Skrip Si
Skrip Si
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kelancaran arus lalu lintas. Itu disebabkan karena sebagai salah satu kota
dan pendidikan, tidak bisa lepas dari pergerakan lalu lintas dalam bentuk arus
jalan-jalan protokol Kota Batu akibat antrian dan tundaan yang terjadi disimpang
jalan. Untuk permasalahan pada simpang Jl. Imam Bonjol Bawah, Jl. Diponegoro,
Jl. Wukir dan Jl. Patimura, hingga saat ini masih belum teratasi. Hal ini
disebabkan pada lokasi tersebut belum ada sistem pengaturan lalu lintas yang
efektif. Saat ini, pada simpang Jl. Imam Bonjol Bawah, Jl. Diponegoro, Jl. Wukir
dan Jl. Patimura, sudah menggunakan sistem lampu lalu lintas bersinyal dengan
lalulintas sedemikian rupa dan memperbaiki jalan agar sistem transportasi dapat
berfungsi secara optimal sesuai dengan kebutuhan dan juga mengatur pergerakan
Dan banyaknya lalulintas yang dapat dilewatkan oleh persimpangan ini tergantung
1
oleh pengelolaan. Tentunya sasaran adalah bagaimana menghasilkan kualitas
kerja yang lebih baik bagi arus lalulintas untuk melewati persimpangan yaitu
yang terjadi.
arus lalulintas dari suatu ruas jalan melintasi ruas jalan yang bersilang atau
kepada setiap kendaraan untuk memberikan hak jalan selama melintasi simpang.
Dapat dilihat bahwa urutan sinyal lalulintas untuk setiap jalan pada persimpangan
menjadi periode merah aktif yakni pada saat tidak ada lalulintas bergerak dan
persimpangan.
2
3. Banyak jumlah pejalan kaki yang menyebrang atau berjalan pada
atas adalah :
1. Berapa kapasitas jalan pada persimpangan jalan Jl. Imam Bonjol Bawah,
2. Berapa durasi lampu lalu lintas pada persimpangan Jl. Imam Bonjol
3. Bagaimana alternatif durasi lalu lintas pada pada persimpangan Jl. Imam
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, antara lain adalah :
3. Untuk mengetahui alternatif durasi lalu lintas pada pada persimpangan Jl.
Imam Bonjol Bawah, Jl. Diponegoro, Jl. Wukir dan Jl. Patimura.
3
Batas wilayah penelitian
supaya tujuan yang ingin dicapai dapat terarah dan tidak keluar dari permasalahan
1. Penelitian dilakukan hanya pada lampu lalu lintas yang terletak di Jl.imam
jl.wukir dan jl. Patimura, sehingga setiap arus maksimum yang memasuki
mendapat sinyal lampu hijau pada saat melewati lampu lalu lintas di
persimpangan.
3. Lampu lalu lintas direncanakan dengan volume lalu lintas maksimum (jam
sibuk) dan lalu lintas minimum (jam tidak sibuk) sebagai acuan
perencanaannya.
geometric.
4
5. Penelitian ditujukan hanya untuk membahas jenis pengaturan arus lalu
lintas yaitu lampu lalu lintas dan tidak membahas analisa biayanya.
sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini akan mengawali penulisan dengan menguraikan latar belakang masalah
yang dibahas, tujuan penulisan, ruang lingkup masalah, metodologi serta
sistematika permasalahan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang
digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi dapat dikatakan sebagai sebuah
kebutuhan turunan karena transportasi timbul disebabkan adanya maksud atau tujuan
Seimbangnya antara permintaan (demand) dan penawaran (supply). Ini adalah suatu
masalah yang hampir terjadi di kota besar di dunia terutama kota besar di negara
masalah yang sama yaitu kemacetan, tempat parkir, kecelakaan, Polusi atau
pencemaran linkungan, salah satu titik yang sering terjadi kemacetan adalah pada
2.2. Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
6
7
lalulintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan /atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api.
2.3. Persimpangan
Defenisi persimpangan adalah suatu daerah umum dimana dua ruas Jalan atau
berbagai jalan atau ujung jalan masuk ke persimpangan mengarah lalu-lintas masuk
sebidang adalah persimpangan yang memisahkan lalu lintas pada jalur yang berbeda
karena adanya gangguan terhadap kelancaran lalu lintas yang ditimbulkan dan
bercampurnya berbagai jenis kendaraan, tingkah laku pengemudi dan lingkungan atau
restoran, kantor dan sebagainya dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan
kendaraan. Pengguna lahan pemukiman, yaitu tata guna lahan untuk tempat tinggal
dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan. Akses terbatas adalah
jalan masuk langsung terbatas atau tidak ada sama sekali (sebagai contoh, karena
volume arus lalu lintas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengalihan lalu lintas
