Oleh:
Dokter Pembimbing:
LAPORAN KASUS
SMF ILMU BEDAH
BAGIAN BEDAH TULANG (ORTHOPEDI)
JUDUL
MALUNION FRAKTUR HUMERUS DEXTRA 1/3 DISTAL
Mengetahui
Dokter Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai
kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan untuk menyelesaikan laporan
kasus dengan judul “Malunion Fraktur Humerus Dextra 1/3 Distal.” Laporan kasus
ini penulis susun sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Bedah
Bagian Bedah Tulang (Orthopedi) RSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo.
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, tentu tak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr.
Muhammad Andrie Wibowo, Sp.OT selaku pembimbing SMF Ilmu Bedah Bagian
Bedah Tulang (Orthopedi) RSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo.
Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus
ini sehingga masih jauh dari kata sempurna, walaupun demikian penulis berharap
laporan kasus ini bermanfaat bagi para pembacanya khususnya rekan rekan sejawat
dokter muda yang sedang menjalani stase di SMF Ilmu Bedah Bagian Bedah Tulang
(Orthopedi) RSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo. Oleh sebab itu kritik dan saran
sangat penulis harapkan agar kedepannya laporan kasus ini bisa lebih sempurna.
Penulis memohon maaf sebesar-besarnya bila terdapat beberapa kesalahan
dalam laporan kasus ini. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.
Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
metafise, epifise) dan integritas dari kulit serta jaringan lunak yang
Fraktur humerus adalah salah satu fraktur yang cukup sering terjadi.
Insiden terjadinya fraktur shaft humerus adalah 1-4% dari semua kejadian
fraktur. Fraktur shaft humerus dapat terjadi pada sepertiga proksimal, tengah
Fraktur korpus humeri dapat terjadi semua usia. Pada bayi, humerus
sering mengalami fraktur pada waktu persalinan sulit, atau cedera non-
kalus massif dan tidak perlu perawatan. Pada orang dewasa, fraktur pada
humerus tidak umum terjadi. Terdapat beberapa jenis fraktur, tetapi dapat
dirawat dengan cara yang sama. Jika perawatan dilakukan dengan baik, maka
1
LAPORAN KASUS
I. Keterangan Umum
Usia : 21 Tahun
Agama : Islam
II. Anamnesis
b. Anamnesis Khusus :
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Moh. Saleh dengan keluhan nyeri
pada lengan bawah kanan hingga siku sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri terasa
arah sebelah kiri ketika pasien henda menyusul. Bagian kepala dan tangan
tersentuh oleh truk, lalu pasien terjatuh ke arah kanan. Bagian yang
sadarkan diri, tidak ada keluar darah dari telinga, mulut, hidung. Tidak ada
2
mual dan muntah. Hanya terasa bengkak, tampak dislokasi pada siku kanan
sudah sering terjatuh, kira-kira sudah 6x terjatuh dan saat terjatuh selalu
Kesadaran : Composmentis
GCS : 4 (mata)-5(verbal)-6(motoric)-total 15
A. Primary Survey:
- Paten
Pernafasan (B)
Sirkulasi (C)
3
- Nadi radialis 69 kali per menit, nadi regular, amplitudo kuat,
B. Tanda Vital :
T : 131/72 mmHg
N : 69 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 360C
C. Status Generalis
Kepala : Normocephali
Leher : Jejas (-), JVP dalam batas normal, KGB tidak ada
pembesaran
Thorax :
ada murmur.
4
Abdomen : Inspeksi : Jejas (-), datar, distensi (-)
Perkusi : Timpani
A. Status Lokalis
Look : Luka (-), pus (-), darah (-), bengkak (+), eritem (-),
deformitas (+)
a. Rontgen x-ray foto elbow joint dextra, dua posisi AP/Lateral Dextra tampak
2 posisi.
