Anda di halaman 1dari 9

AGRITECH, Vol. 35, No.

3, Agustus 2015

KETAHANAN PANAS CEMARAN Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus


cereus dan BAKTERI PEMBENTUK SPORA YANG DIISOLASI DARI PROSES
PEMBUATAN TAHU DI SUDAGARAN YOGYAKARTA
Heat Resistance of Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus and Spore Forming Bacteria
Contamination Isolated from Tofu Production at Sudagaran Yogyakarta

Reny Mailia1, Bara Yudhistira1, Yudi Pranoto2, Saiful Rochdyanto3,


Endang Sutriswati Rahayu2
1
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jl. Flora No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
2
Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Jl. Flora No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
3
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Jl. Flora No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Email: endangsrahayu@ugm.ac.id, endangsrahayu@yahoo.com

ABSTRAK

Karakteristik tahu dengan aw 0,89-0,90 dan kadar protein 8% atau lebih, menjadikan tahu sebagai media yang cocok bagi
pertumbuhan bakteri. Hal ini menyebabkan tahu menjadi sangat mudah rusak karena cemaran bakteri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat cemaran Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan Bakteri
pembentuk spora pada proses pembuatan tahu dan mempelajari sifat ketahanan panas dari masing-masing cemaran.
Tahapan penelitian dimulai dari pengamatan proses pembuatan tahu, isolasi dan identifikasi dan analisa kuantitatif
cemaran Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan bakteri pembentuk spora pada proses pembuatan
tahu. Isolat yang berasal dari proses pemasakan dan proses penggumpalan digunakan untuk pengujian ketahanan panas
dengan melihat nilai D dan Z menggunakan regresi linier. Escherichia coli ditemukan pada air, kedelai, bubur kedelai,
gumpalan tahu dan tahu, dengan jumlah 101 -102 CFU/g. Isolat Escherichia coli dari proses penggumpalan (GMP), nilai
D60°C =4,83 menit dan nilai Z=22,73°C. Staphylococcus aureus ditemukan pada kedelai, gumpalan tahu dan tahu, dengan
jumlah 101 CFU/g. Isolat Staphylococcus aureus GMP 4, memiliki nilai D60°C =2,72 menit dan nilai Z =18,87°C. Untuk
isolat Staphylococcus aureus GMP 6, nilai D60°C =2,54 menit dan nilai Z =18,18°C. Bacillus cereus ditemukan pada air,
kedelai, bubur kedelai, sari kedelai masak, gumpalan tahu dan tahu, dengan jumlah 102 -103 CFU/g. Sel vegetatif Bacillus
cereus yang berasal dari sari kedelai (SK) 2, memiliki nilai D60°C =5,43 menit dan nilai Z =22,72°C. Untuk sel vegetatif
Bacillus cereus SK 4, memiliki nilai D60°C =5,95 menit dan nilai Z =22,22°C. Bakteri pembentuk spora ditemukan pada air,
kedelai, bubur kedelai pada proses penggilingan, sari kedelai masak, gumpalan tahu, kecutan dan tahu, dengan jumlah 102
CFU/g.

Kata kunci: Tahu, Escherichia coli, Staphylococcue aureus, Bacillus cereus, bakteri pembentuk spora, ketahanan
panas

ABSTRACT

Characteristics of tofu with higher aw (0.89 to 0.90) and protein levels of 8% or more, made tofu to be a suitable medium
for bacterial growth. This leads to out to be very easy to damage due to bacterial contamination. Contamination of
bacteria is commonly found in the tofu because of contamination in the process making of tofu. Source of contamination
can come out from the raw material, during the process of making tofu and hygienic sanitation level during processing.
Generally, this study aimed to determine the level of contamination of Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus
cereus and spore-forming bacteria in the process of making tofu and study the properties of heat resistance of each
isolate. Phases of of the study started with the isolation and identification and then quantitative analysis of Escherichia
coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus and spore-forming bacteria in the tofu process from raw materials to end

300
AGRITECH, Vol. 35, No. 3, Agustus 2015

product, tofu, comprised from water and soybean, slurry, soymilk cooking, curd, whey and tofu. Isolates originating
from the cooking process and the coagulation process was for testing the heat resistance (D value and Z value). D and
Z values were calculated using linear regression. Escherichia coli found in the water, soybeans, soybean slurry, curd
and tofu, the number 101 -102 CFU/g. Escherichia coli GMP isolate had D60°C =4,83 min and the value of Z = 22.73°C.
Staphylococcus aureus found in soybeans and curd, showed the number of 101 CFU/g. The Staphylococcus aureus GMP
4 isolate, had D60°C =2.72 min and the value of Z = 18.87°C. The Staphylococcus aureus GMP 6 isolate, had D60°C =2.54
min and the value of Z = 18.18°C. Bacillus cereus found in the water, soybean, soybean slurry, soymilk cooking, curd
and tofu, showed the number 102 -103 CFU/g. Bacillus cereus vegetative cells SK 2 had D60°C =5.43 min and the value
of Z = 22.72°C. Bacillus cereus vegetative cells SK 4 had D60°C =5.95 min and the value of Z = 22.22°C. Spore-forming
bacteria found in water, soybean, soybean slurry from the grinding process, the process cooking of soymilk, the process
of clotting, whey and tofu, showed the number of 102 CFU/g.

