1. PENDAHULUAN
1.1. Baja Sebagai Bahan Bangunan
Baja adalah suatu jenis bahan bangunan yang berdasarkan pertimbangan ekonomi,
sifat, dan kekuatannya, cocok untuk pemikul beban. Oleh karena itu baja banyak dipakai
sebagai bahan struktur, misalnya untuk rangka utama bangunan bertingkat sebagai kolom dan
balok, sistem penyangga atap dengan bentangan panjang seperti gedung olahraga, hanggar,
menara antena, jembatan, penahan tanah, fondasi tiang pancang, bangunan pelabuhan,
struktur lepas pantai, dinding perkuatan pada reklamasi pantai, tangki-tangki minyak, pipa
penyaluran minyak, air, atau gas.
Beberapa keunggulan baja sebagai bahan struktur dapat diuraikan sebagai berikut.
Batang struktur dari baja mempunyai ukuran tampang yang lebih kecil daripada batang
struktur dengan bahan lain, karena kekuatan baja jauh lebih tinggi daripada beton maupun
kayu. Kekuatan yang tinggi ini terdistribusi secara merata. The Kozai Club (1983)
menyatakan kekuatan baja bervariasi dari 300 Mpa sampai 2000 Mpa. Kekuatan yang tinggi
ini mengakibatkan struktur yang terbuat dari baja lebih ringan daripada struktur dengan bahan
lain. Dengan demikian kebutuhan fondasi juga lebih kecil. Selain itu baja mempunyai sifat
mudah dibentuk. Struktur dari baja dapat dibongkar untuk kemudian dipasang kembali,
sehingga elemen struktur baja dapat dipakai berulang-ulang dalam berbagai bentuk.
Fabrikasi struktur baja dapat dilakukan di bengkel-bengkel maupun pabrik dengan
mesin-mesin yang cukup terkendali memakai komputer, sehingga akurasi dan kecepatan
produksi yang baik dapat dicapai. Pengangkutan elemen-elemen struktur baja dari bengkel ke
lokasi pembangunan mudah dilakukan. Sangat jarang dijumpai kerusakan elemen struktur
baja sebagai akibat pengangkutan. Dua hal ini memberi keuntungan waktu pelaksanaan
bangunan menjadi singkat. Waktu pelaksanaan yang singkat ini secara teknis sangat
diperlukan dalam pembangunan struktur lepas pantai serta pelabuhan, sedang pada bangunan
gedung yang komersial dari sudut pandang ekonomi cukup menguntungkan, karena bangunan
yang dibuat dapat segera menghasilkan uang.
Penyambungan elemen struktur baja dapat dilakukan secara permanen memakai
las,tanpa lubang-lubang perlemahan, sehinggga kekuatan sambungan tidak banyak berubah
dari kekuatan batang aslinya. Sekalipun kalau ditinjau dari tegangan residu, sebagai akibat
pendinginan yang tidak bersamaan serta pengerjaan secara dingin, sebenarnya pada baja
tersebut timbul tegangan residu. Pekerjaan las yang kurang baik dapat mengakibatkan
tegangan residu yang cukup besar yaitu sekitar 45% dari tegangan leleh baja. Hal ini berarti
1
TUGAS BESAR BAJA
bahwa sebelum dibebani, elemen struktur sudah mempunyai tegangan, sehingga kemampuan
untuk memikul beban menjadi berkurang.
Baja sebagai bahan struktur juga mempunyai beberapa kelemahan. Salah satu
kelemahan baja adalah kemungkinan terjadinya korosi, yang memperlemah struktur,
mengurangi keindahan bangunan, dan memerlukan beaya perawatan cukup besar secara
periodik. Matsushima dan Tamada (1989) menyatakan bahwa pemeliharaan jembatan dengan
pengecatan setiap 5 tahun akan memakan biaya 10 persen dari harga bangunan. Hal ini berarti
bahwa biaya 50 tahun pemeliharaan akan sama dengan biaya pembuatan jembatan baru.
Kekuatan baja sangat dipengaruhi oleh temperatur. Pada temperatur tinggi kekuatan
baja sangat rendah, sehingga pada saat terjadi kebakaran bangunan dapat runtuh sekalipun
tegangan yang terjadi hanya rendah. Kendala berikutnya, karena kekuatan baja sangat tinggi
maka banyak dijumpai batang-batang struktur yang langsing. Oleh karena itu bahaya tekuk
(buckling) mudah terjadi.
2
TUGAS BESAR BAJA
diperlengkapi dengan komputer yang dapat mencatat hasil monitoring dengan baik. Data yang
terkumpul selanjutnya dapat ditampilkan dalam bentuk diagram yang dapat dilihat pada
monitor. Diagram ini dapat diatur formatnya sesuai kebutuhan, untuk dicetak pada kertas
pakai printer atau plotter, dan datanya dapat disimpan di dalam disk.
