Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSA MEDICINA

April-Juni 2007 Vol.26 - No.2

Re-emergensi chikungunya:
epidemiologi dan peran vektor pada penyebaran penyakit
Suriptiastuti*

ABSTRAK

Chikungunya (CHIK) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus *Bagian Parasitologi
Alphavirus, famili Togaviridae, dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti
aegypti dan Ae. albopictus yang terinfeksi oleh virus tersebut. Penyakit ini pertama
kalinya dilaporkan oleh Robinson dan Lumsden setelah terjadinya wabah di lembah Korespondensi
Makonde tahun 1952. Seperti halnya dengan malaria dan dengue, penyakit ini a
dr. Suriptiastuti, MS
telah menjadi endemis di negara-negara di Afrika dan Asia. dan telah menimbulkan Bagian Parasitologi
wabah di tempat-tempat tersebut. CHIK ditandai oleh adanya tiga gejala khas Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti
(trias) yaitu demam, nyeri sendi (arthralgia) dan ruam kulit (rash). CHIK adalah Jl. Kyai Tapa No.260, Grogol
penyakit yang bersifat dapat sembuh sendiri (self-limiting) dan tidak ada Jakarta 11440
pengobatan yang spesifik untuk demam CHIK. Upaya pengobatan hanya bersifat Telp. 5672731 eks.2305
simtomatis, oleh karena itu pengendalian vektor merupakan usaha yang tepat
pada pencegahan penyakit. Universa Medicina 2007; 26: 101-10.

Kata kunci: Chikungunya, vektor, epidemiologi

101
Suriptiastuti Re-emergensi chikungunya

Re-emergence of chikungunya:
epidemiology and roles of vector in the transmission of the disease

Suriptiastuti*

ABSTRACT

*Department of Parasitology Chikungunya (CHIK) fever is a disease caused by virus of the genus Alphavirus in
Medical Faculty, Trisakti the family Togaviridae which is transmitted to human by the bite of infected mosquito.
University The vector of this disease is the Aedes aegypti and Ae. albopictus. The disease was
first described by Robinson and Lumsden in 1955 following an outbreak on the
Correspondence
a
dr. Suriptiastuti Makonde Plateau in 1952. Like malaria and dengue, CHIK has been endemic in
Department of Parasitology Africa and Asia and has caused epidemics in those places. The clinical features of
Medical Faculty, Trisakti CHIK fever include sudden onset of fever, arthralgia, and rash. CHIK is a self-
University limiting disease. There is no specific drug therapy available, treatment of CHIK
Jl. Kyai Tapa No.260, Grogol fever is supportive. Therefore, controlling the vector is an effective mean to prevent
Jakarta 11440
the disease.
Telp. 5672731 eks.2305

Universa Medicina 2007; 26: 101-10. Keywords: Chikungunya, vector, epidemiology

PENDAHULUAN menyebabkan kasus-kasus sporadik saja yang


berlanjut sampai tahun 1980an. (1) Namun,
Selama lebih dari satu dekade beberapa wabah CHIK yang terbatas (localized) masih
penyakit zoonotik dan virus yang bersifat vector- terjadi di negara-negara tersebut. Virus juga
borne telah muncul menyerang berbagai daerah menyebar ke Indonesia dan untuk pertama
di Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Di antara kalinya ditemukan pada tahun 1982 -1985. (1)
penyakit virus tersebut adalah demam Pada tahun 1995 wabah kembali menyerang
Chikungunya (CHIK) yang ditularkan ke Thailand (2) dan tahun 1998-1999 mengenai
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang Malaysia. (1) Ini adalah wabah yang pertama di
terinfeksi. CHIK bukan merupakan penyebab Malaysia meskipun sejak tahun 1960an antibodi
penyakit vector-borne utama, namun terhadap virus CHIK telah banyak ditemukan
kemunculannya di daerah-daerah Asia-Pasifik di antara penduduk jasirah Malaya dan Serawak
telah menimbulkan berbagai masalah di bidang Penyakit CHIK telah menjadi sebuah
kesehatan masyarakat. masalah global berhubung dengan eskalasi
Demam CHIK yang mula-mula ditemukan wabah di negara-negara seperti Afrika, India dan
di Afrika, relatif umum dijumpai di bagian Asia Tenggara. Wabah ini merupakan akibat
tenggara dan selatan benua Asia sekitar tahun yang ditimbulkan oleh musim hujan yang
1960-an. Setelah menimbulkan wabah di memberikan suasana yang baik untuk nyamuk
berbagai negara di Asia seperti India, Sri Aedes berkembang biak di pemukiman urban di
Langka, Myanmar (Burma, waktu itu) dan mana manusia merupakan hospes reservoir dari
Thailand, virus ini menghilang dan hanya virus CHIK yang dibawa oleh nyamuk tersebut.