Keywords: Tofu, Escherichia coli, Staphylococcue aureus, Bacillus cereus, a spore forming bacteria, heat resistance

PENDAHULUAN dalam bahan pangan, seperti aktivitas mikroorganisme. Ada


beberapa bakteri yang dapat bertahan selama proses tersebut.
Tahu dengan kandungan protein sekitar 8% atau lebih Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan aw 0,89-0,99, menyebabkan tahu menjadi media yang total bakteri terutama Escherichia coli, Staphylococcus
cocok untuk tumbuhnya mikroba. Tingkat populasi bakteri aureus, Bacillus cereus dan bakteri pembentuk spora lain
yang tinggi akan menyebabkan perubahan mutu tahu karena dari proses pembuatan tahu. Tujuan berikutnya adalah
metabolit yang dihasilkan selama pertumbuhan bakteri. mempelajari sifat ketahanan terhadap panas dari Escherichia
Sumber cemaran bakteri pada tahu dapat melalui bahan coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan bakteri
baku yaitu kedelai atau air, juga lingkungan produksi dan pembentuk spora lain yang di isolasi dari proses pembuatan
pekerja. Tanah dan air merupakan habitat bakteri diantaranya tahu.
Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus
dan bakteri pembentuk spora. Staphylococcus aureus juga
ditemukan di dalam saluran pernapasan, permukaan kulit dan METODE PENELITIAN
rambut (Baird-Parker, 2000). Bacillus cereus dapat ditemukan
Bahan dan Titik Pengambilan Sampel
pada berbagai jenis pangan, seperti beras, kentang dan pasta,
daging dan hasil lahannya, susu dan hasil olahan susu, biji- Bahan yang digunakan adalah sampel pada alur
bijian, bumbu, sayuran dan juga pada kacang-kacangan proses pembuatan tahu pada industri rumah tangga Bapak
kering (Rajkovic dkk., 2013). Budiyono Jalan Sudagaran TR 3/1027 RT 38 RW 10
Beberapa hasil penelitian yang telah dipublikasikan Tegalrejo. Sampel berupa air, kedelai, bubur kedelai hasil
menemukan bakteri Enterobcteriaceae, Bacillus cereus, dari proses penggilingan, sari kedelai pada proses pemasakan,
Staphylococcus aureus (Ashraf dkk. dalam Han, 2004); gumpalan tahu, kecutan dan tahu. Pengamatan pada alur
Enterobacteriaceae, Salmonella, Escherichia coli dan Yersinia proses pembuatan tahu mulai dari bahan baku hingga proses
enterolitica (Kooij dkk., 1985) pada tahu. Cemaran bakteri akhir. Pengamatan dilakukan untuk melihat titik kritis
yang dipersyaratkan pada tahu, berdasarkan Standar Nasional yang akan menentukan kualitas produk akhir. Baku bakteri
Indonesia Nomor 01-3142-1998 adalah Escherichia coli yang digunakan adalah Escherichia coli ATCC 25922,
(maksimum 103/g ) dan Salmonella (Negatif/25g). Guidelines Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Bacillus cereus
for The Assessment of Microbiological Quality of Processed mycoides ATCC 9632 yang diperoleh dari Balai Laboratorium
Foods yang dikeluarkan oleh Food and Drug Administration Kesehatan Yogyakarta.
Philippines tahun 2013, menetapkan kualitas tahu untuk
Analisis Mikrobiologi
Escherichia coli adalah < 10 CFU/g, Staphylococcus aureus
koagulase positif 102 CFU/g dan Bacillus cereus 102 CFU/g. Enumerasi, isolasi dan identifikasi. Sampel
Proses pembuatan tahu juga melibatkan proses termal dilakukan enumerasi total cemaran bakteri, total coliform
didalamnya yaitu pada proses pemasakan sari kedelai dan dan Escherichia coli, total Staphylococcus sp dan total
proses penggumpalan protein. Proses termal dalam pengolahan Staphylococcus aureus, total Bacillus sp dan total Bacillus
pangan dimaksudkan untuk menghilangkan atau mengurangi cereus serta total bakteri pembentuk spora. Selanjutnya
aktivitas biologis yang tidak diinginkan yang terjadi di dilakukan isolasi dan identifikasi dengan uji biokimia dan

301
AGRITECH, Vol. 35, No. 3, Agustus 2015

pengecatan gram atau pengecatan spora untuk pengamatan Selanjutnya lakukan penghitungan total plate count. Suhu dan
sifat-sifat biokimia dan morfologi. Media yang digunakan waktu yang digunaan pada pengujian ketahanan panas untuk
untuk uji enumerasi menggunakan media Plate Count Agar isolat Escehrichia coli dan Bacillus cereus 55,60,65,70,75°C
(PCA), Brilliance E.coli/Coliform Selective medium, Baird dengan interval waktu 10 detik hingga 30 menit. Isolat
Pepton Agar Base (BPA), Bacillus Cereus Agar Base (BCA). Staphylococcus aureus 58,60,62,66,68°C; interval waktu 10
detik hingga 20 menit.
Uji ketahanan panas (nilai D dan Z) masing-masing
isolat. Nilai D dan Z yang menggambarkan ketahanan panas Perhitungan nilai D dan Z. Nilai D ditentukan dengan
dari bakteri akan berbeda untuk masing-masing bakteri. menempatkan titik-titik setiap penurunan 1 log10 dari mikroba
Semakin besar nilai D menunjukkan bahwa bakteri tersebut yang mampu bertahan pada suhu dan waktu tertentu. Nilai
tahan terhadap panas pada suhu tertentu. Nilai Z adalah suhu D ditetapkan dengan rumus regresi liner: y = a + bx. Nilai
yang diperlukan .untuk menurunkan atau meningkatkan Z diperoleh dengan memploting nilai D yang diperoleh pada
1 siklus log nilai D. Semakin besar nilai Z berarti mikroba waktu tertentu, ditetapkan dengan rumus Nilai Z= -1/slope.
tersebut daya tahannya akibat perubahan suhu sangat besar Analisis kuantitatif dilakukan dengan MS-excell software.
dan sebaliknya jika nilai Z kecil maka mikroba sangat peka
terhadap perubahan panas. Nilai Z diperoleh dengan rumus : HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai Z=1/slope.
Proses Pembuatan Tahu
Persiapan suspensi inokulum. Isolat yang digunakan Dari hasil pengamatan di lapangan, proses pembuatan
adalah isolat bakteri yang masih dapat bertahan pada proses tahu di pabrik tahu Budiyono meliputi perendaman, pencucian,
pemasakan pada suhu 93-98°C selama 15-30 menit dan penggilingan, pemasakan sari kedelai, pemisahan sari kedelai
pada proses penggumpalan dengan suhu 63-65°C selama 30 dari padatan, penggumpalan dengan penambahan kecutan,
menit. Bakteri yang teridentifikasi sama dengan baku bakteri, pencetakan, pemotongan dan penyimpanan. Perendaman
diinokulasikan di atas permukaan agar miring, diinkubasi dilakukan pada suhu 28-30°C selama 6-8 jam. Perendaman
pada suhu 37°C selama 24 jam. Isolat ini digunakan sebagai yang terlalu lama akan menurunkan kadar protein dan
inokulum untuk menguji ketahanan panas (nilai D dan Z). penurunan pH.
Isolat Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Bacillus Proses pemasakan bubur kedelai berlangsung selama 15-
cereus diambil satu ose dan diinokulasikan kedalam 30 ml 30 menit dengan suhu sekitar 93-98°C. Air juga ditambahkan
media Brain Heart Infusion Broth (BHIB), diinkubasi pada selama proses pemasakan untuk menghasilkan ekstrak
suhu 37°C selama 24 jam. Masing-masing isolat bakteri protein yang optimum dan untuk mempermudah ekstraksi
dihitung dengan cara total plate count. Jumlah bakteri yang protein. Pemasakan juga berfungsi untuk menginaktifkan
ditambahkan bakteri sebanyak 10-6-10-7 CFU/ml dalam 100 tripsin inhibitor. Penyaringan bertujuan untuk menghilangkan
ml pada sari kedelai sebagai media pemanasan. partikel-partikel kedelai yang menyumbat kain saring serta
untuk mengekstraksi protein dan padatan lain yang masih
Persiapan medium pemanas. Sejumlah labu tertinggal pada ampas tahu.
Erlenmeyer diisi dengan 100 ml sari kedelai, kemudian Penggumpalan dilakukan dengan penambahan kecutan
disterilisasi pada suhu 115°C selama 10 menit di autoklaf. Sari ke dalam sari kedelai sambil diaduk pelan-pelan sampai
kedelai dicemari bakteri Escherichia coli, Staphylococcus terbentuk curd. Kecutan merupakan larutan yang telah
aureus dan sel vegetatif Bacillus cereus dengan konsentrasi difermentasi selama satu malam. Penggumpalan pada suhu
cemaran 107 CFU/ml dalam 100 ml sari kedelai. antara 63°-65°C dan selama 30 menit. pH kecutan yang
digunakan berkisar pada 3,6-3,8 dengan suhu kecutan antara
Ketahanan panas isolat. Masukkan labu Erlenmeyer 28-38°C. Gumpalan, atau curd yang terbentuk kemudian
kontrol kedalam penangas air dengan suhu tertentu. dicetak menggunakan pencetak kayu.
Pengukuran suhu bagian dalam sari kedelai dilakukan dengan
memakai termometer yang dicelupkan kedalam tabung Populasi Bakteri
kontrol, sehingga tercapai suhu bagian dalam sari kedelai Titik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
yang konstan sesuai dengan suhu percobaan. Selanjutnya sari pada kedelai, air, proses penggilingan berupa bubur kedelai,
kedelai yang telah dicemari dimasukkan ke dalam penangas pemasakan sari kedelai, kecutan, gumpalan tahu dan tahu.
air dengan suhu percobaan sampai waktu yang ditentukan, Hasil perhitungan rata-rata total populasi bakteri pada titik-
setelah waktu pemanasan tercapai, labu segera diangkat dan titik pengambilan sampel pada proses pembuatan tahu
didinginkan dengan air dingin hingga tercapai suhu kamar. disajikan pada Tabel 1.

302
AGRITECH, Vol. 35, No. 3, Agustus 2015

Tabel 1. Populasi rata-rata bakteri pada alur proses pembuatan tahu

Sampel TPC Total Total Total Total Total Total Bakteri


Coliform E.coli Staph S.aureus Bacillus B.cereus pembentuk spora
(CFU/g) (CFU/g) (CFU/g) (CFU/g) (CFU/g) (CFU/g) (CFU/g) (CFU/g)
Air 1,0x105 1,5x103 3,6x102 1,8x102 < 10 1,8x103 1,5x102 3,2x102
Kedelai 1,4x104 1,1x103 1,1x102 2,6x102 1,2x101 1,2x103 6,3x102 8,7x102
Bubur kedelai 9,2x103 8,1x103 2,1x102 5,2x102 1,9x101 3,1x103 8,8x102 9,0x102
Sari kedelai yang 1,4x103 < 20 < 20 8,7x101 < 10 1,2x103 4,7x102 8,7x102
dimasak
Gumpalan tahu 2,8x103 2,0x102 1,9x101 2,8x102 2,1x101 1,7x103 2,9x102 9,0x102
Kecutan 1,4x105 1,2x103 < 20 < 10 < 10 1,1x103 < 100 3,1x102
Tahu 1,3x104 1,2x102 3,0x101 2,3x102 1,0x101 1,3x103 1,6x102 5,3x102