Kedua cara diatas kurang efektif, karena keduanya akan mengarah Pada
3. Bundaran (roundabout).
Terdapat 4 jenis dasar dari alih gerak kendaraan persimpangan. Alih Gerak
(Manuver) Lalu lintas pada Persimpangan Jalan Dari sifat dan tujuan gerakan
a. Diverging (memisah)
b. Merging (menggabung)
c. Crossing (memotong)
d. Weaving (menyilang)
Pengaturan lalu lintas pada persimpangan merupakan hal yang paling kritis
dalam pergerakan lalu lintas. Pada simpang dengan arus lalulintas yang besar, sangat
lalulintas ini diharapkan mamou mengurangi antrian yang dialami oleh kendaraan
persimpangan jalan atau terletak pada titik titk tertentu yang terletak pada sepanjang
dan pengendaliannya. Permasalahan pada ruas jalan timbul karena adanya gangguan
terhadap kelancaran arus lalulintas yang ditimbulkan dari akses jalan, dari
kapasitas suatu ruas jalan dibatasi oleh kapasitas persimpangan pada kedua ujungnya,
Sebagai akibat kapasitas jaringan jalan dan keselamatan terutama ditentukan oleh
Untuk mengurangi jumlah titik konflik yang ada, dilakukan pemisahan waktu
pergerakan arus lalulintas. Waktu pergerakan arus lalulintas yang terpisah ini disebut
fase. Pengaturan pergerakan arus lalulintas dengan fase-fase ini dapat mengurangi
titik konflik yang ada sehingga diperoleh pengaturan lalulintas yang lebih baik untuk
Dalam penganalisaan kapasitas, ada suatu prinsip dasar yang objektif yaitu
perhitungan jumlah maksimum lalulintas yang dapat ditampung oleh fasilitas yang
11
serta peningkatan fasilitas itu sendiri yang tentunya akan sangat berguna di kemudian
hari. Dalam merencanakan suatu fasilitas jalan kita jumpai suatu perencanaan agar
Kapasitas dari suatu fasilitas akan menurun fungsinya jika diperlukan saat
dengan istilah tingkat pelayanan (Level Of Service), yaitu ukuran kualitatif yang
dalam arus lalulintas dan penilaiannya oleh pemakai jalan (pada umumnya
ditentukan suatu interfal dari kondisi operasional yang dihubungkan dengan jumlah
sebagai arus lalulintas maksimum yang dapat dipertahankan (tetap) pada suatu bagian
jalan dalam kondisi tertentu pada kondisi jalan lalulintas dan kondisi pengendalian
pada saat itu (misalnya: rencana geometrik, lingkungan, komposisi lalulintas, dsb;
dijelaskan sebagai jumlah kendaraan dalam satu jam dimana orang atau kendaraan
12
diperkirakan dapat melewati sebuah titik atau potongan lajur jalan yang seragam
yang dapat melewati persimpangan melalui garis berhenti (stop line) dan menuju
keluar tanpa mengalami tundaan pada arus lalulintas, keadaan jalan dan pengaturan
dengan mempertimbangkan waktu tersebut interval terpendek selama arus yang ada
stabil. Pada perhitungan kapasitas harus ditetapkan bahwa kondisi yang ada seperti
kondisi jalan, kondisi lalulintas dan sistem pengendalian tetap. Hal-hal yang terjadi
yang membuat suatu perubahan dari kondisi yang ada mengakibatkan terjadinya
diperhitungkan,yaitu :
lain yaitu fasilitas, lingkungan yang terbina, jumlah lajur atau arah, bahu
tipe kendaraan, jumlah kendaraan dan pembagian lajur yang ada serta arah
distribusi lalulintas.
Kondisi ini tergantung pada tipe dan rencana khusus dari alat
pengendalian yaitu peraturan yang ada (peraturan lokal yang ada). Hal
yang sangat mempengaruhi ini adalah lokasi, jenis dan waktu sinyal
lalulintas disamping tanda-tanda dan yield dari lajur yang digunakan serta
lajur belok.
dapat dialirkan oleh fasilitas yang tersedia. Namun begitu, analisis ini tidak berarti
terhadap fasilitas yang tersedia jarang sekali dimanfaatkan pada tingkat kapasitas
penuh. Kapasitas persimpangan dengan lampu lalulintas didasarkan pada konsep arus
persamaan 2.1 yang merupakan persamaan umum dalam penentuan kapasitas untuk
setiap metode.
dimana:
S = Arus jenuh, yaitu arus berangkat rata-rata dari antrian dalam pendekat
c = Waktu siklus, yaitu selang waktu untuk urutan perubahan sinyal yang
lengkap (yaitu antara dua awal hijau yang berurutan pada fase yang sama)
mencakup suatu interval yang luas tentang fasilitas-fasilitas untuk jalan biasa (street),
jalan raya (highway), fasilitas transit, fasilitas pejalan kaki dan fasilitas bagi sepeda.
sudah dimiliki.