102
Universa Medicina Vol.26 No.2

Meskipun penyakit ini tidak sampai


menyebabkan kematian, tetapi penderita dapat
merasa sangat cemas oleh gejala-gejala yang
terjadi. Infeksi virus CHIK pada umumnya
menimbulkan serangan mendadak dengan
demam dan nyeri sendi yang hebat pada daerah
ekstremitas diikuti dengan kesulitan untuk
menggerakkan sendi tersebut sehingga penderita
seringkali menafsirkan kelainan sendi yang
dialami itu sebagai kelumpuhan. Adanya Gambar 1. Virus Chikungunya
manifestasi klinis berupa perdarahan ringan
khususnya pada kasus-kasus di daerah Asia Selanjutnya Robinson (4) menggunakan
Tenggara dan subkontinen India di mana istilah tersebut secara lebih spesifik untuk
penyakit dengue endemis, infeksi CHIK tidak menggambarkan orang yang menderita CHIK
jarang salah didiagnosis sebagai demam jalannya membungkuk sebagai akibat dari gejala
berdarah dengue. Sayangnya, belum didapatkan artritis oleh penyakit tersebut. Pada awalnya
vaksin untuk penyakit ini dan pengobatan CHIK dijumpai dalam bentuk wabah di Afrika,
spesifik juga belum ada sehingga sejauh ini dan menyebabkan penyakit yang memberi gejala-
pengobatan penyakit hanya ditujukan terhadap gejala seperti demam dengue.
gejala-gejalanya saja. Keprihatinan yang muncul
berkaitan dengan penyakit ini adalah kecepatan VIRUS
dari infeksi CHIK ini menyebar dan mengenai
banyak tempat di dunia. Virus CHIK, atau dikenal juga sebagai
“Buggy Creek virus” adalah virus yang termasuk
SEJARAH CHIKUNGUNYA dalam genus Alphavirus dari famili Togaviridae.
Alphavirus ini terdiri dari 30 spesies virus yang
CHIK adalah penyakit infeksi yang ditularkan oleh arthropoda (arthropod-borne
disebabkan oleh Arbovirus dan disebarkan ke virus) dikelompokkan menjadi tujuh
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes serta serokompleks atas dasar data serologis.(6) Secara
acapkali menimbulkan wabah. Wabah yang serologis, virus CHIK termasuk subgrup Semliki
terjadi di daerah urban bersifat sporadik tetapi Forest dari Alphavirus. Virus CHIK adalah
karakteristiknya eksplosif. Wabah tersebut sebuah virus RNA berulir-positif dan
kemudian menghilang dan timbul lagi berulang mempunyai selubung (enveloped) (Gambar 1).
dalam interval yang tidak teratur.(3) Penyakit Suatu RNA berulir-positif subgenomik
CHIK untuk pertama kalinya dilaporkan oleh yang dikenal sebagai 26S RNA, identik dengan
Robinson(4) dan Lumsden(5) dari kejadian sebuah 3' dari RNA genomik, ditranskip (transcribed)
wabah di lembah Makonde, sepanjang dari suatu perantara RNA berulir-negatif. RNA
perbatasan Tanganyika dan Mozambique, pada ini berfungsi sebagai mRNA untuk sintesis dari
tahun 1952. Nama CHIK sebenarnya berasal protein struktural virus. Bila memandang
dari kata kerja bahasa Makonde sendiri yaitu susunan genomik dari Alphavirus lainnya,
“kungunyala” yang mempunyai arti genom CHIK dapat dinyatakan sebagai: 5’cap-
“mengeringkan” (to dry up) atau “menjadi nsP1-nsP2-nsP3-nsP4-(daerah ikatan)-C-E3-
bengkok” (to become contorted). (4) E2-6K-E1-poly(A) 3' (Gambar 2). (7)

103
Suriptiastuti Re-emergensi chikungunya

Gambar 2. (a) Strategi sekuensi untuk RNA genomik CHIK. Skala adalah dalam kilobasa. Kotak
menunjukkan daerah coding dari protein nonstruktural dan struktural. Lokasi RNA subgenomik
ditunjukkan sebagai 26S RN. Garis horisontal di kedua ujung menunjukkan daerah non-coding.
Seluruh genom diamplifikasi dengan cara RT-PCR untuk analisis sekuens bi-direksional;
(b) Struktur sekitar lintasan daerah I-poly (A)

Pada saat ini ada 2 sekuens nukleotida membran antara virus dan vesikel pejamu,
lengkap dari virus CHIK yang sudah dikenali melepaskan nukleokapsid ke dalam sitoplasma.
yaitu galur Ross dan S27, keduanya diisolasi Kemudian terjadi pelepasan genom RNA untuk
dari penderita wabah di Tanzania tahun 1952. (8) berlangsungnya sintesis genom RNA yang baru.
Sekuens nukleotida lengkap lainnya yang telah Selanjutnya terjadi proses replikasi di dalam sel
ditentukan adalah galur yang berasal dari wabah dan protein yang terbentuk kemudian bergerak
di Senegal tahun 1983. Analisis filogenetik ke permukaan sel pembentukan virion yang siap
berdasarkan sekuens parsial E1 dari isolat untuk dilepaskan dari dalam sel.
Afrika dan Asia menunjukkan akan adanya 3 Di beberapa tempat di Afrika, virus CHIK
filogrup virus CHIK, yaitu (i) semua isolat dari ditemukan dari nyamuk yang sifatnya zoofilik
Asia Barat, (ii) isolat Asia, dan (iii) isolat dari sehingga ada dugaan bahwa virus dapat berada
Afrika Tengah/Timur.(8) Siklus hidup Alphavirus di hewan seperti roden dan ternak. Kecuali pada
dimulai dengan perlekatannya pada reseptor hewan-hewan tersebut, virus juga didapatkan
pejamu lewat glikoprotein E2. Virion kemudian pada tupai, chiroptera, dan tungau (ticks =
menuju ke dalam vesikel sel pejamu melalui fusi Alectorobius sonrai/). Ditemukannya antibodi

104
Universa Medicina Vol.26 No.2

spesifik pada roden dan burung mendukung Pada umumnya nyamuk Aedes beraktivitas
dugaan bahwa suatu siklus sekunder terdapat pada pagi hari (mid-morning) antara jam 7.00 -
pada hewan liar. Di Senegal, vektor sylvatic 10.00 dan sore hari (late afternoon) jam 16.00-
utama dari virus CHIK adalah sama dengan 19.00. Nyamuk ini jarak terbangnya pendek,
pada penyakit yellow fever, namun bentuk hanya sekitar kurang dari 200 m dan menyukai
sylvatic ini belum pernah dijumpai sebagai tempat-tempat dengan air bersih (fresh water)
bentuk yang dapat menularkan CHIK. (9,10) Ada untuk berkembang biak. Telur-telurnya tahan
dugaan bahwa siklus liar tersebut mempunyai terhadap suasana kekeringan. Nyamuk Ae.
peranan dan dapat memberi kontribusi terhadap albopictus merupakan “penghuni asli”
endemisitas CHIK di Afrika. (indigenous) dari daerah Asia tenggara,
kepulauan Pasifik Barat dan pulau-pulau di
VEKTOR Samudera Hindia, yang pada beberapa puluh
tahun belakangan telah menyebar ke Afrika,
Vektor CHIK adalah nyamuk Aedes yaitu daerah Timur Tengah, Eropa dan Amerika. (11)
Ae. albopictus (Gambar 3) untuk daerah rural Di beberapa tempat, nyamuk Ae. albopictus ini
atau pedesaan dan Ae. aegypti untuk daerah terus berkembang dan telah mendesak Ae.
urban atau perkotaan. Aedes adalah genus aegypti.
nyamuk yang ditemukan di daerah tropik dan Variasi musiman (seasonal variation)
subtropik dan menjadi sangat berarti sebagai dalam hal kepadatan populasi dan penyebaran
pembawa penyakit di masyarakat di banyak (distribusi) spesies ditemukan pada Ae. aegypti
tempat atau negara karena kedekatannya karena nyamuk ini peka terhadap perubahan
dengan manusia. Secara morfologis, nyamuk suhu dan kelembaban yang ada di sekitar.
ini menunjukkan pola yang khas yaitu adanya Umumnya populasi yang rendah dari nyamuk
garis-garis putih yang di bagian samping dada dijumpai pada musim kering dengan suhu
membentuk gambaran seperti susunan dawai rendah, sebaliknya mereka berkembang biak
harpa (lyre-shaped), dengan palpi setengahnya dengan cepat pada waktu suhu meningkat
putih dan probosis seluruhnya hitam. (9) dengan kelembaban dan curah hujan yang
tinggi.(9) Musim hujan mendukung perkembang-
biakan stadium akuatik (larva dan pupa)
nyamuk dan melahirkan nyamuk-nyamuk muda.
Pepohonan dan bermacam tumbuh-tumbuhanan
yang menjadi subur saat musim hujan juga
memberi suasana teduh dan merupakan tempat
yang baik bagi nyamuk dewasa untuk
beristirahat dan melakukan aktivitas
perkembang-biakan. Musim hujan dikaitkan
dengan derajat prevalensi yang meningkat dari
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk.
Di lingkungan perkotaan di mana banyak
ditemukan Ae. aegypti, tempat-tempat
penampungan air menjadi faktor penting dalam
Gambar 3. Nyamuk Ae. albopictus perkembangan-biakan nyamuk tersebut. Di

105
Suriptiastuti Re-emergensi chikungunya

antara tempat-tempat penampungan, ada yang Indonesia dan Malaysia. (1) Bertambahnya rasa
disukai nyamuk sebagai tempat perindukan keprihatinan mengenai penyakit ini adalah
(breeding place) seperti dilaporkan oleh banyak karena kecepatan dan luas penyebarannya.
peneliti. (9-12) Tempat plastik adalah yang paling Sejumlah kejadian wabah banyak dilaporkan di
cocok sebagi tempat perindukan di antara beberapa negara. Di India, epidemi yang
tempat-tempat penampungan air. Tempat pertama terjadi pada tahun 1963 di Calcutta,
penampungan air berwarna hitam lebih disukai kemudian menyusul wabah kedua tahun 1973.
nyamuk baik jantan mmaupun betina, tetapi Tetapi kemunculannya kembali (re-emergensi)
tempat dari logam tembaga (bronze) kurang terjadi di India Selatan tahun 2005,(14) sejak itu
cocok bagi perindukan nyamuk, mungkin karena wabah CHIK berkembang luas, mengenai
unsur ion tembaga (copper) bersifat toksik. Di banyak orang dan hingga saat ini jumlah kasus
samping itu, agaknya sifat logam yang mudah mencapai sekitar 180.000. Penyebaran penyakit
terpanasi menjadi salah satu faktor ketidak- virus ini dilaporkan kebanyakan di bagian India
cocokan tempat-tempat dari logam untuk Selatan dekat Samudera Hindia dan Teluk
perindukan nyamuk karena suhu di bagian Bengal, sedangkan di bagian utara tidak
dalamnya dapat mencapai suhu yang mematikan dijumpai adanya kasus CHIK. Meskipun infeksi
(lethal). ( 1 2 ) Meskipun demikian, tempat tidak sampai menyebabkan kematian,
penampungan air dari logam masih dapat bertambahnya jumlah kasus yang luar biasa
menjadi perindukan yang baik bagi Ae. aegypti banyaknya sejak tahun 2005 itu telah
di bandingkan untuk Ae. Albopictus. (9) Menurut menimbulkan kepanikan.
Shiram dan Sehgal, (13) di daerah perkotaan Ae. Pada 2006, diperkirakan sekitar 1,38 juta
aegypti banyak dijumpai pada tempat-tempat orang di sepanjang bagian selatan dan tengah
penampungan air yang terbuat dari tanah liat, India menunjukan gejala-gejala CHIK. (14)
bata dan semen, disusul logam dan plastik. Insidens penyakit mungkin lebih tinggi dari pada
Tetapi hendaknya perlu mendapat perhatian yang dilaporkan karena faktor-faktor seperti
bahwa apapun bahan dari tempat penampungan kesalahan dalam pengelompokan dan ketidak-
air, tempat-tempat tersebut dapat menjadi tepatan penggolongan penyakit. Wabah yang
perindukan nyamuk sehingga dapat terjadi di India pada 1963 dan 1973 disebabkan
menyebarkan penyakit. oleh virus jenis (genotipe) Asia, tetapi epidemi
CHIK tahun 2005 yang terjadi di pulau-pulau
EPIDEMIOLOGI Samudera Hindia (pulau-pulau Reunion,
Mayotte, Mauritius, Seychelles) dan yang terjadi
Virus CHIK telah banyak dilaporkan di di India 2006, disebabkan oleh virus genotipe
hampir semua bagian benua Afrika seperti yang Afrika Timur.(14) Ada anggapan bahwa terjadinya
diperlihatkan oleh derajat prevalensi antibodi mutasi virus, rendahnya derajat imunitas dari
IgM terhadap virus ini dan isolasi virus dari penduduk setempat, pengendalian vektor yang
nyamuk di negara-negara seperti Pantai Gading, kurang memadai, dan globalisasi dalam masalah
Republik Afrika Tengah, dan Senegal. (10) Di perdagangan dan perjalanan (travel), merupakan
Asia, wabah CHIK dilaporkan terjadi di daerah faktor yang menyebabkan terjadinya resurgensi
urban di mana Ae. aegypti dan Ae. albopictus infeksi.
menjadi vektornya. (1) Daerah-daerah endemik Antara bulan Maret dan April 2006, wabah
CHIK di Asia dan Asia Tenggara meliputi India, CHIK dilaporkan terjadi di Bagan Pancor,
Pakistan, Myanmar, Sri Langka, Philippines, Perak, Malaysia, mengenai lebih dari 200 orang