Tabel 1 terlihat bahwa pada sampel air, kedelai dan antara 63°C – 65°C selama 30 menit, sehingga beberapa
bubur kedelai terdapat pertumbuhan semua bakteri yang bakteri masih dapat bertahan hidup seperti Escherichia coli,
dianalisis. Pada tiga titik pengambilan sampel ini diperoleh Staphylococcus aureus dan sel vegetatif Bacillus cereus. Air
total coliform dan total Bacillus lebih tinggi dibanding bakteri yang digunakan untuk produksi pangan harus memenuhi
lain. Suhu kondisi ini berkisar 28-30°C atau suhu kamar persyaratan sebagai air bersih.
sehingga berbagai jenis bakteri dapat ditemukan. Tanah dan Total populasi bakteri pada kecutan 1,4 x 105 CFU/g.
air merupakan habitat yang umum untuk berbagai jenis bakteri Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah
termasuk Escherichia coli, Staphylococcus dan Bacillus dilaporkan oleh Rahayu, dkk. 2012, pada whey dengan volume
cereus dan bakteri pembentuk spora, sehingga bakteri ini 40 liter sekitar 106 CFU/g. pH kecutan berkisar pada rentang
mempunyai peluang besar untuk mencemari makanan selama 3,6 – 3,8 dengan suhu berkisar 28°C. Saat disimpan selama
proses pembuatannya. semalam, akan terbentuk asam-asam organik oleh aktivitas
Pemilihan kedelai sebagai bahan baku tahu menurut mikroorganisme yang ada di dalam kecutan. suhu Whey akan
SNI 01-3922-1995 syarat mutu kedelai, kedelai yang baik turun perlahan-lahan hingga mencapai 30°C setelah 14-15
untuk diolah menjadi tahu adalah kedelai yang sudah cukup jam. Bacillus, coliform dan bakteri pembentuk spora juga
tua, tidak bercampur dengan benda asing, berukuran seragam, ditemukan pada kecutan dengan jumlah hingga mencapai 103
utuh, tidak berjamur, dan tidak berbau, serta berwarna normal CFU/g. Bakteri patogen Escherichia coli, Staphylococcus
(Rahayu dkk., 2012). aureus dan Bacillus cereus tidak ditemukan pada kecutan.
Penurunan total populasi bakteri pada proses pemasakan Tahu yang diuji adalah tahu yang segera setelah selesai
dibandingkan proses sebelumnya sekitar 2 log cycle. Bakteri diproduksi dan belum mengalami penyimpanan. Berdasarkan
yang dapat bertahan pada proses dengan suhu 93-98°C Guidelines for The Assessment of Microbiological Quality
selama 15-30 menit adalah bakteri yang tahan terhadap panas of Processed Foods yang dikeluarkan oleh Food and
dan bakteri pembentuk spora. Pada proses ini Staphylococcus Drug Administration Philippines tahun 2013 menetapkan
dan Bacillus masih dapat bertahan karena Staphylococcus kualitas tahu untuk Escherichia coli adalah < 10 CFU/g,
memiliki beberapa galur yang tahan terhadap panas terutama Staphylococcus aureus koagulase positif 102 CFU/g dan
pada pangan dengan aktivitas air yang tinggi. Bacillus cereus Bacillus cereus 102 CFU/g. Tahu yang diproduksi oleh pabrik
akan membentuk spora untuk melindungi dirinya, dan spora tahu Budiyono memiliki total rata-rata populasi Escherichia
ini akan bergerminasi membentuk sel vegetatif (Granum coli, Staphylococcus aureus koagulase positif dan Bacillus
dkk., 2000). cereus adalah 3,0x101 CFU/g; 1,0 x 101 CFU/g dan 1,6 x 102
Air yang digunakan total populasi bakteri hingga 105 CFU/g secara berurutan. Hasil tersebut untuk Escherichia
CFU/g dapat mencemari sari kedelai yang telah dimasak, coli dan Bacillus cereus melebihi yang dipersyaratkan.
sehingga bakteri yang mampu bertahan pada suhu pemasakan Karakteristik spora yang mampu dan dapat bertahan
ini dapat tumbuh kembali. Penambahan air menyebabkan dalam menghadapi kondisi lingkungannya, misalnya ketahanan
penurunan suhu dan memberikan kesempatan pada bakteri terhadap panas, asam, kadar garam, dan sebagainya membuat
untuk berkembang biak. Suhu pada proses penggumpalan spora sulit untuk dihilangkan. Dibutuhkan suhu yang lebih
lebih rendah dibanding suhu pemasakan yaitu berkisar tinggi untuk membunuh spora bakteri biasanya diatas 100°C.

303
AGRITECH, Vol. 35, No. 3, Agustus 2015

Isolasi dan Identifikasi hasil ini sesuai dengan bakteri referensi dan Bacteriological
Isolat hasil pengujian kuantitatif dilakukan identifikasi Analitical Manual. Isolat ini diidentifikasikan sebagai
dengan pengamatan morfologi dan sifat-sifat biokimia. Pada Bacillus cereus dengan kode Bacillus cereus SK (dapat dilihat
tahapan ini digunakan bakteri referensi sebagai pembanding, pada Gambar 3).
bakteri referensi yang digunakan adalah Escherichia coli
ATCC 25922, Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan
Bacillus cereus mycoides ATCC 9632. Juga berdasarkan
referensi Bacteriological Analitical Manual.

Escherichia coli
Empat isolat Escherichia coli yang diisolasi dari proses
penggumpalan dilakukan uji biokimia dan peroleh hasil Gambar 3. Isolat Bacillus cereus
fermentasi glukosa positif, fermentasi manitol positif, Nitrat
broth positif , Sulfur negatif, indol positif, motil positif, merah Kurva Kecepatan Kematian
metil positif, voges prokuer negatif. Pengamatan mikroskop
dengan pewarnaan gram berbentuk batang pendek, gram Isolat Escherichia coli GMP. Untuk isolat Escherichia
negatif. Hanya dua isolat yang hasilnya sesuai dengan bakteri coli GMP, diperoleh nilai D60°C =4,83 menit dan nilai Z=22,72°C.
referensi dan Bacteriological Analitical Manual. Isolat ini
Tabel 2. Nilai D dan Z Escherichia coli GMP
diidentifikasikan sebagai Escherichia coli dengan kode
Escherichia coli GMP (dapat dilihat pada Gambar 1). Nilai D (menit) Nilai Z
Isolat Sumber
55°C 60°C 65°C 70°C 75°C (°C)
Staphylococcus aureus
E.coli Proses 5,95 4,83 2,87 1,14 0,96 22,72 (r2
Enam isolat Staphylococcus aureus yang diisolasi dari GMP penggumpalan =0,95)
proses penggumpalan dilakukan uji biokimia dan peroleh 9.00
Suhu 55
hasil fermentasi glukosa positif, fermentasi manitol positif, Pada8.00
Gambar 4 dan 5 dapat dilihat kurva nilai D dan
Sulfur negatif, indol negatif, motil negatif, uji koagulase kurva kecepatan
7.00 kematian isolat Escherichia coli. Suhu 60
Sel Jumlah Sel