Diagram tegangan-regangan normal tipikal yang disajikan pada Gambar 1.2. memperlihatkan
hubungan antara tegangan dan regangan pada OA linier. Pada fase tersebut peningkatan
tegangan proporssional dengan peningkatan regangan, sedang di atas A diagram sudah tidak
lagi linier yang berarti bahwa peningkatan tegangan sudah tidak proporsional dengan
peningkatan regangan. Oleh karena itu tegangan pada titik A disebut sebagai tegangan batas
proporsional. (proporsional limit) atau batas sebanding, dan biasa diberi notasi fp. Pada
daerah proporsional (OA) berlaku hukum Hooke yang dinyatakan dengan Persamaan (1.1).
f = E ε …………………….(1.1)
dengan: E = modulus elastisitas
f = tegangan
ε = regangan
Sedikit di atas titik A terdapat titik B dengan tegangan fe yang merupakan tegangan batas
elastis bahan. Suatu spesimen yang dibebani tarikan sedemikian sehingga tegangannya belum
melampaui fe, sekalipun mengalami perubahan panjang, tetapi panjang spesimen itu akan
kembali seperti semula apabila beban dilepaskan. Apabila pembebanan telah dilakukan
3
TUGAS BESAR BAJA
sehingga tegangan yang terjadi melampaui fe, maka pada saat beban dilepaskan panjang
spesimen tidak dapat kembali sepenuhnya seperti panjang semula. Pada umumnya tegangan
fp dan fe relatif cukup dekat, sehingga seringkali kedua tegangan tersebut dianggap sama.
Regangan (ε) pada saat spesimen baja putus dapat dikaitkan dengan sifat liat/ulet baja.
Semakin tinggi regangan yang dicapai pada saat spesimen putus, maka keuletan baja itu juga
semakin tinggi. Pada umunya regangan baja pada saat spesimen putus berkisar sekitar 150—
200 kali regangan elastis ε e. Setelah titik B tegangan melampaui fe, dan baja mulai leleh.
Tegangan yang terjadi pada titik B disebut sebagai tegangan leleh baja σl. Pada saat leleh ini
baja masih mempunyai tegangan, berarti baja masih mampu memberikan reaksi atau
perlawanan terhadap gaya tarik yang bekerja. Seperti terlihat pada Gambar 1.2. kurva bagian
leleh ini mula-mula mendekati datar, berarti tidak ada tambahan tegangan sekalipun regangan
bertambah terus. Hal ini menunjukkan bahwa hukum Hooke sudah tidak berlaku lagi setelah
fase leleh dicapai. Bagian kurva yang datar ini berakhir pada saat mulai terjadi pengerasan
regangan (strain hardening).di titik C, tegangan naik lagi sehingga dicapai kuat tarik (tensile
strength) di titik D. Setelah itu kurva turun dan spesimen mengalami retak (fracture) di titik E.
Diagram tegangan-regangan seperti terlihat pada Gambar 1.2, dibuat berdasarkan data yang
diperoleh dari pengujian spesimen, dengan anggapan luas tampang spesimen tidak mengalami
perubahan selama pembebanan. Menurut hukum Hooke, suatu batang yang dibebani tarikan
secara uniaksial, luas tampangnya akan mengecil. Sebelum titik C, perubahan luas tampang
itu kurang signifikan, sehingga pengaruhnya dapat diabaikan, tetapi setelah sampai pada fase
pengerasan regangan, tampang mengalami penyempitan yang cukup berarti. Kalau
penyempitan itu diperhitungkan, akan diperoleh kurva dengan garis putus-putus (Gambar
1.2). Tinggi tegangan pada titik-titik A, B, C, D, dan E tersebut di atas dipengaruhi oleh jenis
baja. Jika diperhatikan Gambar 1.3, maka terlihat bahwa bagian kurva untuk berbagai kualitas
baja pada fase proporsional terletak pada satu garis lurus. Hal ini memperlihatkan bahwa
elastisitas baja (E) tidak dipengaruhi oleh tinggi tegangan leleh. Dengan memperhatikan
regangan baja sebelum putus dapat diketahui apakah baja mempunyai sifat ulet (daktail) atau
sebaliknya. Dari Gambar 1.3 terlihat bahwa baja yang mempunyai kuat tarik tinggi pada
umumnya regangan batasnya rendah atau getas, sedang baja yang kuat tariknya rendah
mempunyai regangan batas yang tinggi sehingga dapat dinyatakan daktail. Pada umumnya E
baja berkisar antara 190 – 210 Gpa. Tatacara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung di Indonesia diatur dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-1729-2002),
selanjutnya di dalam buku ini standar tersebut dituliskan dengan SNI-2002. Sifat-sifat
mekanis baja berdasarkan SNI-2002 pasal 5.1.3 ditentukan sebagai berikut:
4
TUGAS BESAR BAJA
Struktural Teoritis tegangan leleh geser untuk pelat badan balok fv adalah 0,6 fy, sedang untuk
tampang pipa tegangan leleh geser adalah sebesar 0,36 fy. Hubungan antara tegangan geser v
dan perubahan sudut γ mempunyai diagram yang mirip dengan diagram tegangan-regangan,
dan dapat dinyatakan dengan Persamaan (1.2) dan Persamaan (1.3).
5
TUGAS BESAR BAJA
melalui titik pada sumbu X yang menunjukkan regangan 0,2% (Gambar 1.4). Berdasarkan
tinggi tegangan leleh, ASTM membagi baja dalam empat kelompok sebagai berikut:
Carbon steels (baja karbon) dengan tegangan leleh 210—280 Mpa.
High-strength low-alloy steels (baja paduan rendah berkekuatantinggi) dengan
tegangan leleh 280 – 490 Mpa.
Heat treated carbon and high-strength low alloy steels (baja paduan rendah
dengan perlakuan karbon panas) mempunyai tegangan leleh 322 – 700 Mpa.
Heat-treated constructional alloy steels (baja struktural paduan rendah dengan
perlakuan panas) dengan tegangan leleh 630 – 700 Mpa.
struktur dapat diuraikan menjadi tiga tergangan utama. Tegangan tarik atau tegangan tekan
yang bekerja pada tiga bidang yang saling tegak lurus dengan tegangan geser nol pada baja
struktural, leleh akan terjadi jika tegangan idiil fi mencapai tegangan leleh fy. Dalam hal ini
tegangan idiil fi dapat diperoleh dari kombinasi antara f1 , f2 , dan f3 pada Persamaan 1.5
sampai dengan Persamaan 1.10.
fy adalah tegangan leleh yang diperoleh dari pengujian tarik uniaksial. Hubungan ini biasa
disebut dengan kriteria leleh Henky – Von Mises atau distorsi energi. Pemakaian terbanyak
didasarkan pada tegangan bidang, dengan tegangan utama yang tegaklurus bidang itu nol,
Persamaan 1.5 berubah menjadi Persamaan 1.6.
Persamaan 1.3 dapat disajikan dengan kurva interaksi tegangan-tegangan biaksial tanpa
dimensi seperti terlihat pada Gambar 1.5. Kurva itu memperlihatkan bahwa pada keadaan fy
sama dengan f2, maka leleh akan terjadi pada saat masing-masing komponen tegangan
mencapai tegangan leleh, sedang untuk f1 yang tidak sama dengan f2 tetapi mempunyai tanda
sama, maka lelah tidak akan terjadi pada tegangan yang sama atau kurang dari tegangan leleh.
Untuk tegangan f1 yang mempunyai tanda sama dengan f2, maka leleh sudah terjadi sekalipun
masing-masing komponen tegangan masih lebih rendah dari tegangan leleh. Agar persyaratan
stabilitas dicapai, maka tegangan idiil fi tidak boleh melampaui fy. Jika tegangan idiil
melampaui fy maka struktur akan mengalami kegagalan.
7
TUGAS BESAR BAJA
Gambar 1.6. Kuat tarik dan tegangan leleh baja pada berbagai temperatur.
Pada temperature tinggi, elemen struktur dapat putus sekalipun tegangan yang terjadi masih
rerndah. The Kosai Club (1983) memperlihatkan pengaruh kenaikan temperatur terhadap
tegangan leleh dan kuat tarik seperti terlihat pada Gambar 1.6 dan Gambar 1.7. Demikian juga
modulus Elastisitas yang untuk berbagi macam kualitas baja kurang lebih sama, mengalami
penurunan jika temperatur dinaikkan akan berperilaku seperti Gambar 1.8 (Brockenbrough
and Johnston, 1981). Perubahan modulus geser terhadap perubahan temperatur serupa dengan
perubahan modulus elastisitas, tetapi angka Poisson tidak mengalami perubahan.
8
TUGAS BESAR BAJA
Sifat baja struktural di bawah pembebanan dalam kurun waktu yang lama sangat dipengaruhi
oleh temperature secara signifikan. Jika beban yang lebih rendah dari beban batas dikerjakan
pada temperatur ruangan, spesimen berubah bentuk dengan cepat menuju keadaan setimbang,
setelah itu perubahan bentuk tidak berlanjut lagi. Jika pembebanan itu dilakukan pada
temperatur tinggi, maka mula-mula spesimen akan berubah bentuk secara cepat, selanjutnya
perubahan bentuk akan berlanjut terus secara lebih lambat. Suatu kurva creep untuk baja yang
dibebani tarikan secara konstan pada temperatur tinggi yang juga konstan dapat dilihat pada
Gambar 1.9.
Bentuk kurva creep untuk baja struktural yang dibebani dengan tegangan tekan pada
temperatur tinggi yang konstan, serupa dengan bentuk kurva creep tarik, tetapi tidak terdapat
daerah dengan perubahan bentuk meningkat seperti pada fase 3 kurva creep tarik. Creep ini
dapat mempercepat terjadinya buckling (lipat).
9
TUGAS BESAR BAJA
pembebanan statik adalah pembebanan dengan perubahan tegangan kurang dari 700 Mpa
permenit. Seringkali penetapan sifat mekanis bahan dilakukan dengan pengujian tarik dengan
kecepatan tinggi, atau dengan benturan tarik atau tekan. Pengujian tarik dengan cepat
biasanya dilakukan dengan mesin uji tarik yang telah disesuaikan dengan gerakan cepat
memakai beban yang relatif merata. Sifat yang diperoleh dari tarikan cepat biasanya mirip
dengan hasil yang diperoleh dari pengujian tarik secara tumbukan. Selain itu juga telah
dibuktikan bahwa sifat dinamik tarik dan dinamik tekan logam tidak banyak berbeda. Oleh
karena itu hasil yang diperoleh dari pengujian dengan tumbukan (impact test) dapat dipakai
untuk melukiskan sifat umum baja pada kecepatan pembebanan tinggi. Kurva a dan b pada
Gambar 1.10 diperoleh dengan tumbukan berulang, kurva a diperoleh dari pengujian dengan
kecepatan pembebanan paling tinggi, sedang kurva c diperoleh dari pengujian dengan
kecepatan pembebanan rendah atau yang sering disebut dengan pembebanan statik. Tampak
bahwa pengujian statik memberi hasil lebih rendah daripada pengujian dengan kecepatan
tinggi.
