KEPERAWATAN JIWA
“HALUSINASI”
1626010049.P
A. Defenisi
1. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh /
baik (Stuart & Sundenn, 1998).
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada
panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan
sadar/terbangun. (Maramis, hal 119).
Halusinasi yaitu gangguan persepsi (proses penyerapan) pada panca
indera tanpa adanya rangsangan dari luar pada pasien dalam keadaan
sadar.
2. Tanda dan Gejala
Menurut (Budi Anna Keliat, 1999), tanda dan gejala pada klien
dengan masalah halusinasi adalah:
1. Halusinasi Pendengaran
Karakteristinya meliputi mendengar suara-suara atau kebisingan,
paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang
kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien
bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih
tentang orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disuruh melakukan sesuatu yang kadang-kadang dapat
membahayakan.
2. Halusinasi Penglihatan
Karakteristiknya meliputi stimulus visual dalam bentuk kuatan
cahaya, gambar geometrik, gambar kartoon, bayangan yang
rumit atau kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
3. Halusinasi Penghidu
Karakteristiknya meliputi membaui bau tertentu seperti bau
darah, kemenyan atau faeces yang umumnya tidak
menyenangkan.
4. Halusinasi Pengcapan
Merasa mengecap, seperti rasa darah, urine, dan faeces
5. Halusinasi Derabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan berupa stimulus yang
jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang.
6. Halusinasi Cenesthehe
Dimana klien merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah vena
atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinestetic
Merasakan pergerakan sementara, berdiri tanpa bergerak
4. Tingkatan (Fase)
Halusinasi berkembang menjadi 4 fase (Habes, dkk, 1902):
5. Pohon Masalah
Perilaku kekerasan
Halusinasi
Isolasi Sosial
B. Rentang Respon
Menurut stuart dan laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu
respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon
neurobiologi.
a. Pikiran logis
b. Presepsi akurat
c. Emosi konsisten
d. Perilaku sesuai
e. Hubungan sosial harmonis
f. Proses fikir kadang terganggu (Ilusi)
g. Emosi berlebihan/ Kurang
h. Perilaku tidak sesuai/ biasa
i. Menarik diri
j. Isolasi sosial
C. Faktor Predisposisi
Menurut stuart (2007), faktor penyeban terjadinya halusinasi adalah:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang berh8bungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif.
2. Psikologis
Keluarga dan lingkungan sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis, salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realitas
seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya, dan kehidupan yang
terisolasi disertai stress.
D. Faktor Presipitasi
Menurut stuart (2007), faktor prespitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
implamasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterprestasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
E. Mekanisme Koping
1. Regresi : Menjadi malas beraktivitas
2. Proyeksi : Menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha
untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
3. Menarik diri : Sulit mempercayai orang lain dan asik dengan
stimulus internal. (Stuart, 2007).
5) Aspek Psikososial
a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b) Konsep diri
(1) Citra tubuh,
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh,
persepsi negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh
yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan
ketakutan.
(2) Identitas diri,
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan.
(3) Peran,
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
(4) Ideal diri ,
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
(5) Harga diri,
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
c) Klien mempunyai gangguan/ hambatan dalam melakukan hubungan
sosialdengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang
diikuti dalam masyarakat.
d) Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk beribadah (
spiritual )
6) Status Mental
Kontak mata klien kurang atau tidak dapat mepertahankan kontak mata,
kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan orang lain, Adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup. Nilai penampilan klien rapi atau
tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien ( sedih, takut,
khawatir ), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan
berhitung.
7) Kebutuhan persiapan pulang.
a) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC, membersikan dan merapikan pakaian.
c) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas
didalam dan diluar rumah
e) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya
pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)
9) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
10) Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian
yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
11) Aspek Medik
Diagnosa medis yang telahdirumuskan dokter.
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapi farmakologi ECT,
psikomotor, therapi okopasional, TAK dan rehabilitas.
SP 2
- Evaluasi kemampuan
pasien yang lalu (SP 1, 2
dan 3)
- Tanyakan program kegiatan
- Jelaskan pentingnya
penggunaan obat
- Jelaskan akibat bila tidak
digunakan sesuai program
- Jelaskan cara mendapatkan
obat/berobat
- Jelaskan pengobatan
- Latih pasien minum obat
- Masukkan kedalam jadwal
harian pasien
- Evaluasi kemampuan SP 1
- Latih keluarga merawat
langsung ke pasien
- RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
SP 3
- Evaluasi kemampuan SP 2
- Latih keluarga merawat
langsung ke pasien
- RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
SP 4
- Evaluasi kemampuan
kelurga
- Evaluasi kemampuan
pasien
- RTL keluarga
Follow up
Rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Budi. Ana Keliat. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC