Anda di halaman 1dari 11

MORFOLOGI KOTA

14 B11C708

KETERKAITAN URBANISASI DENGAN


MORFOLOGI KOTA

Dosen
Andi Yusdy Dwiasta, ST., M.T.
Raeny Tenriola, ST., M.Si.

Disusun Oleh:
Fahri Sandy
1421041005
Pendidikan Teknik Bangunan – S.1

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
KETERKAITAN URBANISASI DENGAN MORFOLOGI KOTA

A. Pendahuluan

Kota merupakan salah satu tempat kehidupan manusia yang dapat dikatakan
paling konrpleks, karena perkembangannya dipengaruhi oleh aktivitas pengguna
perkotaan yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan tuntutan hidup. Kota,
sebagai suatu proses yang dapat dilihat hasilnya dan perkernbangannya lebih menonjol
dibandingkan dengan kawasan luar kota, serta cenderung lebih menekankan pada segi
ekonomi, dianggap sebagai hasil rekayasa manusia untuk rnemenuhi kehidupan ekonomi
penggunanya.

Maraknya pembangunan di kota-kota besar di Indonesia dapat memacu


pertumbuhan ekonomi. Sebagai dampaknya, kota-kota tersebut akan menjadi magnet
bagi penduduk untuk berdatangan mencari pekerjaan dan bertempat tinggal. Hal ini
sering disebut dengan urbanisasi.

Urbanisasi dipicu adanya perbedaan pertumbuhan atau ketidakmerataan fasilitas-


fasilitas dari pembangunan, khususnya antara daerah pedesaan dan perkotaan. Akibatnya,
wilayah perkotaan menjadi magnet menarik bagi kaum urban untuk mencari pekerjaan.
Dengan demikian, urbanisasi sejatinya merupakan suatu proses perubahan yang wajar
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk atau masyarakat.

B. Pengertian Urbanisasi

Pengertian urbanisasi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu


proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Selain itu
dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengkotaan suatu
wilayah. Proses pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua pengertian. Pengertian
pertama, adalah merupakan suatu perubahan secara esensial unsur fisik dan sosial-
ekonomi-budaya wilayah karena percepatan kemajuan ekonomi. Contohnya adalah
daerah Cibinong dan Bontang yang berubah dari desa ke kota karena adanya kegiatan
industri. Pengertian kedua adalah banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota,
karena adanya penarik di kota, misal kesempatan kerja.

MORFOLOGI KOTA (14 B11C708) Page | 1


Pengertian urbanisasi ini pun berbeda-beda, sesuai dengan interpretasi setiap
orang yang berbeda-beda. Ir. Triatno Yudo Harjoko (2010) pengertian urbanisasi
diartikan sebagai suatu proses perubahan masyarakat dan kawasan dalam suatu wilayah
yang non-urban menjadi urban. Secara spasial, hal ini dikatakan sebagai suatu proses
diferensiasi dan spesialisasi pemanfaatan ruang dimana lokasi tertentu menerima bagian
pemukim dan fasilitas yang tidak proporsional.

Shogo kayono dalam Abbas (2002) memberikan pengertian urbanisasi sebagai


perpindahan dan pemusatan penduduk secara nyata yang memberi dampak dalam
hubungannya dengan masyarakat baru yang dilatar belakangi oleh faktor sosial, ekonomi,
politik dan budaya. Sementara Keban dalam Abbas (2002) berpendapat bahwa urbanisasi
jangan hanya dalam konteks demografi saja karena urbanisasi mengandung pengertian
yang multidimensional. Urbanisasi dari pendekatan demografis berarti sebagai suatu
proses peningkatan konsentrasi penduduk diperkotaan sehingga proporsi penduduk yang
tinggal menjadi meningkat yang biasanya secara sederhana konsentrasi tersebut diukur
dari proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan, kecepatan perubahan proporsi tersebut,
dan perubahan jumlah pusat-pusat kota. Sedangkan urbanisasi menurut pendekatan
ekonomi politik didefenisikan sebagai transformasi sosial ekonomi yang timbul sebagai
akibat dari pengembangan dan ekspansi kapitalisme (capitalist urbanization). Dalam
konteks modernisasi, urbanisasi mengandung pengertian sebagai perubahan nilai dari
orientasi tradisional ke orientasi modern sehingga terjadi difusi modal, teknologi, nilai-
nilai, pengelolaan kelembagaan dan orientasi dari masyarakat tradisional ke dunia barat
(kota).