106
Universa Medicina Vol.26 No.2

dan merupakan wabah kedua yang dilaporkan monyet mungkin menjadi pejamu CHIK.
di Malaysia. (15) Terjadinya wabah di Bagan Berbeda dengan dengue, transmisi transovarial
Pancor ini bertepatan dengan berjangkitnya dari virus CHIK di tubuh nyamuk belum dapat
wabah CHIK di Samudera Hindia. Analisis dibuktikan. Perbedaan galur nyamuk Aedes
filogenetik dari virus CHIK yang diisolasi dari secara geografis berbeda-beda dalam
penderita menunjukkan bahwa galur (strain) kerentanannya terhadap infeksi dan dalam hal
Bagan Pancor mempunyai hubungan erat kemampuannya untuk menyebarkan virus. Sifat
(closely related) dengan virus CHIK yang ini mungkin menjadi salah satu faktor di dalam
diisolasi pada wabah di Klang tahun 1998. terjadinya endemisitas virus di suatu daerah.
Wabah ini merupakan peristiwa yang pertama Sampai saat ini sifat episodik dari wabah CHIK
kalinya virus CHIK diisolasi dan dilaporkan masih belum dapat dijelaskan, namun agaknya
menimbulkan gejala-gejala penyakit di tergantung dari banyak faktor di antaranya
Malaysia. (16) Penelitian-penelitian sebelumnya adalah kerentanan pejamu (vektor dan manusia)
hanya dapat mendeteksi adanya antibodi virus terhadap infeksi, densitas nyamuk yang tinggi,
CHIK pada populasi di daerah utara dan timur dan masuknya virus dari daerah endemik lain.
Malaysia yang berbatasan dengan Thailand di Tetapi sebagaimana halnya dengan arbovirus
mana diketahui terdapat virus CHIK. lainnya, faktor-faktor seperti meningkatnya
Sebuah sifat yang menonjol dari virus urbanisasi di banyak tempat, pemanasan global,
CHIK adalah kemampuannya untuk dan intensitas transportasi, dapat mendorong
menyebabkan wabah yang eksplosif di suatu meningkatnya populasi nyamuk atau
daerah sebelum virus tersebut menghilang untuk menyebabkan terjadinya introduksi vektor ke
periode beberapa tahun (sekitar 3-4 tahun). Hal suatu daerah geografis baru. Keadaan ini di
ini berbeda dengan keadaan virus dengue, masa depan dapat mengubah epidemiologi CHIK
meskipun memiliki vektor nyamuk yang sama seperti halnya dengan penyebarannya dari Afrika
dengan CHIK dalam penularannya, yaitu Ae. ke Asia.
aegypti dan Ae. Albopictus, virus dengue
bersifat endemik. Virus CHIK juga diketahui SITUASI WABAH DI INDONESIA
ditularkan melalui gigitan nyamuk golongan Ae.
furcifer-taylor yang mencari makanannya dari Peristiwa timbulnya wabah di Indonesia
manusia dan primata. (10,17) Adanya virus yang diperkirakan dimulai dengan terjadinya
diisolasi dari primata dan hewan vertebrata lain penyebaran virus CHIK sekitar tahun 1982-1985
seperti tupai dan kelelawar serta pada spesies dengan munculnya wabah CHIK di Sumatera
nyamuk zoofilik mendukung eksitensi siklus Selatan (Jambi) dan Kalimantan Barat (1982),
transmisi silvatik (sylvatic transmission cycle) Jawa (Yogyakarta, 1983), bagian Selatan dan
di benua Afrika. Keadaan inilah yang mungkin Timur Kalimantan (1983), Nusa Tenggara Timur
mempertahankan keberadaan virus di alam bebas (1984), Kepulauan Maluku (1985), Sulawesi
pada tahun-tahun interepidemik. Selatan dan Irian Jaya (1985).(18) Wabah pertama
Di Asia, transmisi di daerah urban agaknya CHIK di Indonesia dikenal sebagai “knuckle
terjadi terutama dari Ae. aegypti dan Ae. fever”. Istilah ini berasal dari sebuah catatan di
albopictus ke manusia. Tidak diketahui apakah zaman Belanda yang menuliskan adanya
di Asia virus berada di alam bebas. Juga belum penyakit tersebut di Batavia pada tahun 1779.(19)
ada hewan yang dapat ditentukan secara pasti Pada tahun 1973, suatu wabah penyakit
menjadi reservoir virus meskipun ada dugaan demam yang tidak diketahui penyebabnya