10
TUGAS BESAR BAJA
sehingga setelah pembebanan dilakukan beberapa kali dicapai regangan batas bahan yang
apabila spesimen dibebani lagi, spesimen akan putus. Mengingat hal itu, maka dapat dipahami
banwa sifat batang struktur yang dibentuk secara dingin cukup rumit.
Seperti terlihat pada Gambar 1.11, jika spesimen baja dibebani sampai daerah plastis atau
pengerasan regangan, kemudian beban dilepas maka kurva pada pembebasan beban akan
sejajar dengan kurva bagian elastis. Oleh karena itu akan terdapat regangan yang tertinggal
setelah beban dilepas. Suatu spesimen yang telah diregangkan sampai fase pengerasan
regangan, beban dilepas, selanjutnya spesimen disimpan beberapa hari yang disebut sebagai
proses penuaan regangan (strain aging) pada temperatur ruangan. Setelah itu diadakan
pembebanan ulang, maka terjadi peningkatan tegangan leleh dan kuat tarik, tetapi disertai
penurunan regangan putus. Peristiwa ini dilukiskan pada Gambar 1.12.
11
TUGAS BESAR BAJA
12
TUGAS BESAR BAJA
Cara pengujian kelelahan dapat juga dilakukan dengan closed loop dynamic materials testing
system. Pada pengujian ini, spesimen dibebani dengan tekan dan tarik secara bergantian.
Pembebanan ini dilakukan berulang-ulang sampai spesimen putus. Hubungan antara tegangan
batas dan jumlah ulangan pembebanan diperlihatkan pada Gambar 1.15 Pada percobaan ini
dipakai perbandingan tegangan (R) 0, -1/2, dan -1. Perbandingan tegangan R=0 berarti bahwa
beban tarik sebesar P dan tekan 0, sedang R=-1/2 berarti beban tarik P dan tekan -1/2 P. Dari
Gambar 1.15. terlihat bahwa tinggi tegangan batas lelah pada jumlah siklus pembebanan di
atas 2.000.000 mendekati konstan, sedang pada jumlah siklus kurang dari 100.000 besar
reduksi kekuatan dapat dipandang tidak begitu signifikan. Untuk memudahkan analisis,
diagram tegangan batas lelah dengan skala logaritmis, yang nonlinier sesuai Gambar 1.15
seringkali disederhanakan bentuknya menjadi beberapa penggal garis lurus seperti Gambar
1.16.
13
TUGAS BESAR BAJA
Pada perencanaan bangunan gedung pengaruh kelelahan ini seringkali diabaikan karena
dalam kurun waktu 20 tahun, siklus pembebanan 10 kali perhari hanya menghasilkan 73.000
siklus, sedang dalam perencanaan jembatan siklus pembebanan ini sangat perlu
diperhitungkan. Seringkali untuk keperluan perencanaan dipakai diagram Goodman yang
dimodifikasi seperti terlihat pada Gambar 1.17. Contoh diagram ini dibuat berdasarkan AISC
dan dapat dipakai untuk berbagai jumlah siklus pembebanan. Dari diagram ini diperlihatkan
bahwa untuk R di antara +1/2 dan +1, kelelahan tidak berpengaruh sepanjang tegangan
minimum kurang dari setengah tegangan maksimum dan mempunyai tanda sama. Untuk
pembebanan statik (R=+1) tegangan batas atas diperlihatkan dengan garis lurus mendatar
pada 0,6 kali tegangan leleh.
14
TUGAS BESAR BAJA
15
TUGAS BESAR BAJA
batang lentur. Pada elemen struktur tekan tegangan sisa ini dapat mengakibatkan premature
buckling, sekalipun demikian penelitian Morisco (1986) memperlihatkan bahwa tegangan sisa
yang terdistribusi linier, dengan tegangan sisa ekstrim 30 persen dari tegangan leleh, hanya
menimbulkan penurunan kapasitas batang tekan dari profil WF, antara 0 sampai 4 persen.
Dalam analisis tampang secara plastis maka tegangan sisa tidak berpengaruh pada kekuatan
elemen struktur, baik pada batang tarik, batang tekan yang pendek (stocky culmns), maupun
batang lentur. Pada elemen struktur tekan tegangan sisa ini dapat mengakibatkan premature
buckling, sekalipun demikian penelitian Morisco (1986) memperlihatkan bahwa tegangan sisa
yang terdistribusi linier, dengan tegangan sisa ekstrim 30 persen dari tegangan leleh, hanya
menimbulkan penurunan kapasitas batang tekan dari profil WF, antara 0 sampai 4 persen.
16
TUGAS BESAR BAJA
Karbon (C) adalah komponen kimia pokok yang menentukan sifat baja. Semakin
tinggi kadar karbon di dalam baja, semakin tinggi kuat tarik serta tegangan leleh,
tetapi koefisien muai bahan turun, dan baja semaikn getas. Karbon mempunyai
pengaruh yang paling dominan terhadap sifat mampu las. Semakin tinggi kadar karbon
menjadikan sifat mampu las turun.
Mangan (Mn) menaikkan kekuatan dan kekerasan baja dan sedikit menurunkan
koefisien
muai bahan, dan melawan terhadap kegetasan yang ditimbulkan oleh sulfur.
Silikon (Si) meningkatkan tegangan leleh, tetapi mengakibatkan kegetasan jika kadar
T terlalu tinggi (2% atau lebih).