Pengertian lain dari urbanisasi, dikemukakan oleh Dr. PJM Nas (2010),
pengertian pertama diutarakan bahwa urbanisasi merupakan suatu proses pembentukan
kota, suatu proses yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga
daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan struktur mata pencaharian
yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya lambat laun atau melalui proses
yang mendadak memperoleh sifat kehidupan kota. Pengertian kedua dari urbanisasi
adalah, bahwa urbanisasi menyangkut adanya gejala perluasan pengaruh kota ke
pedesaan yang dilihat dari sudut morfologi, ekonomi, sosial dan psikologi.

Dari beberapa pengertian mengenai urbanisasi yang diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian urbanisasi adalah merupakan suatu proses perubahan

MORFOLOGI KOTA (14 B11C708) Page | 2


dari desa ke kota yang meliputi wilayah/daerah beserta masyarakat di dalamnya dan
dipengaruhi oleh aspek- aspek fisik atau morfologi, sosial, ekonomi, budaya, dan
psikologi masyarakatnya.

C. Pengertian Morfologi Kota

Morfologi terdiri dari dua suku kata, yaitu morf yang berarti bentuk dan logos
yang berarti ilmu. Sedangkan kota, menurut Gallion dan Eisner (1992) mendefinisikan
kota sebagai suatu laboratorium tempat pencarian kebebasan dilaksanakan percobaan uji
bentukan-bentukan fisik. Bentukan fisik kota terjalin dalam aturan yang mengemukakan
lambang-lambang pola-pola ekonomi, sosial, politik, dan spiritual serta peradaban
masyarakat.

Secara sederhana morfologi kota berarti ilmu yang mempelajari produk bentuk-
bentuk fisik kota secara logis. Sedangkan arti luasnya adalah morfologi kota merupakan
ilmu terapan yang mempelajari tentang sejarah terbentuknya pola ruang suatu kota dan
mempelajari tentang perkembangan suatu kota mulai awal terbentuknya kota tersebut
hingga munculnya daerah-daerah hasil ekspansi kota tersebut. Bentuk morfologi suatu
kawasan tercermin pada pola tata ruang, bentuk arsitektur bangunan, dan elemen-elemen
fisik kota lainnya pada keseluruhan konteks perkembangan kota. Pada tahap selanjutnya,
terjadilah aktivitas sosial, ekonomi, budaya dalam masyarakatnya sehingga membawa
implikasi perubahan pada karakter dan bentuk morfologi kawasan pusat kota. Sebuah
kota selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan ini
menyangkut aspek-aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi, dan fisik. Khusus
aspek yang berhubungan langsung dengan penggunaan lahan perkotaam maupun
penggunaan lahan pedesaan adalah perkembangan fisik, khususnya perubahan arealnya.
Oleh karena itu, eksistensi kota dapat ditinjau dari berbagai aspek. (Yunus, 1982 : 107)

Pendekatan Morfologi kota adalah suatu kajian ekspresi bentuk keruangan kota.
Tidak hanya mencakup aspek fisik tetapi juga aspek-aspek non-fisik (sejarah,
kebudayaan, sosial, dan ekonomi) penduduk yang dapat mempengaruhi perubahan
bentuk ruang kota. Melalui pemahaman terhadap morfologi kota, akan didapatkan
gambaran fisik arsitektural yang berkaitan dengan sejarah pembentukan dan
perkembangan suatu kawasan mulai dari awal terbentuk hingga saat ini dan juga akan
diperoleh pemahaman tentang kondisi masyarakatnya. Pendekatan Morfologi kota dapat