5
Gambar 1.1 Foto Rontgen Elbow Joint Dextra posisi AP/Lateral
a. HBsAg : Negatif
c. Darah Lengkap :
d. LED :
2) Hematokrit : 50%
3) Trombosit : 253.000/mm3
e. Faal Hemostasis
6
3) Bilirubin total : 0.80 mg/dl
4) SGOT : 29 U/I
5) SGPT : 59 U/I
UA : 6.1
V. Resume
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
ekstensi terbatas
VI. Diagnosa
VII. Penatalaksanaan
a. Konservatif
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ketorolac iv 30 mg
b. Operatif :
7
Konsul dokter Spesialis Bedah Orthopedi: Pro Rekonstruksi Elbow /
ORIF
Konsul dokter Spesialis Anaesthesi: Pro Rekonstruksi Elbow
VIII. Prognosis
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur
tulang dapat berupa trauma langsung misalnya benturan keras dan trauma yang
tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada tangan (De Jong, 2010).
1. Fraktur tertutup
Fraktur tertutup yaitu fragmen tulang dari luar tidak nampak, tidak
menembus kulit.
2. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka yaitu fragmen tulang nampak dari luar atau menembus kulit.
1. Tulang Humerus
9
scapula di proksimal dan dengan radius ulna di distal. Humerus dapat dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu proksimal humeri, shaft humeri dan distal humeri
(Santoso et al.,2002).
fossa coronoid (bagian depan) dan fossa olecrani (bagian belakang) (Pearce,
C.E 2009).
10
Gambar 2.2 Pembagian Tulang Humerus
Proksimal humeri
dan dilapisi oleh tulang rawan. Caput humeri merupakan bagian humerus
yang dilapisi tulang rawan dan dilalui tendon caput longum m. bicipitis
(Santoso et al.,2002).
11
Shaft humeri
posterior membentuk margo lateralis. Margo lateralis ini juga ke arah distal
et al.,2002).
Distal humeri
12
Diantara kedua epicondilus didapatkan struktur yang dilapisi tulang
humeri. Struktur ini disebut trochlea humeri di medial dan capitulum humeri
di lateral. Trochlea humeri dilapisi oleh tulang rawan yang melingkar dari
Selain itu humerus juga sebagai tempat insersi mm. latissimus dorsi,
13
Gambar 2.3 Anatomi Tulang Humerus Tampak Depan, Tampak Belakang, Regio
sendi dalam satu kapsul. Sendi ini dibentuk oleh tiga tulang yaitu tulang
humerus, radius, dan ulna yang saling berhubungan membentuk sendi siku.
proksimal radius, dan proksimal ulna. Pada dasarnya sendi siku terdiri atas
Sendi siku berbentuk sendi engsel yang terdiri dari bagian permukaan
cembung. Sendi siku ini juga memiliki bentuk sendi pasak (pivot) atau sendi
trochoidea terdiri dari sendi pasak dan sendi putar. Sendi-sendi tersebut
mempunyai satu sumbu dan satu drajat kebebasan, dan kedua sendi itu
14
annularis seperti halnya pada articulatio radioulnar proksimal (Paulsen F. &
J. Waschke, 2013).
Sendi siku itu sangat stabil. Sendi siku diperkuat oleh ligamen-ligamen
Ligamentum ini merupakan ligamen yang kuat dan terletak pada tepi
melekat pada ulna dan sebagian lagi melekat pada ligamen annulare.
Ligamen ini berbentuk segitiga datar yang kuat. Ligamen ini terdiri dari
15
(1) Pars anterior melekat pada epicondylus medialis humeri ke
humeri ke olekranon,
Fleksi adalah gerakan lengan atas dalam bidang sagital ke depan dari
Gerak abduksi adalah gerak dari lengan menjauhi tubuh dalam bidang
16
abduksi yaitu gerak lengan menuju garis tengah tubuh.Otot- otot yang
geraknya 90o.
C. ETIOLOGI
berikut:
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki
terlalu jauh.
patologis.
tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah
biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
17
3. Kekerasan akibat tarikan otot: patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
dari aktifitas otot-otot yang kuat seperti melempar bola. Pada fraktur humerus
kontraksi otot, seperti otot-otot rotator cuff, deltoideus, pectoralis mayor, teres
Faktor utama penyebab dari keterbatasan gerak dari sendi siku ini
nyeri, sendi siku yang immobile akan menyebabkan statis pada vena dan spasme
D. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
18
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
J.,2002):
1. Faktor intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan
2. Faktor ektrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
J.,2002):
”butterfly”.
19
E. KLASIFIKASI
rotator cuff serta distal fragmen bergeser ke arah medial. Fraktur antara
insersi m. pectoralis mayor dan deltoid umumnya terlihat adduksi pada akhir
distal dari proksimal fragmen dengan pergeseran lateral dan proksimal dari
distal fragmen.
Jika fraktur terjadi di distal dari insersi deltoid pada sepertiga tengah korpus
humerus, pergeseran ke medial dari fragmen distal dan abduksi dari fragmen
F. GAMBARAN KLINIS
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat. Nyeri berkurang jika fragmen
tulang.
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
20
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur.
adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
2. Radiologi
Pada rontgen dapat dilihat gambaran fraktur (tempat fraktur, garis fraktur
jelas). Radiografi humerus AP dan lateral harus dilakukan. Sendi bahu dan
21
pada kasus dengan kemungkinan fraktur patologis. Venogram/anterogram
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan konservatif
lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas
d) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini
imobilisasi.
2. Penatalaksanaan pembedahan
22
bersamaan. Fiksasi internal sering digunakan untuk merawat fraktur pada
1. Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani dengan
2. Fraktur leher femoralis, fraktur lengan bawah distal, dan fraktur intra-
3. Terdapat infeksi
rekonstruksi.
I. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Awal
a. Cedera vaskuler
23
b. Cedera saraf
fraktur oblik pada sepertiga tengah dan distal tulang humerus. Pada
cedera yang tertutup, saraf ini sangat jarang terpotong, jadi tidak
(preserve) pergerakan sendi sampai saraf pulih. Jika tidak ada tanda-
Jika fungsi saraf masih ada sebelum manipulasi lalu kemudian cacat
2002).
c. Infeksi
24
External fixation sangat berguna pada kasus ini, namun jika
2. Komplikasi Lanjut
rendah kurang dari 3%. Fraktur energi tinggi segmental dan fraktur
(Kenneth J, 2002).
b. Joint stiffness
25
Joint stiffness sering terjadi. Hal ini dapat dikurangi dengan
hingga ke badan untuk 2-3 minggu. Pada anak yang lebih tua
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley, A. Graham. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Widya
Medika: Jakarta.
2. Barbara J. Gruendemann and Billie Fernsebner. 2005. Buku Ajar: Keperawatan
Perioperatif; (Comprehensive Perioperative Nursing); Volume 1
Prinsip. Jakarta: EGC hal 287-289.
3. De Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Editor: Sjamsuhidajat. Jakarta: EGC.
4. Holmes E.J and Misra R.R; 2004; Humerus fracture – Shaft fracture In: A-Z of
Emergency Radiology (e-book); UK; Cambridge University Press; p
110-111.
5. Kenneth J. 2002. Fractures of The Shaft of The Humerus In Chapter 43:
Orthopedic; In: Handbook of Fracture second edition. Wolters
Klunser Company: New York.
6. King Maurice; 1987; Fracture of the Shaft of the Humerus in: Primary Surgery
Volume Two: Trauma; Oxford University Press; UK; p. 233-235.
7. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskulukeletal. Jakarta: EGC.
8. Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Anatomi
Umum dan Muskuloskeletal. Penerjemah: Brahm U. Penerbit.
Jakarta: EGC.
9. Pearce, C, Evelyn, 2009. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis, Jakarta:
Gramedia.
10. Rasjad C.2007. Pengantar Bedah Ortopedi. PT. Yarsef Watampone : Jakarta.
Hal 380-395.
11. Santoso M.W.A, Alimsardjono H dan Subagjo; 2002; Anatomi Bagian I,
Penerbit Laboratorium Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga; Surabaya.
27
28