Pospor (P) dan sulfur (S) meningkatkan kegetasan baja sesuai dengan peningkatan
kadarnya. Keduanya cenderung memisah keluar (segregate) dari baja.
Faktor utama pada kemudahan pengelasan adalah nilai ekivalensi karbon Ceq dari
komponen kimia dalam baja. Baja berkekuatan tinggi cenderung mempunyai nilai
ekivalensi karbon tinggi. Jika Ceq melampaui batas tertentu (Ceq=0,39—0,43),
merosotnya sifat mampu las dapat diatasi dengan pra pemanasan pada daerah yang
akan dilas. Ekivalensi karbon dapat dihitung dengan persaaan berikut, dengan satuan
persen berat:
1.4. Fabrikasi
1.4.1. Proses Produksi Baja.
Baja dan besi cor merupakan perpaduan antara Fe dan C, dengan rumus kimia Fe3C.
Teoritis kandungan C pada baja dan besi cor adalah 6,67%, tetapi dalam praktek
kaaandungan C pada baja sebanyak 0,06—2 %, pada besi cor 2—5 %, sedang pada besi
murni maksimal 0,06 %. Baja diproduksi dengan cara melebur biji besi yang diperoleh dari
tambang dalam tanur tinggi atau melebur kembali baja scraps dalam tanur pengolahan baja
dengan bahan dasar biji besi atau besi tua ditambah arang kayu, kokas, oksigen dan bahan
imbuh diolah dalam tanur temperatur tinggi. Arang kayu akan bertindak sebagai bahan bakar
dan sekaligus bahan reduksi, sesudah bereaksi dengan udara panas yang dihembuskan lewat
pemanas udara. Disini pemanasan diperoleh dengan pembakaran gas buang dari tanur. Hasil
keluaran dari tanur berupa massa-massa besi mentah dalam ukuran besar yang disebut pigs
dan pig irons. Besi mentah ini masih kotor dan mengandung karbon yang berlebihan. Kotoran
dan kelebihan karbon ini dihilangkan dengan cara menghaluskan besi tersebut. Untuk
17
TUGAS BESAR BAJA
memperoleh mutu tinggi yang berkaitan dengan kekuatan, keliatan, sifat mampu las, dan
ketahanan terhadap karat, perlu ditambahkan elemen-elemen paduan. Beberapa elemen
paduan ini antara lain adalah tembaga, nikel, krom, mangan, molibden, pospor, silikon,
belerang, titan, columbium, dan vanadium. Pengolahan di dalam tanur ini menghasilkan ingot
baja.
Saat produksi baja dengan tanur oksigen dasar (basic oxygen furnace), tanur hearth terbuka
(open hearth furnace) dan tanur elektrik, terbentuk inklusi oksida, silikat, sulfida alumina.
Inklusi dapat dihindari dengan mengolah bahan mentah dalam tanur. Bahan mentah dilebur
dalam ruang vakum. Gas-gas terlarut naik dan mengapung pada permukaan logam cair dan
akhirnya masuk ke ruang vakum dalam tanur. Proses fabrikasi baja dapat dilihat pada Gambar
1.19.
18
TUGAS BESAR BAJA
Baja struktural diproduksi dalamberbagai bentuk seperti terlihat pada Gambar 1.20.
Bentuk umum
19
TUGAS BESAR BAJA
untuk membentuk lapisan air yang dapat bertindak sebagai elektrolit, pada keadaan ini bahan
penutup atap dan dinding baja tidak terkorosi. Pada derajat kelembaban udara relatif di atas
harga kritis (70%) kebasahan udara akan berpengaruh terhadap laju korosi bahan penutup atap
dan dinding baja. Sedang pada derajat kelembaban relatif udara bernilai 80% baja akan mulai
terkorosi. Dengan kata lain baja mempunyai derajat kelembaban relatif kritis sebesar 80%.
Polutan agresif di udara akan menurunkan derajat kelembaban kritis baja. Misalnya
kandungan polutan 0,01% gas SO2 di udara menjadikan derajat kelembaban kritis baja turun
menjadi 60%. Di atas nilai ini laju korosi baja akan naik secara menyolok.
21
TUGAS BESAR BAJA
dinding baja adalah CO2. Di daerah industri atau daerah padat kendaraan bermotor, gas ini
merupakan hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung belerang.
22
TUGAS BESAR BAJA
Perbedaan derajat pH lingkungan juga dapat mengakibatkan korosi sel makro. Sebagai
contoh pipa yang terpasang melewati tanah menembus beton terus ke tanah lagi
(Gambar 1.23), dengan perbedaan potensial sekitar 320 mV. Untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas tentang potensial beberapa macam logam pada mortel
semen, maka disajikan Tabel.2 berdasarakan uraian Okamoto.
Sebagai contoh pemakaian dua bahan yang saling tidak cocok, sehingga
mengakibatkan terjadinya korosi yaitu pemasangan katup tembaga pada pipa baja.
Contoh lain yang sering kurang diperhatikan adalah pemakaian pipa hitam tanpa lapis
pelindung, atau penyambungan pipa lama dengan pipa baru. Pipa baru cenderung
menjadi anoda, sehingga pipa baru dapat mulai berkarat lebih cepat dari yang
diperkirakan. Perhatian khusus perlu diberikan agar pipa baja baru jangan sampai
disambung dengan pipa lama yang terbuat dari baja tuang dengan lapisan graphit.