MORFOLOGI KOTA (14 B11C708) Page | 3


dilakukan melalui Tissue Analysis. Dalam Tissue Analysis ini termuat beberapa
informasi terkait dengan hal-hal yang mendasari terbentuknya suatu kawasan yang
meliputi pola guna lahan, persebaran fasilitas, jaringan jalan, dan permukiman dimana
informasi-informasi ini nantinya sangat berguna dalam membantu menganalisis
morfologi suatu kawasan.

Terdapat 3 langkah dalam Tissue Analysis ini :

1. Proses, dalam konteks ini dijelaskan bahwa munculnya suatu kota tidak terjadi
secara langsung, namun membutuhkan suatu proses yang memiliki kurun waktu
tertentu. Terdapat suatu perkembangan sejarah yang melatarbelakanginya hingga
dapat muncul seperti saat ini.
2. Produk, dalam hal ini kota yang ada ada tidak terjadi secara abstrak, namun
merupakan hasil dari produk desain massa dan ruang yang berwujud 3 dimensi.
3. Behavior, dalam konteks ini keberadaan suatu ruang dipengaruhi oleh perilaku
masyarakat yang menghuninya. Bentuk kota yang ada merupakan hasil perpaduan
budaya, aktivitas sosial dan ekonomi masyarakatnya sehingga menciptakan ruang.
Perubahan ruang kota juga dapat terjadi yaitu karena dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi yang akan berdampak pula bagi perubahan kehidupan dan
perilaku penghuni kota.

Morfologi kota merupakan kesatuan organik elemen-elemen pembentuk kota.


Morfologi kota terbentuk melalui proses yang panjang, setiap perubahan bentuk kawasan
secara morfologis dapat memberikan arti serta manfaat yang sangat berharga bagi
penanganan perkembangan suatu kawasan kota.

1. Cakupan Aspek Morfologi Kota


a. Aspek detail (bangunan, sistem sirkulasi, open space, dan prasarana kota)
b. Aspek tata bentuk kota/townscape (terutama pola tata ruang, komposisi
lingkungan terbangun terhadap pola bentuk di sekitar kawasan studi)
c. Aspek peraturan (totalitas rencana dan rancangan kota yang memperlihatkan
dinamika kawasan kota
2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Morfologi Suatu Kota
a. Faktor-faktor yang berkembang umumnya memiliki karakter tertentu yang
mempengaruhi wajah kota dalam kurun waktu yang sangat panjang.

MORFOLOGI KOTA (14 B11C708) Page | 4


b. Kompleksitas wajah kota dalam suatu kronologis waktu dipengaruhi diantaranya
oleh sejarah, gaya bangunan, peraturan, struktur jalan, teknologi membangun,
perkembangan regional, ataupun karena suatu landasan kosmologi yang
berkembang di suatu daerah.
c. Morfologi sifatnya never ending dalam artian terus berkembang dan waktu ke
waktu.
3. Jenis Proses Perkembangan
a. Proses formal (melalui proses planning dan design), kota diarahkan sesuai
dengan potensi dan karakteristik dasar wilayah (potensi alamiah, ekonomi,
sosial budaya).
b. Ada intervensi terhadap perkembangan kota, proses organis (proses yang tidak
direncanakan dan berkembang dengan sendirinya).
4. Ekspresi Keruangan Morfologi Kota
a. Bentuk Kompak
- The Square Cities (Bujur Sangkar), bentuk ini mempunyai kesempatan
perluasan ke segala arah, secara seimbang. Selain itu dalam penerapan bentuk
kota seperti ini, tidak mempunyai kendala yang berarti, karena
pengembangannya yang merata dan seimbang. Namun dalam pertumbuhannya,
lebih cenderung meningkat pada sisi-sisi jalur transportasi utama saja.

