar N, Editor : Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 94-101
9. Anderson JH dan Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : Effendi H, Santoso R, Editor :
Buku Ajar Penyakit THT Boies. Edisi Keenam. Jakarta : EGC. 1997. h 39-45
10. Sherwood L. Telinga, Pendengaran, dan Keseimbangan. Dalam: Fisiologi Manusia dari
Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1996. p 176-189
11. Balasubramanian. BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo). [online] 2009 [cited
2009 May 30th]. Available from :http://www.drtbalu.com/BPPV.html
12. Anonym. The Membranous Labyrinth Of The Vestibular. [online] 2009 [cited 2009 May
30th]. Available from : http://cache-media.britannica.com/eb-media/86/4086-004-
EA855487.gif
13. Hain TC. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. [online] 2009 [cited 2009 May 20th].
Available from : http://www .dizziness-and-balance.com/bppv.htm
14. Bojrab DI, Bhansali SA, Battista RA. Peripheral Vestibular Disorders. In: Jackler RK &
Brackmann DE, Editor: Textbook of Neurotology. St. Louis, Missouri : Mosby. 1994. p 629-
33
15. Anonym. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. [online] 2009 [cited 2009 May 20th].
Available from : http://en.wikipedia.org/wiki/Benign_paroxysmal_positional_vertigo
16. Mansjoer a, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setowulan W. Penyakit Menierre. Dalam
: KApita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI. 2001. Hal 93-94