plasma darah positif. Hanya 4 isolat yang hasil ini sesuai 6.00
5.00
9.00
dengan bakteri referensi dan Bacteriological Analitical Suhu Suhu
R² = 0.9826 55 65
8.00
4.00
Manual. Isolat ini diidentifikasikan sebagai Staphylococcus R² = 0.9673
7.00
3.00 Suhu Suhu
60 70
Log JumlahLog

aureus dengan kode Staphylococcus aureus GMP (dapat 6.00 R² = 0.9801


2.00 R² = 0.9726
dilihat pada Gambar 2). 5.00 R² = 0.9944
1.00 R² = 0.9826 Suhu Suhu
65 75
4.00
0.00 R² = 0.9673
Sel Vegetatif Bacillus cereus 3.00
0 10 20 30
Suhu 70
40
2.00 R² = 0.9801
R² = 0.9726
Enam isolat Bacillus cereus yang diisolasi dari proses 1.00
R² = 0.9944 Waktu Suhu 75
pemasakan sari kedelai dilakukan uji biokimia dan peroleh 0.00
hasil fermentasi glukosa positif, fermentasi manitol negatif, Gambar 4.0 Kurva10Nilai D20E.coli 30 GMP 40
Sulfur negatif, indol positif, motil negatif, Nitrat broth Waktu

negatif, voges prokuer positif. Pengamatan mikroskop dengan Gambar 4. Kurva Nilai D E.coli GMP
Gambar 4. Kurva Nilai D E.coli GMP
pewarnaan spora menunjukkan isolat berbentuk batang
berwarna merah dengan letak spora ditengah-tengah atau 1.00
subterminal dan berwarna hijau. Hanya empat isolat yang 0.80
1.00
0.60
LogDNilai D

0.80
0.40
0.60
0.20
Log Nilai

y = -0.0443x + 3.27
0.40 R² = 0.948
0.00
0.20 y = -0.0443x
50 60 + 3.27 70 80
-0.20
0.00
R² = 0.948
Suhu
Gambar 1. Isolat Escherichia Gambar 2. Koagulase positif Isolat 50 60 70 80
-0.20
coli Staphylococcus aureus Gambar
Gambar 5.TDT
5. Kurva Kurva
E.coliTDT
GMP E.coli GMP
Suhu

Gambar 5. Kurva TDT E.coli GMP

304

10.00 Suhu 58
10.00 Suhu 58
l
55
55 60
60 65
65 70
70
-0.1
Suhu
Suhu

Gambar 7. Kurva TDT


TDT S.
S. aureus
KurvaAGRITECH,
aureus GMP4
GMP4
Vol. 35, No. 3, Agustus 2015

Nilai Z Escherichia coli pada penelitian ini sama 10.00


10.00 Suhu
Suhu5858
9.00
9.00
dengan penelitian Martin dkk. (2006) yang mengukur profil 8.00
8.00 Suhu
Suhu6060

Sel
JumlahSel
termal inaktivasi Escherichia coli pada susu kambing, hasil 7.00
7.00
6.00

LogJumlah
6.00
penelitian diperoleh nilai D63°C=3,9 menit; D65°C=3,5 menit; 5.00
5.00
Suhu
Suhu6262

R²==0.932
D67°C=2,8 menit dan D75°C=1,5 menit dengan nilai Z=23,1°C. 4.00
4.00 0.932
3.00
3.00 R² Suhu
Suhu6666

R² == 0.9548 R²==0.9715
0.9715

Log
Penelitian yang pernah dilaporkan oleh Asselt dan Zwietering 2.00
2.00
0.9548
1.00 R² = 0.9755 Suhu
(2005) dimana nilai Z untuk Escherichia coli dalam berbagai 1.00
0.00
R² = 0.9755 R² = 0.9314
R² = 0.9314 Suhu6868
0.00
jenis produk 10,6°C. Rajkowski dkk, (2012) melaporkan 00 55 10
10 15
15 20
20 25
25
Escherichia coli 0157 H:7 933, A9218-C1, 45753-35 pada Waktu
Waktu
9.00
produk ikan, Suhu 55
8.00 nilai D55°C=7,03 menit, D60°C=0,93 menit dan Gambar 8.
Gambar 8. Kurva
Kurva nilai
nilai D
D S. aureusGMP6
S.aureus GMP6
D65°C= 4,2 detik dengan Nilai Z=4-6°C.
7.00 Suhu 60
Gambar 8. Kurva nilai D S. aureus GMP6
Log Jumlah Sel

6.00
5.00
Isolat
4.00
Staphylococcus aureus. IsolatSuhu
R² = 0.9826 65
Staphylococcus 0.6
0.6
aureus GMP4
3.00 memiliki
R² = 0.9673 nilai D
60°C
=2,72 Suhu
menit
70 dan nilai 0.5
R² = 0.9801 0.5
Z=18,87°C; sedangkan
2.00 untuk Isolat Staphylococcus aureus
R² = 0.9726 0.4

NilaiDD
R² = 0.9944 Suhu 75 0.4
1.00
GMP 6, nilai D
0.00 60°C
=2,54 menit dan nilai Z=18,18°C. 0.3
0.3

Nilai
0 10 20 30 40 0.2

Log
0.2
Tabel 3. Nilai D dan Z Staphylococcus
Waktu aureus GMP

Log
0.1 y = -0.0553x + 3.6904
0.1 y = -0.0553x + 3.6904
R² = 0.9682
0 R² = 0.9682
Gambar 4. Kurva Nilai D E.coli GMP 0
Nilai D (menit) Nilai Z -0.1 55 60 65 70
Isolat Sumber
(°C) -0.1 55 60
Suhu
65 70
58°C 60°C 62°C 66°C 68°C
Suhu
S.aureus Proses 3,23 2,72 2,17 1,18 1,01 18,87
GMP 4 1.00
penggumpalan (r2 =0,99) Gambar 9. Kurva TDT S. aureus GMP6
Gambar 9. Kurva TDT S. aureus GMP6
S.aureus 0.80Proses 3,12 2,54 1,66 0,99 0,95 18,18
Gambar 9. Kurva TDT S. aureus GMP6
GMP 6 penggumpalan (r2 =0,97)
0.60 Isolat Bacillus cereus. Isolat Bacillus cereus SK 2, nilai
Log Nilai D