Gambar : The Square Cities (Bujur Sangkar)

- The Rectangular Cities (4 Peresegi Panjang), bentuk ini mempunyai space atau
lahan kosong yang cukup besar dan luas guna pengembangan wilayah. Biasanya
daerah yang menggunakan bentuk ini adalah daerah yang bertopografi perairan,
hutan, gurun pasir, dan berlereng.

MORFOLOGI KOTA (14 B11C708) Page | 5


Gambar : The Rectangular Cities (4 Peresegi Panjang)

- Fan Shapes Cities (Kipas), bentuk ini biasanya digunakan untuk bemtuk lahan
aluvial atau pesisir. Pada perkembangannya dominasi kota pelabuhan atau
coastal menggunakan bentuk ini karena cukup baik untuk perkembangan
perdagangan. Kendala yang dihadapi yaitu berasal dari perairan, berada pada
delta sungai yang besar.

Gambar : Fan Shapes Cities (Kipas)

- Rounded Cities (Bulat), bentuk ini adalah bentuk yang paling ideal untuk kota,
karena mempunyai kelebihan yaitu perkembangannya kesegala penjuru arah dan
juga seimbang.

Gambar : Rounded Cities (Bulat)

- Ribbon Shapes Cities (Pita), bentuk ini sangat dipengaruhi oleh jalur transportasi
dan terhambatnya perluasan areal ke samping.

MORFOLOGI KOTA (14 B11C708) Page | 6


Gambar : Ribbon Shapes Cities (Pita)

- Octopus/ Star Cities (Gurita/ Bintang), pada bentuk ini terdapat beberapa jalur
transportasi yang dominan, terdapat juga daerah hinterland, selain itu pada tepi
pinggirannya tidak ada kendala fisik yang berarti. Hinterland adalah tanah atau
kabupaten di belakang batas-batas suatu pantai atau sungai. Secara khusus,
dengan doktrin pedalaman, kata tersebut diterapkan pada daerah pedalaman
berbaring di belakang port, diklaim oleh negara yang memiliki pantai. Daerah
dari produk mana yang dikirim ke pelabuhan untuk pengiriman di tempat lain
adalah pedalaman yang pelabuhan.

Gambar : Octopus/ Star Cities (Gurita/ Bintang)

b. Bentuk Tidak Kompak


- Fragment Cities (Terpecah), bentuk awalnya adalah bentuk kompak namun
dalam skala yang kecil,dan akhirnya saling menyatu dan membentuk kota yang
besar. Bentuk ini berkembang, namun perluasan areal kota tidak langsung
menyatu dengan kota induk (membentuk enclaves) pada daerah-daerah
pertanian di disekitarnya. Pada negara berkembang, enclaves merupakan
permukiman-permukiman yang berubah dari sifat pedesaan menjadi perkotaan.

Gambar : Fragment Cities (Terpecah)

MORFOLOGI KOTA (14 B11C708) Page | 7


- Chained Cities (Berantai), bentuk ini terpecah namun hanya terjadi di sepanjang
rute tertentu. Jarak antara kota induk dan kenampakan-kenampakan kota baru
tidak terlalu jauh, maka beberapa bagian membentuk kesatuan fungsional yang
sama (khususnya dibidang ekonomi). Bentuk ini juga bisa disebut Ribbon
City dengan skala yang besar.

Gambar : Chained Cities (Berantai)

- Split Cities (Terbelah), bentuk ini menggambarkan bentuk kota yang kompak
namun sektor terbelah oleh perairan yang lebar. Pada perpotongan ini biasanya
dihubingkan oleh kapal/jembatan. Contoh kota yang menerapkan bentuk ini
adalah kota Buda (barat) dan Pest (timur) di sungai Danube, sehingga dikenal
sebagai kota Budapest.