Arus terganggu dan tidak terganggu diatas hanyalah merupakan suatu istilah
yang menjelaskan fasilitas bukan kualitas arus lalulintas pada waktu tertentu. Bagi
benar diperhitungkan. Hal ini dapat kita lihat misalnya pada sebuah lampu lalulintas,
pembagian lama waktu harus disesuaikan dengan keadaan dari pergerakan arus
yang tetap seperti kondisi fisik lapangan belum cukup di dalam penentuan kapasitas
tetapi masih diperlukan pertimbangan pengaturan pemakaian waktu yang tepat dan
2.6. Persimpangan
lalulintas dengan mengalihkan ke rute-rute lain. Tetapi kedua cara tersebut kurang
16
masalah, terbatasnya kapasitas simpang maupun ruas jalan secara sederhana dapat
dilakukan dengan pelebaran jalan, biasanya terbentur pada masalah biaya yang perlu
harus diperhitungkan dalam memilih suatu sistem simpang yang akan digunakan
yaitu :
• Tipe simpang
• Hirarki jalan
• Kecepatan kendaraan
• Keselamatan lalulintas
pengaturan sinyal tetap (fixed time signal) adalah Manual Kapasitas Jalan
Kendaraan ringan meliputi mobil pribadi, penumpang umum, mini bus dan
pick up. Kendaraan Berat meliputi bus, truk ringan dan truk berat. Kendaraan
antrian dan tundaan pada persimpangan yang akan diteliti diperlukan data-
data antara lain: Keadaan geometrik jalan untuk lebar jalur, jumlah jalur,
siklus, waktu hijau, waktu merah, kehilangan waktu, serta jumlah arus
persimpangan tersebut. Lokasi yang dinilai cukup padat arus lalulintas adalah
kemacetan total pada waktu jam sibuk (peak hour). Antrian tersebut
subyektif paling dirasakan atau dialami pemakai jalan. Pola arus lalulintas
18
yang dipakai adalah terlindung (opposed) untuk dua fase, artinya konflik-
Daya guna lampu lalulintas pada simpang dapat dievaluasi dari seberapa jauh
suatu sistem lampu lalulintas dapat memenuhi fungsi yang diharapkan, yaitu:
mungkin terjadi untuk menentukan daya guna keselamatan pada simpang. Tundaan
dan kapasitas simpang sangat tergantung dari lay-out geometrik simpang, konflik
yang diatur terlebih dahulu dan dipertahankan untuk suatu periode tertentu. Panjang
siklus dan fase adalah tetap selama interval tertentu, sehingga tipe ini merupakan
19
bentuk pengendalian lampu lalulintas yang paling murah dan sederhana. Pada
keadaan tertentu, tipe ini tidak efisien dibandingkan tipe aktual karena tidak
Sehingga untuk kebutuhan pengendalian dimana lebih baik jika dipakai lebih dari
satu pengaturan (multi setting) untuk situasi yang berbeda dalam satu hari. Pada
umumnya periode waktu berhubungan dengan waktu sibuk dalam satu hari yaitu
Sistem ini mengatur waktu siklus dan panjang fase secara berkelanjutan
disesuaikan dengan kedatangan arus lalulintas setiap saat. Kemudian ditentukan nilai
waktu hijau maksimum dan minimum. Alat detektor dipasang disetiap cabang
simpang untuk mendeteksi kendaraan yang lewat, kemudian data disimpan dalam
memori lalu diolah untuk mendapatkan nilai tambah waktu diatas nilai waktu hijau
minimum untuk suatu cabang simpang. Oleh karena itu sistem pengaturan ini sangat
peka terhadap situasi dan sangat efektif jika diterapkan meminimumkan tundaan pada
simpang tersebut. Terdapat dua jenis traffic actuated operation, yaitu semi actuated
operation dan fully actuated operation. Operasional waktu sinyal separuh nyata (semi
actuated operation) ditetapkan pada simpang dimana arus lalulintas pada jalan utama
jauh lebih besar daripada jalan yang lebih kecil. Sebuah alat deteksi dipasang dijalan
minor untuk mengetahui kedatangan kendaraan dari jalan tersebut, dan diatur
sedemikian rupa sehingga jalan mayor selalu mendapat sinyallampu hijau lebih lama.
Operasional waktu sinyal yang nyata fully actuated operation ditempatkan pada
20
simpang dimana arus lalulintas relatif sama disetiap cabang simpang tetapi
simpang. Pada simpang fully actuaded operation ini untuk tiap–tiap cabang simpang
ditentukan waktu hijau maksimum dan minimumnya. Arus lalulintas yang memasuki
suatu simpang akan bervariasi dari waktu kewaktu selama satu hari, sehingga akan
Kondisi ini tidak menjadi masalah bagi sistem pengaturan traffic actuaded
operation, sedangkan untuk pengaturan lampu lalulintas waktu tetap perlu ditentukan
waktu siklus yang dapat menghindari terjadinya tundaan yang berlebihan pada suatu
arus lalulintas tinggi. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan pengoperasian waktu
yang berdekatan.
Lebih dapat diterima pada kawasan dengan volume arus pejalan kaki
Biaya instalasi yang lebih murah dan sederhana serta perawatan yang
lebih mudah
Dapat menyediakan fasilitas berhenti (stop) dan jalan (go) secara terus
lalulintas adalah :
1. Intergreen Periode (waktu antar hijau) Waktu antar hijau atau intergreen
periode adalah waktu yang diperlukan untuk pergantin antara waktu hijau pada
suatu fase awal ke suatu fase berikutnya, merupakan periode kuning+merah semua
antara dua fase sinyal yang berurutan (detik). Waktu minimum yang
diperuntukkan pada periode ini adalah selama 4-6 detik. Atau dimana waktu
semua sinyal beberapa saat tetap sebelum pergantian sinyal berikutnya yang
disebut antara (interval) dan pertukaran tersebut selama waktu kuning (amber) dan
merah semua (all red) yang disebut pertukaran antara (change interval).
antara waktu kuning, dalam desain umumnya diambil selama 3 detik, dengan
waktu all red, dalam desain umumnya diambil selama 2 detik. Waktu merah
pergerakan fase selanjutnya. Lama waktu antar hijau bergantung pada ukuran lebar
Waktu hijau minimum adalah waktu hijau yang diperlukan oleh pejalan kaki untuk
menyeberangi suatu ruas jalan. Lamanya waktu hijau ini ditentukan 7- 13 detik.