23
TUGAS BESAR BAJA
Kebanyakan pipa penyalur yang penting dan modern dilindungi terhadap korosi secara
kombinasi seperti terlihat pada Gambar 1.24. Tiga alat pencegah korosi
dikombinasikan, yaitu isolasi terhadap struktur lain, pemakaian lapisan kuat, dan
pemakaian perlindungan katodik. Isolasi terhadap elemen struktur lain sangat perlu
dilakukan untuk mencegah terbentuknya sel-sel galvani makro di antara pipa dengan
elemen struktur lain yang cenderung mempercepat korosi. Tanpa isolasi, pelapisan
pipa tidak akan efektif karena arus galvani makro akan keluar lewat retakan lapis
pelindung yang praktis tidak dapat dihindarkan. Hal ini mengakibatkan korosi terjadi
cukup parah pada daerah tertentu
Gambar 1.24. Pencegahan korosi dengan kombinasi isolasi, pelapisan, dan katoda
24
TUGAS BESAR BAJA
Lapisan organik merupakan isolasi arus listrik yang efektif dipakai untuk memisahkan
antara permukaan pipa baja dengan tanah yang biasanya cukup korosif. Aspal yang
diperkuat dan lapis enamel sebagai lapis pelindung, kini mulai digeser oleh lapisan
polyethylene. Lapisan pelindung dapat retak akibat benturan pada saat pemasangan
pipa (Gambar 1.25). Untuk melindungi permukaan pipa baja yang terbuka ini biasanya
dipasang pelindung katodik. Korosi temperatur tinggi terjadi pada pipa bawah tanah
yang dipakai untuk mengalirkan cairan panas, seperti air panas dan minyak mentah
(crude oil), Semakin tinggi temperatur cairan semakin tinggi pula laju korosi.
Korosi elektrolit banyak terjadi pada pipa yang berdekatan dengan jalur kereta rel
bawah tanah yang memakai tenaga listrik. Kebocoran arus listrik yang masuk ke
dalam tanah, menjalar ke pipa dan diteruskan ke setasiun daya. Korosi tidak terjadi di
sekitar kebocoran arus, tetapi terjadi di sekitar ujung-ujung pipa (Gambar 1.26).
25
TUGAS BESAR BAJA
Gambar 1.27. Korosi akibat kontak langsung antara pipa dan tulangan
Untuk menanggulangi korosi yang cepat pada pipa galvanis, agar tidak terjadi lubanglubang
pada waktu yang dini, maka pipa pelayanan perlu diisolasi terhadap tulangan struktur beton
(Gambar 1.28). Pemakaian lapis orgnik sangat dianjurkan untuk meningkatkan pencegahan
terhadap proses korosi. Pipa penyaluran air yang dilas listrik dapat diserang korosi pada
bagian las sisi dalam, membentuk suatu alur. Hal ini disebabkan oleh pemanasan secara lokal
pada saat pengelasan yang disusul dengan proses pendinginan secara cepat, mengakibatkan
sifat metalurgi baja di sekitar las mengalami perbedaan dengan baja aslinya, dan mudah
terjadi korosi. Korosi pada daerah las terjadi cukup parah, dengan laju korosi yang sangat
tinggi, dapat mencapai beberapa mm/th. Masalah ini dapat diatasi dengan memakai pipa yang
berkekuatan tinggi. Pelapisan dengan polyethylene dan PVC pada pipa baja sangat membantu
pencegahjan terhadap korosi.
26
TUGAS BESAR BAJA
berkala. Pengecatan ulang pada jembatan dengan laju korosi sedang biasanya dilakukan setiap
lima tahun. Setelah perang dunia II banyak cat resin sintetis yang diperkenalkan. Cat dari
jenis ini jauh lebih tahan korosi bila dibandingkan dengan cat konvensional. Namun demikian
tingkat keawetannya masih sangat dipengaruhi oleh kesempurnaan pembersihan permukaan
sebelum pengecatan. Pemakaian cat terbaik sekalipun, jika tidak disertai pembersihan
permukaan sebagaimana mestinya, hasilnya akan sangat mengecewakan. Tiga puluh tahun
terakhir ini teknologi cat mengalami perkembangan cukup pesat, sesuai dengan tuntutan yaitu
awet, menarik, perawatan minimal, serta ekonomis. Sistem tertentu memakai lapisan setebal
200 mikron atau lebih, dimaksudkan untuk memperpanjang interval pengecatan ulang 10
sampai 15 tahun. Sebagai contoh, pemakaian cat yang mengandung zink anorganik dengan
film tebal dari cat phenolic resin, cat karet klorinat, atau cat polyurethene resin. Penyemprotan
zink-metal pada cat zink anorganik juga dikenal sebagai prime coat.
Jika pengecatan tidak diperlukan, keuntungan secara ekonomis menjadi tak ternilai.
Suatu kenyataan pengecatan dapat dihindarkan dengan penggunaan baja tahan karat dengan
paduan rendah (low-alloy weathering steel), seperti tembaga )Cu), pospor (P), krom (Cr),
nikel (Ni), aluminium (Al), molybdenum (Mo), titanium (Ti). Salah satu atau beberapa aloi
tersebut dicampurkan pada baja. Setelah beberapa tahun, reaksi antara aloi dengan oksigen
yang terdapat di udara secara bebas, maka akan terbentuk suatu lapis tipis karat yang menutup
permukaan baja. Lapis karat tipis ini menghambat terjadinya korosi lebih lanjut. Berbeda
dengan karat pada umumnya, maka karat pada weathering steel ini berwarna coklat tua dan
menambah keindahan.