Gambar : Split Cities (Terbelah)

- Stellar Cities (satelit), bentuk kota ini biasanya didukung oleh teknologi
transportasi yang maju dan juga komunikasi yang maju. Karena modernisasi
maka terciptalah megapolitan kota besar, yang dikelilingi oleh kota satelit.

Gambar : Stellar Cities (satelit)

MORFOLOGI KOTA (14 B11C708) Page | 8


D. Keterkaitan Urbanisasi dengan Morfologi Kota

Semakin lengkap ketersediaan infrastruktur perkotaan, akan semakin kuat daya


tarik penduduk untuk melakukan urbanisasi. Urbanisasi sangat dipengaruhi oleh semakin
banyaknya pelayanan infrastruktur. Ketersediaan infrastruktur perkotaan memberikan
kemudahan bagi masyarakat kota dalam menunjang kegiatannya. Kemudahan diartikan
sebagai suatu keadaan dimana dapat diperoleh dengan mudah atau dalam jumlah yang
cukup pelayanannya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan atau untuk
melaksanakan kegiatannya.

Suatu kota yang memiliki ketersediaan infrastruktur yang lengkap, berarti


memiliki tingkat kemudahan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kota tersebut
memberikan peluang bagi kegiatan usaha untuk mendapatkan keuntungan dan
penghematan eksternal (external economies) secara berkesinambungan. Oleh karena itu
terdapat kecenderungan manusia (terutama pengusaha dan pemilik modal) untuk
berpindah tempat tinggal guna menempatkan kegiatan usahanya (membawa modal,
ketrampilan dan pengalamannya) ke suatu tempat (kota) yang memiliki tingkat
kemudahan tinggi, sehingga memberikan keuntungan yang tinggi dan keberhasilan bagi
usahanya. Dengan demikian tingkat kemudahan merupakan faktor penentu lokasi
kegiatan (usaha).

Dengan kecenderungan urbanisasi yang terus meningkat, perhatian pada penataan


ruang kawasan perkotaan perlu mendapat perhatian khusus, misalnya melalui penerapan
zoning regulation, mekanisme insentif dan disensitif, dan sebagainya.

E. Kesimpulan
1. Urbanisasi adalah suatu proses perubahan dari desa ke kota yang meliputi
wilayah/daerah beserta masyarakat di dalamnya dan dipengaruhi oleh aspek- aspek
fisik atau morfologi, sosial, ekonomi, budaya, dan psikologi masyarakatnya.
2. Morfologi Kota merupakan kesatuan organik elemen-elemen pembentuk kota.
Morfologi kota terbentuk melalui proses yang panjang, setiap perubahan bentuk
kawasan secara morfologis dapat memberikan arti serta manfaat yang sangat
berharga bagi penanganan perkembangan suatu kawasan kota.
3. Keterkaitan urbanisasi dengan morfologi kota adalah adanya hubungan sebab akibat
antara keduanya. Lengkapnya ketersediaan infrastruktur perkotaan, menjadi daya

MORFOLOGI KOTA (14 B11C708) Page | 9


tarik kuat penduduk untuk melakukan urbanisasi, dan dengan adanya urbanisasi,
tentu mempengaruhi pembangunan yang ada di perkotaan dan akan terus meningkat
untuk mengimbangi dan memfasilitasi laju penduduknya.

F. Referensi
1. Abbas, Ardi. 2002. Diktat Untuk Kalangan Sendiri : Sosiologi Perkotaan, Padang :
Jurusan Sosiologi Universitas Andalas.
2. Harahap, F. R., Sos, S., & Si, M. 2014. Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota
di Indonesia. Sosiologi, 1(1).
3. Mulyandari, H. 2011. Pengantar Arsitektur Kota. Andi : Yogyakarta.
4. Tjiptoherijanto, Prijono,. Urbanisasi, Mobilitas dan Perkembangan Perkotaan di
Indonesia, 2007,

MORFOLOGI KOTA (14 B11C708) Page | 10

Anda mungkin juga menyukai