Pada sistem pengaturan Traffic actuated control jika terjadi arus lalulintas yang
terus menerus menyala. Untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan batas
hijau maksimum. Waktu hijau maksimum ini ditentukan sebesar 8-68 detik.
simpang pada suatu persimpangan. Dua faktor yang menentukan kapasitas cabang
simpang yaitu, kondisi fisik cabang simpang, seperti lebar jalan, jari-jari belok dan
kelandaian cabang simpang serta jenis kendaraan yang akan melalui simpang
tersebut.
23
fisik cabang simpang pada suatu persimpangan ditunjukkan oleh suatu parameter
yang disebut arus jenuh (saturation flow). Arus jenuh adalah antrian arus lalulintas
pada saat awal waktu hijau yang dapat melewati garis stop pada suatu lengan
secara terus menerus selama waktu hijau dari suatu antrian tidak terputus. Arus
persiklus. Secara ideal pengukuran arus jenuh lebih baik dilakukan di lapangan,
akan tetapi pengukuran arus jenuh dengan estimasi diperlukan ketika akan
memodifikasi keadaan sinyal lampu lalulintas (signal setting) yang telah ada
fase. Estimasi arus jenuh didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya dari
lingkungan, tipe lajur, kemiringan dan komposisi lalulintas. Estimasi empiris yang
pernah dilakukan pada setiap metode pengukuran arus jenuh dikembangkan atas
Jalan Indonesia (MKJI), 1997 menetapkan arus jenuh sebagai fungsi lebar jalur
yang sama. Terdapat banyak persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung
Metode perhitungan arus jenuh yang diberikan Manual Kapasitas jalan Indonesia
(MKJI) 1997 ditentukan bahwa arus lalulintas yang mengalir pada saat waktu hijau
dapat disalurkan oleh suatu pendekatan. Penentuan arus jenuh dasar (S0) untuk
Dimana,
maka besar arus jenuh dipengaruhi oleh komposisi kendaraan yakni dengan
membagi kendaraan yang lewat atas jenis kendaraan penumpang, kendaraan berat
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar arus jenuh adalah jumlah lajur dalam
kelompok lajur yang bersangkutan, lebar jalur, persentase kendaraan yang lewat,
kemiringan memanjang jalan, adanya lajur parkir dan jumlah manuver parkir
fungsi fungsi dari jenis lingkungan jalan dan pengaruh membelok ke kanan dan
kekiri. Persamaan matematis untuk menyatakan hal diatas dapat digunakan dalam
Dimana:
lingkungan
Flt = Faktor penyesuaian belok kiri (hanya berlaku untuk pendekatan tipe
5. Faktor penyesuaian
Faktor penyesuaian
Penduduk kota (juta jiwa)
ukuran kota Fcs
>3,0 1,05
1,0-3,0 1,00
0,5-1,0 0,94
0,1-0,5 0.83
<0,1 0,82
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997
Gambar 2.4 Faktor penyesuaian untuk pengaruh parkir dan lajur belok
kiri yang pendek Fp (Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 199)
28
g. Faktor penyesuaian belok kanan Frt hanya untuk tipe p dengan median 2 arah
h. Faktor penyesuaian belok kiri Flt Hanya untuk tipe P dengan belok kiri
langsung
Namun begitu, arus jenuh tersebut diatas berlaku tipe pendekatan terlindung P
(Protected), sedangkan untuk tipe terlawan arus jenuh dasar ditentukan oleh data
permulaan waktu menyala hijau aktual dan permulaan waktu hijau efektif yang
disebut kehilangan awal (start lost). Atau pada konsep fase kehilangan waktu awal
merupakan keterlambatan awal bergerak (lost time due to start) dan tidak ada
penambahan waktu antara hijau (intergreen) sebagaimana yang terdapat pada konsep
pergerakan. Penjumlahan dari waktu antara hijau dan kehilangan waktu awal (start
lag), dan tambahan waktu akhir (end lag) adalah waktu yang masih dapat
l = a-b............................................................................................... (2.4)
b = end lag
hilang pada setiap lengan persimpangan yang dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
L=∑l
satuan mobil penumpang (smp) yang bergantung dari efek yang diakibatkan terhadap
mobil penumpang. Faktor ekivalen ini diambil berdasarkan metode Manual Kapasitas
Jalan Indonesia (MKJI) 1997 karena sesuai dengan jenis-jenis kendaraan yang ada
Waktu hijau efektif adalah waktu yang dapat digunakan untuk melewatkan
kendaraan dalam satu fase, terdiri atas waktu hijau dan sebagaian waktu kuning.