27
TUGAS BESAR BAJA
yang diperlukan dalam penanggulangan korosi. Pada dasarnya ada empat metoda untuk
mencegah terjadinya korosi pad abaja di lingkungan lautan:
pemakaian lapis pelindung
perlindungan katodik
peningkatan mutu rancangan
modifikasi mutu baja. Sistem
penanggulangan korosi pada sebarang struktur dituntut untuk efektif, kemudahan dalam
fabrikasi dan pemeliharaan, serta ekonomi dalam keseluruhan. Pertimbangan kemudahan
pemeliharaan seringkali kurang diperhatikan dalam pembangunan. Sekalipun suatu sistem
mempunyai efektifitas yang tinggi pada saat awal, tetapi efektifitas itu akan berkurang seiring
dengan waktu, baik secara kimia, mekanika, atau kombinasinya. Dengan demikian
pemeliharaan sangat perlu dipertimbangkan dari segi biaya serta kemudahannya. Sebagai
contoh, jika tiang-tiang pancang sebagai struktur lepas pantai dilindungi dengan lapis
pelindung organik, maka dapat dipertanyakan bagaimana cara inspeksi untuk mengetahui
apakah lapis pelindung itu telah rusak. Lebih lanjut pemasangan lapis pelindung yang baru
sangatlah sulit, bahkan dapat dikatakan tidak mungkin dilaksanakan.
Lingkungan struktur lepas pantai dapat dibedakan dalam lima macam berdasarkan
posisinya terhadap permukaan air laut (Gambar 1.29), yaitu atmosfir, daerah percikan ((splash
zone), permukaan pasang surut (tidal zone), di bawah permukaan (submerged zone), dan
daerah lumpur (mud zone).
Gambar 1.29. Pembagian zone dan tebal korosi relatif (Kure, NC)
Daerah percikan dan permukaan pasang surut. Dari dua daerah ini, daerah percikan adalah
bagian yang mengalami korosi sangat berat, sedang daerah permukaan pasang surut relatif
ringan untuk suatu batang struktur vertikal tanpa lapis pelindung, seperti tiang pancang. Hal
ini karena daerah permukaan pasang surut secara galvanis dilindungi oleh bagian yang berada
28
TUGAS BESAR BAJA
sedikit di bawahnya. Bagian yang tersebut belakangan ini laju korosinya meningkat
bersamaan dengan perlambatan korosi pada daerah permukaan pasang-surut. Tetapi jika tiang
pancang diberi lapis pelindung dari bahan yang dapat berfungsi sebagai Lingkungan atmosfir.
Bagia struktur di atas permukaan air yang langsung berhubungan dengan atmosfir biasanya
diberi lapis pelindung dari cat seperti pada struktur baja di daratan. Sudah barang tentu cat
yang dipakai harus mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap korosi, karena lingkungan
lautan sangat korosif. Jembatan baja yang berdekatan dengan pantai harus dilapis cat dengan
tebal lebih dari 200 mikron. Cat yang dipakai harus dipilihkan yang kuat, tahan lama, dan
pemeliharaannya minimal. Spesifikasi tipikal adalah cat anorganik dengan kadar zink cukup
tinggi, atau penyemprotan zink dicampur lapisan tebal cat resin sintetis. Zone di bawah
permukaan air laut. Bagian-bagian struktur baja yang sepenuhnya di bawah muka air laut
dapat dilindungi secara efektif memakai arus katoda (cathodic protection), karena metal
menerima arus searah dari lingkungan seperti proses pada katoda sel listrik. Korosi pada
lingkungan basah biasanya disertai penghentian arus searah yang ditimbulkan oleh perbedaan
potensial listrik pada sel korosi tertentu. Pemakaian arus dari sumber luar cukup mampu
menghentikan arus korosi dan mengembalikan aliran arus ke dalam metal. Aspek teknologi
yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana memberikan arus yang rata ke setiap bagian
struktur pada zone di bawah permukaan air laut dalam waktu yang lama, dan bagaimana agar
perawatan menjadi mudah. Bagian-bagian yang tidak cukup menerima arus mulai mengalami
korosi, sedang bagian yang menerima arus terlalu banyak akan rusak karena tertutup bahan
organik, dan pada beberapa kasus kerusakan baja disebabkan oleh hidrogen yang terjadi di
permukaan baja.
29
TUGAS BESAR BAJA
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi korosi pada tiang pancang antara lain adalah
komposisi tanah, aerasi, kelembaban, aerasi, pH, keasaman, bakteri, temperatur, dan sel-sel
makro. Komponen tanah yang mempengaruhi korosi antara lain adalah sulfida, hidrogen
sulfida, asam belerang, dan zat organik. Semakin rendah pH suatu tanah, maka semakin tinggi
laju korosi tanah itu. Dalam hal-hal tertentu, korosi yang parah dapat saja terjadi karena
pengaruh galvanis permukaan struktur atau elektrolisis arus menyimpang. Oleh karena itu
evaluasi situasi korosi sebelum pemasangan dapat dikatakan sangat perlu. Jika diantisipasi
akan terjadi korosi, maka dalam perancangan dapat dipertimbangkan pemakaian perlindungan
katodik pada fondasi tiang, atau pemakaian isolasi pada sambungan antara fondasi tiang
dengan struktur bawah tanah yang lain. Pemakaian cat pada fondasi tiang sebagai pencegah
korosi tidak akan memberikan hasil yang baik, karena pada saat pemancangan lapisan cat itu
dapat rusak.