107
Suriptiastuti Re-emergensi chikungunya

dilaporkan melanda Samarinda dan Balikpapan PATOGENESIS DAN GEJALA KLINIS


di sepanjang pantai timur Pulau Kalimantan.
Penyakit ini menunjukkan gejala-gejala yang Infeksi CHIK merupakan penyakit infeksi
cocok dengan infeksi CHIK. (20) Sepuluh tahun yang melumpuhkan penderita ditandai dengan
kemudian, tepatnya tahun 1983, suatu rentetan gejala demam, sakit kepala, mual, muntah dan
epidemi CHIK terjadi di Daerah Istimewa nyeri otot dan sendi. Dilaporkan bahwa attack
Yogyakarta, dengan attack rate sekitar 70- rate pada populasi yang rentan berkisar antara
90%.(3) Delapan wabah lain yang mungkin sekali 40-85% dan rasio simtomatik terhadap
adalah CHIK dilaporkan terjadi di Indonesia asimtomatik adalah 1,2:1. (16) Masa inkubasi
antara tahun 1982 dan 1985. (1) penyakit antara 2-12 hari, tetapi umumnya 3-7
Sebanyak 8.068 kasus dilaporkan selama hari. Setelah masa inkubasi, suhu badan
tahun 1983 dari 9 propinsi meliputi 29 mendadak meningkat sampai 390-40 0C diikuti
kabupaten dan kota-kota di Indonesia.(3) Setelah gejala menggigil yang intermiten. Fase akut ini
masa tenang (hiatus) selama sekitar 20 tahun, berlangsung 2-3 hari, selanjutnya demam
antara 2001 sampai 2003 dilaporkan adanya 24 menghilang untuk 1-2 hari dan kemudian timbul
kejadian wabah CHIK di seluruh wilayah di lagi sehingga memberi kurve demam dengan
Indonesia. (20,21) Re-emergensi epidemi CHIK gambaran seperti “pelana” (saddle-back fever).
yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia setelah Demam pada CHIK secara tipikal berlangsung
masa tenang selama 20 tahun tidak berbeda beberapa hari tetapi pada beberapa kasus rasa
dengan apa yang dialami sebelumnya oleh lemah (fatigue) yang menyertai penyakit ini
negara-negara lain seperti India dan dapat berlangsung lama seperti pada dengue,
Thailand. (2,14,17) Periode tenang tanpa aktivitas O’nyong-nyong, West Nile atau infeksi arbovirus
virus ini merupakan ciri epidemiologis yang lain. Selain demam, gejala klasik CHIK adalah
membedakan CHIK dari kebanyakan penyakit myalgia, arthralgia, dan rash. Arthralgia yang
virus vector-borne lain yang memiliki vektor dan terjadi sifatnya poliartikuler, berpindah
dinamika transmisi yang serupa, terutama virus (migratory), dan terutama mengenai sendi-sendi
dengue. Pada umumnya re-emergensi dan kecil dari tangan, pergelangan tangan,
epidemi CHIK terjadi dalam siklus 7 atau 8 pergelangan kaki dan kaki, sedangkan sendi-
tahunan, meskipun demikian interval dua atau sendi besar sedikit saja dikenai. Pembengkakan
tiga dekade juga pernah dilaporkan dari negara- sendi terjadi sebagai akibat pengumpulan cairan.
negara seperti Uganda. ( 2 2 ) Jumlah kasus Myalgia umum dan nyeri otot bagian belakang
meningkat sesuai dengan peningkatan umur dan dan bahu adalah gejala yang biasa dijumpai.
perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Ini Anak-anak jarang sekali mengalami nyeri sendi.
kemungkinan besar menggambarkan keadaan di Penderita dengan manifestasi artikuler ringan
mana perempuan lebih banyak terpapar dengan biasanya bebas dari gejala nyeri sendi setelah
aktivitas di lingkungan rumah pada siang hari beberapa minggu, tetapi mereka yang gejala-
sehingga risiko mendapat gigitan nyamuk Aedes gejala artikulernya berat memerlukan waktu
lebih besar. (20) beberapa bulan untuk sembuh secara
Meskipun kasus-kasus CHIK umumnya menyeluruh. Manifestasi kulit adalah tipikal
ditemukan di daerah urban dan suburban, untuk penyakit ini dan pada banyak penderita
kebanyakan episode wabah yang terjadi di berupa kemerahan (flush) di daerah muka dan
Indonesia pada waktu akhir-akhir ini mengenai badan. Suatu kelainan berupa ruam (rash)
daerah rural di Jawa yang berpenduduk padat. (20) makulopapuler mengikuti gejala flushing