32
Pada gambar diatas dapat dilihat hubungan antara arus yang dilewatkan
kendaraan yang melewati garis henti selama waktu hijau (green time). Daerah di
dalam kurva tidak dapat ditentukan dengan mudah sehingga diambil suatu model
menunjukkan arus jenuh sedangkan lebar persegi panjang menunjukkan waktu hijau
efektif. Dari definisi waktu hilang tersebut diatas dapat ditunjukkan hubungan antara
periode waktu hijau aktual dengan periode waktu hijau efektif pada persamaan
berikut:
g – b + a = G + I ............................................................................... (2.5)
atau;
g + l = G + I ..................................................................................... (2.6)
33
Waktu siklus adalah panjang waktu yang diperlukan dari rangkaian urutan
fase sinyal lalulintas (siklus). Lama waktu siklus dari suatu sistem operasional sinyal
lalulintas dengan waktu tetap (fixed time) mempengaruhi tundaan rata-rata dari
besarnya waktu siklus optimum suatu simpang, dan terdapat satu parameter lain yang
digunakan untuk menentukan waktu siklus optimum ini yaitu nilai IFR, yang
merupakan perbandingan antara volume lalulintas dalam smp dengan arus jenuh
dalam smp. Waktu siklus harus mampu melewatkan arus lalulintas sedemikian rupa
sehingga dapat meminimumkan tundaan yang terjadi. Waktu siklus yang terlalu
efisien. Jika waktu siklus terlalu besar maka arus lalulintas akan dilewatkan pada
sebagian waktu hijau dan tidak ada kendaraan yang tertahan digaris henti. Kendaraan
yang dilewatkan pada sebagian waktu hijau berikutnya merupakan kendaraan yang
datang kemudian dengan jarak kedatangan yang panjang. Pada kondisi dimana arus
lalulintas yang ada bertambah besar sehingga terjadi antrian pada cabang simpang.
Dengan demikian, waktu siklus yang terlalu panjang juga tidak memberikan kebaikan
dalam operasional sinyal lalulintas. Untuk itu, penentuan waktu siklus yang optimum
kendaraan sebagai dasar penurunan rumus. Waktu siklus optimum dengan kriteria
Nilai waktu siklus ini dibatasi dengan batasan minimum 25 detik dan batas
maksimum sebesar 120 detik. Waktu hijau untuk masing-masing fase ditentukan
dengan rumus:
2.6.6. Tundaan
waktu tunda henti rata-rata sebagai bahan pertimbangan yang paling efektif. Waktu
35
tunda henti (stoppped-time delay) adalah waktu yang digunakan oleh sebuah
kendaraan untuk berhenti dalam suatu antrian pada saat menunggu untuk memasuki
delay), dinyatakan dalam detik/kendaraan adalah jumlah waktu tunda henti yang
dialami oleh semua kendaraan pada sebuah jalan atau kelompok lajur selama satu
periode waktu yang ditentukan, dibagi dengan volume total kendaraan yang
memasuki persimpangan pada jalan untuk kelompok lajur dalam waktu yang sama.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan tundaan rata-rata yang
dialami kendaraan pada persimpangan. Berikut ini adalah persamaan yang digunakan
dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, untuk menentukan tundaan
dimana:
A= .................................................................. (2.10)
DS = Derajat kejenuhan
NQ1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (smp)
36
C = Kapasitas (smp/jam)
2.6.7. Antrian
Antrian suatu kendaraan adalah gangguan yang terjadi secara berkala akibat
adanya sinyal atau lampu lalulintas pada persimpangan. Atau dengan kata lain,
dimana:
DS = Derajat kejenuhan
GR = Rasio hijau
C = Kapasitas (smp/jam)
waktu yang pendek dan pada saat kondisi arus lalulintas, kapasitas dan persinyalan
bergantung pada waktu (time dependent queueing). Setelah indikasi hijau menyala,
terjadilah suatu gaya gerak permulaan dari posisi dalam antrian yang patut untuk
waktu hijau sampai kebagian belakang dari kendaraan pertama yang melewati garis
sampai antrian berakhir. Saat lampu hijau menyala, seorang pengendara akan melihat
percepatan melintasi garis kerb. Untuk kendaraan kedua, percepatan yang dialaminya
lebih besar dari percepatan kendaraan pertama. Hal ini disebabkan adanya
pertambahan ruang bagi si pengendara untuk dapat lebih cepat mencapai kecepatan
yang diinginkannya sampai melintasi garis kerb akibat kendaraan pertama telah lebih
yang terjadi akan semakin kecil akibat reaksi awal yang semakin berkurang dan
percepatan yang konstan dan pada kendaraan ke n, headway yang terjadi relatif
konstan pula.