30
TUGAS BESAR BAJA
beberapa tangki yang dihubungkan dengan pipa. Dalam kasus tertentu pelat dasar tangki
menjadi anoda dari komponen yang lain dan korosi terjadi lebih cepat. Sisi luar tangki yang
langsung berhubungan dengan udara biasanya dicat dan bebas dari korosi sepanjang lapis cat
cukup rapat. Udara sekitar tangki umumnya sangat korosif, karena tangki biasanya berada di
daerah industri yang udaranya banyak mengandung sulfur dioksida, dan seringkali berdekatan
pantai dengan udara mengandung chlorida cukup tinggi. Korosi mudah terjadi pada bagian
yang memungkinkan air hujan mengumpul dan tertahan dalam waktu lama. Korosi pada sisi
pelat dalam tangki minyak terjadi di dasar dan menyerang pelat tempat terkumpulnya air yang
memisah dari minyak. Drainasi memang dapat dilakukan dengan pipa secara periodik, tetapi
permukaan pelat tetap berhubungan dengan air dalam waktu yang lama, sehingga proses
korosi tetap berlangsung Korosi tangki minyak yang tidak dicat juga terjadi pada pengujian
tekanan hidrostatis pada saat pembuatan. Pengisian dan pengososngan tangki yang besar
dapat memakan waktu sampai satu bulan. Korosi ini akan semakin parah jika pengujian
tekanan memakai air laut.
Tangki minyak terjadi kontak dengan tanah pada sisi luar pelat bagian bawah. Korosi
terjadi secara lokal, dengan kecepatan 0,1 – 0,5 mm/th, lebih rendah dari laju korosi pada pipa
pelayanan gas atau air yang kontak langsung dengan tulangan beton. Air hujan biasanya
hanya berpengaruh sekitar seperlima radius tangki dari sisi luar, akibat kurang sempurnanya
sealing . Potongan-potongan kayu yang tertinggal di bawah tangki dan kontak dengan pelat
dasar, mempunyai kontribusi dalam proses korosi, karena kayu itu meresap air hujan. Setelah
diuraikan berbagai masalah yang ada pada tangki minyak dari baja, berikut ini akan diuraikan
beberapa cara pencegahan korosi. Pelat-pelat dasar tangki minyak disambung setelah
ditempatkan pada posisi yang direncanakan. Jika ada lapisan cat, maka lapisan cat ini akan
terbakar sepanjang sambungan las, sehingga cat tidak efektif lagi. Pemakaian cat setelah
pengelasan tidak praktis, bahkan dapat dikatakan tidak mungkin. Oleh karena itu cat biasanya
tidak dipakai untuk hal tersebut. Korosi pengaruh tanah dapat dikurangi dengan memberi
lapisan yang sangat tahan dan kedap air seperti aspal di atas tanah dasar tangki. Usaha lain
yang cukup efektif dapat dilakukan dengan perlindungan katodik, memakai arus listrik atau
dengan mengorbankan logam lain sebagai anoda. Untuk mencegah peresapan air hujan dari
daerah sekeliling, maka dipakai penutup berm dari bahan yang kedap air, fleksibel, dan anti
retak.
31
TUGAS BESAR BAJA
32
TUGAS BESAR BAJA
Cara kedua untuk melindungi struktur baja dari bahaya kebakaran dilakukan dengan jaringan
kawat ayam yang dipasang menyelubungi batang struktur seperti terlihat pada Gambar 1.32.
Cara ketiga untuk melindungi struktur baja dari bahaya kebakaran dilakukan dengan menutup
permukaan baja dengan papan yang terbuat dari asbestos, atau kalsium silikat, atau rockwool.
Papan-papan tersebut ditempelkan pada permukaan baja dengan perekat waterglass. Cara ini
diperlihatkan pada Gambar 1.33, paku dan kelem untuk digunakan untuk merangkai.
Cara perlindungan struktur baja dari bahaya kebakaran yang keempat adalah dengan
penyemprotan (spray). Ada dua macam cara penyemprotan, yaitu penyemprotan kering dan
penyemprotan basah. Pada penyemprotan kering dipakai bahan kering seperti asbestos, atau
rockwool, dan bahan perekat cair yang disemprotkan masing-masing dari nosel yang berbeda
dengan udara bertekanan tinggi. Pada cara basah, bahan pelindung dan bahan perekat
disemprotkan dalam bentuk tercampur. Dalam kasus tertentu, bahan pelindung ini
disemprotkan langsung ke permukaan baja struktural, sedang pada kasus lain, seperti terlihat
33
TUGAS BESAR BAJA
pada Gambar 1.34, jaringan kawat ayam dipasang terlebih dahulu, kemudian bahan pelindung
disemprotkan. Tebal lapis pelindung ini tergantung pada tuntutan ketahanan yang disyaratkan.
Tebal minimum untuk lapis pelindung tanpa tulangan adalah 8 mm, sedang untuk pelindung
dengan tulangan tebal minimum 15 mm. Pada lapis pelindung dengan tebal lebih dari 35 mm,
selain jaringan kawat ayam disarankan agar dipasang jaringan tulangan yang dilas
(weldmesh).
34