108
Universa Medicina Vol.26 No.2

tersebut. Ruam makulopapuler terutama hari keempat. Antibodi IgM dapat dideteksi
terdapat pada badan dan lengan tetapi telapak dengan menggunakan metode ELISA pada
tangan dan kaki dapat juga dikenai. Rasa gatal penderita yang telah sembuh dari infeksi CHIK
dan iritasi dapat menyertai erupsi ini. Pada saat dan akan menetap dalam kadar yang cukup
berlangsungnya keadaan akut dari penyakit, tinggi selama 6 bulan. Antibodi hambatan
kebanyakan penderita mengeluh sakit kepala. hemaglutinasi (haemagglutination inhibition
Fotofobia dan nyeri retro-orbital dapat dijumpai. antibodies) timbul sejalan dengan menurunnya
Pada bayi dan anak-anak, flushing yang jelas viremia dan semua penderita akan
dan adanya ruam makulopapuler secara dini atau memperlihatkan hasil positif pada hari ke-5 dan
urtikaria adalah petunjuk yang bermanfaat. ke-7 masa sakitnya. (17)
Namun, gejala-gejala yang ditampilkan oleh
CHIK sering kali secara klinis tidak dapat PENGOBATAN
dibedakan dari demam dengue. Isolasi yang
simultan dari kedua virus tersebut dari sera Sampai saat ini belum ada vaksin atau
penderita pernah dilaporkan sebelumnya dan antiviral yang spesifik untuk CHIK. Pengobatan
merupakan petunjuk adanya infeksi gabungan masih bersifat simtomatik seperti istirahat,
(dual infection). (17) Oleh karena itu sangat pemberian cairan untuk mempertahankan
penting untuk membedakan infeksi virus CHIK keseimbangan cairan, obat-obat untuk
dari demam dengue. Secara umum, manifestasi menurunkan panas badan (antipiretik). Istirahat
perdarahan tidak dijumpai pada infeksi virus dianjurkan selama terdapat gejala sendi akut.
CHIK. Pada infeksi yang tanpa komplikasi, Setelah lewat masa akut, dapat diberikan aspirin
gejala akut akan menghilang dalam waktu untuk nyeri sendi. Pada arthritis yang tidak dapat
sekitar 10 hari dan mayoritas penderita akan diobati dengan aspirin, klorokuin fosfat (250 mg/
sembuh secara total tetapi ada laporan mengenai hari) memberikan hasil yang cukup menjanjikan.
beberapa kasus yang masih menderita nyeri Beberapa studi menunjukkan bahwa klorokuin
sendi selama beberapa tahun setelah sembuh.(16) fosfat memiliki efek antiviral terhadap virus
Komplikasi yang serius sangat jarang dan kasus- CHIK, namun belum konklusif. (23) Masih
kasus yang fatal belum pernah secara konklusif dibutuhkan banyak penelitian sebelum dapat
ditemukan. dipastikan mengenai aktivitas antiviral tersebut.

UJI DIAGNOSTIK KESIMPULAN

Diagnosis pasti dapat dilakukan dengan uji Perubahan global dalam aktivitas manusia
laboratorium tetapi infeksi CHIK sudah harus serta faktor-faktor ekologis telah membawa
dipikirkan bilamana terjadi wabah penyakit dampak dengan terjadinya dan munculnya
dengan tiga gejala (trias) utama yaitu demam, penyakit-penyakit infeksi dalam beberapa tahun
adanya ruam (rash) dan manifestasi reumatik. terakhir ini, di antaranya adalah penyakit CHIK.
Isolasi virus dapat dilakukan dengan inokulasi Tidak diketahui secara jelas mengapa terjadi
sel biakan nyamuk (mosquito cell culture), penyebaran penyakit ini yang di beberapa tempat
menyuntik nyamuk dengan sera penderita, menimbulkan wabah. Namun ada dugaan kuat
inokulasi sel biakan mamalia atau mencit bahwa berbagai perubahan yang terjadi secara
(suckling mice). Viremia terjadi pada 48 jam global telah mendorong meningkatkan populasi
pertama dari infeksi dan dapat dideteksi sampai nyamuk dan menyebabkan infeksi serta wabah.