Kota merupakan suatu wadah aktivitas mega kompleks baik antara manusia
peningkatan tuntutan gaya hidup serba praktis dan modern. Akibatnya, kota menjadi
tidak ramah dengan penduduknya, terjadi kesenjangan ekonomi dan sosial di setiap
sudut kota, timbul kemacetan, polusi menyebar menyelubungi kota, dan lain
sebagainya. Perencanaan kota merupakan suatu desain dan pengaturan penggunaan ruang yang
berfokus pada bentuk fisik, fungsi ekonomi, dan dampak sosial dari lingkungan
perkotaan serta lokasi kegiatan yang berbeda di dalamnya. Sejak ratusan tahun yang
kuno di dunia. Hal ini membuktikan bahwa perencanaan kota merupakan suatu
tatanan ilmu yang sudah dipelajari oleh nenek moyang kita, meski dalam taraf yang
masih sangat rendah. Salah satu cabang dari perencanaan kota adalah perencanaan tata guna
menampung penduduk kota yang jumlahnya terus meningkat. Di sisi lain, lahan
merupakan sumberdaya yang sangat terbatas dan tidak dapat diciptakan atau
diperbarui, sehingga masalah yang sering muncul adalah menjamurnya slum and
kependudukan ini juga turut menjadi faktor utama munculnya area permukiman liar
Farmer dan Gibb dalam Catannese dan Snyder (1979) menjelaskan bahwa
guna lahan berkaitan erat dengan kegiatan (aktivitas) manusia. Jadi, sebenarnya guna
lahan dibentuk oleh tiga unsur, yaitu manusia, aktivitas dan lokasi yang saling
berinteraksi satu sama lain. Manusia sebagai makluk hidup memiliki sifat yang
Manusia membutuhkan wadah dan ruang atau tempat untuk melakukan aktivitasnya.
Tempat inilah yang disebut lokasi. Lokasi tempat aktivitas manusia inilah yang
kemudian disebut guna lahan industri, aktifitas transportasi menimbulkan guna lahan
Dalam lingkup kota, guna lahan adalah pemanfaatan permukaan lahan untuk
lokasi berbagai macam kegiatan. Potensi lahan lebih ditentukan oleh kondisi
permukaan lahan. Jenis guna lahan sangat banyak variasinya sehingga dilakukan
bermacam-macam sistem klasifikasi. Secara umum, jenis guna lahan suatu kota ada 4
keterkaitan antara guana lahan dan transportasi. Hubungan ini memiliki sifat yang
merupakan fungsi dari distribusi guna lahan. Sebaliknya, pola guna lahan dipengaruhi
nilai lahan tersebut, peningkatan nilai lahan akan mengubah guna lahan
(Paquete,1982)
41
Nama
Judul penelitian Tujuan penelitian Variabel yang di teliti Hasil penelitian Manfaat
(Tahun)
Analisa Panjang Mengetahui Tingkat pelayanan Penelitian
Antrian Kendaraan karakteristik jalan. Panjang antrian tersebut
Dengan Tundaan volume dan Hambatan a) Jalan Wukir : memberikan
Pada kapasitas samping. Pagi 473,01 m, siang manfaat dalam
Persimpangan (capacity) pada Biaya operasional 481,78, sore 478,27 m penentuan
Bersignal Dikota persimpangan kendaraan. b) Jalan Diponegoro :
variabel kinerja
Batu (Studi Kasus: jalan Imam Nilai waktu lampu Pagi 73,36 m, siang 73,48,
finansial ruas
Bonjol Bawah, lalu lintas . 73,36 m
Jalan Imam Bonjol jalan yang di lihat
Jalan Panjang antrian. c) Jalan Imam Bonjol Bawah
Bawah, Jalan berdasarkan
Diponegoro, Tundaan simpang : Pagi 121,49 m, siang
Diponegoro, Jalan 124,89, sore 128,29 m biaya operasional
Jalan wukir Dan rata-rata.
Agustinus Wukir Dengan d) Jalan arah Patimura : kendaraan dan
Jalan Patimura.
Jalan Patimura)
Melihat Pagi 67,96 m, siang 68,07, nilai waktu
Bien sore 67,87 m
hubungan antara panjang antrian
(2017) panjang antrian Tundaan Simpang rata-rata dan tundaan pada
dengan tundaan a) Pagi persimpangan.
: 226,43 dtk/smp
yang berada
b) Siang
dipersimpangan : 232,99 dtk/smp
pada ruas jalan c) Sore
Imam Bonjol :232,19 dtk/smp
Bawah, Jalan
Diponegoro,
Jalan wukir Dan
Jalan Patimura.
42
Analisa perencanaan durasi lampu lalu lintas pada prsimpangan di kota Batu (
studi kasus : jalan Imam Bonjol Bawah, Jalan Diponegoro, Jalan wukir Dan
Jalan Patimura)
Rumusan masalah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
bagan alir ini menjelaskan tahapan penelitian yang dilakukan dan langkah-
langkah apa saja yang dilakukan dalam penelitian, meliputi identifikasi lokasi
Persiapan
Pengumpulan data
46
47
Bawah, Jalan Di Ponegoro, Jalan Wukir, Dengan Jalan Patimura di tunjukan pada
Gambar 3.2.
adalah keadaan lalulintas seperti arus jenuh dan volume lalulintas. Sebelum
hijau, waktu kuning, panjang sinyal serta data pendukung lainnya. Pelaksanaan
penelitian dan selanjutnya akan digunakan dalam proses analisis. Metode survei
primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
1. Observasi
lintas harian rata-rata, survei inventarisasi dan geometrik jalan, survei tata guna
survei lalu lintas harian rata-rata (LHR). Survei lalu lintas harian rata-
50
(mulai pukul 06.00 sampai 21.00). Tujuan dari observasi ini adalah
untuk mengetahui volume lalu lintas harian dan perubahan arus yang
kapasitas persimpangan.
c) Survei Kecepatan
metode ini dapat dilakukan di ruas jalan pada daerah perkotaan yang
mempunyai volume lalu lintas cukup padat dan kecepatan lalu lintas.