0.40 D60°C =5,43 menit dan nilai Z=22,72°C. Isolat Bacillus cereus
Isolat Stapylococcus aureus yang berasal dari sumber
0.20 y = -0.0443x + 3.27 SK 4, nilai D60°C =5,95 menit dan nilai Z=22,22°C.
yang sama0.00
memiliki respon R² = terhadap
0.948 panas yang berbeda yang
ditunjukkan
-0.20
dengan nilai Z yang diperoleh.80Hasil penelitian
50 60 70
Tabel 4. Nilai D dan Z Bacillus cereus SK
yang dilaporkan oleh Sukasih Suhu dkk (2005) nilai Z bakteri gram 2
Nilai D (menit)
2
positif pada5.puree
Gambar Kurvamangga
TDT E.coli adalah
GMP21,23°C. Isolat Sumber
Nilai Z
55°C 60°C 65°C 70°C 75°C (°C)
Pada Gambar 6-Gambar 9 dapat dilihat kurva nilai D
B.cereus Proses 7,19 5,43 2,93 1,22 1,19 22,72
dan kurva kecepatan kematian untuk masing-masing isolat.
SK 2 pemasakan (r2 =0,94)
sari kedelai
10.00 Suhu 58 B.cereus Proses 6,76 5,95 3,52 1,29 1,05 22,22
8.00 SK 4 pemasakan (r2 =0,93)
Log Jumlah Sel

Suhu 60 sari kedelai


6.00
Suhu 62
4.00 R² = 0.9631 R² = 0.9698
Suhu 66
2.00 R² = 0.9499 Isolat Bacillus cereus juga menunjukkan respon yang
R² = 0.9506 R² = 0.9572 Suhu 68
0.00 berbeda terhadap ketahanan panas. Nilai Z sel vegetatif
0 10 20 30
Bacillus cereus pada penelitian ini hampir sama dengan
Waktu
penelitian yang dilakukan oleh Desai dan Varadaraj (2010)
Gambar 6. Kurva
Gambar nilainilai
6. Kurva D S.Daureus GMP4
S. aureus GMP4 nilai D untuk sel vegetatif Bacillus cereus CFR 1521 dan CFR
0.6 1532 pada susu berkisar antara 3,45 menit pada suhu 60°C
0.5 dan 10,6 menit pada suhu 56°C dalam larutan salin. Nilai Z
0.4 yang diperoleh 9,3°C dalam larutan kultur dan nilai z=24°C
Log Nilai D

0.3
1 dalam susu. Pada Gambar 10- Gambar 13 dapat dilihat kurva
0.2
y = -0.0532x + 3.6102
nilai D dan kurva kecepatan kematian untuk masing-masing
0.1
0
R² = 0.99 isolat Bacillus cereus.
55 60 65 70
-0.1
Suhu
Gambar 7. Kurva TDT S. aureus GMP4
Gambar 7. Kurva TDT S. aureus GMP4

305
10.00 Suhu 58
9.00
8.00 Suhu 60
h Sel

7.00
AGRITECH, Vol. 35, No. 3, Agustus 2015

9.00 Pada proses pemasakan untuk menginaktifkan Bacillus


9.00
9.00 Suhu 55
8.00 Suhu55
Suhu 55 cereus SK membutuhkan suhu 82,22°C selama 0,595 menit.
8.00
8.00
7.00
Sel

9.00
7.00 Suhu 60 Pada kondisi proses seperti ini seharusnya Bacillus cereus SK
Sel

7.00
6.00 Suhu 55
Suhu60
60
Sel Sel

8.00
6.00 Suhu
Log Jumlah

6.00
5.00 R² = 0.9883 dapat diinaktifkan. Rata-rata total populasi Bacillus cereus
Jumlah
LogJumlah

7.00
5.00
5.00 R²R²= =0.9883
0.9883 Suhu 65
4.00 Suhu 60
Suhu65
65
6.00
4.00
4.00
R²R²= =0.9576
0.9576
Suhu 4,7x102 CFU/g. Spora Bacillus cereus akan bergerminasi dan
Log Jumlah

3.00 R² = 0.9576
3.00R²
5.00
3.00
= 0.9832
R²R²= =0.9832
0.9832 R² = 0.9883
Suhu
Suhu
Suhu70 70
65
70 membentuk sel vegetatif jika sudah berada dalam kondisi
2.00 R²
R²==0.9693 Suhu
Log

4.00
2.00 0.9693
2.00 R² = 0.9576 R² = 0.9693
1.00
3.00
1.00 R² = R² = =0.9942

0.9832 0.9942
Suhu 75
yang optimum untuk pertumbuhannya. Air sumur dengan
1.00 R² = 0.9942 Suhu
Suhu75
Suhu 70
75
0.00
2.00
0.00
0.00
R² = 0.9693
total rata-rata populasi Bacillus cereus 1,5x102 CFU/g dapat
1.00000 R² = 0.994210 10
10 20
20 30
30
0.00
20 30
Suhu 75 menjadi penyebab masih ditemukannya Bacillus cereus.
Waktu
Waktu
Waktu
0 10 20 30 Pada proses penggumpalan, untuk menginaktifkan
Gambar 10. Kurva nilai D B.cereus SK2 Waktu Escherichia coli GMP membutuhkan waktu 2,72 menit
Gambar10
Gambar
Gambar 1010.Kurva
.Kurvanilai
.Kurva nilaiD
nilai DDB.cereus
B.cereusSK2
B.cereus SK2
SK2
pada suhu 60°C, total rata-rata populasi 1,9x101 CFU/g.
Gambar 10 .Kurva nilai D B.cereus SK2 Menginaktifkan Staphylococcus aureus GMP membutuhkan
waktu antara 2,54 hingga 2,72 menit pada suhu 60°C, total
111
rata-rata populasi 2,1x101 CFU/g. Pada pabrik tahu Budiyono,
0.8
0.8
0.8 1
sebelum proses penggumpalan juga ditambahkan air sumur.
D DD
D