109
Suriptiastuti Re-emergensi chikungunya

Oleh karena itu, suatu pemahaman yang lebih Senegal: current data and transmission cycles. Am
baik mengenai vektor, virus dan penyakit yang J Trop Med Hyg 1999; 60: 281-6.
11. Gratz NG. Critical review of the vector status of
ditimbulkannya untuk mengatasi dan melakukan
Aedes albopictus. Med Vet Entomol 2004; 18: 215-
upaya pencegahan terhadap penyakit tersebut. 27.
12. Vezzani D, Schweigmann N. Suitablility of
Daftar Pustaka containers from sources as breeding sites of Aedes
aegypti (L.) in a cemetery of Buenos Aires City,
1. Mackenzie JS, Chua KB, Daniels PW, Eaton BT, Argentina. Mem Inst Oswald Cruz 2002; 97: 789-
Field HE, Hall RA, et al. Emerging viral diseases 92.
of Southeast Asia and the Western Pacific. Emerg 13. Shiram AN, Sehgal SC. Aedes aegypti (L.) in Port
Infect Dis 2001; 7(suppl): s497-s504. Blair, Andaman and Nicholas islands - distribution
2. Thaikruea L, Charearnsook O, Reanphumkarnkit and larval ecology. J Commun Dis 1999; 31: 185-
S, Dissomboon P, Phonjan R, Ratchbud S, et al. 92.
Chikungunya in Thailand: a reemerging disease? 14. Kalantri SP, Joshi R, Riley LW. Chikungunya
Southeast Asian J Trop Med Public Health 1997; epidemic: an Indian perspective. Natl Med J India
28: 359-64. 2006; 19: 315-22.
3. Berger SA. GIDEON: a comprehensive web-based 15. Kumarasamy V, Prathapa S, Zuridah H, Chem YK,
resource for geographic medicine. Int J Health Norizah I, Chua KB. Re-emergence of
Geogr 2005; 4: 10. Chikungunya virus in Malaysia. Med J Malaysia
4. Robinson M. An epidemic of virus disease in 2006; 61: 221-5.
Southern Province, Tanganyika territory, in 1952- 16. Sam I-C, Abu Bakar S. Chikungunya virus
53; I. Clinical features. Trans R Soc Trop Med Hyg infection. Med J Malaysia 2006; 61: 264-9.
1955; 49: 28-32. 17. Kamath S, Das AK, Parikh FS. Chikungunya. J
5. Lumsden WHR. An epidemic of virus disease in Assoc Physicians India 2006; 54: 725-6.
Southern Province, Tanganyika territory, in 1952- 18. Carey DE. Chikungunya and dengue: a case of
53; II. General description and epidemiology. Trans mistaken identity? J Hist Med Allied Sci 1971; 243-
R Soc Trop Med Hyg 1955; 49: 33-57. 62.
6. Van Regenmortel MHV, Fauquet CM , Bishop 19. Kanamitsu M, Taniguchi K, Urasawa S, Ogata T,
DHL, Carstens EB, Estes MK, Lemon SM, et al. Wada Y, Saroso SJ. Geographic distribution of
Virus taxonomy. Seventh report of the International arbovirus antibodies in indigenous human
Committee on Taxonomy of Viruses. San Diego: population in the Indo-Australian archipelago. Am
Academic Press; 2000. J Trop Med Hyg 1979; 28: 351-63.
7. Khan AH, Morita K, Parquet MC, Hasebe F, 20. Laras K, Sukri NC, Larasati RP, Bangs MJ, Kosim
Mathenge EG, Igarashi A. Complete nucleotide R, Djauzi, et al. Tracking the re-emergence of
sequence of chikungunya virus and evidence for epidemic chikungunya virus in Indonesia. Trans
an internal polyadenylation site. J Gen Virol 2002; R Soc Trop Med Hyg 2005: 88:128-41.
83: 3075-84. 21. Edberg SC. Global infectious diseases and
8. Hasebe F, Parquet MC, Pandey BD, Mathenge EG, epidemiology network (GIDEON): A web-based
Morita K, Balasubramaniam V, et al. Combined program for diagnosis and informatics in infectious
detection and genotyping of chikungunya virus by diseases. Clin Infect Dis 2005; 40: 123-6.
a specific reverse transcription-polymerase chain 22. Lanciotti RS, LudwigML, Rwaguma EB, Lutwama
reaction. J Med Virol 2002; 67: 370-4. JJ, Kram TM, Karabatson M, et al. Emergence of
9. Okogun GRA, Nwoke BEB, Okere AN, Anosike O’nyong-nyong fever in Uganda after a 35-year
JC, Esekhegbe AC. Epidemiological implications absence: genetic characterization of the virus.
of preferences of breeding sites of mosquito species Virology 1998; 252: 258-68.
in midwestern Nigeria. Ann Agric Environ Med 23. Center for disease control and prevention.
2003; 10: 217-22. Chikungunya fever diagnosed among internatriomal
10. Diallo M, Thonnon J, Traore-Lamizana M, travelers -United States 2005-2006. Morb Mortal
Fontenille D. Vectors of chikungunya virus in Wkly Rep 2006; 55:1040-2.

110

Anda mungkin juga menyukai