timur, utara dan selatan) dan tipe pendekat (terlindung atau terlawan),
lebar pendekat, lebar lajur belok kiri langsung, lebar bahu dan median
Hasil tabulasi survei guna lahan digunakan sebagai salah satu variabel
NO DATA INSTANSI
1 Data pertumbuhan lalu lintas Dinas Perhubungan kota Batu
Data jumlah penduduk Kota batu BPS (Badan Pusat Statistik Kota
2
Tahun 2017 Batu)
3.3.3. Metode Survey
52
Survei lalulintas adalah bagian dari studi transportasi yang bertujuan untuk
evaluasi.
petunjuk tentang survei yang akan di lakukan. Hal ini untuk mempermudah
1. Lokasi survei
peta atau sketsa lokasi,sehingga dengan mudah di baca oleh orang yang
pengambilan data untuk studi dalam penyusunan skripsi adalah pada jalan imam
bonjol bawah, jalan diponegoro, jalan wukir, dengan jalan patimura di kota batu.
Dasar survei ini di lakukan karena adanya rambu-rambu lalulintas yang tidak
berfunggsi dengan semestinya, ruas jalan yang sempit volume kendaraan yang
tinggi, pada kawasan ini juga terdapat tempat perbelanjaan (BATOS), dan juga
53
jalur penghubung kota batu dengan kota malang, sedangkan tujuan survei ini
2. Tenaga survey
1. Jumlah mencukupi.
2. Penempatan tepat.
Survey lalulintas pada persimpangan jalan imam bonjol bawah dua lajur-
dua arah , jalan diponegoro dua lajur-dua arah ,jalan wukir satu lajur-dua arah,dan
jalan patimura dua lajur-dua arah,total pada perempatan jalan raya kota batu tuju
pengambilan data selama 12 jam setiap surveyor mempunyai waktu 8 jam dengan
4 jam untuk istirahat, karena tidak mungkin selama 12 jam penuh surveyor bisa
konsentrasi penuh. Dengan pengaturan surveyor yang di buat seperti pada tabel
3.1 bisa di lihat bahwa setiap surveyor dapat beristirahat setiap 2 jam bertugas dan
Keterangan :
3. peralatan survei
Data yang otentik dan akurat adalah bagian terpenting dari penelitian ini
2. Data sinyal
Data sinyal lampu lalu lintas saat ini adalah sebagai berikut :
d. Jumlah fase.
3. Data arus lalulintas
a. Arus lalu lintas yang dilepaskan saat lampu hijau pada masing-
masing lengan, yaitu arus belok kanan dan arus yang lurus.
belas menit.
menghitung arus lurus sedangkan yang satu lagi menghitung arus belok
Volume lalu-lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik per
satuan waktu pada lokasi tertentu. Untuk mengukur jumlah arus lalulintas,
biasanya dinyatakan dalam kendaraan per hari, smp per jam, dan kendaraan per
perhitungan dengan bantuan handcounter dan di catat pada kertas format survei
kendaraan yang dapat melintasi suatu ruas jalan yang uniform per jam, dalam satu
arah untuk jalan dua jalur dua arah dengan median atau total dua arah untuk jalan
dua jalur tanpa median, selama satuan waktu tertentu pada kondisi jalan dan lalu
lintas yang tertentu. Kondisi jalan adalah kondisi fisik jalan, sedangkan kondisi
lalu lintas adalah sifat lalu lintas (nature of traffic). (Yunianta, A, 2006)
apakah suatu ruas jalan mempunyai masalah atau tidak, berdasarkan asumsi jika
ruas jalan makin dekat dengan kapasitasnya kemudahan bergerak makin terbatas.
DS = Qsmp / C
dengan:
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas(smp/jam)
aktifitas masyarakat sehari – hari yang menggunakan sarana jalan tersebut akan
semakin meningkat. Dari data yang diperoleh data jumlah kenaikan kepemilikan
tahun kedepan yang akan semakin meningkat maka akan diprediksikan 5 tahun
Dimana =
LHRn = prediksi lalu lintas harian rata – rata untuk tahun rencana
LHR = lalu lintas harian rata – rata saat ini
I = angka pertumbuhan lalu lintas
n = 5 tahun (2018 – 2023)
formulir untuk membantu perhitungan yang antara lain adalah sebagai berikut
Prosedur yang di perlukan untuk perhitungan waktu sinyal, kapasitas dan tingkat
formulir SIG-I)
a. Umum
formulir.
c. Ukuran kota
waktu hijau (g)dan waktu antar hijau (IG) yang ada pada setiap kotak,
dan memasukan waktu siklus dan waktu hilang total (LTI=Σ IG) untuk
mana gerakan belok kiri langsung diijinkan (yaitu belokan yang dapat
(COM = komersial,
RES = pemukiman,
Rendah : Besar arus berangkat pada tempat masuk dan keluar tidak
disebut diatas.