0.6
0.8 Ketahanan panas bakteri dipengaruhi oleh komposisi
Nilai

0.6
0.6
LogNilai
Log Nilai

0.4
0.6
0.4
pangan seperti jumlah karbohidrat, protein dan lemak,
Nilai

0.4
Log Log

0.2
y
yy =
= -0.0442x
= -0.0442x + 3.3162
-0.0442x ++ 3.3162
3.3162
perbedaan strain, perbedaan faktor lingkungan seperti suhu
0.4
0.2 R² = 0.9412
0.2 R²
R² == 0.9412
0.9412 pertumbuhan, media pertumbuhan, paparan terhadap panas.
y = -0.0442x + 3.3162
0.2 0
00 50 55
R² = 0.9412
60 65 70 75 80
Jumlah mikroba pada bahan juga mempengaruhi ketahanan
50 55 60 65 70 75
050 55 60 65 70 75 8080 mikroba terhadap panas (Bryne, 2006). Setiap bakteri akan
Suhu
50 55 60 Suhu 65
Suhu 70 75 80 mempunyai penyesuaian terhadap kondisi lingkungan dengan
Gambar 11. Kurva TDT B.cereusSuhu SK2 cara yang berbeda-beda, seperti pada saat nutrisi berkurang,
Gambar 11. Kurva
Gambar 11. Kurva TDT B.cereus SK2 TDT B.cereus SK2
Gambar 11. Kurva TDT B.cereus SK2 penurunan pH atau pada kondisi dimana suhu menurun atau
Gambar8.00 11. Kurva TDT B.cereus SK2
8.00
8.00
7.00 Suhu60
Suhu 60 meningkat (Hengge-Aronis, 2002 dalam Ouazzou dkk.,
7.00
8.00
7.00 Suhu 60 2012).
Sel Sel

6.00 Suhu65 65
Jumlah SelSel

6.00 Suhu
Suhu 60
7.00
6.00
5.00 Komposisi dari media cair yang digunakan untuk
Suhu 65
Jumlah

5.00
LogJumlah

6.00 Suhu70
Suhu 70
4.00
5.00 R²R²= =0.9776
0.9776 Suhu 65
4.00
5.00 Suhu 75 70 pemanasan seperti jumlah karbohidrat, protein dan
Log Jumlah

3.00
4.00
3.00
R² = 0.9776 Suhu
Suhu 75
4.00 R² = 0.9776 Suhu 70 lemak juga mempengaruhi ketahanan panas dari bakteri.
2.00
3.00
Log

2.00 R²R²= =0.9217


0.9217 R²R²= =0.9495
0.9495 Suhu 55
Suhu 75
3.00 R²R²= =0.9799
0.9799
Suhu 55
1.00 Suhu 75 Komposisi pangan dan medium pemanas yang digunakan
Log

2.00
1.00R² = 0.9799 R²R²= =0.9806 R² = 0.9217 R² = 0.9495
0.9806
2.00
0.00R² = 0.9799 R² = 0.9217 R² = 0.9495 Suhu 55
1.00
0.00
1.00 R² = 0.9806 Suhu 55 dalam penelitian ini adalah sari kedelai dari pabrik tahu
0.00 00 10
R²10= 0.9806 20 20 3030 40
40
Budiyono, kandungan sari kedelai berdasarkan uji proksimat
0.00 Waktu
0 10 20
Waktu 30 40
0 10 20 30 40 yang dilakukan memiliki kadar protein, kadar lemak,
Waktu
Waktu
Gambar 12. Kurva nilai D B.cereus SK4 kadar karbohidrat yang tinggi (data tidak dipublikasikan).
11 Gambar 12 .Kurva nilaiAdanya
Gambar 12 .Kurva nilai lemak
DDB.cereus
B.cereus dalam media pemanasan akan meningkatkan
SK4
SK4
Gambar12 12.Kurva ketahanan
.Kurvanilai
nilaiDDB.cereuspanas
B.cereus bakteri karena lemak dapat melindungi sel
SK4
10.8
0.8 1 Gambar SK4
dari panas disamping itu lemak juga dapat melindungi spora
D DD

0.80.6
Log Nilai

0.6
0.8 dari kerusakan karena panas (Desai dan Varadaraj, 2010).
NilaiNilai
D

0.60.4
0.4
0.6 Perbedaan strain juga mempengaruhi ketahanan
Log Nilai

y = -0.0456x + 3.4184
Log Log

y = -0.0456x + 3.4184
0.40.2
0.2
0.4 R²R²= =0.9322
0.9322
terhadap panas, hal ini dikarenakan strain menunjukkan
y y= =-0.0456x
-0.0456x++3.4184
3.4184
0.200
0.2 R²R²==0.9322
0.9322 asal isolat tersebut di isolasi. Masing-masing akan memiliki
50 55 55 60 60 65 65 70 70 75 75 80 80
50 kondisi lingkungan yang berbeda-beda seperti suhu
00 Suhu
5050 5555 60 60 Suhu 65 70
65 70 75 80 pertumbuhannya, media pertumbuhannya, penerimaan panas
Suhu
Suhu 33 sebelumnya seperti heat stress. Pada penelitian ini isolat
33 berasal dari kondisi lingkungan dengan suhu diatas suhu
Gambar 13. Kurva TDT B.cereus SK4 pertumbuhan bakteri tersebut, yaitu proses penggumpalan
Rangkuman dari ketahanan panas (nilai D dan Z) dengan suhu 63-65°C dan proses pemasakan dengan suhu 93-
dari masing-masing isolat yang diisolasi pada alur proses 98°C, sehingga isolat yang masih dapat bertahan pada kondisi
pembuatan tahu dan kondisi proses (Tabel 5). tersebut memiliki ketahanan panas lebih tinggi ditunjukkan
dengan nilai D dan Z yang besar. Kenaikan suhu dapat

306
AGRITECH, Vol. 35, No. 3, Agustus 2015

Tabel 5. Ketahanan panas isolat dan kondisi proses

Isolat Sumber Nilai D(menit) Nilai Kondisi proses


Z(°C)
Escherichia coli GMP Gumpalan tahu D60°C =4,83. 22,72 63-65°C selama 30 menit
Staphylococcus aureus GMP 4 Gumpalan tahu D60°C =2,72 18,87 63-65°C selama 30 menit
Staphylococcus aureus GMP 6 Gumpalan tahu D60°C =2,54 18,18 63-65°C selama 30 menit
Bacillus cereus SK 2 Sari kedelai masak D60°C =5,43 22,72 93-98°C selama 15-30 menit
Bacillus cereus SK 4 Sari kedelai masak D60°C =5,95 22,22 93-98°C selama 15-30 menit

menyebabkan bakteri meningkatkan toleransinya terhadap parameters for various food pathogens. International
panas terutama pada bakteri yang menyebabkan kebusukan Journal of Food Microbiology 107: 73-82.
pada pangan dan bakteri patogen (Cebrian, dkk., 2009). Baird-Parker, T.C. (2000). Staphylococcus aureus. Dalam:
Semakin banyak jumlah mikroba pada bahan, maka Lund, B.M., Baird-Parker, T.C. dan Gould, G.W.
suhu yang dibutuhkan lebih tinggi dengan waktu yang lebih (ed). The Microbiological Safety and Quality of Food,
lama untuk menurunkan jumlah mikroba tersebut. Pada hal. 1317-1331.Volume II, Aspen Publishers, Inc.
penelitian ini menggunakan jumlah cemaran 1,0 x 107 CFU/ Gaithersburg, Maryland.
ml, jumlah ini cukup tinggi sehingga suhu dan waktu yang
Byrne, B., Dunne, G. dan Bolton, D.J. (2006). Thermal
dibutuhkan lebih tinggi dan lama maka nilai D dan Z yang inactivation of Bacillus cereus and Clostridium
didapat juga lebih tinggi. Bakteri yang digunakan mempunyai perfringens vegetative cells and spores in pork luncheon
termo toleran karena terbiasa tumbuh pada lingkungan dengan roll, International Journal of Food Microbiology 23:
suhu yang tinggi. 803-808.
Cebrian,G., Condon.S. dan Manas, P. (2009). Heat adaptation
KESIMPULAN induced thermotolerance in Staphylococcus aureus
influence of the alternative factor OB. International
Perbedaan ketahanan panas untuk masing-masing isolat Journal of Food Microbiology 135: 274-280.
berbeda-beda ditunjukkan dengan nilai D dan Z walau diisolasi
Desai, S.V. dan Varadaraj, M.C. (2010). Behavioural pattern
dari sumber yang sama dan juga berbeda dengan beberapa
of vegetative cells and spores of Bacillus cereus as
hasil penelitian yang telah dipublikasikan. Semakin besar nilai
affected by time-temperature combinations used in
D menunjukkan bahwa bakteri tersebut tahan terhadap panas
processing of India traditional foods. Journal Food
pada suhu tertentu. Semakin banyak jumlahnya maka waktu
Science and Technology 47(5): 549-556.
yang dibutuhkan untuk menginaktifkan bakteri tersebut akan
Granum, P.E. dan Baird-Parker, T.C. (2000). Bacillus species.
semakin lama dan juga dibutuhkan suhu yang lebih tinggi.
Dalam: Lund, B.M., Baird-Parker, T.C. dan Gould,
Air yang digunakan pada proses pangan harus memiliki
G.W (ed). The Microbiological Safety and Quality of
kualitas air bersih dengan standar yang telah ditetapkan oleh
Food, Hal. 1029-1039. Volume II, Aspen Publishers,
pemerintah atau dapat menggunakan air panas untuk pada
Inc., Gaithersburg, Maryland.Han, B.Z., Sesenna,
proses pemasakan dan proses penggumpalan untuk mencegah
B.,Rijkelt, R.B. dan Nout, R.M. J. (2005). Behaviour
kontaminasi bakteri.
of Staphylococcus aureus during sufu production at
laboratory scale. Food Control 16: 243-247.
DAFTAR PUSTAKA Kooij, J.A. dan Boer, E.D. (1985). A survey of the
microbiological quality of commercial tofu in
Anonim (2013). Guidelines for The Assessment of
the Netherlands. International Journal of Food
Microbiological Quality of Processed Foods. Food and
Microbiology 2: 349-354.
Drug Administration Philippines.
Martins. P.R., Mateus, C., Teixeira, J.A. dan Vicente, A.A.
Anonim (1995). SNI 01-3922-1995 Syarat Mutu Kedelai (2006). Death kinetics of Escherichia coli in goat milk
Secara Fisik. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. and Bacillus licheniformis in cloudberry jam treated
Asselt, E.D. dan Zwietering, M.H. (2005). A systematic by ohmic heating. 33rd International Conferences of
approach to determine global thermal inactivation SSCHE. May 22-26: 112.1-112.7.

307
AGRITECH, Vol. 35, No. 3, Agustus 2015

Ouazzou, A.A., Manas, P., Condon. S., Pagan, R. dan Gonzalo, Rajkovic, A., Kljajic, M., Smigic, N., Devlieghere, F. dan
G.D. (2012). Role of general stress-response alternative Uyttendale, M. (2013). Toxin producing Bacillus cereus
sigma factors σS (RpoS) and σB bacterial heat resistance persist in ready-to-reheat spaghetti bolognese mainly
as a fuction of treatment medium pH. International in vegetative state. International Journal of Food
Journal of Food Microbiology 153: 358-364. Microbiology 167: 236-243.
Rahayu, E.S., Rahayu, S., Sidar, A., Purwadi, T. dan Rajkowski, K. T. (2012). Thermal inactivation of Escherichia
Rochdyanto, S. (2012). Teknologi Proses Produksi coli O157:H7 and Salmonella on Catfish and Tilapia.
Tahu. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Food Microbiology 30: 427-431.

308

Anda mungkin juga menyukai