i. Median (kolom 4)
Dimasukkan jika terdapat median pada bagian kanan dari garis henti
j. Kelandaian (kolom 5)
fase)
dari titik belok untuk LTOR), belok kiri langsung, tempat masuk (pada
garis henti) dan tempat keluar (bagian tersempit setelah melewati jalan
melintang)
62
kendaraan/jam pada kolom (3), (6), (9) dan arus kendaraan tak bermotor
tergantung pada fase sinyl dan gerakan belok kanan yang di ijinkan )
kolom (12)-(14)
rasio belok kanan PRT serta memasukan hasilnya pada kolom (15) dan
( )
( )
63
a. Jika perhitungan akan dikerjakan untuk rencana fase sinyal yang lain
dari yang digambarkan pada formulir SIG-1, maka rencana fase sinyal
c. Menggambar fase sinyal yang dipilih dalam kotak yang disediakan paa
Langkah B-2 : waktu antar hijau dan waktu hilang (formulir SIG-III)
pada setiap akhir fase dan hasil waktu antar hijau (IG) PER FASE
b. Menentukan waktu hilang (LTI) sebagai jumlah dari waktu antar hijau
c. Menentukan tipe dari setiap pendekat terlindung (P) atau terlawan (O)
SIG-II kolom 13-14)dalam smp/jam pada kotak sudut kiri atas formulir
SIG-IV (pilih hasil yang sesuai untuk kondisi terlindung (tipe P) atau
e. Memasukkan rasio kendaraan berbelok (PLTOR atau PLT, PRT ) untuk setiap
So = 600 x We
d. Faktor penyesuaian untuk pengaruh parkir dan lajur belok kiri yang
pendek
66
FR =Q / S
fase
IFR = Σ(FRCRIT)
PR = FRCRIT / IFR
Adapun waktu siklus yang layak untuk simpang adalah seperti terlihat
Langkah D : kapasitas
C = S x g/c
DS = Q/C
Jika nilai derajat kejenuhan (DS) lebih tinggi dari 0,85, ini berarti bahwa
Langkah E-2 : Jumlah antrian (NQ1) dan panjang antrian (QL) nilai dan
jumlah antrian (NQ1) dapat dicari dengan formula : untuk DS > 0,5, maka:
68
NQ = NQ1 + NQ2
Dengan :
NQ1=0.25 X C X [(DS-1)+√
NQ2 = c x
rata yang dipergunakan per smp (20 m2) dan pembagian dengan lebar
masuk.
QL = Nqmax x
NS = 0,9 x3600
NSV = Q X NS (smp/jam)
DT = x
69
membagi jumlah nilai tundaan pada kolom 16 dengan arus total QTOTAL
dalam smp/jam
D1 =
70
Metode Metode
Tujuan Tinjauan Teori Variabel Sub Data Sumber Pengumpulan Analisis Data
Variabel Data Data
mengetahui Faktor yang Faktor-faktor Kapasitas Tingkat MKJI Data primer Data yang di
kapasitas jalan mempengaruhi .Kondisi fisik jalan pelayanan (1997) Data sekunder peroleh untuk
pada kapasitas dan lalu lintas menghitung
persimpangan tingkata operasi,yaitu pada velume lalu lintas
jalan Jl. Imam pelayanan lalu ukuran atau persimpangan pada persimpangan
lintas. dimensi Jl.Imam
Bonjol Bawah, Jl.
Faktor jalan,kondisi Bonjol
Diponegoro, Jl. Bawah,
Pelanggaran parkir dan
Wukir dan Jl. lalu lintas jumlah arah. Jl.Diponegoro
Patimura .Kondisi , Jl.Wukir dan
lingkungan,yait Jl. Patimura
u faktor jam
sibuk pada
persimpangan.
.Karakteristik
gerakan lalu
lintas Faktor
manusia,
Faktor
kendaraan,
71
Metode Metode
Tujuan Tinjauan Teori Variabel Sub Data Sumber Pengumpulan Analisis Data
Variabel Data Data
mengetahui Defenisi Kemacetan Factor Jmlah muatan MKJI Data primer Data yang di
durasi lampu lalu kemacetan Jumlah kendaraan kndaraan (1997) Data sekunder peroleh untuk
lintas pada Faktor melebihi kapasitas menghitung
persimpangan kemacetan jlan,arus kendaraan kecepatan
Jl.Imam Bonjol bergerak sangat kendaraan waktu
lambat bahkan tempuh kecepatan
Bawah,
berhenti pada kendaraan waktu
Jl.Diponegoro, tempuh
persimpangan
Jl.Wukir Dan Jl. sehigga menggangu
Patimura aktifitas dan
pergerakan para
pemakai jalan.
Adanya jumlah Panjang MKJI Data primer
pengguna jalan atau antrian (1997) Data sekunder
(orang dan
kendaraan) tidak
sebanding dengan
kapasitas jalan.
Kapasitas jalan lebih
kecil dari jumlah
kendaraan yang ada.
Traffic manejemen
lalu lintas yang tidak
baik/mati.
72
Mengetahui Teori klasifikasi Faktor yang Karakterist Pertumbuhan Sumber Data sekunder Data yang di
alternatif durasi kendaraan mempengaruhi ik Lalu Kendaraan MKJI 1997 Data primer peroleh di gunakan
lalu lintas pada Kriteria tingkat tingkat pelayan lintas untuk menghitung
pada pelayanan lalu angka pertumbuan
persimpangan Jl. lintas kendaraan dan
memprediksi
Imam Bonjol tingkat pelayanan
Bawah, Jl. lalu lintas 5 tahun
Diponegoro, Jl. yang akan datang.
Wukir dan Jl.
Patimura.
.